BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi, 2001).
2.2 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat
(focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target)
dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
1.
Sumber elektron (filamen). Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung
sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif Jauhari, 2008). 2. Anoda. Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008). 3. Katoda. Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda. 4. Alat pemusat berkas elektron Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif Jauhari, 2008). 5. Target. Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda. 6. Tabung pembungkus.
Universitas Sumatera Utara
Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih lama
(M. Akhadi, 2001).
7. Perisai tabung. Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M. Akhadi, 2001). 8. Rumah tabung. Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008). 9. Filter. Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk
Universitas Sumatera Utara
praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal 10. Pembatas sinar. Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti sinar tampak. Adapun bagian daripada kolimator adalah: - Lampu. Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer. - Cermin. Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari
Universitas Sumatera Utara
bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas
sinar-X. cermin tersebut
berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju cermin . 2.3 Sifat Fisik Sinar-X Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah 1.
Daya Tembus.
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. 2.
Pertebaran.
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. 3.
Penyerapan.
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya. 4.
Efek Fotografik.
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap. 5.
Pendar Fluor (Fluoresensi).
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zinksulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X (Arif Jauhari, 2008). 2.4 Interaksi Sinar-X dengan Materi Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Efek fotolistrik
Efek Compton
Efek produksi pasangan
Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari, 2008). Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut: Ix = I0 emx
........................................................................
( 2.1 )
m disebut koefisien absorbsi linier. Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m digantikan menjadi (m r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi massa.
Efek foto listrik.
Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron, sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Efek foto liistrik.
Haamburan Compton C
Penghaamburan co ompton merrupakan suaatu tumbukaan lenting ssempurna antara a sebuah footon dan sebuah elekktron bebass. Dimana foton beriinteraksi deengan elektron yang y diangg gap bebas ((tenaga ikatt elektron leebih kecil ddari energi foton datang), seeperti yang ditunjukkann pada gam mbar di bawaah ini:
Gamba ar 2.2 Penghaamburan com mpton: suatu tumbukan leenting seempurna antaara sebuah fo oton dan sebu uah elektron..
Daalam suatu tumbukan t aantara sebuaah foton dan n elektron bbebas maka tidak mungkin semua s enerrgi foton daapat dipindaahkan ke elektron jikaa momentum m dan energi dibbuat kekal. Hal ini dappat diperlih hatkan dengan berasum msi bahwa reaksi r semakin dimungkink kan. Jika hhal itu meemang benar, maka m menurut hu ukum kekekalann semua energi foton diiberikan kep pada elektro on .
Universitas Sumatera Utara
Effek Produkssi Pasangan n
Proses produksi paasangan hannya terjadi bila b energi datang lebihh dari 1.02 MeV. p dan Apabila footon semaccam ini menngenai inti atom berat, foton terssebut lenyap sebagai gaantinya timb bul sepasanng elektron-elektron. Po ositron adallah partikel yang massanya sama deng gan elektronn-elektron bermuatan b listrik positiif yang besarnya juga samaa dengan muatan m eleektron. Proses ini meemenuhi huukum kekeekalan energi: hv1 = (2 m0 c2) + (K+) + (K-)
...................................................
( 2.2 2 )
K+ = Ennergi Kinetiik positron K- = Ennergi Kinetiik elektron Oleh karena k prosees ini hanyaa bisa berlaangsung billamana eneergi foton datang d minimal (2 ( m0c2) (1 1.02 MeV) m0 adalah h massa diaam elektron on dan c adalah a kecepatann cahaya.
Gambaar 2.3 Efek prroduksi pasan ngan.
2.5 Dosis Radiasi Doosis radiasi dapat diarttikan sebagai kuantisassi dari prosses yang dittinjau sebgai akiibat radiasi mengenai m m materi (Dwi Seno, 2008 8). Beesaran radiasi untuk pertana kaali diperkeenalkan adaalah penyinaran (terjemahaan dari istilaah exposuree) dengan siimbol X, yaang pada Koongres Radiiologi
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).
2.6 Besaran dan Satuan Radiasi Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya yaitu: 2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi. Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R 1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara 1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara 2.6.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate) Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3 R. 2.6.3 Pemantauan Paparan Radiasi Personil Pada
umumnya,
peralatan
pemantauan
harus
digunakan
apabila
dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan yang dibolehkan (Nilai Batas Dosis-NBD) ketika seseoarang tersebut melakukan
Universitas Sumatera Utara
tugasnya. Ketentuan n ini menngamanatkan n keharusaan dilakukkan peman ntauan paparan
yang
diteerima
oleeh
dokter
spesialis radiologi, ddokter
speesialis
kardiologii dan semuaa personil yaang membaantu dalam pemggunaan p n alat. Meetode yang paling poppuler peman ntauan radiaasi adalah fi film badge sebab s alat tersebbut sangat praktis p dan ekonomis. Biasanya, setiap oranng menggun nakan satu film badge b di baawah apron dan yang laain pada bagian leher bbaju yang berada b di luar aprron tersebutt. Petugas proteeksi radiasi (PPR) haru us diberitah hu kesepakaatan penggu unaan film badgge tersebut sehingga laporan paaparan radiasi dapat ddiinterpretaasikan secara bennar. Pilihan n lokasi terrsebut berg gantung pad da apakah ppaparan terrsebut maksimum m atau papaaran seluruuh tubuh leb bih penting g, sebagaim mana ditunju ukkan dalam Gam mbar 2.4.
mbar 2.4 Peenempatan n personal monitoring m g Gam
2.7 Sifat Radiasi R Adda dua maccam sifat rradiasi yang g dapat dig gunakan unntuk mengeetahui keberadaaan sumber raadiasi pada suatu tempat atau bahaan yaitu : 1. Radiaasi tidak dapat diddeteksi oleh indra manusia, m ssehingga untuk u mengenalinya diiperlukan suuatu alat baantu pendetteksi yang disebut dettektor radiassi.
Universitas Sumatera Utara
2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilalui melalui proses ionisasi, eksitasi. Dengan menggunakan sifat – sifat tersebut kemudian digunakan sebagi dasar untuk membuat detektor radiasi.
2.8 Efek Radiasi Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel – selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel – sel darah putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 ) Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel. Komponen selular darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusul setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel – sel darah, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian. Akibatnya penekanan aktivitas sum – sum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan haemoglobin. Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel – sel dapat mengalami perubahan struktur Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu : 1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi. 2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya.
Universitas Sumatera Utara
Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :
1. Efek Stokastik Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan kerusakan somatik maupun genetik
2. Efek Deterministik Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau kerontokan rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 – 12.000 mSv. Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit. Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada manusia adalah : a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyinaran dosis radiasi 10 – 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu. c. Dosis radiasi 3 – 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 – 2 bulan. d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan kemandulan. e. Radiasi
dapat
mengakibatkan
kerusakan
pada
lensa
mata
sehingga
mengakibatkan katarak dengan dosis 2 – 5 mSv.
2.9 Nilai Ambang Batas Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ). Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan akumulasi sebagai berikut : D = 5 ( N – 18 ) ......................................................................................... 2.3 Dimana : D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan dalam Rem. 5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi yaitu 5 rem pertahun. N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun. 18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan radiasi, dinyatakan dalam tahun.
Universitas Sumatera Utara
Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18 tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko kontaminasi radioaktif yang tinggi.
2.10 Proteksi Radiasi Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil, prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut: I2/I1 = d12/d22 .............................................................................. 2.4 Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap sebagai poin utama. Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut: I = Io e-µx ......................................................................................................... 2.5 dengan: - I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan; - Io adalah intensitas radiasi awal;
Universitas Sumatera Utara
- µ adalahh koefisien atenuasi daari bahan (y yang tergan ntung pada nnomor atom m dan densitas, dan d energi foton); f dan - x adalah ketebalan bahan b atenuuasi.
Gambar2.5 G P Pengurangan n Intensitas Radiasi Sesuai S denggan Hukum Kuadrat Teerbalik.
Universitas Sumatera Utara