BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) laporan keuangan
adalah: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dan memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik”. Adapun pengertian laporan keuangan menurut Martono dan Agus (2010:51) “laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”. Sedangkan menurut Fahmi (2011:2) laporan keuangan adalah “suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah informasi mengenai keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu dan informasi tersebut dapat dijadikan acuan mengenai kinerja dari perusahaan tersebut.
10
2.1.1.1
Komponen Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) komponen laporan
keuangan terdiri dari: a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode d. Laporan arus kas selama periode e. Catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain. f. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2.1.1.2
Manfaat Laporan Keuangan Menurut Martono dan Agus (2010:52) laporan keuangan yang baik
dan akurat dapat memberikan manfaat antara lain dalam: 1. Pengambilan keputusan investasi 2. Keputusan pemberian kredit 3. Penilaian aliran kas 4. Penilaian sumber ekonomi 5. Melakukan klaim terhadap sumber dana
11
6. Menganalisis perubahan yang terjadi terhadap sumber dana 7. Menganalisis penggunaan dana Sedangkan menurut Fahmi (2011:4) manfaat laporan keuangan adalah “untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya”. 2.1.1.3
Pengguna dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) terdapat beberapa
pengguna laporan keuangan dengan kebutuhan informasi yang berbeda yaitu: a. Investor Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
12
c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup entitas. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan
informasi
untuk
mengatur
aktivitas
entitas
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
13
g. Masyarakat Entitas dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional
termasuk
jumlah
orang
yang
dipekerjakan
dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.2
Analisis Rasio Keuangan Menurut Gumanti (2011:111) analisis rasio keuangan adalah: “Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menganalisis prestasi usaha suatu perusahaan. Analisis ini didasarkan pada datadata historis yang tersaji dalam laporan keuangan, baik neraca, laporan laba rugi, maupun laporan arus kas”. Adapun menurut Sudana (2011:20) analisis rasio keuangan adalah
sebagai “salah satu cara memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaann adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2012:212) analisis rasio keuangan adalah: “Menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan keuangan seperti elemen-elemen dari berbagai aktiva satu dengan lainnya, elemen-elemen pasiva yang satu dengan lainnya, elemen aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan dengan elemen-elemen laporan rugi/laba”. Menurut Martono dan Agus (2010:50) sumber analisis rasio keuangan dapat dibedakan:
14
1. Perbandingan
internal
(internal
comparison),
yaitu
membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. 2. Perbandingan eksternal (external comparison) dan sumber-sumber rasio industri, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama. 2.1.2.1
Manfaat Analisis Rasio Keuangan Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dipergunakannya rasio
keuangan menurut Fahmi (2011:109) yaitu: a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
15
2.1.2.2
Jenis Rasio Keuangan Menurut Martono dan Agus (2010:53) terdapat empat jenis rasio
keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Keempat rasio keuangan tersebut adalah: a. Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dikenal juga sebagai rasio efesiensi, yaitu rasio yang mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan asetasetnya. c. Rasio Leverage Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman). d. Rasio Profitabilitas Rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.
untuk
16
2.1.3
Variabel Penelitian
2.1.3.1
Likuiditas
2.1.3.1.1
Pengertian Likuiditas adalah “rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya” (Fahmi, 2011:121). Adapun pengertian likuiditas yang di kemukakan oleh Sutrisno (2012:14) adalah: “Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas berhubungan dengan masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada perusahaan, artinya semakin tinggi likuiditas semakin percaya para kreditor jangka pendek. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva yang mudah dijadikan uang tunai, seperti kas, surat berharga, piutang, dan persediaan”. Menurut Martono dan Agus (2010:55) likuiditas adalah “indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva yang tersedia”. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo atau hutanghutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. 2.1.3.1.2
Ukuran Rasio Likuiditas Menurut Sutrisno (2012:60) likuiditas dapat diukur melaui beberapa
indikator sebagai berikut: a. Current Ratio b. Quick Ratio atau Acid Test Ratio c. Cash Ratio
17
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio (CR). Dimana current ratio (CR) menurut Sutrisno (2012:60) adalah: “Rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Hutang jangka pendek disini meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar”. Sedangkan menurut Fahmi (2011:121) current ratio (CR) adalah “ukuran yang umum digunakan atau solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo”. Adapun rumus untuk menghitung current ratio (CR) menurut Sudana (2011:21) adalah:
2.1.3.2
Aktivitas
2.1.3.2.1
Pengertian Menurut Sutrisno (2012:219) “aktivitas terdiri dari beberapa rasio yang
mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya”. Adapun menurut Martono dan Agus (2010:56) aktivitas adalah: “Activity ratio mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran”. Sedangkan menurut Fahmi (2011:132) aktivitas adalah:
18
“Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber dana yang dimilikinya secara optimal guna memperoleh hasil yang maksimal. 2.1.3.2.2
Ukuran Rasio Aktivitas Menurut Sutrisno (2012:221) aktivitas dapat diukur melalui beberapa
indikator sebagai berikut: a. Inventory Turnover b. Average Day Sell Inventory c. Receivable Turnover d. Receivable Collection Period e. Fixed Assets Turnover f. Total Assets Turnover Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas adalah total assets turnover (TATO). Dimana pengertian total assets turnover (TATO) menurut Fahmi (2011:135) adalah “rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif”. Sedangkan menurut Sutrisno (2012:221) total assets turnover (TATO) adalah “ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
19
Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya”. Adapun rumus untuk menghitung total assets turnover (TATO) menurut Sudana (2011:22) adalah:
2.1.3.3
Profitablitas
2.1.3.3.1
Pengertian Menurut Fahmi (2011:135) profitabilitas adalah: “Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dan ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik pula tingkat kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan” Adapun pengertian profitabilitas menurut Sutrisno (2012:16) adalah
“kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya”. Sedangkan menurut Martono dan Agus (2010:53) profitabilitas adalah “rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
20
2.1.3.3.2
Ukuran Rasio Profitabilitas Menurut Sutrisno (2012:222) rasio profitabilitas dapat diukur melalui
beberapa indikator sebagai berikut: a. Gross Profit Margin b. Profit Margin c. Net Profit Margin d. Return On Assets e. Return On Equiy f. Return On Investment g. Earning Per Share Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets (ROA). Dimana pengertian return on assets (ROA) menurut Sudana (2011:22) adalah: “ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk meghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efesiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan”. Sedangkan menurut Sutrisno (2012:222) return on assets (ROA) adalah “ukuran kemampuan perusahaan dan menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”. Adapun rumus untuk menghitung return on assets (ROA) menurut Sudana (2011:22) adalah :
21
2.1.3.4
Kebijakan Dividen Kas Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah
memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi dalam bentuk dividen atau tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan (Sutrisno, 2012:266). Sedangkan dividen kas menurut Weygandt et al. (2011:513) adalah “dividen yang dibagikan dengan rata dalam bentuk tunai kepada pemegang saham”. Adapun pengertian kebijakan dividen menurut Martono dan Agus (2010:253) adalah: “Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”. Sedangkan menurut Sudana (2011:167) kebijakan dividen adalah “kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham”.
Adapun perhitungan dividend payout ratio (DPR) menurut Sudana (2011:24) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Sudana (2011:24) dividend payout ratio (DPR) adalah: “Rasio yang mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan”.
22
Sedangkan menurut Sutrisno (2012:266) dividend payout ratio (DPR) adalah “prosentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen”. Dari beberapa definisi di atas maka dapat kita lihat kebijakan dividen merupakan merupakan salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajemen dan besarnya tecermin dalam dividend payout ratio (DPR). Manajemen harus memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau tidak dibagi yakni dalam bentuk laba ditahan. 2.1.3.4.1
Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sutrisno (2012:267) faktor-faktor yang memengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain : a. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. b. Posisi Likuiditas Perusahaan Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang
23
kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya memiliki dividend payout ratio kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar. c. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Hutanghutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana dari dalam perusahaan dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio. d. Rencana Perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan
24
perusahaan,
semakin
pesat
perluasan
yang
dilakukan.
Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut dapat dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga sapat diperoleh dari internal resources berupa memeperbesar laba ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio-nya. e. Kesempatan Investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang memengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen. f. Stabilitas Pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatanya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya
25
tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. g. Pengawasan Terhadap Perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang akan menimbulkan risiko yang cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya. 2.1.3.4.2
Teori Kebijakan Dividen Terdapat beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh
para ahli. Menurut Sudana (2011:168) terdapat tiga teori kebijakan dividen yaitu: a. Teori Dividend Irrelevance Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance, kebijakan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham perusahaan atau
nilai
perusahaan. Modigliani
dan
Miller
berependapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus
26
pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak memengaruhi nilai perusahaan. b. Teori Bird In-The-Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Berdasarkan teori bird in the hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan
perusahaan
semakin
besar,
harga
pasar
saham
perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. c. Teori Tax Preference Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh perusahaan tetap ditahan perusahaan untuk membelanjai investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
27
2.1.3.4.3
Jenis Dividen Menurut Rudianto (2012:309) jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang sahamnya terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Dividen Tunai Dividen tunai yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagi dividen tunai, itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup. b. Dividen Harta Dividen harta merupakan bagian laba usaha perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dapat berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan. Jika surat beharga yang dimiliki suatu perusahaan akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang sahamnya, maka nilai wajar atau harga pasar surat berharga tersebut yang dijadikan dasar pencatatan. c. Dividen Skrip atau Dividen Hutang Dividen skrip atau dividen hutang merupakan bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di masa
28
mendatang. Dividen skrip atau dividen hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia kas yang cukup walaupun laba ditahan menunjukkan saldo yang cukup. Karena itu, pihak manajemen perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang kepada para pemegang saham. Dividen skrip dapat disertai dengan bunga, dan dapat pula tanpa bunga. d. Dividen Saham Dividen saham merupakan bagian laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang sahan dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen saham ini dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasi
sebagian usaha
yang diperolehnya
secara
permanen. Jika dividen saham dibagikan, tidak ada aset yang akan dibagikan dan setiap pemegang saham memiliki bagian (proporsi) kepemilikan yang sama pada perusahaan. Pembagian dividen saham akan mengakibatkan jumah lembar saham yang beredar bertambah banyak. Tetapi total aset dan kewajiban perusahaan tidak akan mengalami perubahan, baik sebelum maupun sesudah pembagian dividen. Berkaitan dengan pembagian dividen saham ini, nilai wajar atau nilai pasar saham tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan.
29
e. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi merupakan dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam berbagai bentuknya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau atau saldo laba
ditahan
perusahaan.
Dividen
likuidasi
merupakan
pengembalian modal atas investasi pemilik oleh perusahaan. 2.1.3.4.4
Prosedur Pembayaran Dividen Terdapat beberapa tahapan tanggal dalam pembayaran dividen,
menurut Brigham dan Houston (2010:227) tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut : a. Tanggal Deklarasi (Declaration Date) Tanggal di mana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen. b. Tanggal Pemilik Tercatat (Holder-of-Record Date) Perusahaan menutup buku perpindahan sahamnya dan menyusun suatu daftar pemegang saham per tanggal tersebut. Jika perusahaan menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen.
30
c. Tanggal Eks-Dividen (Ex-Dividend Date) Tanggal di mana hak atas dividen berjalan tidak dimiliki oleh suatu saham; biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat. d. Tanggal Pembayaran (Payment Date) Tanggal di mana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen. 2.1.3.4.5
Kebijakan Pemberian Dividen Menurut Sutrisno (2012:268) ada beberapa pemberian dividen secara
tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah : a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yan diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang diperoleh menigkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni :
31
1. Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko yang kecil. 2.
Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.
3. Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen yang Meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, dengan demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio (DPR).
32
d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah Ditambah Ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan mencapai jumlah tertentu. 2.2
Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang menjadi referensi pada penelitian
ini disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1
Peneliti Ibrahim Elsiddig Ahmed (2015)
Judul Penelitian Liquidity, Profitability and The Dividends Payout Policy (Study in UAE Banking Sector)
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR) sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Sedangkan secara
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah samasama menggunakan variabel independen yaitu return on assets (ROA) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets
33
No.
Peneliti
Judul Penelitian
2
Nining Dwi Rahmawati, Ivonne S. Saerang dan Paulina Van Rate (2014)
Kinerja Keuangan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaann BUMN di Bursa Efek Indonesia
3
Ahmad Sandi dan Nur Fadjrih Asyik (2013)
Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan Otomotif Periode 20092011
Hasil simultan likuiditas dan profitabilitas berepengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Hasil penelitian menunjukkan secara simutan rasi keuangan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Secara pasial total assets turnover (TATO) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (dividend payout ratio).
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
Persamaan
Perbedaan turnover (TATO).
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah samasama menggunakan variabel independen yaitu total assets turnover (TATO) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu likuiditas (current ratio) dan profitabilitas (return on assets). Persamaan Perbedaan penelitian penelitian terdahulu terdahulu dengan dengan penelitian ini penelitian ini adalah sama- adalah sama menggunakan menggunakan unit analisis variabel berupa independen perusahaan yaitu return manufaktur
34
No.
4
Peneliti
Inta Budi Setyanusa (2012)
Judul Penelitian
Pengaruh Return on Asset dan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20082011)
Hasil
Persamaan
Perbedaan
dividen kas. Secara parsial return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Hasil penelitian menunjukkan return on assets (ROA) dan current ratio (CR) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
on assets (ROA), current ratio (CR) dan variabel dependen yaitu kebijakan dividen kas melalui indikator dividen.
yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets turnover (TATO).
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah samasama menggunakan variabel independen yaitu return on assets (ROA), current ratio (CR) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR).
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets turnover (TATO).
35
2.3
Kerangka Pemikiran
2.3.1
Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Likuiditas merupakan “indikator kemampuan perusahaan untuk
membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia” (Martono dan Agus, 2010:134). “Perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar” (Sutrsino, 2012:266). Pada penelitian ini likuiditas tecermin melalui current ratio. Hal ini didukung oleh penelitian Setyanusa (2012) yang menunjukkan bahwa variabel current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas yang diproksikan melalui dividend payout ratio (DPR). 2.3.2
Pengaruh Aktivitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas “Aktivitas berkaitan dengan rasio yang mengukur seberapa efisien
penggunaan elemen-elemen yang ada di dalam perusahaan dalam kaitannya dengan tingkat perputaran” (Gumanti, 2011:116). Aktivitas diukur melalui total assets turnover (TATO) yang “mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan” (Sudana, 2011:22). “Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatanya tidak stabil” (Sutrisno, 2012:267). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rahmawati et al. (2014) yang menunjukkan bahwa variabel total assets turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
36
2.3.3
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas “Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh
manajemen. Semakin besar tingkat keuntungan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan” (Sutrisno, 2012:222). Profitabillitas diukur menggunakan return on assets (ROA) yang menunjukkan “kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak” (Sudana, 2011:22). Menurut Martono dan Agus (2010:253) “dividen yang dibayarkan akan lebih kecil apabila laba perusahaan yang ditahan lebih besar”. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Setyanusa (2012) yang menunjukkan bahwa variabel return on assets (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). 2.3.4
Pengaruh Likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan dapat diukur melalui current ratio (CR) (Gumanti, 2011:112). Perusahaan hanya dapat membayar dividen kas jika tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan mencukupi, artinya semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar dividen kas yang mampu dibayar kepada pemegang saham dan sebaliknya (Sudana, 2011:170). Sedangkan aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya yang dapat diukur melalui total assets turnover (TATO) (Martono dan Agus, 2010:56).
37
“Semakin tinggi tingkat perputaran yang diperoleh, semakin baik kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang ada guna menghasilkan penjualan” (Gumanti, 2011:115). Penjualan akan berdampak pada keuntungan yang dihasilkan perusahaan, perusahaan yang memiliki keuntungan relatif teratur akan membagikan dividen dengan presentasi yang lebih besar (Sudjaja dan Inge, 2002: 340). Faktor terakhir yakni profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya dan diukur melalui return on assets (ROA) (Martono dan Agus, 2010:53). “Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham” (Sudjaja dan Inge, 2002:340). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas.
38
Berdasarkan pemaparan di atas, struktur hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut: Laporan Keuangan
Analisis Rasio Keuangan
Profitabilitas
Aktivitas
Likuiditas
Total Assets Turnover (TATO)
Current Ratio (CR)
Return On Assets (ROA)
Tinggi
Rendah
Kebijakan Dividen Kas
Dividend Payout Ratio (DPR)
Tinggi
Rendah
Likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen Kas
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
39
2.4
Hipotesis Penelitian Adapun
paradigma
penelitian
yang
menggambarkan
hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut: LIKUIDITAS Current Ratio (X1)
AKTIVITAS Total Assets Turnover (X2)
KEBIJAKAN DIVIDEN KAS Dividend Payout Ratio (Y)
PROFITABILITAS Return On Assets (X3)
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Hipotesis Secara Simultan Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari likuiditas, aktivitas dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas. Hipotesis Secara Parsial a. Likuiditas (current ratio) Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari likuiditas terhadap kebijakan dividen kas.
40
b. Aktivitas (total assets turnover) Ha3: Terdapat pengaruh yang signfikan secara parsial dari aktivitas terhadap kebijakan dividen kas. c. Profitabilitas (retun on assets) Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas.