BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENYAKIT HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis. Hepatitis B atau yang sering disebut penyakit kuning adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan dapat bersifat akut (mendadak) atau menahun. Pada sebagian kecil dapat berlanjut menjadi sirosis 5)
hati atau kanker hati.
Beberapa gejala yang bisa diketahui antara lain : a. Hepatitis akut 1) Selera makan hilang 2) Rasa tidak enak di perut 3) Mual sampai muntah 4) Nyeri dan rasa penuh pada perut sisi kanan atas demam tidak tinggi 5) Kadang – kadang disertai nyeri sendi 6) Setelah satu minggu timbul gejala utama : a) Selaput putih pada mata (sclera) tampak berwarna kuning b) Kulit seluruh tubuh tampak kuning c) Air seni berwarna coklat b. Hepatitis menahun 1) Sebagian besar tanpa gejala yang jelas 2) Kadang – kadang penderita datang ke dokter dengan stadium lanjut dengan keluhan muntah darah (hematemesis), berak darah (melena), perut buncit (asites).5) 2. Prevalensi Penyakit Hepatitis B Menurut Tim Hepatitis Nasional angka prevalensi hepatitis B berkisar antara 5 – 20 %, ini masuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. 3- 8 % ibu hamil merupakan pengidap/carier dan 45,9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap penyakit hepatitis B.2)
3. Cara Penularan Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara : horizontal melalui kulit 6)
dan selaput lendir, vertical melalui ibu dan anak pada masa perinatal. a. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi bahan yang mengandung HbsAg / partikel virus hepatitis B masuk ke dalam kulit yang tidak sehat. Terdapat 2 keadaan cara penularan ini : 1) Penularan perkutan yang nyata Terjadi bila bahan yang infektius masuk melewati kulit masuk misalnya : melalui penyuntikan darah atau bahan yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan jarum, misalnya : Hepatitis pasca transfusi : Hepatitis B akut dapat timbul sebagai akibat dari transfusi darah yang mengandung HbsAg positif. Dengan melakukan penapisan darah donor terhadap adanya HbsAg, maka jelas terdapat penurunan prevalensi kejadian hepatitis B pasca transfusi. Hemodialisa Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah dilaporkan pada penderita dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa secara berkala. Hepatitis B pada penderita hemodialisa sering berjalan subklinik dan mengakibatkan keadaan kronik dan menjadi carrier. 2) Penularan perkutan tidak nyata Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita hepatitis B yang tidak mengingat bahwa mereka pernah mendapat trauma pada kulit atau hal lain. Virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun dapat masuk melalui kulit yang mengalami kelainan dermatologik (mikrolesi).
b. Penularan melalui Alat suntik Penularan melalui alat suntik yang tidak steril telah lama dikenal. Sering sesudah imunisasi masal terjadi KLB (outbreak) hepatitis B beberapa waktu kemudian.Kemungkinan ini terjadi pada saat penarikan jarum (aspirasi) sehingga sejumlah darah yang telah terpapar virus hepatitis B masuk ke dalam alat suntik, dan apabila jarum suntik tersebut digunakan kembali (reuseable), mempunyai resiko tertular hepatitis B. Resiko tersebut sebesar 7,11 kali 6)
dibandingkan dengan pemakaian jarum suntik sekali pakai. c. Penularan melalui selaput lendir
Hal ini dapat terjadi apabila bahan infeksius mengenai selaput lndir mulut. Cara ini tidak sering menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui mulut hanya terjadi pada mereka apabila terdapat luka di dalamnya. Hal ini berlaku bagi kemungkinan penyebaran dalam praktik dokter gigi, dimana penularan terjadi jika terdapat luka traumatic terbuka dalam mulut. Penularan yang lain adalah melalui cara seksual. Cara ini terjadi melalui kontak darah dengan selaput lendir saluran genital, sebagai akibat kontak seksual individu yang mengandung HbsAg positif yang bersifat infeksius. Infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini dimungkinkan oleh karena cairan secret vagina dapat mengandung HbsAg. d. Penularan melalui perinatal (transmisi vertical) Penularan perinatal ini juga disebut penularan maternal neonatal. Penularan infeksi virus hepatitis B terjadi : 1) Dalam uterus 2) Sewaktu persalinan 3) Pasca persalinan Di negara asia yang mempunyai tingkat endemisitas hepatitis B tinggi pola transmisi yang banyak berperan adalah transmisi perinatal dan transmisi karena kontak erat dengan anggota keluarga. Transmisi dari ibu (vertical) ke bayi dapat terjadi saat prenatal, saat lahir (intranatal) dan setelah lahir (pasca natal). 6
)
4. Kelompok Resiko Tinggi a. Bayi dari ibu pengidap virus hepatitis B b. Dokter gigi, dokter, perawat, bidan dan petugas laboratorium c. Anggota keluarga pengidap d. Kaum homoseks, para tuna susila dan pelanggan mereka e. Pecandu obat bius suntik f. Mereka yang rawan luka, misalnya prajurit g. Mereka yang sering mendapatkan perawatan tusuk jarum yang jarumnya tidak steril h. Mereka yang sering mendapatkan transfusi darah 1)
B. PROGRAM IMUNISASI HEPATITIS B Karena untuk pengobatan hepatitis B belum ditemukan obat yang spesifik maka cara pencegahan merupakan cara yang terbaik yaitu dengan imunisasi Hepatitis B.1) Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh yang diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.7) Imunisasi bayi dari ibu pengidap HbsAg positif berespons kurang baik terhadap vaksin karena vaksinasi sering baru diberikan setelah terjadi infeksi. Pemberian satu dosisi imunoglobin hepatitis B (Hbig) pada saat lahir dapat memperbaiki efektifitas vaksin
Hb,tetapi
HBIg
tidak
selalu
tersedia
dikebanyakan
negara
berkembang,disamping harganya yang cukup mahal.8) Secara umum tujuan program imunisasi hepatitis B bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B sedangkan tujuan khusus adalah : 5) 1. Pemberian dosis pertama dari vaksin hepatitis B kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7 hari. 2. Memberikan imunisasi hepatitis B,3 dosis pada bayi berumur 0 – 11 bulan. Efek samping yang sering dijumpai setelah penyuntikan iminisasi HB : 2) 1. Kemerahan.
2. Bengkak dan nyeri ditempat penyuntikan. 3. Demam/panas. 4. Reaksi alergi. Mulai tahun 1997 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi di semua negara diseluruh dunia. 2) Tabel 2.1 Jadwal Pemberian imunisasi bagi bayi yang datang di RS / Posyandu Umur
Antigen
0 – 7 hari
HB-1
1 bulan
BCG
2 bulan
HB-2 ,DPT 1 ,Polio 1
3 bulan
HB-3 , DPT 2, Polio2
4 bulan
DPT 3, Polio 3
9 bulan
Campak, Polio 4
Sumber : 10)
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Hepatititis B 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap suatu obyek dan pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif ini mempunyai 6 tingkat, yaitu :
11)
a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut ecara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Sedangkan penilaian pengetahuan dapat di kategorikan sebagai berikut : 1.
pengetahuan baik bila skor 80 – 100 %.
2.
pengetahuan cukup bila scor 65-79 %.
3. Pengetahuan kurang bilan skor kurang dari 65 %. 12) 2. Sikap (Attitude) Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
dengan kata lain sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pre disposisi tindakan atau perilaku.11) Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan.
13)
Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yang dapat dinilai, yakni : a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, persepsi.,
ide dan konsep
terhadap suatu obyek. b. Komponen emosional (komponen afektif) yaitu komponen yang berkaitan dengan rasa senang dan rasa tidak senang terhadap obyek sikap. c. Komponen perilaku (komponen Konatif atau action component) yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap atau berperilaku seseorang atau kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek sikap (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh, seorang ibu telah mendengarkan penyakit hepatitis B (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena hepatitis B. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena penyakit hepatitis B.13)
3. Umur
Umur ibu bayi mempengaruhi semua aktifitas yang dilakukan, termasuk kesediaan ibu membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi hepatitis B. Umur seseorang sangat mempengaruhi kemampuan fisik tubuh untuk beraktifitas. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas – tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan serupa.
14)
4. Pendidikan Dengan pendidikan yang tinggi seseorang cenderung akan banyak pula mendapatkan informasi, baik dari orang lain, media massa , dan semakin banyak informasi yang didapatkannya maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperolehnya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat, yang berarti bahwa pendidikan adalah proses membuat seseorang, kelompok atau masyarakat meningkatkan kualitas sumber 12)
daya nya .
a. Proses pendidikan Prinsip pokok pendidikan adalah proses belajar. Dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output). Persoalan masukan dalam pendidikan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) seperti individu, kelompok dan masyarakat. Persoalan proses adalah mekanisme
dan interaksi pemberian
informasi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Sedangkan pada Persoalan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri, yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subyek belajar.11) b. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan Beberapa ahli mengelompokkan faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan atu proses belajar ke dalam 4 kelompok besar, yaitu 1) Faktor
materi (bahan belajar/informasi), 2) Lingkungan, Subyek belajar
3) Instrumental dan 4)
11)
1) Faktor materi (bahan belajar/informasi). Bahan ajar atau informasi yang akan diberikan disesuaikan dengan hasil perubahan perilaku yang akan dicapai. Misalnya, informasi pemberian imunisasi HB sedini mungkin pada bayi ( 0- 7 hari). 2) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dalam hal ini adalah tempat atau suasana yang ingin dicapai dalam proses belajar. Tempat penyuluhan /pemberian informasi keperawatan pada pasien katarak tentunya berhubungan dengan suasana dan tempat perawatan pasien katarak. 3) Faktor Instrumental. Berhubungan dengan perangkat keras seperti perlenngkapan belajar, alat – alat belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya. 4) Faktor Subyek belajar Faktor ini berhubungan dengan siapa yang diajar atau sasaran ajar. Sasaran ajar dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat pada umumnya. Dengan demikian dalam pendidikan,
subyek belajar dapat berupa
individu, kelompok atau masyarakat, dari subyek belajar dapat di tentukan metode belajar/metode pemberian informasi yang efektif, dapat ditentukan bahan ajar atau informasi yang sesuai untuk diberikan pada sasaran/subyek belajar, serta pada lingkungan yang mendukung terciptanya pemberian informasi yang baik.11)
E. Kerangka Teori Imunisasi HB lengkap dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : karakter ibu, perilaku ibu bayi, perilaku tenaga kesehatan, jangkauan pelayanan kesehatan, sarana prasarana serta motivasi dan dukungan dari masyarakat.
Karakter Ibu Bayi (umur, pendidikan)
Pengetahuan, sikap, praktek petugas kesehatan
Bagan Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi imunisasi HB Lengkap. Sumber : 13)
F. Kerangka Konsep Kerangka Konsep dalam penelitian ini adalah : VARIABEL BEBAS PENDIDIKAN IBU VARIBEL TERIKAT UMUR IBU PENGETAHUAN IBU
STATUS IMUNISASI HEPATITIS B
SIKAP IBU
H. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pendidikan ibu bayi dengan status imunisasi Hepatitis B. 2. Ada hubungan antara umur ibu bayi dengan status imunisasi Hepatitis B. 3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi dengan status imunisasi Hepatitis B. 4. Ada hubungan antara sikap ibu bayi dengan status imunisasi Hepatitis B.
