BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaaan zat gizi.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Supariasa, 2002). 2.1.2 Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung adalah
dengan
pemeriksaan
secara
antropometri,
biokimia,
klinis
dan
biofisik.Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi. A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung 1.
Pemeriksaan Antropometri Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Pengukuran antropometri
adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh.Antropometri digunakan
untuk
melihat
ketidakseimbangan
asupan
protein
dan
energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
Universitas Sumatera Utara
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Russeng, 2009). Menurut Depkes RI (2009), antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa berumur >18 tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita hamil.Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan IMT adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan, dengan rumus sebagai berikut. . Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi sebagai berikut. Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh IMT < 17.0 17.0 – 18.4 18.5 – 24.9 25.0 – 27.0 <27.0
Status Gizi Gizi Kurang Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Gizi Lebih
Kategori Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Sangat Gemuk
Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).
Beberapa kelebihan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu : 1. Relatif murah. 2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar. 3. Objektif.
Universitas Sumatera Utara
4. Gradable (dapat diranking). 5. Tidak menimbukan rasa sakit pada responden. Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu 1. Membutuhkan data referensi yang relevan. 2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan, kesalahan pada observer. 3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kekurangan energi dan protein, tidak memperoleh informasi karena defiensi zat gizi mikro. 2.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi seseorang.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih dari zat gizi. Beberapa kelebihan penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu : 1. Murah, karena tidak memerlukan peralatan 2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar 3. Tidak membutuhkan highly qualified staff, karena pemeriksaan dapat dilakukan oleh kader yang telah terlatih
Universitas Sumatera Utara
4. Tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu : 1. Subjektif, sehingga perlu adanya standardisasi, pengalaman bagi pemeriksa. 2. Keterbatasan kepastian penyebab zat gizi, terkadang penyebabnya bukan karena kurang gizi, tetapi penyebab yang lain, seperti infeksi. 3. Diperlukan staf yang terlatih dengan sangat baik. 4. Banyak tanda klinis yang muncul pada tingkat defiensi berat. 3.
Tes Laboratorium / Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Cara penilaian status gizi langsung secara biokimia dapat didekati dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Hm), serum besi, serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erythrocytes protophophyrin (FEP), dan Unsaturated iron-binding capacity serum. Beberapa kelebihan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu : 1. Objektif. 2. Gradable (dapat diranking). Beberapa keterbatasan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu : 1. Mahal, pada umumnya pemeriksaan biokimia memerlukan biaya yang tidak sedikit karena berhubungan dengan peralatan dan reagennya. 2. Keberadaan dari laboratorium, terkadang lokasi survei jauh dari dari laboratorium.
Universitas Sumatera Utara
3. Kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat pengumpulan, pengawetan, dan transportasi. 4. Dibutuhkan data referensi untuk menentukan hasil laboratorium. 4.
Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 1.
Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan
melihat
jumlah
dan
jenis
zat
gizi
yang
dikomsumsi.Pengumpulan data komsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2.
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3.
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Asupan Energi
2.2.1. Kebutuhan Gizi Kerja Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang paling sesuai adalah makanan seimbang.Hal ini didukung oleh Santoso (2004) dalam Ginting (2011), proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat digunakan di dalam tubuh dengan sempurna. Kebutuhan zat gizi diperoleh melalui pola makan yang baik dan sehat.Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori, jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya.Jadwal makan teratur sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan kalori kerja di awal bekerja. Menurut Mitayani dan Sartika (2010) dalam Ginting (2011), gizi seimbang adalah makanan yang dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi.Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori. Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi untuk memelihara kondisi tubuh agar selalu prima.Bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada umumnya, ditambah dengan kebutuhan kalori untuk keperluan
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan pekerjaan.Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas kerja.Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling memengaruhi. 2.2.2. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) merupakan konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk : 1. Metabolisme Basal Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam selsel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal.Kurang lebih 2/3 energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh.Kebutuhan energi basal ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. Menurut Almatsier (2009), Harris dan Benedict pada tahun 1990 menentukan rumus untuk menghitung kebutuhan energi basal sebagai berikut : AMB Laki-Laki
= 66,5 + 13,7 BB (kg) + 5,0 TB (cm) – 6,8 U
AMB Perempuan = 65,5 + 9,6 BB (kg) + 1,8 TB (cm) – 4,7 U Keterangan : BB = Berat badan dalam kilogram TB = Tinggi Badan dalam sentimeter U
= Umur FAO/WHO/UNU/1985 juga mengeluarkan rumus untuk menaksir nilai
AMB dari berat badan dengan menggunakan rumus regresi linier.Rumus untuk menaksir AMB tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 2.2. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan AMB (kkal/hari) Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki
Perempuan
18-30
15,3 B + 679
14,7 B + 496
30-60
11,6 B + 879
8,7 B + 829
≥60
13,5 B + 487
10,5 B + 596
Sumber : Almatsier (2009) 2. Aktivitas Fisik Aktivitas Fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar
Universitas Sumatera Utara
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerk, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan pekerjaan daripada seorang yang kuru, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan. 3. Efek Makanan atas Pengaruh Dinamik Khusus (Specific Dynamic Action / SDA) Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan, absorpsi dan metabolisme zat-zat gizi yang menghasilkan energi.SDA bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% dari kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik. 2.2.3. Pengertian Asupan Energi Energi yang digunakan tubuh bukan hanya diperoleh dari metabolisme zat gizi yang tersimpan di dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.(Arisman, 2009).Energi yang diperoleh dari makanan yang diproduksi disebut sebagai energi asupan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Sumber Asupan Energi Energi pada manusia dapat timbul disebabkan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak.Zat karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi yang dapat memberikan kalori pada tubuh manusia. 1. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat tepung/pati dan gula.Bahan pangan rakyat di Indonesia memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar 7080%. WHO menyebutkan kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 5575% dari total konsumsi energi.(Syafiq, 2007). Menurut Almatsier (2009), sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain : a. Sebagai sumber energi. b. Pemberi rasa manis pada makanan. c. Memberikan volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus. d. Simpanan energi dalam hati dan otot. e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak. f. Memberi rasa manis pada makanan. g. Membantu pengeluaran feses 2. Protein Protein merupakan bahan pembentuk enegi, di samping lemak dan karbohidrat, yang diperoleh dari bahan makan nabati dan hewani. Protein merupakan zat pembentuk tubuh yang penting di samping air, lemak, mineral,
Universitas Sumatera Utara
karbohidrat, dan berbagai vitamin, terdapat di sekujur tubuh pada otot, kulit, rambut, jantung, paru, otak, dan organ tubuh lainnya.Kebutuhan protein harus terpenuhi sebesar 10-20 % dari eneri total (Syafiq, 2007). Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut : a. Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. b. Sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh. c. Sebagai pembentuk ikatan-ikatan esensial tubuh. d. Sebagai pengatur keseimbangan air dan memelihara netralitas tubuh. e. Sebagai pembentuk antibodi. f. Sebagai pengangkut zat-zat gizi. g. Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak. 3.
Lemak Lemak sebagai sumber pembentuk energi yang menghasilkan bobot energi yang paling besr dibandingkan pembentuk energi yang lain. Tiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori.Zat lemak di dalam tubuh terbentuk dari berbagai bahan makan yang biasa dikonsumsi setiap harinya. WHO (menganjurkan konsumsi lemak berkisar 10-30 persen dari total kebutuhan energi (Syafiq, 2007). Menurut Almatsier (2009) sumber utama lemak adalah minyak tumbuhtumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam).
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Pekerja Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut Suma’mur (2009) kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktorfaktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Menurut Suma’mur (1989), jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa ditentukan oleh: 1. Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat. 2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari metabolisme basal. 3. Kerja otot Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3. Pengelompokan Aktifitas Atau Beban Kerja (Ringan, Sedang, Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja). Kelompok Aktifitas Ringan Laki – laki Perempuan
Jenis Kegiatan 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 25% untuk berdiri dan berpindah (moving)
Faktor Aktifitas 1,58 1,45
Contoh Aktifitas Aktifitas kantor tanpa olah raga, aktifitas fisik yang tidak menguras tenaga, duduk memotong kedua ujung batang rokok (perempuan), berdiri di depan mesin memasukkan seng kedalam mesin pembuat tutup
Universitas Sumatera Utara
25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya 40% dari waktu yang Berat digunakan adalah Laki – laki untuk duduk atau Perempuan berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya (Sumber :Depkes 2004) Sedang Laki – laki Perempuan
1,67 1,55
1,88 1,75
kaleng (laki – laki). Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api (perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya kesekitar mesin (laki-laki) Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan memasukkanya ke dalam mesin (laki - laki)
2.2.6. Standard Kebutuhan Energi Standard kebutuhan energi seseorang dalam sehari ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 2.4. Standard Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik Jenis Kelamin, Umur, BB Laki – laki 19 – 29 th BB 56 kg Laki – laki 30 – 49 th BB 62 kg Laki – laki 50 – 64 th BB 56 kg Perempuan 19 – 29 th BB 52 kg Perempuan 30– 49 th BB 56 kg
Energi Aktifitas (kal)
Protein (g)
Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat
60 60 60 60 60 60 60 60 60 50 50 50 50 50 50
2400 2550 2800 2200 2350 2600 2150 2300 2550 1800 1900 2150 1700 1800 2050
Zat besi ( mg) 13 13 13 13 13 13 13 13 13 26 26 26 26 26 26
Seng (mg)
Yodium Vit A (μg) (RE)
12,1 12,1 12,1 13,4 13,4 13,4 13,4 13,4 13,4 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3 9,3
150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
600 600 600 600 600 600 600 600 600 500 500 500 500 500 500
Vit C (mg) 90 90 90 90 90 90 90 90 90 75 75 75 75 75 75
Vit B1 (mg) 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1 1 1 1 1 1
Vit B2 (mg) 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Vit B6 (mg) 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,3 1,7 1,7 1,7 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3
Universitas Sumatera Utara
Niacin (mg) 16 16 16 16 16 16 16 16 16 14 14 14 14 14 14
Perempuan 50 – 64th BB 55 kg
Ringan 1650 50 12 9,3 150 Sedang 1750 50 12 9,3 150 Berat 2000 50 12 9,3 150 Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI (2009)
500 500 500
75 75 75
1 1 1
1,1 1,1 1,1
1,5 1,5 1,5
Kebutuhan energi seseorang selama bekerja (8 jam) diperkirakan 40-50% dari kebutuhan energi sehari, sehingga diperoleh kebutuhan energi yang dibutuhkan seorang pekerja untuk bekerja selama 8 jam sebagai berikut. Tabel 2.5. Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam) Usia/Jenis Pekerjaan 19-29 Tahun Ringan Sedang Berat 30-49 Tahun Ringan Sedang Berat 50-64 Tahun Ringan Sedang Berat Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI 2009
Kebutuhan Energi (Kkal) Pria Wanita 960 1020 1120
720 760 860
880 940 1040
680 720 820
860 920 1020
660 700 800
2.2.7. Penilaian Asupan Energi Berikut merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian asupan energi. 1. 24 Hour Food Recall Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007). Metode 24 Hour Food Recall memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
14 14 14
Kelebihan : a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit. b. Murah. c. Mendapatkan informasi secara detail tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi. d. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok. e. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dan dipilih weekday dan weekend. f. Lebih objektif daripada metode riwayat diet. g. Tidak mengubah kebiasaan diet. Keterbatasan : a. Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representatif kebiasaan asupan gizi individu. b. Kadang terjadi under/over reporting. c. Bergantung pada memori. d. Kadang mengabaikan saus dan minuman ringan yang menyebabkan rendahnya asupan energi. e. Memerlukan data entri. 2. Food Records Food record adalah catatan responden tentang jenis dan jumlah makanan dan minuman dalam suatu periode waktu, biasanya antara 1 sampai 7 hari. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat dikuantifikasikan dengan
Universitas Sumatera Utara
estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food record). Kelebihan : a. Tidak tergantung pada memori. b. Mendapatkan data asupan yang detail. c. Mendapatkan data tentang eating habit. d. Multipleday lebih representatif menggambarkan usual intake Keterbatasan : a. Membutuhkan kerjasama yang tinggi dari responden. b. Responden harus bisa membaca dan menulis. c. Dapat mengubah kebiasaan makan. d. Analisis intensif dan mahal. e. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan data, harus menimbang dan mencatat. 3. Food Frequency Questionare (Frekuensi Makanan) FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman.Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam sehari, seminggu, sebulan, atau dalam setahun.Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman. Kelebihan : a. Dapat diisi sendiri oleh responden. b. Machine readable/dapat dibaca oleh mesin. c. Relatif murah untuk populasi yang besar.
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dan penyakit. e. Data usual intake lebih representatif dibandingkan diet record beberapa hari. Keterbatasan : a. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh responden. b. Tergantung pada kemampuan responden untuk mendeskripsikan dietnya 4. Food Account Food Account adalah mengukur asupan makanan (dietary intake) pada rumah tangga atau institusi seperti asrama.Caranya adalah dengan mencatat semua makanan baik yang dibeli maupun ditanam selama masa survei. Konsumsi rata-rata harian per orang dihitung dengan cara menjumlahkan makanan yang dikonsumsi selama masa survei dibagi jumlah orang yang ada di institusi tersebut. Untuk mengukur konsumsi makanan tingkat rumah tangga biasanya periode survei membutuhkan dua sampai empat minggu. Kelebihan : a. Cocok digunakan untuk sampel yang besar. b. Dapat digunakan untuk waktu survei yang cukup panjang. c. Memberikan data tentag pola kebiasaan makan keluarga atau suatu kelompok (dietary pattern and habit). d. Kemungkinan kecil mengakibatkan perubahan dalam diet. e. Relatif murah. Keterbatasan :
Universitas Sumatera Utara
a. Tidak mencatat makanan yang terbuang/sisa.Responden harus dapat baca tulis dan koorperatif. b. Tidak cukup mengukur konsumsi makan tingkat individu. 5. Duplicate Food Collection Duplicate Food Collection adalah mengumpulkan makanan dan minuman yang sama dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi responden baik jenis maupun ukurannya. Analisis makanan dilakukan di laboratorium setiap hari dan makanan disimpan dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium untuk mencegah kerusakan. Kelebihan Duplicate Food Collection yaitu data asupan gizi lebih akurat dibandingkan pnghitungan dengan tabel komposisi makanan karena dianalisis di laboratotium. Keterbatasan : a. Mahal. b. Dibutuhkan waktu dan upaya untuk mengumpulkan duplicate food. c. Kemungkinan dapat underestimate usual intake. 6. Food Balance Sheet/Neraca Bahan Makanan Food
balance
sheet
adalah
suatu
cara
tidak
langsung
untuk
memperkirakan konsumsi masyarakat di suatu wilayah atau negara dalam periode waktu tertentu. Food balance sheet ini dapat menilai food availability/ketersediaan makanan.Caranya adalah dengan menghitung selisih produksi makanan, impor, cadangan dikurangi dengan ekspor, bibit, industri dan pakan ternak.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan : a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit. b. Mendapatkan informasi tentang suplai makanan. c. Mengidentifikasi kebiasaan makan (food habits) dan trend konsumsi makanan. d. Digunakan untuk merencanakan kebijakan di bidang makanan dan gizi. e. Menggambarkan praktik konsumsi makanan di suatu negara/wilayah. Keterbatasan : a. Keakuratan data mungkin dipertanyakan. b. Hanya menggambarkan ketersediaan makanan untuk dikonsumsi. c. Tidak merepresentasikan konsumsi makanan secara aktual. d. Tidak mengindikasikan bagaimana makanan didistribusikan. e. Tidak mencatat makanan yang terbuang (wasted food). 7. Telephone Interview Metode ini digunakan setelah dilakukan face to face dengan menggunakan 24 hour recall sehingga untuk data 24 hour recall kedua dan ketiga dilakukan dengan metode telpon. Kelebihan : a. Menghemat biaya. b. Mengurangi beban responden Keterbatasan telephone interview, yaitu kesukaran dalam mengestimasi ukuran makanan yang dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
8. Visual Record (Video, Kamera Foto) Kelebihan : a. Dengan menggunakan video dan foto data yang diperoleh memiliki validasi yang tinggi. b. Pencatatan
food
intake
membutuhkan
waktu
yang
lebih
singkat
dibandingkan dengan 24 hour recalls atau food record.. c. Beban responden menjadi lebih ringan Keterbatasan : a. Mahal. b. Tidak mendapatkan data tentang persiapan bahan makanan c. Masalah teknis sehubungan dengan peralatan yang canggih 2.3 Kelelahan Kerja 2.3.1. Pengertian Kelelahan Kerja Menurut Suma’mur (2009), lelah merupakan suatu perasaan yang mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Ada beberapa teori kelelahan kerja, yaitu : a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000). b. Kelelahan Kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Eraliesa dalam Hariyati, 2011).
Universitas Sumatera Utara
c. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang bersifat kronis atau merupakan penurunan kinerja dan mental/psikologi (Grandjean, 1985). d. Kelelahan kerja adalah keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.(Suma’mur, 2009). e. Tarwaka (2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. f. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. (Nurmianto, 2003). 2.3.2. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja dapat dibedakan berdasarkan : a. Waktu terjadinya kelelahaan 1. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti : a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau antisosial terhadap orang lain. b. Munculnya sikap apatis terhadap orang lain. c. Depresi yang berat, dan lain-lain. b. Penyebab terjadinya kelelahaan 1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah penurunan waktu reaksi. 2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial. c. Proses dalam otot 1. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue) Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi
yang
berulang/
kontraksi
otot
yang
berlangsung
lama
mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma,mur, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2. Kelelahan Umum Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan lambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang), dan rasa malas bekerja atau circandian fatigue. Selain itu kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,
Sebab-sebab
mental,
status
kesehatan
dan
keadaan
gizi.(Grandjean, 1985 dalam Tarwaka, 2004). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2009). d. Proses hasil perubahan fisiologi, psikologi dan mekanik Kelelahan ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelelahan yang bersifat lokal dan kelelahan seluruh tubuh. 2.3.3. Penyebab Kelelahan Kerja Menurut Theron dan Herden (2011) dalam Mulyani (2012), penyebab kelelahan kerja terbagi kedalam dua kelompok penyebab, yaitu kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Work Related Fatigue
Work Unrelated Fatigue
(Keleahan yang berhubungan dengan pekerjaan)
(Kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)
Jam lembur Shift kerja Rentang waktu antara istirahat dan shift Desain pekerjaan Pekerjaan tambahan
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja Kewajiban keluarga dan sosial Community activities Isu emosional Umur Level kebugaran fisik dan kesehatan
Kelelahan
Gambar 2.1. Penyebab Fatigue dalam The Journal of The Southern African Institude of Mining and Metalurgi , W.J. Theron dan G.M.J. Van Heerden 2011 Teori faktor penyebab kelelahan kerja lainnya juga dikemukakan oleh Grandjean dalam Tarwaka (2004).Faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja di industri sangat bervariasi. Untuk memelihara kesehatan dan efisiensi kerja makan proses penyegaran harus dilakukan. Proses penyegaran dapat dilakukan dengan istirahat selama tidur malam atau memanfaatkan periode istirahat di tempat kerja. Dalam teorinya, Grandjean mengibaratkan kelelahan kerja seperti air yang ada di dalam suatu wadah dan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kelelahan seperti air yang dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Air akan berkurang di dalam wadah apabila dialirkan atau dibuang. Oleh karena itu, kelelahan dapat dihilangkan atau dipulihkan apabila faktor penyebab kelelahan dihilangkan.
Universitas Sumatera Utara
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Problem fisik
Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll.
Kenyerian dan Kondisi Kesehatan
Circardian Rhytm
Nutrisi
Tingkat Kelelahan Penyegaran
Gambar 2.2. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kecelakaan dan Penyegaran 2.3.4. Gejala Kelelahan Kerja Kelelahan dapat menyebabkan gejala-gejala, baik fisik, mental dan emosional.(Theron dan Herdeen, 2011 dalam Mulyani, 2012). Gejala tersebut antara lain : a. Melakukan kesalahan/error yang sifatnya kecil, misalnya menjatuhkan barang, salah membawa barang dll. b. Perasaan kantuk yang kronis (seseorang tidak merasa segar dan lelah setelah bangun dari tidur). c. Susah menahan mata untuk tetap terbuka, kepala menunduk dan tertidur saat sedang bekerja. d. Menguap dan mengantuk. e. Microsleep, yaitu tertidur saat dalam waktu kurang dari satu sampai beberapa detik dan tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
f. Sakit kepala atau pusing. g. Kelemahan otot. h. Reflek dan respon lama. i. Berkurangnya kemampuan untuk membuat keputusan. j. Moodines. k. Berkurangnya kemampuan koordinasi antara tangan dan mata, mata mengalami penglihatan yang kabur. l. Hilangnya selera makan dan berkurangnya sistem daya tahan tubuh. m. Mengalami masalah dalam memori jangka pendek, daya konsentrasi rendah dan halusinasi. n. Berkurangnya kemampuan untuk memberikan perhatian pada kondisi tertentu. o. Motivasi rendah 2.3.5. Metode Pengukuran Kelelahan Kerja Menurut Tarwaka (2004) saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Grandjean (1985) mengelompokkan metode kelelahan kerja dalam beberapa kelompok sebagai berikut. 1. Kualitas dan Kuantitas Output Dalam metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Meskipun demikian, banyak faktor yang haru dipertimbangkan : target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Psiko-motor Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi miror. Salah satu cara adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Pengukuran reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji ini, digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. 3. Uji Hilang kelipan (Flicker-Fusion Test) Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. 4. Perasaan Kelelahan secara Subjektif (Subjective Feeling of Fatigue) Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif (Tarwaka, 2004).Tes ini berisi pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala IRFC berjumlah 30 buah pertanyaan dan jawaban kuesioner terbagi ke dalam 4 kategori besar, yaitu Sangat Sering (SS) jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu dengan nilai 4. Sering (S) jika terasa lelah 3-4 hari dalam seminggu, diberi nilai 3. Kadang-Kadang (K) jika 1-2 selama seminggu terasa lelah, diberi nilai 2.Tidak Pernah (TP) jika tidak pernah merasa lelah dalam seminggu, diberi nilai
Universitas Sumatera Utara
1.Untuk menentukan tingkat kelelahan, setiap jawaban diberi skor yang telah ditentukan dan dijumlahkan. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan : Perasaan berat di kepala, lelah seluruh tubuh, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring ; 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi : susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengkontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan ; 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, sparse (terasa berat) di kelopak mata, tremor (gemetar) pada anggota badan dan merasa kurang sehat. Hasil pengukuran IFRC disesuaikan dengan kategori dari skala yang sudah ditentukan, yaitu : 1. Nilai 30
: Tidak Lelah.
2. Nilai 31-60
: Lelah Ringan
3. Nilai 61-90
: Lelah Sedang
4. Nilai 91-120
: Lelah Berat
5. Uji Mental Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel Independen
Variabel Dependen
Status Gizi Kelelahan Kerja 1) Gizi Kurang 2) Gizi Normal 3) Gizi Lebih Asupan Energi
1) 2) 3) 4)
Tidak Lelah Lelah Ringan Lelah Sedang Lelah Berat
1) Sesuai 2) Tidak Sesuai Gambar 2.3. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara