BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Internet dan Ruang Lingkup Internet merupakan sistem informasi global berbasis computer computerbased global information system). Sebagai perumpamaan, internet adalah sebuah “kota besar”. Alat transportasi pada kota itu adalah komputer, yang akan memudahkan pengunjung kota itu untuk berkeliling kota, berbelanja di mall, membeli buku di toko buku, mencoba audio musik yang baru dirilis di toko musik. Semua toko yang ada di kota itu dikenal sebagai website yang berisi barang-barang yang dijual. Sehingga internet sering dikenal sebagai jaringan sistem yang terkait satu dengan yang lain dengan didukung oleh piranti komputer. Internet terbentuk dari banyak jaringan komputer yang saling berhubungan. Jaringan itu terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer yang dapat saling berbagi informasi satu dengan yang lain. Dengan internet, semua orang di seluruh dunia (yang memiliki akses internet) dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dengan murah. Misalnya dengan menggunakan email (electronic mail), yaitu sebuah surat elektronik yang dapat dikirim ke seluruh penjuru dunia dalam waktu kurang dari 1 menit. Untuk mendapatkan akses email, seorang pengguna internet harus mendaftarkan diri pada website penyedia jasa email misalnya yahoo.com, gmail.com, atau hotmail.com. Hebatnya, fasilitas email adalah fasilitas yang tidak berbayar. Saat ini, yahoo.com merupakan market leader pada layanan penyedia jasa email karena memang Yahoo adalah pelopor penyedia jasa email. Awalnya, para penyedia jasa email membatasi para penggunanya dalam kapasitas inbox emailnya, namun sejak Google dengan Gmailnya berani memberikan kapasitas inbox sebesar 1 GB maka Yahoo merespon dengan memberikan kapasitas inbox tidak terbatas. Email juga memberikan pengguna internet keleluasaan dalam mengirimkan file, misalnya seorang anak yang sedang bekerja di luar kota ingin mengirimkan fotonya karena sudah lama tidak berjumpa dengan orang tuanya, maka ia bisa memanfaatkan layanan email Yahoo. Dengan demikian,
8
ia hanya perlu mendaftar akun (account) Yahoo dan mengirimkan foto beserta suratnya kepada orang tuanya. Bayangkan bila ia menggunakan jasa pengiriman surat konvensional, pasti akan membutuhkan dana dan waktu yang lebih banyak. Dengan email pertukaran informasi jadi lebih cepat, mudah dan hemat. Siapapun yang memiliki akses kepada internet dapat langsung berkomunikasi dengan siapapun yang sedang online di seluruh penjuru dunia, mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, membagi informasi yang dimilikinya atau menjual produk untuk mendapatkan keuntungan. Saat ini telah ditemukan teknologi terbaru komunikasi melalui internet yang disebut VOIP. Menurut Microsoft ® Encarta ® Reference Library (2005), Voice Over Internet Protocol (VOIP) adalah sebuah metode untuk menelepon melalui internet dengan mengirimkan data dalam paket terpisah, cara kerjanya hampir menyerupai email. Setiap paket data mewakili kode tertentu yang terpisah yang nantinya akan digabungkan kembali pada saat diterima pada receiver yang penerima. Teknologi dewasa ini, membuat VOIP menjadi semudah menelepon biasa. Pada Bulan Februari 2004, Departemen Komunikasi Amerika (Federal Communication Commision/ FCC) mengeluarkan kebijakan bahwa VOIP, seperti juga email dan messenger, bebas dari regulasi pemerintah selama hanya digunakan di komputer satu dengan yang lain. FCC tidak memutuskan apakah perangkat lunak VOIP yang mampu mengirim data suara dari komputer langsung ke telepon dapat diregulasi. Layanan tersebut diharapkan berkembang dan dinikmati banyak orang. VOIP menjadikan biaya komunikasi ke seluruh dunia menjadi lebih murah. Contoh tersebut memberikan bukti bahwa internet membuka peluang dan memberikan dampak kepada bidang komunikasi. Ternyata tidak hanya bidang komunikasi saja, banyak bidang lain yang terbantu dengan adanya internet. Misalnya di bidang pemerintahan, pendidikan dan bisnis. Bidang pemerintahan memerlukan internet dalam mempermudah proses pembayaran pajak. Lihat saja fasilitas pembayaran pajak online di www.pajak.go.id, fasilitas ini membawa harapan bagi para pembayar pajak yang kurang nyaman dengan rumitnya birokrasi untuk tetap membayar pajak dengan nyaman. Apabila penggunaan internet sudah merata
9
di Indonesia, dapat kita bayangkan berapa Rupiah yang dapat dihemat oleh negara dari perubahan sistem pembayaran pajak ini.
B. Electronic Commerce Electronic Commerce (e-commerce) merupakan konsep baru yang bias digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web Internet (Shim, Quershi, Siegel,2000 dalam buku M. Suyanto, 11, 2003) atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 2000 dalam buku M. Suyanto,11,2003). Sedangkan menurut Kalakota dan Whinston (1997) dalam buku M. Suyanto (2003) mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif berikut : Perspektif Komunikasi: e-commerce merupakan pengiriman indormasi, produk/layanan, atau pembayaran melalui lini telepon, jaringan computer atau sarana eletronik lainnya. 1.
Perspektif Proses Bisnis: e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju otomisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan.
2.
Perspektif Layanan: e-commerce merupakan salah satu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen dalam memangkas service cost ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.
3.
Perspektif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan informasi di internet dan jasa online lainnya. Penggolongan e-commerce yang lazim dilakukan orang ialah
berdasarkan sifat transaksinya. Menurut M. Suyanto (2003) tipe-tipe berikut segera bisa dibedakan: 1. Business to business (B2B). Merupakan trasaksi commerce antar bisnis, misalnya antara pabrik dan whosaler, ataupun whosaler dan retailer. 2. Business to Consumer (B2C). Merupakan trasaksi antara supplyer dengan pelanggan. Pada umumnya trasaksi yang terjadi disini merupakan personal buyer.
10
3. Consumer to Consumer (C2C). Trasaksi C2C melibatkan fasilitas elektronik antar pelanggan dan pihak ketiga. Trasaksi ini dapat digambarkan sebagai contoh lelang yang dilakukan salah satu pelanggan dengan cara menawar harga, dengan cara pelanggan menawarkan untuk menjual dan pelanggan lain menawarkan untuk membeli. Pihak ketiga sebagai perantara memperoleh komisi atau biaya flat. 4. Consumer to Business (C2B). Transakasi C2B merupakan penawaran individu kepada suatu perusahaan dan perusahaanlah yang menjadi pihak pembelinya. Bentuk transaksi ini sangat berbeda dengan tradisional transaksi dimana perusahaan yang menyediakan barang sedangkan individu sebagai pembelinya. 5. Non Business e-Commerce. Pemanfaatan e-commerce untuk organisasi non profit, seperti : organisasi keagamaan, pemerintahan, akademisi sebagai upaya pelayanan operasional dan service untuk masyarakat atau penggunanya.
a. Penggunaan dan manfaat e-commerce dalam bisnis Manfaat yang dirasakan perusahaan khususnya untuk kepentingan pelanggan memperlihatkan bahwa e-commerce dapat memberikan manfaat : Mendapatkan pelanggan baru. Studi yang menyebutkan bahwa manfaat penggunaan e-commerce dalam bisnis adalah mendapatkan pelanggan baru dikemukakan oleh Hamill dan Gregory, 1997 dan Swatman, 1999 serta Hoffman dan Novak, 2000. Digunakannya e-commerce memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan pelanggan baru baik itu yang berasal dari pasar domestik maupun pasar luar negeri. Menarik konsumen untuk tetap bertahan. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey, 1997 di industri perbakan menemukan bahwa dengan adanya layanan e-banking membuat nasabah tidak berpindah ke bank lain. Selain itu bank juga akan mendapatkan pelanggan baru yang berasal dari bank-bank yang bertahan dengan teknologi lama.
11
Meningkatkan
mutu
layanan.
Dengan
adanya
e-commerce
memungkinkan perusahaan dapat meningkatkan layanan dengan melakukan interkasi yang lebih personal sehingga dapat memberikan informasinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Studi yang menyebutkan bahwa penggunaan e-commerce dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu layanan ini dikemukakan oleh Gosh, 1998. Melayani konsumen tanpa batas waktu. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey, 1997 menemukan bahwa adanya pelanggan dapat melakukan transaksi dan memanfaatkan layanan suatu perusahaan tanpa harus terikat dengan waktu tutup ataupun buka dari suatu perusahaan tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh dari e-commerce bagi organisasi menurut M. Suyanto (2003) adalah: 1. Memperluas market place hingga ke pasar nasional dan international. 2. Menurunkan
biaya
pembuatan,
pemrosesan,
pendistribusian,
penyimpanan dan pencarian informasi yang menggunakan kertas. 3. Memungkinkan
pengurangan
inventory
dan
overhead
dengan
menyederhanakan supply chain dan management tipe “pull”. 4. Mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa. 5. Mendukung upaya-upaya business process reengineering. 6. Memperkecil biaya telekomunikasi – internet lebih murah dibanding VAN. 7. Akses informasi lebih cepat.
Selain mempunyai manfaat bagi perusahaan, menurut M. Suyanto (2003) e-commerce juga mempunyai manfaat bagi konsumen, yaitu : 1. Memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi lain selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi dengan menggunakan fasilitas Wi-Fi. 2. Memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan. 3. Pengiriman menjadi sangat cepat.
12
4. Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detail dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu. 5. Memberi tempat bagi para pelanggan lain di electronic community dan bertukar pikiran serta pengalaman. 6. Memudahkan persaingan yang ada pada akhirnya akan menghasilkan diskon secara substansial. Menurut M. Suyanto (2003) selain manfaat terhadap organisasi, konsumen e-commerce juga mempunyai manfaat bagi masyarakat, antara lain : 1. Memungkinkan orang untuk bekerja di dalam rumah dan tidak harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas di jalan serta mengurangi polusi udara. 2. Memungkinkan sejumlah barang dagangan dijual dengan harga lebih rendah. 3. Memungkinkan orang di negara-negara dunia ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e-commerce.
b. Keterkaitan E Marketing, E-business dan E-Commerce Menurut Chaffey et.al (2003:11), e-business adalah semua pertukaran informasi menggunakan media elektronik, baik di dalam organisasi maupun dengan stakeholder untuk mendukung proses bisnis. Sedangkan e-commerce adalah semua transaksi informasional dan finansial diantara organisasi dan pihak stakeholder luar. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa konsep ebusiness lebih luas daripada e-commerce. Definisi lain e-business menurut Strauss et.al (2001:6) adalah optimalisasi berkelanjutan sebuah aktivitas perusahaan melalui teknologi digital sedangkan e-commerce hanya terkait dengan transaksi. Menurut Chaffey et.al (2003:11), di dalam e-commerce terdapat dua sisi yang saling berkaitan, yaitu sell-side e-commerce dan buy-side ecommerce.
Sell-side
e-commerce
merupakan
transaksi-transaksi
yang
berkaitan dengan menjual produk kepada konsumen, sedangkan buy-side ecommerce merupakan transaksi-transaksi business to business (B2B) yang
13
terkait dengan pengadaan sumber daya yang diperlukan oleh organisasi dari pemasoknya (Chaffey, et al., 2003:10).
Ketika
sebuah
organisasi
berusaha untuk memahami kebutuhan pasarnya, maka pemahaman tentang faktor pendorong dan penghambat sell-side e-commerce menjadi sangat penting, dengan kata lain, organisasi memerlukan suatu usaha marketing yang sekarang dikenal dengan internet marketing atau online marketing. Internet marketing merupakan penggunaan media internet untuk mencapai tujuan marketing dan mendukung konsep marketing modern (Chaffey, et al., 2003:7). Dalam prakteknya, internet marketing terkait dengan penggunaan website, promosi online pada search engine, iklan banner website, email langsung, link dan semua aktivitas untuk mendapatkan dan membina hubungan dengan konsumen. Kegiatan internet marketing yang optimal akan menghasilkan penjualan yang maksimal. Menurut The McKinsey Quarterly dalam laporan survey global tentang bagaimana perusahaan melakukan internet marketing, Perusahaan memiliki beberapa alasan dalam menggunakan digital tools, antara lain untuk meningkatkan manajemen pelayanan, meningkatkan manajemen pejualan, advertising, pengembangan produk dan pricing.
C. Technology Acceptance Model (TAM) Model Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user). TAM diperkenalkan pertama kali oleh Davis et al pada tahun 1989 sebagai pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. TAM merupakan model dalam mengukur level penerimaan Sistim Informasi. Pada TAM terdapat dua komponen penting
14
yaitu: Perceived Usefulness (kemanfaatan) dan Perceived Ease of Use (kemudahan dalam penggunaan). Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan dan kemudahan penggunaan. Menurut Davis et al tahun 1989, pada kemanfaatan dapat didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang dalam menggunakan sistim tertentu dalam menunjang kinerjanya. Hal ini juga dapat diterangkan dengan bagaimana seseorang percaya menggunakan teknologi untuk menunjang dalam produktivitas dalam bekerja. Dikatakan kemanfaatan suatu sistim menjadi meningkat jika ada tingkat kepercayaan secara positif berguna bagi performance (tampilannya).
Gambar 1: Technology acceptance model (Davis et al, 1989)
Pada kemudahan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pada penggunaan suatu sistem tertentu yang mengandung pengertian dalam
15
penggunaannya tidak diperlukan usaha yang keras. Makna tidak perlu usaha keras dinyatakan dengan kemudahan dalam penggunaannya dibandingkan dengan yang lainnya. Dimana dalam penerimaannya pengguna dimudahkan oleh system yang ada. Pada TAM dinyatakan bahwa perilaku pada penggunaan suatu system dibedakan menjadi kemanfaatan dan attitude (sikap). Sedangkan kemanfaatan dan kemudahan dalam menggunakan suatu system merupakan efek dari perilaku. Kemudahan dalam penggunaan mempengaruhi kemanfaatan system itu sendiri. Secara tidak langsung perilaku dipengaruhi dari variabel dari kemanfaatan dan kemudahan dalam penggunaan. Hubungan keterkaitan antara kemanfaatan dan kemudahan dalam penggunaan merupakan hal yang sangat signifikan. Dapat dikatakan bahwa Penggunana seharusnya dapat merasakan kemanfaatannya. Pada penelitian lain Igbaria (1990) dan Robey (1989) dimana dari hasil penelitiannya menyatakan hasil korelasi positif antara manfaat dan kemudahan sehingga membawa pada penggunaan TI. Berdasarkan TAM kemanfaatan dan kemudahaan penggunaan TI, menurut venkatesh dan Davis (2000) menyatakan kemudahan dalam menggunakan TI dapat membawa pada kenyamanan dalam penggunaan dan bekerja dengan menggunakan teknologi tersebut. Dalam hal kenyamanan inilah yang membawa penggunan mau dan berkeinginan untuk terus menguunakan teknologi. Kenyamanan dalam menggunakan suatu teknologi berkorelasi dengan waktu penggunaannya. Semakin nyaman pengguna frekuensi untuk mengunakannya lagi semakin tinggi. Dalam bahasa teknologi menyenangkan (fun) dan menghibur (playfulness) identik dengan kenyamanan. Berdasarkan penelitian Asia Foundation, 2002, permasalahan utama dalam pengguna tidak menggunakan transaksi online dengan alasan keamanan (security). Jaminan keamanan bertrasaksi merupakan permasalahan utama yaitu: mencapai angka 50 % dari 100% pengguna tidak menggunakan transaksi online. Angka ini diikuti dengan indikasi permasalahan 40% kurang
16
paham dalam penggunaan, 30% tidak membutuhkan, 20% tidak tersedia dan 10% alasan lain.
Keamanan Kurang Paham Tidak Tersedia Lain-lain
Source: Asia Foundation, 2002
Gambar 2: Masalah pengguna tidak menggunakan transaksi online
Berdasarkan penelitian Castle Asia, 2002 keuntungan dari website, 40% membawa dampak pada promosi, 12% berdampak pada kredibilitas, 10% tidak bermanfaat dan 8% meningkatkan penjualan. Dari penelitian inilah menunjukan bahwa kemudahan dalam mengakses website (berhubungan dengan internet koneksi) dan juga muatan informasi mempengaruhi pada penggunaannya.
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Promosi
Kredibilitas & Keberadaan
Tidak Bermanfaat
Menaikan Penjualan
Gambar 3: Keuntungan perusahaan menggunakan website
17
Davisd et al, pada tahun 1989, dan Pikkarainen et al pada tahun 2004 menyatakan pada penerimaan penggunaan e-commerce. Empat komponen penerimaan e-commerce dari sudut pandang : 1.
Kemanfaatan (efisiensi).
2.
Kemudahan dalam penggunaan.
3.
Kenyamanan dalam penggunaan.
4.
Muatan informasi.
Dengan adanya empat variable diatas dapat dirumuskan menjadi variable sebagai berikut: 1. Efisiensi memberikan efek pada penerimaan penggunaan e-commerce. 2. Kemudahan dalam mengakses memberikan efek pada penerimaan penggunaaan e-commerce. 3. Kenyamanan dalam bertransaksi dan akses memberikan efek pada penerimaan penggunaaan e-commerce. 4. Muatan informasi memberikan efek pada penerimaan penggunaaan ecommerce.
D. Structure Equation Modeling dan Partial Least Square Structure Equation Modeling (SEM) adalah teknik modeling yang digunakan secara luas dan kombinasi principal component, regresi dan path analysis. Dalam kelompoknya SEM dibagi menjadi dua yaitu: SEM berbasis kovarian (LISREAL) dan SEM berbasis varian Partial Least Square (PLS). PLS lebih cepat berkembang pada berbagai bidang baik bidang manajemen system informasi, manajemen strategi, pemasaran dan perilaku pelanggan, dan juga e-business. Pertama kali PLS ditemukan dan dikembangkan pada tahun 1982 oleh Wold. Pada tahun 1989, Lohmoller lebih lanjut mengembangkan alogaritma PLS. Latar belakang lahirnya SEM-PLS, berawal dari analisis simultaneous equation models bidang ekonometrik, factor analysis bidang psikometrik, dan path analysis bidang biometrik. Semua ini terpadu dalam analysis causal pada sosiologi. Adapun latar belakang ini dapat digambarkan seperti pada skema dibawah ini.
18
Gambar 4: Latar belakang SEM-PLS (Sanchez, 2007)
Lebih lanjut SEM dikembangkan oleh Kar Joreskog dan Herman Wold dengan software Lisrealnya berdasarkan covariance structure analysis dan Herman berdasarkan varian dan disebut dengan partial least square path modeling.
Sampai sekarang berkembang menjadi multivarian. Adapun
rumpun PLS di ilustrasikan sebagai berikut:
19
PLS Path Modeling PLS Regression
PLS Generalized Linear Model
NIPALS Pricipal Components Analysis
PLS METHOD
NIPALS Canonical Correlation
PLS Discriminant Analysis
PLS Logistic Regression
SIMCA
Gambar 5: Rumpun metode PLS (Sanchez, 2007)
Pada table dibawah ini diilustrasikan perbedaan SEM-Lisrean dan SEM-PLS sebagai berikut: Tabel 3: Perbedaan SEM- Lisreal dengan SEM –PLS NO
KRITERIA
1
Tujuan
2
Pendekatan
3
4
5
PLS
LISREAL
Berorientasi prediksi
Berorientasi pendugaan parameter Berbasis kovarian (peragam) Refleksi
Berbasis varian (ragam) Hubungan antara Formatif atau refleksi peubah laten dan indikator/manifest Peubah laten Setiap peubah laten merupakan kombinasi linear dari peubah indikator Kompleksitas Sampai kompleksitas model besar 100 laten dan 1000 manifest
PEubah laten diduga oleh seluruh peubah manifetsnya Sampai kompleksitas sedang (kurang dari 100 manifest)
20
6
Ukuran contoh
7
Persyaratan teori
8
Perlakuan mising
Rekomendasi berkisar 30-100 Flexibel, bebas sebaran Algoritma NIPALS
data 9
Identifikasi
Rekomendasi 300-800 Asumsi kuat,sebaran normal Metode kemungkinan maksimum
Dalam model rekursif Bergantung pada model selalu teridentifikasi
idealnya, lebih dari 4 manifest per laten over determinasi, 3 untuk identifikasi yang sesuai
Source: 3
Adapun alasan PLS berkembang lebih pesat dan lebih populer diuraikan menjadi empat alasan utama, sebagai berikut: 1. PLS dapat dimodelkan berupa reflektif dari peubah laten ke indikator atau disebut mode reflective dan dapat pula disebabkan atau dibentuk oleh peubah indikator ke peubah laten, disebut dengan mode formative. 2. PLS dapat digunakan untuk melakukan penduga yang kecil. 3. PLS dapat digunakan penduga yang komplek tanpa kehilangan kemampuan atau mengalami masalah yang disebabkan penduganya. 4. PLS tidak perlu mengasumsikan sebaran normal dan cukup dengan skala ordinal. PLS dibentuk menjadi dua gugus yaitu model luar (outer) dan model dalam (inner). Definisi dari model luar adalah model dimana relasinya antar peubah laten atau unobserved. Sedangkan model dalam adalah model dimana relasinya relasinya antar indikator atau dengan manifest atau disebut juga observed. Pada model outer dibagi menjadi dua macam mode yaitu mode reflective dengan mengedepankan refleksi atau effect relasi dari peubah laten
3
Joko Ratono, Analisis Partial Least Square untuk pengembangan model critical success factors dalam implementasi enterprise resource planning SAP pada industry kecil dan menengah,Bogor, Program Paska Sarjana, IPB 2010
21
ke indikator, mode formative mengedepankan causal relasi dari indikator ke peubah laten. Adapun persamaannya sebagai berikut: 1. Persamaan model inner ξ = Вi – ζ 2. Persamaan mode reflective Xx =
xξ
+ εx
3. Persamaan mode formative ξ = ∏xXx
+
εx
Keterangan: ξ
= vektor peubah laten
В
= koefisien path
ζiεx = error = koefisien loading ∏
= koefisien bobot
Persamaan dalam PLS dapat dihitung melalui tahap: 1. Menghitung skor peubah laten (Yj), sebagai kombinasi linear dari peubah indikator (Xjk), iterrasi dilakukan sampai konvergen (selisih bobot Wjk < 10 pangkat -5 dengan iterasi sebelumnya). 2. Matriks koefisien path didapatkan melalui regresi model inner. 3. Koefisien loading didapatkan melalui regresi model outer. Skema iterasi diilustrasikan pada gambar berikut. 1) Wjk = 1 Initial weight Update L Vs
Take into account Inner relations
Yj = ∑ Wjk Xjk
2) Z j = ∑ eji Yi
K
j
Wnew jk = (Z’ j Z j )pangkat -1 Z’ j Xjk Wnewj = (X’ j X j) pangkat -1X’ jZ j
4) Wold jk – Wnew jk
< 10 pangkat -5
3) OLS regression
Gambar 6: Iterasi untuk skor peubah laten di skems eij (Sanchez, 2007)
22