BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bila di dataran tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah. Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200 m dpl. (Nabilussalam, 2011). Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis sebagai berikut: 1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok. 2. Padi ketan, setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misal jadah, jenang, tape ketan. Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam sebagaiberikut: a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini ditanam di tanah persawahan. b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air. 7
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Tingkat Adopsi Pengertian
adopsi
sering rancu
dengan
"adaptasi"
yang berarti
penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh). Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima (Levis, 1996). Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu : 1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut. 2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail. 3. Penilaian adalah menilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya.
8
Universitas Sumatera Utara
4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas. 5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena: a. Memiliki keuntungan bagi petani b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat c. Tidak sulit dan rumit d. Dapat di coba dalam skala kecil e. Mudah diamati (Ginting, 2002). Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu : 1. Inovator
adalah
orang
yang
berpikir
menerapkan
inovasi
dalam
berusahataninya. 2. Penerap Dini (early adopters) adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator. 3. Penerap mayoritas awal (early majority) adalah petani lebih cepat menerima inovasi 4. Penerap mayoritas akhir (late majority) adalah petani yang lambat menerima inovasi
9
Universitas Sumatera Utara
5. Kelompok Penentang (laggard) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi/teknologi atau praktek-praktek yang baru (Suhardiyono, 1992). Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana, serta saat dan tempatnya harus tepat (Sastraadmadja, 1993). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga akan semakin cepat (Sastria Negara, 2000). Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima
oleh
masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para petani (Ginting, 2002)
10
Universitas Sumatera Utara
2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Husodo, 2004). Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di perdesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat perdesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi di perdesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (teknik kerja) pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Gultom, 2004). Adapun teknologi budidaya padi sawah masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergis. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling
11
Universitas Sumatera Utara
menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu: a. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. b.
Sinergis:
PTT
memanfaatkan
teknologi
pertanian
terbaik,
dengan
memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. c. Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. d. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan caracara mengatasi masalah tersebut dalam upaya meningkatkan produksi padi. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
12
Universitas Sumatera Utara
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi. 2. Benih bermutu dan berlabel. 3.
Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi).
4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu: 1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang. 2. Peningkatan populasi tanaman. 3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah. 4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, 5. Pengendalian gulma 6. Panen tepat waktu, 7. Perontokan gabah sesegera mungkin. 2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi Budidaya Dalam mengadopsi suatu inovasi tentunya akan dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu antara lain oleh factor-faktor intern atau faktor dari dalam diri seseorang
mencakup
segi
social
dan
ekonominya.
Soekartawi
(1988)
mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak atau menerima suatu inovasi banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan
13
Universitas Sumatera Utara
yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, pengalaman, umur dan sebagainya. Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain: 2.4. 1. Umur Petani Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55 tahun. Menurut Hasyim(2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara maksimal. Petani yang berusia lanjut sekitar 50 ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap teknologi baru dan inovasi, semakin mudah umur petani, maka semakin tinggi semangat mengetahui hal baru sehingga dengan demikian mereka dengan cepat melakukan adopsi walau mereka sebenanya belum bepengalaman soal adopsi tersebut.
14
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005). Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Menurut Mardikanto (1994), bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah formal yang pernah dialami petani. Pendidikan formal menurut Soekartawi (1988) merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka semakin tinggi penerapan inovasi budidaya padi sawah.
15
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Lama Berusahatani Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan
inovasi
dibandingkan
dengan
yang
masih
pemula
dalam
berusahatani. Menurut Soekartawi
(1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh, demikian pula penerapan teknologi. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang (Hasyim, 2006). 2.4.4. Luas Lahan Luas lahan akan berpengaruh pada sakla usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian , maka semakin berkurang upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efektif. Meskipun demikian lahan yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. Petani yang mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih susah menerapkan inovasi dibanding petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi.
16
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi yang diterapkan tersebut tidak berhasil. Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006). Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan sebelumnya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).
17
Universitas Sumatera Utara
2.5. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: N o
Nama Peneliti
1
Lampos Gultom (2008)
2
Hendri Juperson (2015)
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
TingkatAdopsi 1. Bagaimanatingkat adopsi di daerah Petani penelitian. terhadap Teknologi 2. Bagaimana Budidaya pengaruh fakor Jagung dan sosial ekonomi Faktor-faktor terhdap tingkat yang adopsi terhadap Mempengteknologi anjuran? aruhinya
Variabel Pengamatan
Metode Analisis
Faktor sosial 1.Metode deskriptif ekonomi yaitu faktor 2.Uji Chiumur, Square. pendidikan, pengalaman bertani, tingkat cosmopolitan , status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan usahatani.
1. Seberapa besar 1.Pendapatan 1.Deskriptif Peranan peranan kelompok petani kelompok tani tani dalam usahatani 2. Teori dalam padi sawah di Desa 2. Usahatani Pendapatan peningkatan Percut,Kecamatan, padi sawah. pendapatan Percut Sei Tuan, usaha tani padi Kabupaten Deli sawah (oryza Serdang? sativa) 2. Berapa besar (kasus : pendapatan usaha kelompok tani tani padi sawah di Desa Sei Desa Percut, Percut, Kecamatan Percut Kecamatan Sei Sei Tuan, Kabupaten Tuan, Deli Serdang? Kabupaten 3. Bagaimana Deli Serdang). hubungan antara peranan kelompok tani dengan pendapatan
Kesimpulan Tingkat adopsi di daerah penelitian dikategorikan tinggi, dan tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya anjuran.
Tingkat peranan kelompok tani di daerah penelitian yaitu desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang adalah sedang/cukup berperan dalam peningkatan pendapatan petani padi sawah.
.
N
Nama
Judul
Variabel
Rumusan
Metode
Kesimpulan
18
Universitas Sumatera Utara
o
Peneliti
Penelitian
Masalah
Pengamatan
Analisis
padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?
3
Voldo Sidauruk (2015)
N Nama o Peneliti
Analisis 1. Bagaimana tingkat Tingkat adopsi petani Adopsi Petani terhadap teknologi terhadap budidaya jagung Teknologi yang dianjurkan di Budidaya daerah penelitian? Jagung dan Hubungannya 2. Bagaimana dengan Faktor hubungan faktor Sosial sosial ekonomi yang Skonomi meliputi umur (kasus : petani, tingkat Kecamatan pendidikan, Lumban Julu, pengalaman bertani, Kabupaten kosmopolitan, status Toba Samosir) lahan, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, sumber modal usahatani, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya jagung di daerah penelitian?
Judul Penelitian
Aspek Sosial 1. Deskriptif Ekonomi 2. Chi Square
2. Faktor-faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, status lahan, tingkat kosmopolitan, sumber modal, dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan secara parsial memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung, sedangkan umur, pengalaman bertani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi baru Variabel Pengamatan
Rumusan Masalah
1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung di daerah penelitian adalah tinggi.
Metode Analisis
Kesimpulan
19
Universitas Sumatera Utara
4 .
5
N o
Erwinsyah Putra (2012)
Ahmad Nurdin (2011)
Nama Peneliti
1. Bagaimana tingkat Hubungan pengunaan pupuk karasteristuk anorganik dan sosial ekonomi pupuk campuran petani dengan pada usahatani padi penggunaan sawah. pupuk anorganik dan 2. .Bagaimana pupuk hubungan campuran pada usahatani karasteristik sosial ekonomi petani padi sawah dengan penggunaan pupuk anoganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah. 3. Bagaimana hubungan faktor pribadi dan fakto lingkungan petani terhadap pengggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.
Karasteristik 1. Analisis Rank sosial Spearman ekonomi 2.Analisis petani deskriptif
Hubungan karasteristik sosian ekonomi petani dengan pengambilan keputusan
1. Apakah ada hubungan karasteristik sosial ekonomi petani terhada pengambilan keputusan
Aspek sosial ekonomi
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
Variabel Pengamatan
1. Tingkat penggunaan anorganik dan campuran tiak sesuai dengan anjuran pemerintah 2. Ada hubungan nyata antara lama bertani, luas lahan, dan produksi terhadap penggunaan pupuk anorganik dan campuran pada usaha tani padi swah. 3.Ada hubungan nyata antara krtesedian komunikasi petani, faktorfaktor alam, pengambilan keputusan enggan penggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah.
Metode Analisis RankSpearmen
1. Ada hubungan nyata anatara umur ,lama berusaha tani dengan difersifikasi dan monokultur 2.Upaya yang dilakukan penyuluh memberikan perbandingan usahatani diversifikasi agar
Metode Analisis
Kesimpulan
20
Universitas Sumatera Utara
diserfikasi Desa Batangkuis, kabupaten Deli Serdang.
2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian?
petani dapat membandingkan secara langsung usaha apa yang cocok untuk diterapkan.
2.6. Kerangka Pemikiran Petani melakukan usahatani dengan melakukan paket teknologi budidaya padi yang meliputi tahapan-tahapan adopsi teknologi mulai dari pembibitan, pengolahan
lahan,
penanaman,
pemupukan,
penyiangan,
pemeliharaan,
pemanenan, dan proses pasca panen. Dalam hal ini, penyuluh berperan aktif dalam mempengaruhi tingkat adopsi para pelaku usahatani padi sawah terhadap paket teknologi budidaya padi. Tingkat adopsi yang dimaksud adalah banyaknya komponen paket teknologi yang diterapkan petani dan yang tidak diterapkan petani dari anjuran penyuluh. Tingkat adopsi ini dapat dikategorikan dalam tingkatan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat adopsi yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang beda pula seperti umur, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, modal usahatani.
21
Universitas Sumatera Utara
Secara ringkas kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Petani
Penyuluh
Paket Teknologi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persiapan lahan Pembibitan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pasca panen
Rendah
Usahatani padi
Tingkat Adopsi
Sedang
Faktor sosial ekonomi : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bertani 4. Luas lahan 5. Jumlah tanggungan keluarga
Tinggi
Gambar2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi Keterangan
: : Hubungan 22
Universitas Sumatera Utara
2.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan Skema Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi di daerah penelitian tinggi. 2. Terdapat faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga secara parsial memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani pada teknologi budidaya padi.
23
Universitas Sumatera Utara