BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Tanaman Jagung Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung dan setiap varietasnya memiliki keunggulan masing-masing. Sebagai bahan serealia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras dan telah menjadi komoditas unggul (Hartono dan Purwono, 2005 : 10). Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri dan meningkatkan ekspor maka upaya peningkatan produksi jagung harus dilakukan. Upaya ini akan lebih berhasil jika ada kerja sama terpadu antara pemerintah dan petani. Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi jagung diantaranya memperluas areal panen, meningkatkan produksitivitas, dan mempertahankan stabilitas produksi (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002 : 8). Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm. daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang (Hartono dan Purwono, 2005 : 11).
Keuntungan bertanam jagung sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan yang intensif dan dapat ditanam hampir disemua jenis tanah sehingga resiko kegagalan usahatani jagung sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya (Hartono dan Purwono, 2005 : 7).
B. Pengertian dan Klasifikasi Usahatani 1. Pengertian Usahatani Usahatani didefenisikan sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji, karena usahatani pada dasarnya memperhatikan cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Mosher, 1968 : 57). Usahatani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen
yang
ditujukan
kepada
produksi
dilapangan
pertanian.
Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Dalam hal ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan. Selain usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang sebenarnya juga merupakan usahatani yang dilaksanakan secara komersial, namun biasanya dibedakan dengan usahatani (Soekartawi, 1986 : 2). Menurut Suratiyah (2006 : 8), berdasarkan tujuan dan prinsip sosial ekonomi, perkembangan usahatani digolongkan dalam 3 golongan sebagai berikut: a. Usahatani memiliki ciri-ciri ekonomi kapitalis misalnya perusahaan pertanian/perkebunan di Indonesia yang berbadan hokum. Dalam hal ini pengelolaan perusahaan terpisah dengan pengelolaan rumah tangga. Orientasi
usaha pada komoditas yang dipasarkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. b. Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialistis-komunitas, misalnya Sovchos dan Kolchos yang ada di Rusia. Usahatani golongan ini menganggap tenaga kerja manusia sebagai faktor yang terpenting, mampu memberikan nilai lebih sehingga tenaga kerja dihargai dengan sangat istimewa. Tujuan utamanya adalah memproduksi hasil bumi untuk keperluan masyarakat banyak dan diatur secara sentral menurut rencana pemerintah. c. Usahatani memiliki ciri-ciri ekonomis yaitu usahatani keluarga yang berkembang menjadi swasembada usahatani ke usahatani komersial. Usahatani
adalah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989 : 66 ). Suratiyah (2006 : 10) mengemukakan bahwa usahatani memiliki empat unsur pokok yaitu : 1. Lahan, yang merupakan tempat kegiatan produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, letak lahan, hubungan lahan dan manusia, intensifikasi, lokasi, dan fasilitas-fasilitas. 2. Tenaga kerja, yang dapat berasal dari keluarga petani sendiri, maupun tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Jika terjadi kelangkaan tenaga kerja akan mengakibatkan
mundurnya
penanaman,
kemudian
pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk.
berpengaruh
pada
3. Modal, yang merupakan hasil perpaduan faktor produksi lahan dan tenaga kerja. Modal ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani itu sendiri. Menurut fungsinya modal dibagi menjadi modal tetap atau modal yang dapat digunakan untuk lebih dari satu proses produksi, dan modal lancar atau modal yang digunakan untuk sekali proses produksi. 4. Pengelolaan atau manajemen, yang merupakan kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisasikan,
dan
mengkoordinasikan
faktor-faktor
produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.
2. Klasifikasi Usahatani Menurut Suratiyah (2006 : 14,15) bahwa klasifikasi usahatani dapat dibedakan menurut corak dan sifat organisasi, pola, serta tipe usahatani. a. Corak dan sifat dibagi menjadi dua, yakni komersial dan subsistem. Usahatani komersial harus memperhatikan kualitas serta kuantitas produk untuk mencari keuntungan, sedangkan usahatani subsistem, hanya memenuhi kebutuhan sendiri. b. Organisasi usahatani dibagi menjadi dua yakni usaha kolektif atau perorangan, dan usaha kooperatif. Usaha kolektif atau perorangan adalah faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan ditentukan oleh seseorang. Sedangkan usaha Kooperatif adalah faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain. c. Pola usahatani dibagi menjadi dua yaitu lahan basah atau sawah dan lahan kering. Selain itu terdapat dua pola usahatani yaitu usahatani khusus dan usahatani campuran. Usahatani khusus adalah usahatani monokultur yakni satu jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada lahan yang sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani yang memiliki lahan khusus dan jarang yang dilakukan di lahan yang sempit. Sedangkan usahatani campuran adalah pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis tanaman dalam suatu luasan lahan.
d. Tipe usahatani adalah klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan seperti usahatani padi dan usahatani palawija seperti serealia, umbi-umbian, jagung.
C. Teori Produksi Pengertian produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi materialmaterial dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). Kata input dan output hanya memiliki pengertian dalam hubungannya dengan proses produksi tertentu. Suatu output dari satu proses produksi bisa merupakan suatu input bagi proses produksi lainnya, atau dapat merupakan barang konsumsi air (Beattie dan Tailor 1994 : 3). Istilah “produksi” secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu. Produksi adalah proses penggabungan masukan dan mengubahnya menjadi keluaran, teknologi produksi menghubungkan masukan dengan keluaran, kuantitas masukan tertentu diperlukan untuk memproduksi setiap jasa atau barang tertentu (Case dan Fair 2002 : 190). Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga disebut kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 44).
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Setelah dibuat, barang dan jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Dalam ilmu ekonomi setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga lazim disebut sebagai kegiatan produksi. Semua kegiatan untuk melakukan sesuatu dengan membuat atau menghasikan suatu produksi ini disebut kegiatan produktif. Jadi suatu kegiatan disebut kegiatan produktif jika suatu kegiatan itu secara nyata menunjukkan sifat melakukan kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 46). Teori produksi digunakan untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan output (hasil produksi) Teori produksi diharapkan dapat menerangkan terjadinya suatu proses produksi dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1990: 54). Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor social ekonomi produsen. Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan input yang digunakan (Abas, 2012: 5). Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabakan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula
sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994 : 13).
D. Struktur Biaya Usahatani Biaya secara umum merupakan nominal uang yang dikeluarkan oleh pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan. Bagi produsen, biaya diartikan sebagai nominal uang yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa yang digunakan sebagai input dalam proses produksinya, selanjutnya input tersebut digunakan untuk memproduksi output atau komoditi. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, baik berupa barang maupun jasa akhir, yang mampu memberikan manfaat bagi konsumen (Suratiyah,1973 : 60). Biaya usahatani dibedakan menjadi yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, tenaga kerja, bibit, pupuk obat-obatan, dan tenaga kerja musiman, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan (Hanafie, 2010 : 199). Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan, ada juga biaya yang diperhitungkan yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dan berasal dari usahatani itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kinerja diperhitungkan. Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya masih dapat diubah dalam batasbatas kemampuan petani, misalnya luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan
efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor-faktor yang tak dapat diubah seperti iklim dan jenis lahan (Soeharjo dan Patong,1973 : 13). Suratiyah (2006 : 61) mengemukakan bahwa sifat-sifat biaya usahatani disebut dengan biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari harga pembelian pupuk, pembelian obat, pembelian bibit, pembelian makanan ternak, dan upah tenaga kerja, dan biaya tidak langsung terdiri dari pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal dan penyusutan. Adapun jenisjenis biaya usahatani terdiri dari: 1. Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya sewa lahan, pajak lahan, biaya bunga, penyusutan alat dengan satuan rupiah (Rp). 2. Biaya variabel (VC) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, tenaga kerja, pupuk dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan. 3. Biaya variabel per unit (AVC) yaitu total biaya variabel dibagi total produksi dengan satuan rupiah / kilogram (Rp / Kg). 4. Biaya total (TC) yaitu jumlah biaya tetap dan biaya variabel perusahatani dengan satuan rupiah (Rp). 5. Biaya marginal (MC) yaitu tambahan biaya yang diperlukan untuk memproduksi tambahan satu unit produk. 6. Penerimaan total yaitu jumlah unit yang dijual dikalikan dengan harga jual.
E. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani yang merupakan keseluruhan uang yang diperoleh petani dari hasil
penjualan jagung yang diukur dengan satuan rupiah. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahataninya (Soekartawi, 1986 : 22). Menurut Suratiyah (2006 : 65), pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau pemakaian kembali (Rp). Penerimaan berwujud 3 hal, diantaranya : 1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual. 2. Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya. 3. Kenaikan hasil inventaris, nilai benda-benda yang diinventaris yamg dimiliki petani berubah tiap tahunnya, dengan demikian ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Soedarsono (1995 : 12) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan yaitu Analisis parsial usahatani, dan Analisis keseluruhan usahatani. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung penerimaan usahatani : 1. Menghitung produksi pertanian tidak semua produk dapat dipanen secara serentak. 2. Produksi dijual beberapa kali sehingga perlu datapenjualan yg meliputi frekuensi, jumlah dan harga. 3. Apabila sedang melakukan analisis diperlukan teknik wawancara yang baik, agar membantu petani mengingat hasil penjualan yang diperolehnya. Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: analisis parsial usahatani, dan analisis keseluruhan usaha tani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya
tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tamanan yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis). Petani mencari keuntungan sebagaimana pelaku ekonomi lainnya. Kegiatan usahatani dilakukan oleh petani dengan mengeluarkan biaya yang seminimal mungkin. Pengeluaran biaya yang minimal tadi diharapkan mampu memberikan keuntungan tertentu yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan petani. Semakin banyak alokasi pendapatan yang diperoleh dari usahatani tersebut maka usahatani tersebut akan semakin diminati. pendapatan bersih usahatani adalah
selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Karena itu ia merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi, 1986 :32). Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya perusahatani. Arti dan fungsi dari pendapatan usahatani yaitu sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Petani berperan sebagai pengelola, pekerja, si penanam modal pada usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas saja dari kerjasama faktor - faktor produksi. Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu, memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatan usahataninya. Pendapatan ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban – kewajibannya (Suratiyah, 2006 : 88). Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal, dan menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kedua
pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi yang tidak lain adalah fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang diinginkan dapat ditempuh dengan menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan. Begitu pula halnya dengan input yang digunakan dalam usahatani jagung penambahan input produksi jagung akan memberikan tambahan output usahatani jagung. Akan tetapi penambahan input tersebut tidak selamanya memberikan tambahan produk. Ada saat dimana penambahan input produksi jagung akan menurunkan produksi jagung yang dihasilkan. Untuk itu alokasi sumberdaya yang tepat sangat penting dalam mencapai keberhasilan usahatani jagung (Soekartawi, 1986 : 32). Dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu : 1. Menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani. 2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk sewa lahan, pembayaran dana depresiasi modal, dan cukup untuk membayar upah tenaga kerja. Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1986 : 17), mengemukakan beberapa defenisi yaitu : a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) : nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. b. Pengeluaran tunai (farm payment) : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) : selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usaha tani. d. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) : penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. e. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai,
penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.
F. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis
pendapatan
usahatani
mempelajari
bagaimana
seseorang
mengalokasi sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu (Soekartawi, 2003:13). Salah satu ukuran efisien adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C rasio (Revenue cost ratio). Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dengan kata lain analisis rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Usahatani dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1 (Soeharjo dan Patong, 1973 : 15). Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak dan analisis fungsi keuntungan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, analisis biaya per unit untuk mengetahui keuntungan setiap unitnya. Suatu tanaman yang memberikan keuntungan yang tinggi pada daerahnya, tidak selamanya mempunyai perbedaan biaya produksi (Suratiyah, 2006 : 65).
G. Penelitian Terdahulu Warsana (2007), melakukan penelitian di Kabupaten Blora, Semarang dengan judul Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usahatani Jagung. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis besarnya tingkat keuntungan pada usaha tani jagung, untuk menganalisis tingkat efisiensi usaha tani jagung, dan untuk menganalisis tingkat skala usaha tani jagung. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode fungsi produksi frontioner dan analisis penerimaan atau
pendapatan R/C ratio (Revenue Cost ratio) untuk mengetahui perbandingan tingkat keuntungan dan biaya usahatani. Hasil penelitian menunjukkan fungsi keuntungan Unit Output Price (UOP) menunjukkan bahwa koefisien semua input variabel mempunyai hubungan negatif terhadap keuntungan. Sedangkan pada model III input variabel mempunyai hubungan negatif terhadap keuntungan, tingkat efisien belum memberikan tingkat keuntungan yang maksimum kepada petani dan input variabel mempunyai pengaruh negatif yang nyata terhadap keuntungan aktual usahatani jagung (model II), sehingga pendugaan skala usaha menunjukan bahwa kondisi secara rata- rata berada dalam keadaan increasing returns to scale (kenaikan hasil semakin bertambah). Ikbal (2008), melakukan penelitian di Gorontalo dengan judul Analisis Usahatani Jagung Pada Lahan Kering di Kecamatan Limboto. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan struktur biaya usahatani jagung pada lahan kering di kelompok tani, mendeskripsikan produksi dan pendapatan petani pada usahatani jagung lahan kering di kelompok tani Ilomata. Metode Penelitian yang digunakan adalah menghitung Nilai B/C Ratio : It Cost Kompos, A Cost Hibrid, NR Komposit, NR Hibrida. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur biaya di lahan kering terdiri dari nilai produksi, biaya produksi, pendapatan, pemakaian tenaga kerja, produktivitas lahan, dan produktivitas tenaga kerja. Produksi jagung hibrida dilahan kering 5,4 ton/ha dan jagung komposit 3,4 ton/ha. Pendapatan petani dari usahatani jagung hibrida lebih besar, dibandingkan dengan pendapatan petani dari usahatani jagung komposit yaitu sebesar Rp.1.420.284,91/hektar dengan rasio perbandingannya adalah 2,60 :1. Zulkifli (2009) melakukan penelitian di Sulawesi Selatan dengan judul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Jagung. Tujuan penelitian yaitu efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang diterapkan petani dalam usahatani jagung dan mengetahui keuntungan yang diperoleh petani dalam usahatani jagung. Metode Penelitian yang digunakan adalah menghitung analisis fungsi produksi Cobb Douglass, analisis R/C Ratio dan Fungsi Keuntungan, dan analisis Biaya Per Unit. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani jagung yang diusahakan petani menguntungkan, skala ekonomi
untuk usaha rumah tangga dalam faktor produksi; lahan, tenaga kerja benih dan pupuk phonska pada usahatani jagung berada dalam keadaan increasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi yang belum efisien adalah luas lahan dan pupuk phonska, sedangkan yang tidak efisien dari tenaga kerja dan penggunaan benih. Berliana (2010), melakukan penelitian di Semarang dengan judul Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung. Tujuan penelitian yaitu menganalisis tingkat efisiensi pada usahatani jagung baik efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi dan mengetahui apakah usahatani jagung di daerah penelitian layak atau tidak untuk dikembangkan berdasarkan hasil dari perbandingan penerimaan dan biaya (nilai R/C ratio). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode fungsi produksi frontioner. Model yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara input dan output dalam proses produksi dikenal dengan fungsi Cobb-Douglas dengan aplikasi fungsi produksi frontier. Untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi output (Y), model Cobb-Douglas yang pantas dipakai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jagung di daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus dikurangi. Sedangkan efisiensi harga (EH) : NPM < 1 ditunjukkan oleh input luas lahan, bibit dan SP-36. Penggunaan input luas lahan, bibit dan Sp-36 perlu untuk dikurangi atau perlu untuk lebih dioptimalkan lagi penggunaannya. Marhawati (2010) melakukan penelitian di Sulawesi selatan dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani jagung Kuning. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani jagung kuning dan untuk mengetahui kelayakan usahatani jagung kuning. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani jagung kuning dan mengetahui kelayakan usahatani jagung. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan ratarata yang diperoleh petani jagung kuning dalam satu kali panen selama 3 bulan adalah sebesar Rp 649.225,-, dengan Total Penerimaan sebesar Rp 2.565.000,serta Total Biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.915.775,-. Perbandingan antara penerimaan yang diperoleh petani jagung kuning dan biaya yang
dikeluarkan petani jagung kuning adalah sebesar 1,33, hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung kuning layak untuk diusahakan, karena setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,33,-. H. Kerangka Pikir Usahatani adalah bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut, perlu diketahui total biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam proses produksi. Keuntungan adalah pengurangan dari penerimaan dengan total biaya, dan kelayakan adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Usahatani Jagung
Biaya Usahatani
Biaya Tetap Pajak Lahan Penyusutan Alat Tk Dalam Klrga
Biaya Variabel Bibit Pupuk Obat Tk Luar Klrga
Penerimaan Usahatani
Produksi (Kg)
Harga (Rp)
Pendapatan Kotor
Total Biaya
Pendapatan Bersih
Keuntungan
Kelayakan
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung Di Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo, 2013. Pada Gambar 1 diatas, Kerangka pikir teoritis menunjukkan bahwa usahatani jagung merupakan kegiatan petani untuk mengusahakan tanaman jagung (Zea mays) yang merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki nilai gizi tinggi dan merupakan komoditas pertanian yang dibutuhkan masyarakat dunia, baik sebagai bahan makanan manusia maupun bahan baku industri. Faktorfaktor produksi yang mempengaruhi produksi pertanian yaitu terdiri dari lahan, tenaga kerja, dan modal. Biaya terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak tergantung proses produksi yaitu terdiri dari pajak lahan, penyusutan alat dan biaya tenaga kerja
dalam keluarga. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah jumlahnya tergantung proses produksi yaitu terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Total biaya adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran biaya yang minimal diharapkan mampu memberikan keuntungan tertentu yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan petani. Semakin banyak alokasi pendapatan yang diperoleh dari usahatani jagung maka usahatani jagung akan semakin diminati. Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarganya. Dalam pendapatan usahatani terdapat pendapatan kotor yang biasa disebut dengan penerimaan dan pendapatan bersih. Dalam pengelolaan usahataninya, petani mengupayakan agar hal yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
I. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Struktur biaya usahatani jagung di Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo meliputi biaya tetap yaitu pajak lahan, penyusutan alat, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya variabel yaitu bibit, pupuk, obat, dan tenaga kerja luar keluarga. 2. Usahatani jagung di Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo menguntungkan dan layak dikembangkan.