BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rekam Medis 2.1.1 Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Kementerian Kesehatan, 2008). Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan rawat inap. (Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1991) Menurut Hatta, dkk. (dalam Lubis, 2010), rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, diagnosis pengobatan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi pendaftaran pasien yang dimulai dari tempat penerimaan pasien, kemudian bertanggung jawab untuk mengumpulkan, menganalisa, mengolah, dan menjamin kelengkapan berkas rekam medis dari unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat, dan unit penunjang lainnya Rekam Medis adalah siapa, apa, dimana, dan bagaimana perawatan pasien selama di rumah sakit, untuk melengkapi rekam medis harus memiliki data yang cukup tertulis dalam rangkaian kegiatan guna menghasilkan diagnosis, jaminan, pengbatan, dan hasil akhir. Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas pasien,
anamnese penentuan fisik laboratorium, diagnose segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Rustiyanto, 2009).
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Rekam Medis Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi di tempat pelayanan kesehatan akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan. Manfaat rekam medis mencantum nilai-nilai aspek yang dikenal dengan sebutan ALFREDS (Administrative, Legal, Financial, Research, Education, Documentation, and Service) yaitu sebagai berikut: a. Administrative (Aspek Administrasi) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan b. Legal (Aspek Hukum) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan. c. Financial (Aspek Keuangan) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya menyangkut data atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan. d. Research (Aspek Penelitian)
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut tentang data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. e. Education (Aspek Pendidikan) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data atau informasi tentang pengembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut digunakan sebagai bahan referensi pengajaran bidang profesi pemakai. f. Documentation (Aspek Dokumentasi) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber
ingatan
yang
harus
didokumentasikan
dan
dipakai
sebagai
bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit. g. Service (Aspek Medis) Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. Dengan melihat beberapa aspek tersebut, rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Manfaat rekam medis secara umum adalah: a. Sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, dan perawatan kepada pasien. b. Menyediakan data yang berguna bagi keperluan penelitian dan pendidikan.
c. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien. d. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit. e. Sebagai dasar yang berguna untuk analisis, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. f. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter, dan tenaga kesehatan lainnya. g. Sebagai dasar dalam perhitungan pembayaran pelayanan medis pasien. h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta bahan pertanggung jawaban dan laporan.
2.1.3 Mutu Rekam Medis Menurut Huffman (dalam Lubis, 2010), rekam medis yang baik dapat mencerminkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan Rekam medis yang bermutu juga diperlukan untuk persiapan evaluasi dan audit medis tehadap pelayanan medis secara retrospektif terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya syarat-syarat mutu dari rekam medis ini, maka tenaga medis maupun pihak rumah sakit akan sulit membela diri di pengadilan bila terdapat tuntutan malpraktik dari pasien. Menurut Soedjaga (dalam Lubis, 2010), mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikator-indikator mutu rekam medis sebagai berikut: a. Kelengkapan isian resume rekam medis b. Keakuratan c. Tepat Waktu d. Pemenuhan Persyaratan Hukum
2.2 Pengertian Response Time Dalam Kepmenkes No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit, waktu yang dibutuhkan seorang petugas untuk menyiapkan data rekam medis pasien rawat jalan adalah kurang dari 10 menit, dimana definisi operasional dari standar tersebut adalah waktu bagi pasien dimulai dari mengantri sampai mendapat data rekam medisnya.
2.3 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan social yang ebrsigat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehigga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Badan yang menyelenggarakan JKN adalah BPJS Kesehatan yang diatur dalam UU No. 24 Tahun 2011.
2.4 Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim
dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes). Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Untuk diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, menyebabkan penyelenggaraan program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan, ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah: 1) Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam, sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku. 2) Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya terbatas, sehingga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus yang diserahkan tanggung jawab penyelanggaraan program menjaga mutu, dan pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu untuk menyelenggarakan program menjaga mutu. 3) Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik. 4) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit dilakukan. 5) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan pekerjaan penilaian. 6) Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang ke sarana pelayanan rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulannya sebenarnya berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seprti ini juga akan menyulitkan pekerjaan penilaian.
7) Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap. 8) Perilaku pasien yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan sulit dikontrol dan karenannya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dialami tidak sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Response Time pada Pasien Rawat Jalan JKN 2.5.1 Karakteristik Sumber Daya Manusia a. Umur Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas terakhir masa hidupnya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya dari orang yang belum cukup kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Hurlock,2002). Dengan demikian semakin tua umur pegawai maka makin konstruktif dalam mengatasi masalah dalam pekerjaan dan terampil dalam memberikan pelayanan pada klien. Menurut Depkes RI (2009) umur manusia dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu : 1. Balita : Seseorang yang memiliki rentang umur antara 0-5 tahun 2. Remaja : Seseorang yang memiliki rentang umur antara 12-25 tahun 3. Dewasa : Seseorang yang memiliki rentang umur antara 26-45 tahun 4. Tua / lansia : Seseorang yang memiliki rentang umur antara 45-65 tahun ke atas
1. Klasifikasi Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. 2. Proses Penuaan Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006). Tahap
dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008). 3. Penelitian Terkait dengan Usia Petugas Pencari Berkas Rekam Medis No
Identitas Penulis
Judul Peneltian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1
Fitri Sukaesih
Hubungan Karakteristik Petugas dengan Kinerja Petugas Rekam Medik di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu
Explanatory Research
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa umur dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan secara signifikan terhadap kinerja, artinya kinerja petugas rekam medis tidak dipengaruhi oleh perbedaan umur dan jenis kelamin
2
Widi Hariyanti
Pengaruh Usia dan Keinginan Sosial terhadap Kinerja Karyawan Industri Manufaktur di Semarang
Survey purposive sampling
Menyatakan hubungan antara usia dan kinerja berubah saat orang menjadi lebih tua. Gagasan ini diuji pada data yang didapat dari 24.219 individu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia secara positif berhubungan dengan kinerja bagi para
karyawan muda (25-30 tahun). 3
Nunik Yatsiar Mutmainah
Tinjauan Perhitungan Waktu Tenaga Kurir Berdasarkan Analisis Beban Kerja Dalam Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Jakarta
Deskriptif Kualitatif
Kegiatan pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan di Rumah Sakit Haji Jakarta berlum berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah petugas yang bertugas mengantarkan berkas rekam medis (kurir rawat jalan) hanya satu orang untuk 19 poliklinik dengan volume beban kerja mencapai 400 berkas rekam medis pasien lama, dan membutuhkan waktu 15 menit untuk mengantarkan berkas rekam medis yang berjauhan dengan poliklinik.
b. Pendidikan Menurut Nursalim (2001) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia berbuat dan mengisi kehidupannya mencapai keselamatan atau kebahagiaan. Manajemen pendidikan tenaga kesehatan secara umum tidak berbeda dengan pendidikan manajemen pendidikan lainnya, hanya saja materi yang diajarkan disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes RI,2000). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi atau hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kesiapan dalam memberikan pelayanan, orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi masalah dan berperan lebih baik dan efektif serta konstruktif daripada yang berpendidikan rendah (Nursalam,2001). c. Pengetahuan Menurut Taufik (2007) pengetahuan adalah peginderaan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan penglihatan. Definisi pengetahuan menurut Notoadmojo (1993) adalah merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melaksanakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari proses belajar, yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan yang diperoleh. Dengan kata lain, pengetahuan seseorang
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber meliputi media elektronik, media masa, buku petunjuk, dan media poster. d. Masa Kerja Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman identik dengan lama kerja (masa kerja). Pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Sehingga dapat dikatakan, semakin lama seseorang bekerja semakin baik pula dalam memberikan pelayanan (Notoadmojo,2003).
2.5.2 Motivasi Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentuka (Siagian,2004). Sedangkan Gerungan (2000) menambahkan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku. Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
2.5.3 Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja
dalam menerima pekerjaan. Beban kerja dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, dan mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000). Everly dan Girvano (dalam Munandar,2001) menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban berlebih secara fiskal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif adalah kondisi kerja, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. 2.5.4 Anggaran Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2007:4) anggaran adalah rencana terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama waktu periode tertentu. Anggaran merupakan alat bantu yang sangat penting bagi perusahaan. Karena anggaran merupakan pedoman pelaksanaan kerja dan berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja yang telah dicapai perusahaan. Karena anggaran merupakan pedoman pelaksanaan kerja dan berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja yang telah dicapai perusahaan. Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan ke arah yang lebih baik, dengan kata lain anggaran dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, penyusunan anggaran yang baik akan memberikan mamfaat yang positif bagi perusahaan. Mulyadi (2001:489 ) mengemukakan karakter sebagai berikut: 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2.5.5 Metode Pasaribu dan Simanjuntak (1982) mengatakan, bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu dimana terdapat rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. a. Metode/Sistem Pemberian Rekam Medis Dalam pengambilan kembali rekam medis ada beberapa tata cara yang harus dipenuhi, ketentuan pokok yang harus ditaati adalah : tidak satu pun rekam medis boleh keluar dari ruang rekam medis, tanpa tanda keluar/permintaan. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang di luar unit rekam medis, tetapi juga berlaku juga bagi petugas rekam medis itu sendiri, seseorang yang menerima/meminjam rekam medis berkewajiban untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktu. Rumah sakit harus membuat ketentuan berapa lama jangka waktu satu rekam medis diperbolehkan tidak ada di rak penyimpanan. Seharusnya rekam medis
kembali lagi ke raknya pada setiap akhir kerja, sehingga dalam keadaan darurat staff rumah sakit dapat mencari informasi yang diperlukan dengan mudah. Metode pemberian data rekam medis diatur di dalam Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Bab III pasal 5 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis. b. Penelitian terkait metode/sisitem pemberian berkas rekam medis No 1
Identitas Penulis
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Ayu Diana Fuanasari, dkk.
Analisis Alur Pelayanan Dan Antrian Di Loket Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
Deskriptif Potong Lintang
Rata-rata waktu pelayanan pendaftaran loket rawat jalan pada pasien askes 1,3 menit, pada pasien jamkesmas 0,98 menit dan pada pasien umum 1,6 menit. Rata-rata waktu tunggu pelayanan pendaftaran rawat jalan RSUD Kota Semarang pada pasien askes dan pasiem umum terlama terjadi pada jam pelayanan 07.30-08.29 dan tercepat pada jam pelayanan 11.30-12.00, sedangkan pada pasien jamkesmas waktu tunggu pelayanan terlama pada jam pelayanan 08.30-09.29 dan tercepat pada jam pelayanan 11.3012.00. Untuk menghindari antrian panjang yang terjadi di semua jenis pembiayaan
c. Peminjaman rekam medis Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit, sedang isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya. Untuk melindungi nilai tersebut dibuat ketentuan sebagai berikut :
1) Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam medis. 2) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peminjaman rekam medis hanya bisa dilakukan jika : 1) Untuk keperluan pembuatan makalah, riset dan lain-lain oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya yang dikerjakan dikantor unit rekam medis 2) Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam medis jika dapat menunjukan surat pengantar dari dokter ruangan. 3) Rekam medis dapat dikirim ke poliklinik dalam pasien berobat ulang
2.5.6 Sarana dan Prasarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, dan proyek). Antara sarana dan prasarana tidak terlalu jauh berbeda, karena keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk membedakannya sarana lebih ditujukan kepada benda-benda yang bergerak, sedangkan prasarana lebih ditujukkan untuk benda-benda yang tidak bergerak.
a. Penelitian terkait sarana dan prasarana No
Identitas Penulis
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1
Theresia Debie Ruslina
Tinjauan Penyakit yang Diderita Petugas Rekam Medis di Unit Kerja Rekam Medis RSUD Tarakan Jakarta
Deskriptif
Lingkungan kerja Unit Rekam Medis RSUD Tarakan secara faktor fisik, didapatkan bahwa tingkat kebisingan di unit kerja Rekam Medis RSUD Tarakan berkisar 6 db, penerangan 150 lux, suhu ruangan berkisar 30 0C dengan kelembapan diatas 60 %, dan fasilitas pendukung.
b. Tempat Penyimpanan Rekam Medis Berkas rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka setiap lembar formulir berkas rekam medis harus dilindungi dengan cara dimasukan ke dalam folder atau map sehingga setiap folder berisi data dan informasi hasil pelayanan yang diperoleh pasien secara individu (bukan kelompok atau keluarga). Untuk perlakuan penyimpanan berkas rekam medis berbeda dengan penyimpanan folder atau map perkantoran. Tujuan penyimpanan dokumen rekam medis adalah sebagai berikut: 1. Mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali berkas rekam medis yang disimpan dalam rak filling. 2. Mudah mengambil dari tempat penyimpanan. 3. Mudah pengembaliannya. 4. Melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi. Dengan demikian maka diperlukan sistem penyimpanan dengan mempertimbangkan jenis sarana dan peralatan yang digunakan, tersedianya tenaga ahli dan kondisi organisasi. Syarat berkas rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian data hasil pelayanan pada formulir rekam medis telah terisi dengan lengkap sedemikian rupa sehingga riwayat penyakit seorang pasien urut secara kronologis. (Budi, 2011:9)