BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pasar Modal Secara umum pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran
dan permintaan surat berharga, yang umumnya memiliki jatuh tempo lebih dari
satu tahun. Menurut Usman dan Riphat (1997:11) Pasar modal (capital market) merupakan perdagangan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (privates sectors). Ada beberapa pengertian pasar modal, menurut Fabozi dan Modigliani (2003: 10) dalam Widoatmodjo (2009:12) mendefinisikan pasar modal sebagai tempat untuk mentransaksikan modal jangka panjang, dimana permintaan diwakili oleh perusahaan penerbit surat berharga dan penawaran diwakili oleh para investor. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, ditempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (pihak yang melakukan penawaran umum).
24
25
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal memberikan
pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu “Kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.”
Dari beberapa pengertian pasar modal tersebut, dapat dijelaskan bahwa
pasar modal merupakan tempat perdagangan sekuritas, dimana efek yang
diperjualbelikan dapat berupa saham, obligasi atau sekuritas lainnya seperti opsi, right dan warrant.
2.1.1 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal merupakan semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990, menyatakan bahwa “Efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bepepam sebagai efek.” Disini akan dijelaskan tiap jenis surat berharga yang diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia.
26
1. Saham Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Martono (2004:191)
saham (stocks) didefinisikan sebagai surat tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perseroan terbatas (PT). saham dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. Menurut cara peralihannya, saham dibedakan menjadi :
a. Saham atas unjuk (brearer stock) yaitu nama pemiliknya tidak tertera diatas sertifikat saham. b. Saham atas nama (registered stock) yaitu nama pemiliknya tertera diatas sertifikat saham. Sedangkan menurut manfaat yang diperoleh pemegang saham, dapat dibedakan menjadi : a. Saham Biasa (common stocks) b. Saham Preferen (preferred stocks) 2. Obligasi (bonds) Obligasi merupakan surat pengakuan utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga serta pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. 3. Right Hak memesan terlebih dahulu dengan harga tertentu, yang duperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (2 minggu).
27
4. Warrant Hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu di masa yang akan datang.
Warrant dapat diperdagangkan 6 bulan setelah diterbitkan dengan masa
berlaku sekitar 3-5 tahun. 5. Reksadana Portofolio asset yang dibentuk oleh manajer investasi.
2.1.2 Lembaga yang Terlibat di Pasar Modal Sebagai suatu bisnis yang berdampak sangat luas, pasar modal melibatkan banyak orang dan banyak lembaga, agar tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan. Menurut Martono (2004:185) ada beberapa lembaga yang terlibat di pasar modal, yaitu : 1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Menurut Keppres No.53 tahun 1990 tentang pasar modal, Bapepam bertugas sebagai: a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal, sehingga surat berharga dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum. b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga penunjang yang terkait dalam pasar modal. c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya.
28
2. Bursa Efek Bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Tujuan
didirikannya bursa efek adalah untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
3. Emiten
Emiten atau perusahaan yang go public adalah pihak yang melakukan emisi atau melakukan penawaran umum surat berharga. Yang dapat melakukan penawraran umum hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendafataran kepada Bapepam untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut efektif. 4. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin dari Bapepam untuk melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi, perantara pedagang efek, manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam. 5. Reksa Dana (Investment Funds) Merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
29
6. Lembaga Penunjang Pasar Modal Yang terdiri dari Penjamin emisi efek (underwriter) yaitu pihak yang bertugas
memberi nasehat, mengenai jenis efek, harga, jangka waktu efek yang
diterbitkan,
membantu
menyelesaikan aministrasi,
dan
mengorganisir
penyelenggaraan emisi efek. Lembaga kliring dan Penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di Bursa Efek. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yaitu pihak yang
menyelenggarakan custodian sentral bagi Bank Kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. Biro Administrasi Efek yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Wali Amanat yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang. 7. Profesi Penunjang Pasar Modal Terdiri dari Akuntan Publik yaitu pihak yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan pemeriksaan (auditing). Notaris adalah pejabat yang bertugas membuat naskah perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, membuat berita acara rapat pemegang saham, dan lain-lain. Penilai (Appraisal) yaitu pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emiten.
30
8. Investor Investor atau pemodal merupakan pihak (perorangan, lembaga, perusahaan)
yang menanamkan dananya dalam sekuritas yang diperjualbelikan di pasar
modal.
Fungsi Pasar Modal 2.1.3 Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang membuat lembaga ini
memiliki daya tarik, tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana (borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders), tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian yang besar terhadap pasar modal, karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Menurut Usman dan Riphat (1997:13) Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara, yakni : 1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana, selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana secara konvensional. 2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal Jika tidak ada pilihan investasi lain,
maka para pemodal hanya
menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan dan/atau pada real assets. Akan tetapi, dengan adanya pasar modal, memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi (mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi) dengan mengharapkan keuntungan
31
yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi.
3. Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah
Dalam melakukan penghimpunan dana, perusahaan membutuhkan biaya yang
relatif kecil, jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke bank. Sebagai ilustrasi, misalnya bank menawarkan deposito dengan tingkat bunga 15%, artinya biaya penghimpunan dana bagi bank adalah 15% per
tahun. Seandainya bank tersebut menjual dana tersebut dalam bentuk kredit dengan tingkat bunga 21% per tahun, maka spread suku bunga sebesar 6% (21% dilkurangi 15%). Sedangkan biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dalam rangka proses emisi meliputi biaya konsultan keuangan, penjamin, wali amanat khusus emisi obligasi, biaya administrasi di BAPEPAM, akuntan publik, notaries, konsultan hukum, dan jasa penilai lain) hanya sekitar 3,5% yang ditanggung untuk waktu selama usia sekuritas. 4. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi Dalam perencanaan pembangunan, kebutuhan akan investasi didasarkan atas perkiraan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada Repelita VI misalnya, pemerintah
mentargetkan
laju
pertumbuhan
ekonomi
sekitar
7,1%.
Berdasarkan perkiraan ini, maka dibutuhkan dana investasi sebesar Rp. 815 triliun. Sekitar 77% diantaranya diharapkan bersumber dari swasta, dan pasar modal adalah salah satu lembaga keuangan yang diharapkan besar peranannya dalam memobilisasi dana investasi tersebut. Setiap perusahaan, apalagi yang
32
berskala besar dan bersifat strategis, pasti berkeinginan untuk meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat menaikkan volume penjualan dan pendapatan.
Keempat aspek diatas memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi
kepentingan
para pelaku pasar modal. Namun, dalam rangka perekonomian
secara nasional atau dalam kehidupan sehari-hari, pasar modal mempunyai
peranan yang lebih luas jangkauannya. Adapun manfaat dari pasar modal adalah
sebagai berikut :
a. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. b. Pasar modal sebagai alternatif investasi. c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. d. Pelaksanaan manjemen perusahaan secara professional dan transparan. e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Menurut Martalena dan Malinda (2011:5) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal, yaitu : 1. Supply sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. Apakah terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dan menguntungkan ? Dan apakah mereka bersedia memenuhi persyaratan full disclosure, artinya mengungkapkan kondisi perusahaan yang dituntut oleh pasar modal.
33
2. Demand sekuritas Faktor ini berarti harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah
dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang
ditawarkan. 3. Kondisi politik dan ekonomi Kondisi politik yang stabil ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
4. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas, karena itu kebenaran informasi menjadi sangat penting, disamping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. 5. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi, dan berbagai lembaga yang memungkinkan transaksi secara efisien.
2.1.4 Jenis-jenis Pasar di Bursa Efek Indonesia Menurut Usman dan Riphat (1997:175) di dalam perdagangan efek, dikenal beberapa macam pasar, yaitu : 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa utama. Dalam pasar perdana, proses transaksi dilakukan oleh investor dan perusahaan yang menerbitkan surat
34
berharga melalui perantara (pialang). Ada tiga fungsi yang terjadi pada pasar perdana yaitu :
a. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dengan agen penjual.
b. Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten.
c. Penyerahan efek kepada pemodal. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder merupakan penjualan efek setelah pasar perdana berakhir.
Pelaku dalam perdagangan di pasar sekunder adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang berputar dalam pasar sekunder, tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan penerbit efek (emiten), tetapi hanya berpindah tangan dari pemegang efek yang satu ke tangan pemegang efek yang lainnya. Pada dasarnya pasar sekunder memiliki lima fungsi utama, yaitu: 1) Pasar sekunder memberikan likuiditas pada efek yang menjadi instrument perdagangan. Suatu perusahaan yang menerbitkan saham tidak diwajibkan untuk membeli kembali saham yang telah diterbitkannya, demikian juga suatu perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak wajib melunasi obligasinya sebelum jatuh tempo (maturity date). Pasar sekunder memberikan sarana bagi pemegang efek yang bermaksud menguangkan efeknya atau berpindah dari efek yang satu ke efek yang lain. Karena itu bisa dimengerti bahwa tanpa pasar sekunder yang aktif, maka pasar primer tidak akan berkembang.
35
2) Pasar sekunder yang terorganisir, memungkinkan pembentukan harga
harga yang terjadi. Tingkat kompetitif tersebut sangat ditentukan oleh efisiensi pasar modal.
yang wajar. Semakin kompetitif pasar sekunder, maka semakin wajar
3) Pasar sekunder memungkinkan pemodal dapat melakukan diversifikasi
investasi dengan jumlah yang terbatas. Diversifikasi investasi merupakan
upaya untuk menyebar penanaman dana ke dalam berbagai instrument investasi agar meminimumkan risiko. Setiap pemilik dana tentu dapat melakukan diversifikasi melalui investasi riil dalam bentuk aktiva, namun karena investasi riil tidak bisa dibagi ke dalam unit yang kecil, maka bursa efeklah satu-satunya sarana yang memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi investasi dengan jumlah dana yang relatif terbatas.
4) Secara makro, pasar sekunder yang aktif dapat mengurangi “a country risk” dari penanaman modal asing yang bersifat langsung. Salah satu pertimbangan yang sering digunakan oleh Multi National Coorporation (MNC) dalam memutuskan penanaman modal di suatu negara adalah tersedia atau tidaknya suatu bursa yang aktif memberikan fleksibilitas kepada penanam modal untuk mengatur periode waktu dan tingkat investasi yang dilakukan. Penjualan saham selalu dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien daripada penjualan mesin-mesin dan aktiva lain. Kondisi inilah yang disebut likuidnya suatu bursa. 5) Pendangan makro lainnya adalah bahwa pasar sekunder yang aktif dan efisien dapat dijadikan salah satu leading indicator dalam memahami arah
36
perkembangan perekonomian. Dari rangkaian kajian empiris yang
panjang, para pakar menemukan bahwa resesi ekonomi pada umumnya didahului oleh naiknya harga saham.
2.2
Initial Public Offering (IPO)
Pengertian Initial Public Offering (IPO) 2.2.1 Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) atau yang
lebih dikenal dengan istilah go public adalah kegiatan penjualan saham perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat (public) di pasar modal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan bahwa “Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.” Penawaran umum perdana (IPO) merupakan suatu persyaratan yang harus dilakukan bagi emiten yang baru pertama kali menjual sahamnya di Bursa Efek. Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public merupakan keputusan yang tidak tanpa perhitungan, karena perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi yang menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan (cost). Alasan dilakukan go public adalah karena dorongan atas kebutuhan modal (capital need). Perusahaan yang go public adalah perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan yang pesat, perusahaan dituntut untuk mampu menyediakan dana untuk keperluan investasi baru.
37
Dalam melakukan go public, perusahaan dapat menikmati berbagai
manfaat, baik financial maupun nonfinansial. Menurut Sitompul (2000) dalam
Handayani (2008:21), hal ini menguntungkan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan penawaran umum, antara lain bahwa melalui
go public, perusahaan akan mendapatkan dana segar yang dapat digunakan sebagai modal untuk jangka panjang dan juga sangat berguna untuk mengembangkan perusahaan, membayar hutang dan tujuan-tujuan lainnya.
Dengan melakukan go public dapat pula meningkatkan nilai pasar dari perusahaan, karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik, likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup. Initial Public Offering yang dilakukan oleh perusahaan juga akan meningkatkan kekayaan bersih perusahaan, tanpa perlu membayar kembali atau meminta tambahan pinjaman. Disamping itu, citra dan perkembangan perusahaan akan meningkat, karena suatu perusahaan yang semula lingkup usahanya hanya bersifat nasional akan lebih mudah untuk dapat melakukan ekspansi ke tingkat internasional seiring dengan penjualan sahamnya. Dan apabila penawaran ini sukses, maka peningkatan citra perusahaan itu dengan sendirinya akan menyertai pula. Disamping keuntungan-keuntungan diatas, dapat pula disebutkan satu keuntungan lain yaitu setelah perusahaan memasuki pasar modal dan menunjukkan kinerja yang baik, maka selanjutnya tambahan modal akan mudah
38
didapat, baik dari investor-investor individual maupun dari investor institusional lainnya.
Terlepas dari berbagai manfaat yang dapat dinikmati, terdapat pula hal-hal
yang kurang menguntungkan dari Initial Public Offering ini, diantaranya adalah
biaya proses, pelaksanaan, mencakup biaya untuk membayar auditor, penjamin (underwriter), percetakan, promosi, penasehat hukum dan biaya sesudah emisi Public Offering. Biaya ini harus di pertimbangkan sebagai suatu hal yang Initial
penting, karena biaya penawaran umum dan biaya setelah beroperasi sebagai perusahaan yang publik merupakan pengeluaran yang cukup besar. Kerugian lain adalah adanya kewajiban perusahaan untuk menyajikan informasi secara lengkap (full disclosure) tentang segala hal yang sekiranya memiliki nilai atau dapat mempengaruhi penilaian calon investor. Hal ini di sisi lain akan dapat menguntungkan pesaing perusahaan. Selain itu, terdapat pula berbagai tanggung jawab dan beban yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut setelah menjadi perusahaan publik. Setelah menjadi perusahaan publik, tugas manajemen menjadi semakin berat, karena manajemen tidak lagi semata-mata bertanggung jawab terhadap beberapa pemegang saham, tetapi juga terhadap pemegang saham publik. Fleksibilitas ruang gerak manajemen menjadi berkurang, berbagai langkah yang akan dilakukan seringkali membutuhkan persetujuan pemegang saham publik, khususnya apabila keputusan yang akan diambil dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut. Perusahaan juga harus patuh kepada berbagai peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek.
39
2.2.2 Proses Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)
Menurut Widoatmodjo (2009:54) mengatakan bahwa ada empat tahap yang
harus dilalui perusahaan, bila hendak melakukan IPO, yaitu :
1. Masa Persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahapan ini, paling tidak ada Sembilan langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai
berikut: a. Manajemen, dewan komisaris dan direksi perusahaan memutuskan akan merencanakan mencari dana dari masyarakat (go public) untuk menambah modal perusahaan. b. Mengadakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) diantara pemilik saham sebelum go public. Pada RUPS ini, agendanya hanya dua, yaitu permintaan persetujuan rencana go public dan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) perusahaan. c. Setelah semua pemegang saham setuju untuk go public, maka dimulailah mencari penjamin emisi, lembaga penunjang (wali amanat, penanggung, biro administrasi efek) dan profesi penunjang (akuntan publik, notaries, konsultan hukum, perusahaan penilai) untuk membantu proses go public. d. Mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan. e. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi. Adapun dokumen-dokumen yang harus disiapkan adalah sebagai berikut : − Surat pengantar pernyataan pendaftaran.
40
− Prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran dan dokumen lain yang
diwajibkan yang berhubungan dengan proses go public. − Rencana jadwal emisi.
− Konsep surat efek.
− Laporan keuangan.
− Rencana penggunaan dana (dirinci pertahun).
− Proyeksi, jika dicantumkan dalam prospektus. − Legal audit (pendapat dari akuntan). − Legal opinion (pendapat dari konsultan hukum). − Riwayat hidup komisaris dan direksi. − Perjanjian penjamin emisi. − Perjanjian agen penjualan. − Perjanjian perwaliamanatan. − Perjanjian dengan bursa efek. − Kontrak pengelolaan saham. − Kesanggupan calon emiten untuk menyerahkan semua laporan yang diwajibkan oleh UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. − Bapepem-LK dapat meminta keterangan lain yang bukan merupakan bagian dari pernyataan pendaftaran, seperti NPWP dan KTP komisaris direksi.
f. Penandatangan perjanjian-perjanjian emisi. g. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat utang, harus mendapat
peringkat
dari
lembaga
pemeringkat
terlebih
dahulu
41
(pemeringkatan ini bisa dimintakan ke PT Pefindo - Pemeringkat Efek
Indonesia).
h. Mengajukan pernyataan go public kepada Bapepam – LK, seluruh
dokumen perusahaan yang akan go public, dievaluasi apakah memenuhi
syarat ketentuan yang berlaku atau tidak. Adapun ketentuan yang harus
dipenuhi calon emiten adalah :
− Bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran
umum. − Surat
pengantar
untuk
pernyataan pendaftaran dalam rangka
penawaran umum. − Ketentuan umum pengajuan pernyataan pendaftaran i.
Kontrak pendahuluan dengan bursa efek.
2. Masa Penawaran Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurang-kurangnya 3 hari kerja dan jangka waktu antara pemberian izin emisi dan saat pencatatan di bursa ditetapkan maksimum 90 hari. Masa penawaran ini sangat menentukan apakah efek yang ditawarkan oleh emiten akan terserap seluruhnya (full/over subscribe), atau masih sisa, dimana jumlah efek yang diminta lebih kecil daripada jumlah yang ditawarkan (under subscribe). Dalam tahap penawaran ini, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
42
a. Mempubilkasikan prospektus
Dari prospektus inilah investor mengetahui kondisi perusahaan, sehingga bisa memutuskan apakah membeli surat berharga yang ditawarkan atau
tidak. Untuk mempublikasikan prospektus dapat ditempuh berbagai cara,
antara lain mengiklankan secara lengkap di surat kabar nasional (cara ini
wajib dilakukan) dan melakukan public expose. Pada acara ini, calon
emiten bersama penjamin emisi mengundang calon investor guna berpromosi, agar pemodal bersedia membeli efek yang ditawarkan. Pada acara ini, investor berhak mengajukan berbagai pertanyaan.
b. Melakukan penawaran perdana Pada masa ini, investor mulai bisa membeli saham, inilah yang dimaksud membeli di pasar perdana. Meski demikian, membeli saham di pasar perdana, tetap harus melalui perusahaan pialang. Disini, calon emiten tidak melakukan apa-apa, tetapi bila diperlukan, bisa berkoordinasi dengan penjamin emisi untuk mendorong penjualan saham atau obligasi. c. Penjatahan efek Langkah ini diperlukan jika permintaan melebihi persediaan. Disamping itu, juga untuk menghindari efek jatuh kepada sedikit investor, sebab semakin sedkit investor yang memegang efek, semakin tidak likuid efek tersebut di pasar sekunder. d. Refund Refund adalah pengembalian uang investor. Ini terjadi jika dalam penjatahan investor tersebut tidak mendapatkan jatah.
43
3. Masa Pencatatan Setelah penjualan di pasar perdana berlalu beberapa minggu, tahap berikutnya
adalah melakukan pencatatan di bursa efek. Oleh manajemen bursa efek,
perusahaan yang akan go public dievaluasi lagi, apakah memenuhi syarat
untuk dicatat di bursa efek atau tidak. Bila bursa efek setuju dengan pencatatan perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan segera membayar biaya pencatatan, atau sering disebut listing fee, yang besarnya untuk BEI
minimal Rp.10.000.000 dan maksimal Rp.100.000.000. Saham yang dicatatkan di BEI dibagi atas dua pencatatan, yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan. Selengkapnya, langkah-langkah yang harus dilalui dalam masa pencatatan di BEI adalah sebagai berikut : a. Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke bursa, sesuai dengan ketentuan pencatatan efek di BEI. b. Bursa melakukan evaluasi berdasarkan persyaratan pencatatan. c. Jika memenuhi persyaratn pencatatan, bursa memberikan surat persetujuan pencatatan. d. Emiten membayar biaya pencatatan (listing fee, minimal Rp.10.000.000 dan maksimal Rp.100.000.000). e. Bursa mengumumkan pencatatan efek di papan perdagangan elektronik bursa. f. Efek tersebut mulai tercatat dan dapat diperdagangkan di BEI. Pada masa ini, dimulailah perdagangan di pasar sekunder.
44
4. Kewajiban umum setelah go public Meskipun sudah dicatat di BEI, proses go public ini belum selesai, tahap
berikutnya adalah menunaikan kewajiban yang harus dipenuhi setelah
pencatatan, yang terpenting diantaranya sebagai berikut :
a. Menerbitkan laporan tahunan
Dari laporan ini, investor bisa mengetahui prestasi perusahaan dan juga
menilai apakah emiten mampu memenuhi janjinya yang dulu dituangkan dalam prospektus.
b. Membayar biaya go public Selain listing fee, perusahaan yang sudah go public juga harus memenuhi kewajiban biaya lainnya, seperti biaya tahunan (annual fee). c. Mengadakan RUPS Di forum ini, perusahaan publik memutuskan berapa laba dibagi sebagai dividen dan berapa untuk laba ditahan. Di forum ini pula, investor bisa mengajukan usul-usul. d. Langkah yang tak kalah penting setelah go public adalah emiten harus bersikap terbuka, misalnya dengan membentuk secretariat perusahaan (corporate secretary).
45
2.3
Informasi dalam Prospektus
Menurut Widoatmodjo (2009:61) menyatakan bahwa : Prospektus adalah dokumen resmi yang dikeluarkan emiten dalam rangka menjual surat berharga atau efek kepada masyarakat. Prospektus menjadi sangat penting keberadaannya, jika perusahaan baru pertama kali menjual surat berharga kepada masyarakat, sebab hanya dari sinilah masyarakat bisa mendapatkan informasi.
Jadi, informasi dalam prospektus ini sangat penting bagi investor yang akan
menanamkan modalnya pada perusahaan yang bersangkutan. Biasanya informasi
yang disajikan dalam prospektus adalah sebagai berikut : 1. Jadwal proses go public. Jadwal ini diperlukan untuk mengetahui : a. Harga perdana, yaitu harga ketika pertama kali saham dijual kepada masyarakat. Harga ini yang berlaku di pasar perdana. b. Periode penawaran, di pasar perdana penawaran saham dari penjamin emisi dibatasi dalam waktu tertentu, misalnya satu bulan. c. Total saham atau obligasi yang ditawarkan. d. Waktu penjatahan, yaitu pembagian kepada masing-masing investor karena terbatasnya jumlah saham atau obligasi yang dijual. e. Waktu pengembalian uang pesanan (refund) jika pemesan tidak mendapat jatah. f. Waktu listing. 2. Sejarah singkat perusahaan. Informasi sejarah singkat perusahaan diperlukan untuk mengetahui reputasi perusahaan, apakah selama ini memiliki citra yang bagus atau tidak.
46
3. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). 4. Para pengelola (komisaris dan direksi).
Informasi tentang komisaris dan direksi diperlukan untuk mengetahui reputasi
para pengelola perusahaan. Jika perusahaan dikelola oleh professional yang
bereputasi baik, maka perusahaan memiliki prospek yang cerah dan saham atau obligasi perusahaan ini bisa dipertimbangkan untuk dibeli.
5. Struktur organisasi.
6. Pendapat dari konsultan hukum. 7. Pendapat dari penilai. 8. Laporan keuangan, yang sudah diaudit akuntan publik seperti : − Neraca − Laporan laba/rugi − Laporan perubahan modal Informasi laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Jika kondisi keuangan perusahaan sehat, maka memiliki peluang besar untuk mencetak laba di masa-masa mendatang, sehingga bisa diharapkan untuk membagi dividen atau membayar bunga obligasi dan harga saham atau obligasi juga bisa meningkat. 9. Proyeksi yang dirinci pertahun Dalam prospektus, biasanya emiten menyajikan proyeksi keuangan ke depan.
47
10. Kebijaksanaan dividen yang akan diambil emiten Informasi ini diperlukan untuk menilai kepedulian emiten terhadap pemegang
sahamnya. Selain itu juga untuk mengukur komitmen emiten terhadap janjinya
sendiri.
11. Risiko, yaitu kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan perusahaan tidak berhasil mencapai proyeks, sehingga menyebabkan investor akan merugi.
12. Persyaratan dan tata cara pemesanan efek.
2.4
Harga Penawaran Pasar Perdana Dengan melihat besar kecilnya return yang akan diterima oleh penjamin
emisi, sejumlah harga pasar perdana dinilai terlalu rendah. Pasar penawaran perdana adalah penawaran pertama saham ke publik dan kadang disebut unscasoned offering. Masalah penawaran yang mengundang pertanyaan bagi para peneliti di bidang keuangan. Hal tersebut disebabkan karena umumnya penawaran saham di pasar perdana memberikan abnormal return yang positif bagi para pemodal segera setelah saham-saham tersebut diperdagangkan di bursa. Menurut Syahputra (2008:23) menjelaskan bahwa abnormal return menunjukkan selisih tingkat keuntungan yang sebenarnya (estimated return). Dalam penawaran saham perdana estimated return sering diwakili oleh tingkat keuntungan indeks pasar (market return).
48
Dengan demikian maka abnormal return yang positif menunjukkan bahwa
tingkat keuntungan yang diperoleh karena memiliki suatu saham, lebih besar dari
keuntungan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya harga saham pada
waktu penawaran perdana relatif murah.
2.5
Underpricing Saham
2.5.1 Pengertian Underpricing
Menurut Arum Prastiwi (2001) dalam Umbara (2008) Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan akan mendapatkan dana yang maksimal. Caster dan Manaster (1990) dalam Handayani (2008:26) menjelaskan bahwa : Underpricing adalah hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar perdana. Fenomena underpricing terjadi karena adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak emiten, biasanya disebut asymetri informasi. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi, dilain pihak, underwriter sebagai penjamin emisi menginginkan harga yang rendah demi meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Pihak underwriter kemungkinan mempunyai informasi lebih banyak dibanding pihak emiten. Kondisi asymetri informasi inilah yang menyebabkan terjadinya underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil risiko. Jadi, para emiten perlu mengetahui situasi pasar sebenarnya agar pada saat IPO, harga saham perusahaan tidak mengalami underpricing.
49
Partisipasi investor institusi baik lokal maupun asing yang dilihat dari
kesediaannya membeli saham pada pasar perdana maupun pasar sekunder dapat
merupakan pertanda akan mendapat initial return. Para investor institusi dapat
diajak berpola jangka panjang (long term) artinya bersedia untuk menahan
sementara saham yang dimiliki untuk tidak dijual dalam jangka pendek, sehingga berperan menahan penurunan harga. dapat
2.5.2 Teori - teori yang Menjelaskan Underpricing Ada tiga teori pokok yang menentukan underpricing, yaitu : 1. Asimetri Informasi Beberapa literatur menjelaskan terjadinya underpricing, karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan informasi yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana, yaitu emiten, underwriter (penjamin emisi) dan masyarakat pemodal. 2. Signalling Hypothesis Menurut Yoga (2010:72) teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Dengan demikian, pasar diharapakan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Menurut Megginson (1997) dalam Yoga (2010:72) agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
50
Pada saat melakukan penawaran umum perdana, calon investor tidak
sepenuhnya dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Menurut Allen dan Faulhaber (1989) dalam Yoga (2010:72) menemukan
bahwa perusahaan yang berkualitas buruk, tidak mudah untuk meniru
perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan underpricing, hal ini disebabkan karena cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe perusahaan tersebut.
Pada perusahaan yang buruk, cash flow yang tinggi pada periode berikutnya jarang terjadi, akibatnya revisi harga saham juga jarang terjadi. Dengan demikian, biaya untuk melakukan underpricing akan semakin besar untuk perusahaan yang buruk. 3. Litigation Risk Ernyan dan Husnan (2002) dalam Syahputra (2008:38) menyatakan bahwa regulation hypothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar, termasuk dengan calon para pemodal.
2.6
Variabel - Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa rata-rata perusahaan yang
melakukan initial public offering (IPO) mengalami underpriced. Fenomena underpricing hampir dijumpai pada semua pasar modal yang ada di dunia.
51
2.6.1 Reputasi Underwriter
Pada dasarnya perusahaan dapat saja menerbitkan efeknya tanpa
menggunakan jasa penjamin emisi (underwriter), namun demikian karena
prosesnya begitu rumit, untuk itu diperlukan pengetahuan yang spesifik, maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak mungkin memasuki pasar modal, tanpa bantuan penjamin emisi.
Menurut peraturan pasar modal 1996 menyatakan bahwa “Penjamin emisi
atau underwriter merupakan pihak yang telah mengadakan kontrak
untuk
membeli efek dari emiten.” Tapi tidak selalu penjamin emisi mau membeli sekuritas yang tersisa dari hasil penjualan. Menurut Usman dan Riphat (1997:75) Salah satu cara untuk mengambil jalan tengah dalam situasi demikian adalah penjamin emisi dapat memilih salah satu tipe penjaminan yang ada apakah full of commitment, best efforts, all or none commitment atau stand by commitment. 1. Full of Commitment Underwriting Penjamin emisi dengan kesanggupan penuh (full commitment underwriting) atau seringkali disebut pula firm commitment underwriting memberikan beban tanggung jawab kepada underwriter untuk mengambil alih risiko penawaran efek dengan cara memberikan jaminan kepada emiten, bahwa underwriter membeli seluruh efek yang ditawarkan dan kemudian menjualnya kembali kepada masayarakat dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang dibayarkan kepada emiten. Dengan demikian kalau sebagian atau seluruh efek
52
tersebut tidak laku terjual, maka risikonya adalah sepenuhnya menjadi beban underwriter.
2. Stand by Underwriting
Suatu variasi dari bentuk full of commitment underwriting dikenal adanya
bentuk penjaminan yang disebut penjaminan dengan “kesanggupan siaga” (stand by underwriting). Underwriter yang memilih model ini, sesuai dengan peraturan pasar modal Indonesia mengikatkan diri untuk membeli sisa efek
yang tidak terjual pada suatu tingkat harga tertentu berdasarkan syarat-syarat yang telah diperjanjikan. Ini berarti bahwa terdapat kecenderungan bahwa efek yang tidak laku tersebut dibeli oleh underwriter dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pada waktu efek itu ditawarkan kepada masyarakat dalam pasar perdana. 3. Best – Efforts Underwriting Dalam bentuk ini penjaminan emisi hanya berperan sebagai agen dari emiten. Underwriter tidak memberikan jaminan untuk membayar sisa efek yang tidak laku terjual, melainkan hanya menjualkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kalau ada efek yang tidak laku terjual, maka efek ini dikembalikan kepada emiten. Underwriter hanya membayar harga efek yang laku terjual. Dalam penjaminan emisi model ini dapat ditentukan bahwa penawaran akan dibatalkan apabila tidak terjual semua atau dalam istilah asing sering disebut all or none offering. Emiten dapat menempuh pendekatan ini, apabila ia merasa bahwa penawaran tidak ekonomis untuk dilanjutkan kecuali jumlah modal yang diperlukan dari hasil penjualan efek tersebut dapat diperoleh.
53
Tidak ada satupun pembeli yang permohonannya dipenuhi sampai emiten menetapkan bahwa seluruh efek telah dipasarkan dengan sukses.
Dalam kegiatan penjaminan emisi, underwiter memperoleh jasa penjaminan
(underwriting fee) yang besarnya dihitung dari nilai penawaran dalam pasar
perdana. Pada umumnya terdapat tiga bentuk underwriting fee meliput i : 1) Management fee yaitu fee yang dibayarkan kepada Penjamin Pelaksana
Emisi.
2) Underwriting fee yaitu fee yang dibayarkan kepada para underwriter yang turut serta menjamin emisi saham tersebut. Fee yang dibayarkan kepada para underwriter dibagi menurut imbangan besar kecilnya bagian yang dijamin masing-masing underwriter. 3) Selling fee yaitu fee yang dibayarkan kepada para Stock Brokers (Perantara dan Pedagang Efek) yang ditunjuk sebagai agen sesuai dengan jumlah efek yang berhasil dijualnya. Menurut Sitompul (2004:72) dalam Syahputra (2008) underwriter yang baik setidaknya harus memiliki keahlian, antara lain : 1) Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun struktur penawaran dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi dan para broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek perusahaan setelah proses pendaftaran. 2) Pengalaman yang luas, underwriter diharuskan mempunyai pengetahuan yang luas tentang kondisi pasar dan berbagai tipe investor (pemodal).
54
3) Berpengalaman dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik (attractive) dan juga
menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.
4) Kemampuan memberikan dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai
kemampuan untuk membantu perusahaan dalam penawarn efek selanjutnya. 5) Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya membantu perusahaan untuk menganalisis perusahaan kliennya pesaing, pasar
dan juga perekonomian secara makro dan mikro.
2.6.2 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Menurut Ardiansyah (2004) dalam Susilowati (2010:29) menyatakan bahwa : Profitabilitas perusahaan yang mencerminkan efektifitas perusahaan untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang. Apabila profitabilitas suatu perusahaan bernilai tinggi, maka akan mengurangi risiko ketidakpastian bagi investor. Penggunaan profitabilitas mencerminkan keyakinan manajemen tentang kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang cukup dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, peningkatan profitabilitas merupakan signal positif, bahwa untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang lebih tinggi, daripada ketidakpastian atau risiko yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, profitabilitas diprediksi berpengaruh postif terhadap initial return. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) dan return on equity (ROE), karena biasanya orang yang menanamkan modalnya di suatu perusahaan, dilihat dari kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba pertahunnya.
55
2.6.2.1 Return on Assets (ROA)
Menurut Ang (1997) dalam Handayani (2008:30) mengatakan bahwa
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan
seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan
atau laba bagi perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Nilai ROA yang semakin tinggi, akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Menurut Ghozali (2002) dalam Handayani (2008) Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, sehingga akan menurunkan tingkat underpricing. Hal ini berarti kemungkinan investor untuk mendapatkan return awal semakin rendah.
2.6.2.2 Return on Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2005) dalam Kurniawan (2006:6) ROE digunakan
untuk
mengukur
efektifitas
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan dengan cara memanfaatkan modal saham yang ada. Nilai ROE yang semakin tinggi, akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan
56
informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya.
Menurut Kurniawan (2006:6) Profitabilitas yang tinggi dari suatu
perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, sehingga akan menurunkan tingkat underpricing. Hal ini berarti kemungkinan investor untuk
mendapatkan return awal semakin rendah, tetapi dalam jangka panjang setelah
memasuki pasar sekunder kemungkinan investor mendapatkan return yang tinggi
akan bisa terwujud, bila nilai ROE perusahaan semakinn tinggi karena hal itu menandakan bahwa perusahaan itu mengalami profit.
2.6.3 Total Asset Turnover (TATO) TATO merupakan salah satu rasio aktivitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran dari aktiva-aktiva tersebut. TATO digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva penjualan dimanfaatkan dalam menunjang kegiatan penjualan. Menurut Ang (1997) dalam Kurniawan (2006:6) semakin tinggi rasio TATO, maka semakin efisiensi suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai TATO yang tinggi, akan menarik investor untuk terus berinvestasi di perusahaan tersebut dan akan menaikkan nilai saham tersebut. Dengan demikian diduga semakin besar nilai TATO suatu perusahaan, maka semakin besar initial return.
57
Menurut Tuasikal (2002) dalam Kurniawan (2006:6) menyatakan bahwa
variabel TATO pada perusahaan non manufaktur lebih dapat memprediksi return
saham dibandingkan pada perusahaan manufaktur.
2.7
Penelitian Terdahulu
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan penelitian terdahulu yang relevan,
yang berhubungan dengan masalah reputasi underwriter, umur perusahaan, ROA
dan EPS terhadap underpricing, antara lain : 1. Menurut Surya Hadi Syahputra (2008) dengan judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan yang IPO di BEJ Tahun 2003 – 2006. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil penelitian menunjukkan bahwa : a. Terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, ROE dan persentase saham yang ditawarkan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta b. Secara parsial, variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing perusahaan di Bursa Efek Jakarta, sedangkan untuk variabel reputasi auditor, umur perusahaan, ROE dan persentase saham yang ditawarkan tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing di Bursa Efek Jakarta.
secara
58
2. Menurut Dian Febriana (2004) dengan judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Go Public di Bursa
Efek Jakarta Periode 2000-2002.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa : a. Dari enam hipotesis yang diajukan yaitu : Reputasi Auditor, Reputasi
Underwriter, umur perusahaan, solvabilitas perusahaan, profitabilitas perusahaan (ROA), jenis industri, hanya dua variabel yang berhasil dibuktikan oleh data penelitian, variabel tersebut adalah solvabilitas perusahaan yang berhubungan negatif dengan tingkat underpricing saham dan profitabilitas yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap underpricin,. sedangkan variabel lain tidak berhasil dibuktikan adanya pengaruh yang signifikan terhadap underpricing saham.
3. Menurut Sri Retno Handayani (2008) dengan judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang GoPublic di BEJ Tahun 2000-2006). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil penelitian menunjukkan bahwa : a. Tidak ada pengaruh yang signifikan Debt to equity ratio terhadap underpricing. b. Tidak ada pengaruh yang signifikan Return on Assets terhadap underpricing.
59
c. Terdapat pengaruh negatif yang signifikan Earning Per Share terhadap
Underpricing.
d. Tidak ada pengaruh yang signifikan umur terhadap underpricing.
e. Terdapat pengaruh yang signifikan ukuran terhadap underpricing.
f. Terdapat pengaruh yang signifikan prosentase saham yang ditawarkan
kepada publik terhadap underpricing.
g. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Debt to equity ratio, Return on
Assets, Earning Per Share, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan prosentase penawaran saham secara bersama-sama terhadap underpricing. 4. Menurut Benny Kurniawan (2006) dengan judul : Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offering IPO (Studi Empiris : Di Perusahaan Non Keuangan yang Listing di BEJ Periode 2002-2006). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil penelitian menunjukkan bahwa : a. Secara parsial
variabel Total Asset Turnover, prosentase penawaran
saham, ROE berpengaruh signifikan
terhadap return awal di pasar
perdana pada alpha 0,05, sedangkan variabel Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Earning Per Share, Umur Perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. b. Secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel independent berpengaruh terhadap initial return.
60
c. Secara parsial Total Asset Turnover dan prosentase penawaran saham
berpengaruh signifikan terhadap terhadap return 7 hari pada alpha 0,05. Sedangkan variabel lain lain yaitu ROE, Current Ratio, Debt To Equity
Ratio, Earning Per Share, Umur Perusahaan dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap return 7 hari. d. Terdapat perbedaan
yang signifikan dari pengaruh 8 variabel bebas
tersebut terhadap initial return dan return 7 hari.