BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan
Saat ini banyak negara yang menjadikan industri pariwisata sebagai
sumber pendapatan terbesar karena banyaknya pengusaha di industri pariwisata yang menjual jasa mereka kepada wisatawan. Berikut pembahasan mengenai gambaran umum kepariwisataan:
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad 18, yang berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2009). Menurut McIntosh dalam Muljadi (2009, hal. 7) mengenai definisi pariwisata adalah: “...a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating, drinking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”. Definisi ini menjelaskan bahwa Pariwisata terdiri dari beberapa unsur. Unsur tersebut terdiri dari pelayanan dan industri yang menciptakan sebuah pengalaman perjalanan bagi wisatawan, seperti transportasi, akomodasi, makan, minum, pertokoan, hiburan dan aktifitas lainnya yang disediakan untuk wisatawan individu maupun kelompok. Menurut Muljadi (2009) arti pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata Indonesia. Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian secara berkali-kali atau berkeliling. Pendapat lainnya
6
mengenai definisi pariwisata, menurut Fennel dalam Pitana dan Diarta (2009, hal.
45) mengenai pengertian pariwisata adalah: “Tourism is defined as the interrelated system that includes tourist and the associated services that are provided and utilized (facilities, attraction, transportation, and accommodation) to aid in their movement”.
Definisi ini menjelaskan bahwa pariwisata didefinisikan sebagai sistem
yang saling terkait yang mencakup wisatawan dan layanan terkait yang disediakan dan dimanfaatkan (fasilitas, atraksi, transportasi, dan akomodasi) untuk membantu dalam gerakan mereka. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat asal ke tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah (menjalankan usaha) ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan, rekreasi dan atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya unsur paksaan. 2.1.2 Pengertian Wisatawan Definisi pengunjung (visitor) menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dalam Goeldner dan Ritchie (2009, hal. 7) adalah: “any person on a trip between two or more countries or between two or more localities within his/her country of usual residence ”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa wisatawan adalah seorang yang melakukan perjalanan ke negara lain selain negaranya diluar tempat kediamanya. Menurut Goeldner dan Ritchie (2009, hal. 4), definisi wisatawan adalah: “people who are visiting a particular place for sightseeing, visiting friends and relatives, taking a vacation, and having a good time. They may spend their leisure time engaging in various sports, sunbathing, talking, singing, taking rides, touring, reading, or simply enjoying the environment”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa wisatawan adalah seorang yang mengunjungi suatu tempat untuk melihat-lihat, mengunjungi teman dan kerabat, liburan serta menikmati waktu dengan baik. Mereka juga mungkin menghabiskan waktu liburannya untuk melakukan jenis olahraga tertentu, sunbathing,
7
mengobrol,
bernyanyi,
berkendara,
touring,
membaca,
atau
menikmati
lingkungan.
Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisatawan
adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara atau daerah tujuan wisata
bukan untuk bekerja dan dalam kurun waktu lebih dari 24 jam. Wisatawan
tersebut berwisata dengan tujuan untuk melihat-lihat, mengunjungi teman dan
kerabat, liburan serta menikmati waktu dengan baik. Selain itu mungkin mereka juga berwisata dengan tujuan untuk melakukan jenis olahraga tertentu, sunbathing, mengobrol, bernyanyi, berkendara, touring, membaca, atau
menikmati lingkungan.
2.1.3 Bentuk dan Jenis Wisata Secara umum bentuk pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dapat disaksikan pengunjung menurut situasi tertentu dan waktu yang tepat, serta kemauan untuk mengunjungi objek tersebut. Pendit (2002) menjelaskan jenis-jenis daya tarik wisata, antara lain: 1. Wisata Budaya Merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru mengenai kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, seni dan budaya dalam kelompok masyarakat tertentu. 2. Wisata Kesehatan Jenis perjalanan ini dilakukan oleh seseorang yang bertujuan untuk penyembuhan jasmani dan rohani. Biasanya mengunjungi tempat peristirahatan
yang
memiliki
sumber
mata
air
panas
yang
mengandung mineral, tempat yang mempunyai iklim udara yang menyegarkan sehingga dapat menyehatkan bagi pernapasan dan berbagai jenis tempat lain yang menyediakan fasilitas kesehatan. 3. Wisata Olahraga Wisata ini dimaksudkan untuk orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berolahraga atau sengaja menghadiri event yang berkaitan dengan olahraga.
8
4. Wisata Komersial
Merupakan jenis perjalanan yang mengunjungi pameran-pameran
pekan raya yang bersifat komersil, seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya. 5. Wisata Industri
Merupakan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi pabrik-
pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk
melakukan peninjauan. 6. Wisata Politik Jenis perjalanan ini dilakukan untuk mengunjungi suatu tempat untuk urusan politik, seperti musyawarah, konferensi, kongres, atau rapat. Peristiwa-peristiwa penting kenegaraan seperti perayaan ulang tahun suatu Negara yang mengundang pejabat tinggi pemerintahan dari berbagai Negara. 7. Wisata Konvensi Jenis wisata yang berhubungan dengan wisata politik. Wisata konvensi
ini
menyediakan
fasilitas
akomodasi
dan
sarana
pengangkutam yang menarik serta menyediakan program atraksi yang menggiurkan. 8. Wisata Sosial Merupakan jenis wisata yang menyediakan suatu perjalanan dengan harga yang terjangkau, wisata ini memberikan kesempatan bagi para golongan sosial menengah kebawah untuk dapat berwisata dengan harga yang terjangkau tetapi dapat menikmati atraksi wisata yang ada. 9. Wisata Pertanian Wisata pertanian adalah perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dimana wisatawan dapat melakukan studi atau penelitian bahkan sekedar melihat-lihat pemandangan yang ada dan menikmati segarnya tanaman yang beraneka warna dan subur.
9
10. Wisata Maritim (marina) atau Bahari
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan olahraga air,
memancing, berlayar, menyelam, berselancar, atau melihat biota laut, menikmati keindahan batu karang, beraneka ragam hewan laut dan pemandangan indah di permukaan laut. 11. Wisata Cagar Alam
mengunjungi danau, bengawan, pantai, teluk atau laut lepas untuk
Jenis wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan perjalananya mengunjungi daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan tempat lainnya yang berhubungan dengan kelestariannya dilindungi oleh pemerintah. 12. Wisata Buru Merupakan perjalanan yang diatur dalam bentuk safari ke daerah hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan. Wisatawan boleh menembak banteng dan babi hutan, pemerintah haruslah
bijaksana
dalam
mengatur
wisata
buru
ini
demi
keseimbangan hidup satwa yang diburu agar tidak punah. 13. Wisata Pilgrim Wisata ini berkaitan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan umat atau kelompok dalam suatu masyarakat. Wisatawan mengunjungi tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, atau pemimpin yang diagungkan. 14. Wisata Bulan Madu Wisata ini dilakukan oleh pasangan yang baru menikah, biasanya dilakukan selama sebulan setelah pernikahan, mereka mengunjungi tempat-tempat yang romantic dengan fasilitas yang khusus. 15. Wisata Petualangan Wisata petualangan atau biasanya dikenal Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi, mendaki tebing,
10
terjun ke sungai yang curam, arung jeram dan kegiatan lain yang cukup memacu adrenalin.
2.1.4 Motivasi Perjalanan Wisata
Bergerak merupakan salah satu sifat alami dan menjadi ciri manusia.
Manusia tidak dapat berdiam diri hanya di suatu tempat saja, tetapi selalu ingin
mengetahui sesuatu yang baru yang belum dilihatnya sebelumnya. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya keadaan social ekonomi, mendorong manusia untuk selalu bergerak. Menurut Soekadijo (2000) motivasi wisata adalah hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret, berupa
keperluan, dorongan atau alasan tertentu yang membuat seseorang melakukan
kegiatan wisata. McIntosh dalam Pitana (2005), mengklasifikasikan motivasi wisata menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Motivasi Fisik Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya. 2. Motivasi Budaya Motivasi yang berhubungan dengan memahami tata cara kebudayaan suatu bangsa atau daerah lain, seperti kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari, dan kebudayaan yang berupa bangunan, serta musik dan tarian. Atraksinya juga dapat berupa wisata alam, flora dan fauna. 3. Motivasi Interpersonal Motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu, seperti tokoh-tokoh terkenal. Pada umumnya orang yang menarik kedatangan orang lain ialah orang-orang yan istimewa atau terkenal. 4. Motivasi Status atau Motivasi Prestise Motivasi wisata untuk meningkatkan gengsi seseorang, dan adanya pengakuan dari orang lain. Jika seseorang pernah bepergian daerah ke daerah lain maka dianggap akan menaikan status orang tersebut.
11
Dari pengertian yang telah disebutkan, terdapat banyak motivasi dan
alasan seseorang melakukan kunjungan wisata. Orang melakukan kunjungan wisata karena ada hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, untuk mengetahui adat istiadat yang berbeda dengan negara asalnya, keinginan untuk
mengunjungi
sanak-keluarganya,
serta
motivasi
untuk
memperlihatkan
kedudukannya atau status dalam masyarakat, ini biasanya hanya untuk
kepentingan tersendiri.
2.2 Karakteristik Wisata Air
Menurut Yuliasari (2005) wisata air atau wisata bahari merupakan jenis
wisata yang memanfaatkan kawasan air sehingga apabila dikembangkan secara professional dan lengkap dapat menjadikannya sebagai objek dan tujuan wisata yang menarik. Karakteristik wisata air dibagi dalam dua bentuk, secara non fisik dan secara fisik yaitu sebagai berikut: 1. Secara non fisik a. Aspek keistimewaan gerakan air, hal ini dikarenakan perairan memiliki lingkungan yang unik, rasa keterbukaan dan kualitas temporer, seperti daya apung, angin, arus, ombak, pasang surut, gelombang dan cahaya dipermukaan air. b. Aspek ekologikal air, karena kehidupan dan kemurnian air dapat menawarkan sejumlah kesempatan menarik untuk terciptanya lingkungan yang unik, rasa keterbukaan dan kenyamanan suasana. 2. Secara fisik a. Pesisir (beach coastal), yaitu kawasan tanah atau pesisir yang landai atau datar dan langsung berhubungan dengan air. Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon sambil menikmati pemandangan perairan. b. Promenade / Esplanade, yaitu kawasan keras di permukaan air untuk berjalan-jalan atau berkendara sambil menikmati pemandangan perairan. Promenade adalah perkerasan yang dinaikan hanya sedikit di
12
lebih jauh dari permukaan air.
c. Dermaga, yaitu tempat bersandar kapal atau perahu, sekaligus sebagai jalan diatas air yang menghubungkan kapal dengan daratan. d. Jembatan, yaitu penghubung antara dua bagian yang terpisah oleh perairan. e. Pulau buatan atau bangunan buatan, yaitu dibuat diatas air disekitar
permukaan air, sedangkan Esplanade adalah perkerasan yang dinaikan
daratan untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan atau pulau buatan tersebut dapat terpisah dari daratan atau dihubungkan
dengan
jembatan
yang
merupakan
kesatuan
perancangan. f. Ruang terbuka (open space), yaitu taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan kawasan air. 2.2.1 Jenis Wisata Air Menurut Yuliasari (2005) kegiatan wisata air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan rekreasi dan kegiatan olahraga air, jenis-jenisnya adalah sebagai berikut: 1. Santai di perairan, merupakan aktivitas pasif (wisatawan tidak terlibat dalam aktivitas secara langsung), tidak memerlukan keahlian dan biasanya bersifat massal. 2. Berenang atau bermain di air. 3. Wisata keliling perairan, merupakan aktivitas diatas air sambil menikmati pemandangan dengan perahu atau kapal. 4. Ski air, yaitu salah satu olahraga air menggunakan motorboat sebagai penarik. 5. Kano, yaitu adu kecepatan dengan 1 sampai 4 pendayung, menggunakan lintasan panjang dan lurus dengan gelombang air lurus, serta arus yang tidak terlalu melintang pada lintasan dan tidak terlalu besar.
13
6. Dayung, merupakan olahraga air yang dilakukan oleh lebih dari 10
orang, menggunakan lintasan lurus dengan panjang minimal 2000
meter dan kedalaman minimal 2,5 meter.
7. Layar, olahraga kecepatan dan ketangkasan yang mengandalkan kecepatan angin serta menggunakan lintasan lurus dan tempat
belokan. 8. Selancar air, menggunakan papan seluncur dengan mengandalkan
gelombang air yang besar.
9. Selancar angin, hampir sama dengan selancar air tetapi mengandalkan kecepatan angin yang tinggi. 10. Arung Jeram, memanfaatkan kecepatan arus yang tinggi, biasnya untuk sungai dengan arus deras. Wisata olahraga perairan ini dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
motif olahraga dalam melakukan perjalanannya. Jenis dari atraksi wisata ini dapat dibagi dalam dua kategori menurut Karyono dalam Yuliasari (2005), yaitu: 1.
Big Sports Events Big Sports Events merupakan peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti Olympiade Games, yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya
sendiri,
tetapi
juga
ribuan
penonton
atau
penggemarnya. 2. Sporting Tourism of the Practitioners Merupakan pariwisata olahraga air bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan olahraga tersebut sendiri, seperti pendakian gunung, olah raga naik kuda, berburu, jet ski, dan lain-lain, seperti yang dilaksanakan di negara Swiss yang terkenal dengan olah raga ski-nya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kegiatan berbeda dalam wisata air, yaitu kegiatan rekreasi dan kegiatan wisata olahraga air. Kegiatan rekreasi air contohnya adalah bermain air, bersantai di tepi pantai, dan diving, sedangkan kegiatan wisata olahraga air contohnya adalah
14
arung jeram, ski air, dan kano. Setelah melihat jenis kegiatan wisata air di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan di Teejay Water park tergolong dalam bermain air, berenang dan santai di perairan. 2.2.2 Fasilitas Wisata Air
Menurut Astuka (2002) untuk mendukung pengembangan atraksi wisata
air, maka perlu diperhatikan fasilitas objek wisata yang dibutuhkan. Fasilitas
tersebut meliputi penyediaan rekreasi, aktivitas budaya dan sosial, hiburan dan olahraga, perbelanjaan, bagian administrasi, pelayanan teknis dan tambahan lainnya yang diuraikan sebagai berikut: 1.
Rekreasi, olahraga, dan aktivitas-aktivitas kebudayaan dan sosial. Fasilitas-fasilitas kolektif harus ditata dan diatur dengan hati-hati untuk menambah semangat kegembiraan bagi wisatawan, untuk menimbulkan ketertarikan dan mengundang partisipasi, serta untuk menarik banyak penonton, dan yang penting untuk menciptakan kenyamana bagi para wisatawan.
2.
Toko, warung kedai, dan layanan atau jasa yang terkait. Fasilitas perdagangan di obyek wisata liburan agak berbeda dari yang ada di kota-kota atau desa dengan ukuran yang sama, tidak hanya pada tipe jenis toko, tapi juga pada jumlahnya, karena wisatawan berharap untuk menemukan banyak toko di kawasan wisata, khususnya jika mereka tidak membawa mobil pribadi atau di obyek wisata yang aksesibilitasnya sulit.
3.
Pelayanan administrasi, teknikal, dan penunjang lainnya. Luas atau banyaknya pelayanan tersebut yang diakomodasikan dalam kawasan wisata tergantung pada lokasi atau letaknya, banyaknya penduduk bukan turis, kedekatannya dari kota-kota besar lain, dan luasan atau tingkatan administrasi pelayanan publik regional.
2.3
Theme Park Menurut Sorkin dalam Zuastika (2010) menyatakan bahwa Theme Park
memiliki arti yang lebih luas daripada sekedar taman bertema, tetapi Theme Park sebagai dunia atau tempat yang memiliki ciri antara lain tidak terikat pada
15
tertentu, lingkungan yang terkontrol dan teramati, memberikan stimulasi geografi
tanpa henti. Lang dalam Amanati (2008) Theme park adalah tatanan arsitektur yang memuat suatu sirkuit lingkungan tema (atau sederetan tema) dalam suatu ekologi fantasi yang nyata.
Menurut Zuastika (2010), dunia hiburan tidak dipungkiri merupakan salah
satu faktor pendorong munculnya konsep Theme Park, namun begitu besarnya
impian masyarakat akan suatu kondisi dimana dunia mereka nampak atau jadi lebih baik inilah yang menyebabkan naiknya popularitas konsep ini. Dalam Zuastika (2010) Theme Park menampilkan visi kesenangan yang teratur dan
terkendali meski seringkali menggunakan bentuk/wujud artistik yang cenderung
menipu atau memperdaya. Hal ini merupakan suatu pengganti kenyataan demokrasi publik dan bahkan menjadi lebih menarik karena orang diberi stimulasi dan simulasi tentang keadaan yang lebih baik, dimana tidak ada kemiskinan, kecelakaan, kesenjangan sosial, kejahatan, sampah/limbah dan kondisi negatif urban lainnya karena seluruh komponen dalam lingkungan ini dapat dikontrol sesuai kondisi paling ideal yang diharapkan. Theme park mempunyai tampilan bangunan yang cukup unik dan khas berkaitan makna yang diambil. Hal ini banyak dikarenakan oleh arsitektur theme park yang dengan sengaja memuat dan mewadahi makna dalam suatu sirkuit lingkungan tema tertentu. Theme park dirancang menjadi fungsional dalam beberapa dimensi pengalaman pada masyarakat yang mampu memberikan kontribusi. Karena tujuan theme park adalah untuk memberi kesenangan dan kadangkala pendidikan, tetapi ada beberapa fungsi terpadu yang harus dipenuhi (Lang dalam Amanati, 2008, Hal 46). 2.4 Wisata Belanja Pariwisata belanja mempunyai dua kata yaitu pariwisata dan belanja. Pengertian pariwisata menurut Goeldner dan Ritchie (2009), merupakan gabungan dari berbagai aktivitas, pelayanan dan industri yang memberikan suatu pengalaman perjalanan seperti transportasi, akomodasi, sarana makan dan minum, belanja, hiburan, aktivitas di berbagai fasilitas dan pelayanan lainnya
16
yang disediakan untuk perorangan atau kelompok yang pergi jauh dari tempat
tinggalnya. Sedangkan pengertian belanja menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah uang yang dikeluarkan untuk suatu keperluan atau kebutuhan. Dalam pengertiannya maka terdapat definisi mengenai wisata belanja adalah perjalanan
wisatawan ke suatu destinasi wisata, yang memiliki keinginan untuk memenuhi
kebutuhan,
membelanjakannya (www.budpar.go.id).
uang
belanja
(disposable
income)
serta
kemauan
untuk
Berdasarkan pernyataan di atas belanja dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara sukarela tanpa ada
paksaan untuk membeli segala keperluan yang dibutuhkan. Maka, wisata belanja
secara singkat disimpulkan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang bukan sekedar hanya jalan-jalan tetapi sekaligus untuk membeli kaperluan dan melihat-lihat serta menikmati daya tarik dari kawasan wisata belanja tersebut. Belanja bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan keluarga. Belanja adalah aktifitas kompleks bagi wanita. Rekreasi dan pengetahuan serta kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas belanja. Perkembangan zaman menyebabkan banyak orang berkreasi dalam berbelanja. Salah satunya dari perusahaan berusaha memikat masyarakat dengan menciptakan pola belanja dalam bentuk permainan. Belanja, makan, rileks merupakan tiga hal pasti menjadi agenda utama saat pergi ke kota wisata. Di mana pun tempat berlibur, belanja oleh-oleh atau koleksi sendiri jadi urutan kedua, pertama dalam itinerary. Menurut Raja (2011) belanja sudah menjadi ritual bagi masyarakat urban sebagai kegiatan rutin yang bisa menyenangkan. Bukan sekadar membeli atau memenuhi aneka kebutuhan hidup sehari-hari, juga menikmati kenyamanan, kelengkapan, dan fasilitas menjadi tuntutan terhadap pusat-pusat belanja. Tempat belanja yang disukai masyarakat modern adalah yang menawarkan konsep onestop shopping. Sangat nyaman, aman lengkap disertai petunjuk yang memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk semua produknya. Kehadiran pusat belanja harus disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat aktual (Raja, 2011).
17
2.5 Perancangan Paket Wisata
Menurut Muljadi (2009) Perencanaan wisata merupakan kegiatan awal
dalam menciptakan hasil secara lengkap atas wisata yang akan dilaksanakan. Hasil perencanaan wisata tersebut umumnya disebut sebagai paket wisata.
2.5.1 Definisi Paket Wisata Paket wisata adalah serangkaian dua atau lebih jasa perjalanan yang dapat
dibeli secara terpisah tetapi digabungkan untuk dijual dalam satu paket, seperti layanan perjalanan termasuk tiket pesawat, akomodasi, makan dan transportasi
dengan dipandu oleh pemandu selama tur berlangsung, dengan harga yang sudah
dibuat menjadi satu kesatuan paket yang ada (www.edutourism.eu.pn). Definisi lain paket wisata menurut Goeldner dan Ritchie (2009) adalah suatu rencana yang berisi beberapa elemen dalam liburan seperti transportasi, akomodasi dan sightseeing. Dengan demikian paket wisata pada dasarnya kumpulan dari berbagai produk yang berupa jasa-jasa wisata yang merupakan sebagian atau seluruh kebutuhan perjalanan bagi wisatawan yang pasarkan secara umum dan berdasarkan permintaan. 2.5.2 Jenis-jenis Paket Wisata Menurut Mudalivana (2010), wisata paket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Ready Made Tour dan Tailored Made Tour. Dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Ready made Tour adalah suatu paket wisata yang telah disusun oleh tour operator tanpa menunggu permintaan dari calon peserta dengan jumlah peserta dan rute perjalanan telah ditentukan oleh tour operator. 2. Tailored Made Tour adalah paket wisata yang penyusunannya dilakukan setelah adanya permintaan dari calon peserta atau inisiatif muncul dari calon peserta tur. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa paket wisata dibedakan menjadi dua yaitu ready made tour dan tailored made tour.
18
2.5.3 Penyusunan Paket Wisata
Perencanaan dan pengemasan komponen perjalanan wisata meliputi
sarana wisata, objek dan daya tarik wisata kedalam bentuk paket wisata. Itinerary atau yang biasa disebut dengan acara wisata biasanya digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan wisata tersebut. Itinerary biasanya berupa
daftar acara wisata. Menurut Damardjati dalam Suyitno (2001), tour itinerary
adalah suatu daftar dan jadwal acara tours dengan data-data yang lengkap dengan hari-hari, tempat-tempat (objek-objek wisata), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara yang disuguhkan, sehingga dalam
keseluruhannya akan menggambarkan jadwal pelaksanaan maupun waktu-waktu
dari keseluruhan acara tour (dari awal sampai akhir). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa itinerary adalah sebuah susunan acara wisata yang memuat tentang penyelenggaraan suatu perjalanan wisata dari awal keberangkatan, selama perjalanan, saat ditempat tujuan wisata hingga kembali ketempat asal. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan itinerary dalam Mudalivana (2010) diantaranya: 1. Rute Perjalanan Rute perjalanan sebaiknya berbentuk putaran atau circle route, agar dalam melakukan suatu perjalanan dapat dilaksanakan dengan lancar dan mudah. 2. Variasi Objek Objek-objek yang dikunjungi sebaiknya secara berurutan dan disusun sedemikian rupa agar perjalanan tidak terkesan monoton. Membuat kunjungan objek bervariasi itu dapat dilihat dari karakteristik objek wisata tersebut. 3. Tata Urutan Kunjungan Tata urutan kunjungan menyangkut pemilihan objek-objek mana yang akan didahulukan atau diletakkan di bagian akhir, serta objek-objek mana yang waktunya sudah ditentukan, sehingga dalam penyusunan urutan objek kunjungan dapat didasarkan pada kondisi kebutuhan wisatawan dan kondisi dari objek wisata.
19
4. Tingkat Kebosanan dan Daya Tarik Wisata
Suatu komponen yang menarik, belum tentu dapat dimasukkan ke
dalam program. Hal ini karena adanya unsur-unsur rasa bosan wisatawan serta kekuatan fisik wisatawan secara normal. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun suatu paket
wisata diperlukan sarana yang dapat menggambarkan penyelenggaraan paket
wisata tersebut, sarana tersebut berupa tour itinerary yang berisi penjelasan mengenai rute perjalanan selama berwisata, objek wisata yang akan dikunjungi, serta urutan objek wisata mana yang akan lebih dulu hingga objek wisata yang
terakhir dikunjungi.
2.5.4 Langkah-Langkah Penyusunan Acara Wisata Dalam Mudalivana (2010), terdapat langkah-langkah dalam penyusunan acara wisata yang sebaiknya diikuti sebagai berikut: 1. Penentuan Motivasi Perjalanan Motivasi dalam melakukan perjalanan wisata akan sangat menentukan kenyamanan wisata. 2. Pendistribusian Waktu Waktu
yang
tersedia
untuk
penyelenggaraan
wisata
harus
didistribusikan kepada semua aktivitas sesuai kebutuhan dan ketersediaan fasilitas. pendistribusian,
dapat
Untuk
mempermudah dalam
digunakan
alat
bantu
melakukan
berupa
Format
Pendistribusian Waktu (Distribution of Time/DOT). Dengan kolom sebagai berikut:
20
Tabel 2.1 Pendistribusian Waktu
Pendistribusian Waktu Nama Tur :…………………………………………….. (a) Durasi :…………………………………………... (b) Uraian Perjalanan Tur Istirahat Jumlah Jadwal (c) (d) (e) (f) (g) (j) JUMLAH (h) (h) (h) (i)
(Sumber: Suyitno dalam Mudalivana, 2010, hal 27)
Keterangan: a. Nama tur yang akan diselenggarakan. b. Durasi waktu yang akan dilakukan selama melakukan perjalanan. c. Uraian yang menjelaskan dari dan kemana perjalanan akan dilaksanakan. d. Waktu untuk kegiatan selama perjalanan. e. Lama tur atau kunjungan di suatu objek wisata. f. Waktu untuk istirahat. g. Jumlah waktu yang dibutuhkan dari tempat pemberangkatan, istirahat dan selama berada di objek wisata. h. Jumlah waktu perjalanan, jumlah waktu tur dan jumlah waktu istirahat. i.
Jumlah keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan tur.
j.
Transformasi kedalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pendistribusian waktu harus dijelaskan secara rinci dan diatur terlebih dahulu mengenai pembagian waktu yang akan digunakan dan dibutuhkan dalam melakukan perjalanan. 3. Penyesuaian Waktu dan Penetapan Jadwal Jumlah akhir yang telah didistribusikan dalam DOT tidak selalu sama dengan waktu yang ditetapkan, sehingga perlu penyesuaian. Maka dari itu ada dua istilah format pendistribusian waktu, yaitu:
21
a. DOT
before
adjustment
(pendistribusian
waktu
sebelum
penyesuaian) adalah DOT yang disusun pertama kali berdasarkan
perkiraan-perkiraan secara baik. b. DOT after adjustment (pendistribusian waktu setelah penyesuaian) adalah revisi DOT before adjustment setelah memperhatikan
beberapa hal terutama lama penyelenggaraan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penyesuaian waktu dan penetapan jadwal suatu perjalanan dapat disesuaikan dan diperkirakan dengan hal-hal yang mungkin terjadi selama perjalanan berlangsung
yang tidak direncanakan sehingga dapat merubah jadwal perjalanan yang telah
ditentukan. 4. Transformasi DOT ke dalam Acara Wisata Setelah DOT direvisi dan ditetapkan jadwalnya, langkah terakhir adalah mentransformasikan DOT ke dalam acara wisata. Dari DOT after adjustment yang telah dilengkapi dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat disusun tabulated itinerary dengan format sebagai berikut: Tabel 2.2 Tour Itinerary Tour Itinerary Name of Tour :…………………………………………. Duration :…………………………………………. Day/Date (c)
Place (d)
Time (e)
(Sumber: Suyitno dalam Mudalivana, 2010, hal 28) Keterangan; a. b. c. d. e.
Nama tur yang akan diselenggarakan. Durasi waktu penyelenggaraan tur. Hari dan tanggal pelaksanaan tur. Tempat dimana tur diselenggarakan. Waktu pelaksanaan yang telah ditentukan.
22
(a) (b)
Itinerary (f)
f. Uraian atau keterangan singkat mengenai tur yang akan diselenggarakan. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan tour
harus dijelaskan secara rinci mengenai tanggal, hari, tempat, waktu itinerary penyelenggaraan serta uraian tentang teknis kegiatan tur
yang akan
diselenggarakan.
2.5.5 Perhitungan Harga Wisata
Menurut Suyitno (2001) terdapat dua prinsip penghitungan harga dan
biaya wisata, diantaranya:
1. Harga Wisata Harga wisata merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola wisata, ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Dengan rumus : TP = TC + SC TP= Tour Price (harga wisata) TC= Total Cost (jumlah biaya ) SC= Surcharge (keuntungan) 2. Biaya Wisata Biaya wisata merupakan semua pengeluaran yang dinilai dengan uang untuk mengelola wisata dan sebagai factor pembentuk harga wisata. Oleh karena itu, biaya wisata harus secara maksimal mencerminkan seluruh pengeluaran dalam pengelolaan wisata. Jenis biaya wisata menurut Suyitno (2001) berdasarkan jumlah penanggung biaya adalah: a. Biaya tetap (fixed cost): adalah biaya yang menjadi tanggungan kelompok wisatawan secara kolektif. Besarnya biaya ditentukan oleh jumlah kelompok. Misalnya: tip pengemudi, ongkos parkir, tour guide fee, biaya administrasi dsb. b. Biaya tidak tetap (variable cost): adalah biaya yang menjadi tanggungan
peserta
secara
23
perseorangan.
Besarnya
biaya
ditentukan oleh jumlah peserta, misalnya airport tax, meals,
entrance fee dsb.
2.5.6 Langkah-Langkah Perhitungan
Menurut Suyitno (2001), langkah-langkah perhitungan meliputi:
1. Merekap seluruh biaya yang timbul dalam pengelolaan wisata.
2. Merinci dan menjumlah semua biaya tetap dan biaya tidak tetap. 3. Menghitung jumlah biaya per orang dengan menggunakan salah satu
rumus TCP. 4. Menghitung surcharge. 5. Menghitung harga wisata per orang (nett price per person) dengan cara menambah biaya per orang dengan surcharge. 6. Mentransformasikan harga tour ke dalam satuan mata uang yang dikehendaki. 7. Melakukan pembulatan harga tour. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
perhitungan harga wisata dan biaya wisata harus sesuai dengan langkah-langkah agar mendapatkan hasil perhitungan yang baik. Pada Tabel 2.3 terdapat format penghitungan harga wisata menurut Suyitno (2001). Keterangan tabel: 1. Nama tur yang diselenggarakan, jumlah peserta, FOC (free of charge) dan mata uang. 2. Rincian dan jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. 3. Jumlah biaya per peserta dengan menggunakan rumus penghitungan TCP. 4. Surcharge atau tingkat keuntungan yang diinginkan. 5. Harga wisata per orang (nett price per person) dengan cara menambah biaya per orang dengan surcharge. 6. Transformasi harga tur ke dalam satuan mata uang yang diinginkan. 7. Pembulatan.
24
Tabel 2.3 Format Penghitungan Harga Wisata
Format Penghitungan Harga Wisata Nama tur/transfer Jumlah peserta No.
: ……………..(1)FOC/AC :……… ..(1) :…………… ..(1)Mata uang :……… ..(1) Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap
Jumlah Biaya Biaya Per Peserta
(2)
(2)
(2)
(2) (3)
Surcharge…( %)
(4)
Harga Per Peserta (nett price)
(5)
Konversi Ke dalam….
(6)
Dibulatkan
(7)
(sumber: Suyitno, 2001) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penghitungan harga wisata harus dirinci dan dipisahkan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Hal ini dikarenakan biaya tetap merupakan biaya yang ditentukan oleh jumlah kelompok. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang ditentukan oleh jumlah orang. 2.6 Studi Minat Wisatawan Menurut Kamisa dalam Yunita (2010) minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Sedangkan menurut Gunarso dalam Yunita (2010) Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Pendapat lain menurut Hurlock dalam Yunita (2010) minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: 1. Aspek Kognitif Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
25
2. Aspek Afektif Konsep yang membangun aspek afektif, minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari
sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
terhadap kegiatan itu. 3. Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat. Menurut Rahayu dan Budiyanto dalam Yunita (2010) minat berkunjung
ke tempat wisata dipengaruhi oleh: 1. Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan informasi yang di dapat dari media massa. 2. Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan cerita dari keluarga dan sanak saudara 3. Keinginan berkunjung ke tempat wisata karena ingin tahu langsung mengenai tempat wisata tersebut. Pada minat, dimana masyarakat dirangsang untuk mencari informasi mengenai inovasi. Seorang masyarakat yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak. Jika dorongan untuk menghimpun informasi itu kuat dapat kita bedakan menjadi dua tingkat, yaitu: masyarakat yang mencari informasi dalam ukuran sedang-sedang saja dan keadaan demikian disebut perhatian yang meningkat. Menurut Rahayu dan Budiyanto dalam Yunita (2010) atribut-atribut yang dipertimbangkan masyarakat dalam berkunjung, yaitu: a.
Kebijaksanaan Produk
Produk wisata harus sesuai dengan apa yang dicari dan disukai oleh masyarakat atau sesuai dengan permintaan pasar. Karena apa yang dicari dan disukai wisatawan itu tergantung dari motif perjalanan wisata, maka
26
produk pariwisata harus sesuai pula dengan motif perjalanan wisata, yang diukur dengan kebersihan tempat wisata, penataan layout tempat
wisata dan citra dari tempat wisata tersebut. b.
Kebijaksanaan Harga
Harga produk pariwisata adalah jumlah harga komponen-komponen.
Kebijaksanaan harga berusaha menentukan harga yang tepat untuk
produk kepariwisataan, sehingga seimbang dengan daya beli pasar dan menarik bagi calon wisatawan. Untuk keperluan tersebut orang harus
mengenal pasar pariwisata, khususnya mengenai daya belinya. Daya belinya itu tergantung dari kekayaan yang ada di dalam masyarakat pasar, yang diukur dengan harga karcis masuk, potongan harga dan harga penggunaan fasilitas. c.
Tempat / Distribusi
Fungsi distribusi menghadirkan produk di tengah-tengah pasar. Dengan adanya produk di tengah pasar, para masyarakat dengan mudah dapat melihat dan membelinya, yang diukur dengan akses menuju tempat lokasi wisata, luas lokasi dan kondisi jalan tempat wisata. d.
Bauran Promosi
Sasaran terakhir dari semua kegiatan pemasaran dan promosi ialah orang-orang yang akhirnya mengeluarkan uang untuk mengadakan perjalanan wisata. Berhasil tidaknya promosi kepariwisatawan dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta dan besarnya volume kedatangan wisatawan. Promosi dapat berupa promosi langsung (consumer promotion) dan promosi tidak langsung (agent promotion), yang diukur dengan papan reklame, pampflet dan petunjuk jalan. e.
Pelayanan dan Fasilitas
Fasilitas sangat berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam jasa. Kaitan pelayanan kepada wisatawan dengan semua fasilitas yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan wisata, yang diukur dengan tempat parkir, tempat ibadah dan fasilitas yang ada di tempat wisata.
27