BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep TB paru 2.1.1 Pengertian Menurut dr. Robert Koch (1882), tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat lamban, yakni Mycobacterium Tuberculosis (Tjay dan Rahardja, 2007; 154). TB paru Adalah suatu penyakit infeksi Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan Ghranuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung dkk,2009;105) Secara garis besar terdapat dua bentuk penularan Tuberculosis paru, yaitu: a. Infeksi Primer Infeksi primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernafasan dan mencapai Alveoli atau bagian termina saluran pernafasan, maka bakteri akan ditangkap dan di hancurkan oleh makrofag yang berada di Alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh Makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag. Bakteri TB
menyebar melalui saluran pernafasan ke kelenjar getah bening regional membentuk Epiteloid Granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat timbulnya Hipersensitivitas selular terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas selular terlahir sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag (Mutaqqin,2008;73-74) b. Reaktivitas Pasca Primer Reaktivitas pasca primer yaitu jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi (Muttaqin,2008;74) 2.1.2 Epidemiologi Penyakit TB paru tersebar di seluruh dunia dengan sepertiganya telah terinfeksi, disamping banyak kasus baru (insidensi) k.l. 8 juta per tahun dengan angka kematian meningkat sampai 2-3 juta manusia per tahun. Dilaporkan bahwa diseluruh dunia setiap 18 detik ada seorang meninggal akibat penyakit ini. TB paru merupakan penyakit infeksi penyakit yang paling mematikan dan penyebab kematian nomor dua akibat penyakit infeksi tunggal, setelah penyakit jantung.
Prevalensi sangat besar dinegara-negara asia dan Afrika, yang 60-80% dari anak-anak dibawah usia 14 tahun sudah terinfeksi. Misalnya Filipina dengan prevalensi TB paru positif 0,40%, artinya 40 orang diantar 10.000 orang mengidap TB paru. Di negara-negara berkembang pada umunya infeksi timbul pada masa anak-anak (Tjay dan Rahardja, 2007; 154). Di Indonesia dengan prevalensi TB paru positif 0,22% (Laporan WHO 1998), penyakit ini merupakan salah satu penyakit rakyat penting yang tiap tahun mengambil banyak korban. Kawasan indonesia timur merupakan daerah yang banyak penderitanya. Prevalensi di NTT dan Timor Timor adalah 700 per 100.000 penduduk. Penyakit ini terutama ditemukan diantara rakyat jelata yang gizi makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan sosial ekonomi dan hygiene dibawah normal (Tjay dan Rahardja, 2007; 155). 2.1.3 Penyebab Penyebab TB paruyakni Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang panjang 1-4/ um, Dengan tebal 0,3-0,6/ um. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia fisis (Manurung dkk,2009;105) 2.1.4 Tanda dan Gejala Adapun tanda dan gejala dari penyakit ini yaitu batuk kronis, demam, berkeringat waktu malam, keluhan pernafasan, perasaan letih, malaise, hilang nafsu makan, turunnya berat badan, posisi tubuh tampak bungkuk dan rasa
nyeri di bagian dada. Dahak penderita berupa lendir (mucoid), purulent atau mengandung darah (Tjay dan Rahardja, 2007; 154). 2.1.5 Penularan Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran nafas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (Droplet Infection) yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TB paru. Atau juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit. Dalam tetes ini kuman dapat beberapa jam dalam udara panas lembab, dalam nanah bahkan dalam beberapa hari. Ada banyak kesalah pahaman mengenai daya penularan penyakit TB paru. Umumnya ada anggapan bahwa TB paru bersifat sangat menular, tetapi pada hakikat nya bahaya infeksi relatif tidak begitu besar dan dapat disamakan dengan penularan infeksi saluran nafas lainnya seperti selesma dan influenza. Akan tetapi bahaya semakin meningkat, karena sering kali seseorang tidak diketahui sudah menderita TB paru (terbuka) dan telah menularkan pada orangorang sekitarnya sebelum penyakit terdeteksi (Tjay dan Rahardja, 2007; 156) 2.1.6 Pencegahan Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara jangan terlampau dekat
dengan lawan bicaranya. Ventilasi udara dan pencahayaan sinar matahari yang baik dari ruangan juga memperkecil penularan (Tjay dan Rahardja, 2007; 156). Sinar matahari langsung dalam waktu 5 menit. Maka, memanfaatkan sinar matahari adalah cara yang paling cocok untuk dilakukan didaerah tropis. Tetapi kuman-kuman dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun ditempat gelap, mungkin banyak penularan terjadi dirumah atau digubuk yang gelap (Crofton dkk, 2002; 11). 2.1.7 Test Diagnosis Untuk menegakkan diagnosa TB paru, maka test diagnostik yang sering dilakukan pada klien adalah : a. Pemeriksaan fisik Adanya tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah), pada pemeriksaan perkusi didapati hipersonor/timpani, bila terdapat kavitas yang cukup, pada auskultasi memberikan suara amforik, atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis, bila mengenai pleura dapat menyebabkan efusi pleura (perkusi dapat memberikan suara pekak), tandatanda penarikan paru dan diagfragma (Manurung dkk,2009;108) b. Pemeriksaan Radiologis : Foto rontgen toraks Apabila terdapat lesi terutama dilapangan di atas paru, bayangan berwarna atau bercak-bercak, terdapat kavitas tunggal atau multiple, ada lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas perut, bayangan abnormal
yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang beberapa minggu kemudian (Manurung dkk,2009;108) c. Pemeriksaan laboratorium 1) Darah Pada TB paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit dan laju endap darah. 2) Sputum BTA Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan bakteri tuberkulosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan bakteri tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitive dan menilai kemajuan klien. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu (Manurung dkk,2009;110). 3) Test Tuberculin (Mantoux test) Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakkan diagnosa terutama pada anak-anak. Biasanya diberikan suntikan PPD (Protein Perified Derivation) secara intrakutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan umumnya pada1/2 bagian atas bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan. Pemeriksaan tuberkulosis dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan dengan mengukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi pada lokasi suntikan. Indurasi berupa kemerahan dengan hasil sebagai berikut : a) Indurasi 0-5 mm : Negatif
b) Indurasi 6-9 mm : Meragukan c) Indurasi >10 mm : Positif (Manurung dkk,2009;110) 2.1.8 Pengobatan (Depkes RI,2004) Pengobatan tuberkulosis terbagi atas dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang dugunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Mutaqqin,2008;80) (Manurung dkk,2009;112), Pengobatan TB paru di Indonesia sesuai program nasional menggunakan OAT yang diberikan dalam bentuk kombipak, sebagai berikut : a. Kategori I : 2 RHZE/4H3R3 Diberikan untuk : 1) Penderita baru TB paru dengan BTA (+) 2) Penderita TB paru, BTA (-), RO (+), dengan kerusakan parenkim paru yang luas 3) Penderita TB paru dengan kerusakan yang berat pada TB ekstra pulmons b. Kategori II : 2RHZES/ HRZE/ 5R3 H3 E3 Diberikan untuk penderita TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya kambuh, kegagalan pengobatan atau pengobatan tidak selesai.
c. Kategori III : 2 RHZ/ 4 R3 H3 Diberikan untuk : 1) Penderita baru BTA (-) dan Ro (+) sakit ringan. 2) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, TB kulit, TB tulang. Pembedahan pada paru pada pasien biasanya dilakukan apabila klien mengalami resusitasi terhadap berbagai racun OAT. Pembedahan dilakukan dengan
mengangkut
bagian
paru
yang
tertutup
kavitas
(Manurung
dkk,2009;113).
2.2
Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang/over behavior (Notoatmodjo,2007;139) Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dikutip Notoatmodjo (2007;140),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus, c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, d. Trial, orang yang telah mulai memulai mencari perilaku baru, e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2.2.2 Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif (Notoatmodjo,2007;140) a. Tahu Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan kenapa harus makan-makanan bergizi.
c. Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d. Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitan satu sama lain. e. Sintesis Menunjuk
kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagiandalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menjustifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada. 2.2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Departemen Kesehatan RI, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya : 1) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun sampai cukup umur, yang pada akhirnya tingkat kematangan dan kekuatan individu tersebut akan lebih dalam berfikir dan berkerja. Orang yang usianya lebih muda memiliki daya ingat yang lebih kuat dan kreatifitasnya lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Disamping itu, kemampuan untuk mnyerap pengetahuan baru lebih mudah dilakukan karena otak berfungsi maksimal pada umur muda. Pembagian kategori umur menurut Depkes RI (2009) 1.
Balita
: 0 – 5 Tahun
2.
Kanak – kanak
: 6 – 11 Tahun
3.
Remaja awal
: 12 – 16 Tahun
4.
Remaja akhir
: 17 – 25 Tahun
5.
Dewasa awal
: 26 - 35 Tahun
6.
Dewasa akhir
: 36 – 45 Tahun
7.
Lansia awal
: 46 – 55 Tahun
8.
Lansia akhir
: 56 – 65 Tahun
9.
Manula
: > 66 Tahun
2) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan individu untuk berbuat dan mengisi kehidupannya dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. (Novi whyuningrum, 2007) Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2003) menyebutkan bahwa pendidikan dibagi atas tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi perguruan tinggi.
2.2.4 Indikator yang dalam pengetahuan Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokan menjadi (Notoatmodjo,2007;146) : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : 1) Penyebab penyakit 2) Gejala atau tanda-tanda penyakit 3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan 4) Bagaimana cara penularanya
5) Bagaimana cara pencegahanya termasuk imunisasi dan sebagainya. b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi : 1) Jenis-jenis makanan yang bergizi 2) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya 3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan 4) Penyakit-prnyakit atau bahaya merokok, minum-minuman beralkohol, narkoba dan sebagainya 5) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi kesehatan. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 1) Manfaat air bersih 2) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan sampah dan kotoran yang sehat 3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat 4) Akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.
2.3 Konsep Keluarga 2.3.1 Definisi Menurut bailon dan maglaya (1976), Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. BKKBN (1992), Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada tuhan YME memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Murwani dan Setyowati, 2010;28). 2.3.2 Tipe Keluarga a. Tipe Tradisional 1) The Nuclear Family, Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. 2) The Dyad family, keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak yang hidup bersama dalam satu rumah. 3) Keluarga Usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri. 4) The Childless Family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Yang disebabkan karena mengejar karier atau pendidikan yang terjadi pada wanita. 5) The Extenden Family, keluarga yang terdiri dari tiga generasi. 6) The Single-Parent Family,
keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak, hal ini terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter Family, keluarga dengan kedua orang tua nekerja di kota yang berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan keluarga saat akhir pekan. 8) Multigenerational Family., keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. 9) Kin-network family,
keluarga yang terdiri keluarga inti yang tinggal
dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barangbarang dan pelayanan yang sama seperti dapur, kamar mandi, TV, Telepon dan lain-lain. 10)
Blanded Family, keluarga yang dibentuk oleh dunda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. 11)
The Single Adult Living Alone atau Single Adult Family, keluarga yang
terdiri dari orang dewasa karena pilihannya, atau perpisahan (separasi) seperti perceraian atau ditinggal mati (Murwani dan Setyowati, 2010;30) b. Tipe Non Tradisional 1) The Unmarriedteenege Mather, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua (teruatam ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) The Stepparent Family, adalah keluarga dengan orang tua tiri. 3) Comunne Family, adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama. 4) The Non Marital Heterosexual Cohibitang Family, ini adalah keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Gay and Lesbian Family, adalah seseurang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana suami istri (marital partner). 6) Cohibing Couple, adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 7) Group-Marriage Family, adalah beberapa orang dawasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya. 8) Group Network Family, adalah keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 9) Foster Family, adalah keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya. 10)
Homeless Family, adalah keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11)
Gang, adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya (Murwani dan Setyowati,2010;31) 2.3.3
Fungsi Keluarga Menurut Friedman (Murwani dan Setyowati,2010;34), Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan fisik pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan. Keluarga juga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan, perkembangan dan istirahat termasuk dalam penyembuhan sakit. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Sesuai
dengan fungsi tersebut maka keluarga mempunyai tygas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi ; a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga. Kebutuhan keluarga ini yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidsklah berarti dsn karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
b. Memutuskan Tindakan Kesehatan yang Tepat Bagi Keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan keluarga dapat dikurangi atau bahkan diatasi. c. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan Sering kali keluarga sudah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. d. Memodifikasi Lingkungan Keluarga untuk menjamin Kesehatan Keluarga. e. Manfaatkan Fasilitas pelayanan Kesehatan Disekitarnya Bagi Keluarga.
2.4
Konsep Tindakan (Practice)
2.4.1 Pengertian Tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang dia ketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo,2007;147).
2.4.2 Indikator tindakan kesehatan mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau praktik ini mencakup: a) pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja ditempat berdebu, dan sebagainya. Dan b) penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, berobat ketempat pelayanan kesehatan dan sebagainya. b. Tindakan (praktik) pemeliharaan peningkatan kesehatan Tindakan atau praktik ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba, dan sebagainya. c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan Praktik antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah pada tempatnya, menggunakan air bersih untuk mandi,cuci,masak, dan sebagainya (Notoatmodjo,2007;148).
2.5
Kerangka Teori
UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN
Promotif
Preventif
Kuratif
Meningkatkan Pengetahuan
Pasien Keluarga Masyarakat
Pengetahuan Keluarga Tentang TB Paru
2.6
Rehabilitatif
Tindakan Kesehatan
Tindakan Sehubungan Penyakit
Tindakan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Kesehatan Lingkungan
Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru
Kerangka Konsep Variabel Independen Pengetahuan Keluarga Pasien
2.7 Hipotesis Penelitian
Variabel Dependen Tindakan Pencegahan Penularan TB paru
Ada hubungan pengetahuan keluarga pasien dengan tindakan pencegahan Penularan TB paru
2.7 Hipotesis Statistik Ho : Ada hubungan pengetahuan keluarga pasien dengan tindakan pencegahan Penularan TB paru. Ha
: Tidak ada hubungan pengetahuan keluarga pasien dengan tindakan pencegahan Penularan TB paru.