BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau
menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya “economics” memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran. Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Consumption”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004). Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan: C = a + bY ............................................................................................... (2.1)
12
Universitas Sumatera Utara
Di mana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. 2.1.1
Teori-teori Konsumsi
1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya
Universitas Sumatera Utara
bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut: C = a + bY,
a > 0, 0 < b < 1 ................................................. (2.2)
Keterangan: C = konsumsi Y = pendapatan disposibel a = konstanta b = kecenderungan mengkonsumsi marginal (Mankiw, 2003)
Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut: C (konsumsi) Y=C C
Co
Y (Pendapatan)
0
Gambar 2.1. Fungsi Konsumsi Keynes Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes (Soediyono Reksoprayitno, 2000):
Universitas Sumatera Utara
1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. 2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. 3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. 4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. 2. Teori Konsumsi Milton Friedman Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah (Guritno Mangkoesoebroto, 1998): 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
Universitas Sumatera Utara
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Secara grafis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ditunjukkan seperti pada Gambar 2.2:
Consumption of C1 first period A Budget Y2(t+i2)
Line
D
H J
E Y1
J3
I
J2
C1
J1 C2
F
G
O
C2 B
Y2
Y1(t+i)
Consumption of Second period
Gambar 2.2. Fungsi Konsumsi Milton Friedman
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 menunjukkan gambar indifference curves dan budget line. Konsumen ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva indiferen (slope indifference curves) sama dengan garis anggaran (budget line). Dalam teori perilaku konsumen, indifference curves menggambarkan dua barang yang dikonsumsi, dalam teori Permanent Income Hypotesis dua barang yang dikonsumsi tersebut ditukar dengan konsumsi pada periode pertama dan konsumsi pada periode kedua. Budget line diumpamakan sebagai garis pendapatan. Ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat bunga. Pada Gambar 2.2. dapat dilihat bahwa: 1. OA = OB = Jumlah total pendapatan untuk periode satu dan periode kedua 2. OD
= Pendapatan periode pertama
3. AD
= Pendapatan periode kedua yang didiscount
4. OF
= Pendapatan periode kedua
5. FB
= Pendapatan periode pertama yang ditambah bunga (i).
6. Pada saat pendapatan periode pertama Y1, konsumen mengkonsumsi barang pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua, ketika pendapatan
hanya
mencapai
Y2,
agar
kepuasan
maksimum,
ia
akan
mengkonsumsi sebesar C2. 7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan saving pada periode pertama sebesar FG → FG = DE + bunga. Jadi sekarang konsumen
Universitas Sumatera Utara
mencapai
kepuasan
yang maksimum selama dua periode, pertama ia
mengkonsumsi sebesar C1 dan pada periode kedua mengkonsumsi sebesar C2. 8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal) yang disebut sebagai permanent income. Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC (Marginal Propencity to Consume) dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 2001). 3. Teori Konsumsi Franco Modigliani Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan
Universitas Sumatera Utara
membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Dari pembagian tahapan usia tersebut di atas, kemudian diperjelas dengan menggunakan pendekatan kurva seperti pada Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3. Fungsi Konsumsi Modigliani Gambar 2.3 menjelaskan bahwa pada tahap I pada usia 0 tahun hingga t0 tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya dalam kondisi dissaving. Pada usia t0 tahun hingga usia t1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada ketergantungan dengan orang lain. Tahap II, pada usia t1 tahun hingga usia t2 tahun menunjukkan orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya pengeluaran konsumsinya sudah tidak lagi tergantung pada orang lain. Dan pada tahap III, ketika seseorang pada usia tua (sudah tidak produktif) di mana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga
Universitas Sumatera Utara
seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi dissaving. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan
dalam
investasi,
ekspor,
maupun
pengeluaran-pengeluaran
lain
(Suparmoko, 2001). 4. Teori Konsumsi James Dusenberry James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan tabungan akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita
Universitas Sumatera Utara
jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu (Guritno, 1998): 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Dusenberry akibat dari adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut: C / Yt
=
f [ Y / Y* ] ………………………………………..(2.3)
Di mana: Yt = pendapatan pada tahun t Y* = pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu Bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan kurva seperti pada Gambar 2.4 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Fungsi Konsumsi Dusenberry CL menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila pendapatan sebesar OYo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah BYo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OY0 menjadi OY1, maka pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Dalam hal ini pada saat terjadinya penurunan pendapatan, pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan. Dari pengamatan yang dilakukan Dusenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan
Universitas Sumatera Utara
turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption). 5. Teori Konsumsi Irving Fisher Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan kata lain konsumen menghadapi batasan atas beberapa banyak yang mereka bisa belanjakan, yang disebut batal atau kendala anggaran (budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan mengkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antar waktu (intertemporal budget constaint), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan di masa depan (Mankiw, 2003). 2.1.2 Beberapa Variabel Lain yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan perkapita, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan tingkat bunga seperti sebagai berikut:
a. Selera
Universitas Sumatera Utara
Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift). b. Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah, yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. c. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukkan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.
d. Keuntungan/Kerugian Capital
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital. e. Tingkat Harga Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proporsional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes. f. Barang Tahan Lama Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, maka orang tersebut tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang
Universitas Sumatera Utara
akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.
2.2
Hubungan Antara PDRB Harga Berlaku dengan Konsumsi Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan absolute income hypothesis
atau hipotesis pendapatan mutlak. Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak, yang pertama faktor penentu terpenting besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan pada suatu periode adalah pendapatan yang diterima dalam periode tersebut. Terdapat hubungan yang positif diantara konsumsi dengan pendapatan, yaitu semakin tinggi pendapatan semakin banyak tingkat konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Ciri ini sesuai dengan sifat manusia yang telah diobservasi dalam teori perilaku konsumen, yaitu keinginan manusia yang tidak terbatas, tetapi kemampuan untuk memenuhi keinginannya tersebut dibatasi oleh perubahan faktor-faktor produksi atau pendapatan yang dimilikinya. Maka semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pembelanjaan rumah tangga. Teori pendapatan relatif yang dikemukakan James Dusenberry menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pada jangka pendek. Di mana pertambahan pendapatan tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, melainkan akan lebih memilih menambah jumlah tabungan dan sebaliknya jika pendapatan
Universitas Sumatera Utara
menurun maka tingkat konsumsi tidak akan selalu terjebak pada biaya tinggi (high consumption). Dengan demikian berdasarkan teori Keynes dan Dusenberry di atas, akan terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan konsumsi yang terjadi pada jangka panjang.
2.3
Hubungan Antara Kredit dengan Konsumsi Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan
pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari, tetapi ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang harus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit (Suparmoko, 2001). Teori hipotesis siklus hidup oleh Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/ pendapatan yang rendah pada usia muda sehingga akan mencoba mendapatkan pendapatan
tambahan
melalui
berbagai
pinjaman
untuk
dapat
memenuhi
konsumsinya, tinggi pada usia menengah yang akan meningkatkan kecenderungan menabung dan membayar berbagai pinjaman pada periode sebelumnya dan kembali rendah pada usia tua. Berdasarkan penjabaran di atas dapat diambil hubungan yang positif antara kredit dengan konsumsi yang akan memberikan pengaruh dalam jangka pendek. Di mana kredit akan dapat menambah pendapatan yang akan digunakan secara langsung untuk dapat memenuhi konsumsi yang diinginkan sebelum adanya kredit tersebut.
2.4
Hubungan Antara Tabungan Masyarakat dengan Konsumsi Tabungan merupakan kelebihan pendapatan seseorang yang diperoleh setelah
melakukan konsumsi. Tabungan pada dasarnya terbagi dua yaitu tabungan pemerintah dan masyarakat, di mana tabungan pemerintah merupakan selisih antara pendapatan agregat yang dikurangi dengan konsumsi dan pajak, sedangkan tabungan masyarakat merupakan jumlah kelebihan pendapatan yang disimpan diperbankan. Tabungan secara umum memiliki manfaat yang cukup besar terhadap konsumsi, jika konsumsi lebih tinggi dibandingkan pendapatan maka tabungan dapat dipergunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori siklus hidup yang dikembangkan oleh Franco Modigliani, di mana pada teori ini dijelaskan hubungan tingkat tabungan dengan konsumsi, memiliki hubungan yang negatif. Jika tabungan
Universitas Sumatera Utara
tinggi maka konsumsi akan rendah dan jika tabungan menurun akan menyebabkan konsumsi meningkat. Teori yang dikemukakan oleh James Dusenberry juga memperkuat hubungan antara tabungan dengan konsumsi, di mana dia menyatakan bahwa pada tingkat konsumsi yang tinggi akan menggerus ketersediaan tabungan untuk dapat mengimbangi tingkat konsumsi yang tinggi dengan pendapatan yang menurun sesuai dengan
kondisi
siklus
hidup
manusia.
Dengan
demikian
tabungan
akan
mempengaruhi konsumsi pada jangka panjang dikarena pendapatan yang tidak digunakan untuk konsumsi terkumpul dalam periode yang panjang. Oleh karena itu, terdapat hubungan negatif antara tabungan dengan konsumsi untuk jangka panjang.
2.5
Hubungan Antara Suku Bunga dengan Konsumsi Di dalam teorinya Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan
determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital (suku bunga) karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Kemudian Milton Friedman juga menyatakan bahwa suku bunga akan memberikan pengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
konsumsi untuk jangka panjang, dikarena pendapatan periode berikutnya sangat terkait dengan tingkat suku bunga dari berbagai tabungan dan investasi yang dimiliki. Suku bunga merupakan salah satu fungsi dari konsumsi, di mana tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap tingkat konsumsi. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. Dari ilustrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat suku bunga dengan tingkat konsumsi.
2.6
Penelitian Terdahulu 1. Marsidin (2002), meneliti tentang determinan pengeluaran konsumsi rumah tangga berstatus buruh/karyawan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji/upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresi double log diketahui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal. 2. Nurhayati
dan
Rachman
(2003),
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi fungsi konsumsi masyarakat di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa PDRB, jumlah penduduk dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat. 3. Briliant
Vanda
Kusuma
(2008),
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, inflasi dan suku bunga deposito, sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian. 4. Khairani Siregar (2009), menganalisis determinan konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis dari penelitian menyebutkan bahwa variabel pendapatan nasional, suku bunga deposito dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia, sedangkan jumlah uang kuasi memiliki efek multikolinieritas dengan pendapatan nasional sehingga tidak diikutsertakan ke dalam model penelitian. 5. Pratiwi (2010), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, penerimaan pajak, inflasi dan suku bunga deposito,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian.
2.7
Kerangka Konseptual Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi
konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu: C = f (Y) .......................................................................... (2.4) persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption function (Mankiw, 2003). Teori siklus hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah: C = aWR + cYL .....................................................................(2.5) di mana WR merupakan kekayaan riil, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (ratarata pendapatan normal. Bentuk lain fungsi konsumsinya adalah: C = f (YP,i)................................................................................(2.6) di mana YP adalah permanent income dan i adalah real interest rate. Dengan demikian hubungan antara PDRB, kredit konsumsi, tabungan masyarakat dan suku bunga kredit terhadap konsumsi masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut:
PDRB Kredit Konsumsi Konsumsi Masyarakat Tabungan Masyarakat Suku Bunga Kredit
Gambar 2.5. Diagram Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
2.8
Hipotesis 1. PDRB harga berlaku berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus. 2. Kredit konsumsi berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus. 3. Tabungan masyarakat berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus. 4. Suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat di Kabupaten Langkat, ceteris paribus.
Universitas Sumatera Utara