BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perawatan Vulva 1. Definisi Vulva Vulva adalah organ seksual wanita bagian luar dan merupakan bagian sistem reproduksi yang berada pada bagian luar vagina atau jalan lahir. Vulva terdiri dari sepasang bibir luar dan dalam (labia) dimana banyak struktur anatomi yang berbeda dan jauh lebih komplek. Alat kelamin wanita dewasa ini bisa terlihat saat bibir utama (labia mayora) dalam keadaan istirahat dan tidak membuka luas. Struktur yang tampak pada vulva yaitu mons veneris, labia majora, perineum dan anus. Wanita mempunyai labia minora yang selalu nampak seperti menonjol diantara labia majora. Kadang-kadang klitoris atau kepala klitoris selalu tampak dengan baik (Manuaba, 1999).
2. Bagian - bagian Vulva Organ genital ekternal wanita secara kolektif dikenal sebagai vulva. Bagian-bagian dari vulva antara lain a. Mons Pubis Suatu bantalan jaringan lemak yang ditutupi oleh kulit, yang terletak diatas tulang kemaluan/symphsis pubis. Setelah pubertas akan ditumbuhi rambut (pubes) (Verralls, 1996). Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap benturan-benturan dari luar dan dapat menghindari dari infeksi (Wijayanti, 2009). b.
Labia majora/bibir besar Dua lipatan membulat besar jaringan lemak yang tertutup oleh kulit yang bertemu didepan pada mons pubis. Labia majora terdiri atas dua bagian yaitu kanan dan kiri yang berbentuk lonjong mengecil ke bawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia majora 6
7
terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung syaraf sehingga sensitif terhadap rangsangan. Panjang labia mayora kira-kira 7,5 cm (Pearce, 2006). c.
Labia minora/bibir kecil Dua lipatan kulit yang berwarna merah muda yang lebih kecil terletak memanjang di bagian dalam labia majora. Bagian depan labia minora mengelilingi klitoris. Kedua labia minora ini halus, tidak tertutup oleh rambut, tetapi mengandung sejumlah glandula sudorifera dan glandula sebacea. Pembuluh darah yang yang terdapat pada labia minora dapat membuat labia minora menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria (Verralls, 1996).
d. Klitoris Klitoris merupakan organ reproduksi wanita yang terletak didalam labia minora. Klitoris terbagi atas tiga bagian yaitu : glands klitoris, korpus klitoris dan krura klitoris. Organ reproduksi ini adalah bagian yang erektil seperti penis pada pria, sangat sensitif saat berhubungan seks karena klitoris mengandung banyak pembuluh darah serta saraf (Wijayanti, 2009). e.
Vestibulum Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene (kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis) (Wijayanti, 2009). Untuk memeriksa vestibulum, maka kedua lipatan labia minora harus dipisahkan (dibuka) agar vestibulum dapat terlihat (Verralls, 1996).
8
f. Himen (selaput dara) Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada perempuan yang tidak mempunyai introitus himenalis disebut atresia Himenalis (Hymen Imperforata), akibatnya darah mens tidak bisa keluar. Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebut kurunkula mirtiformis (Pearce, 2006).
Gb. 2.1 Bagian-bagian Vulva
3. Perilaku a. Definisi Menurut pandangan biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang bioligis semua makhluk hidup mulai
dari
tumbuh-tumbuhan,
binatang
sampai
manusia
itu
berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing sehingga perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas,
9
mulai dari berjalan, berbicara, bereaksi sampai kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007). Menurut Kurt Lewin (1970) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbangan antara kekuatan–kekuatan pendorong (driving forces) kekuatan–kekuatan penahan (restining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Sementara itu menurut Skiner (1938) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku sebagai respon atau reaksi terhadap stimulasi rangsangan yang datang dari luar. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari luar, yang berasal dari dorongan respon seseorang yang beraktifitas guna untuk memenuhi kebutuhan.
b. Pembentukan Perilaku Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulasi , perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus dan belum tentu dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sementara perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
10
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Teori Skinner disebut juga teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon yaitu 1) Respondent respons atau reflexive respons yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimulasi karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap. 2) Operant respons atau instrumental respon yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut memperkuat respon dari organisme. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons, karena itu, untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.
Prosedur
pembentukan
perilaku
dalam
operant
conditioning ini menurut Skinner (1938) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), adalah melalui tahap sebagai berikut : 1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah–hadiah (rewards) bagi perilaku yang akan dibentuk. 2) Melakukan analisis untuk mengindentifikasi komponen–komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen–komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menunjuk kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. 3) Dengan menggunakan secara urut komponen–komponen itu sebagai tujuan sementara, mengindentifikasi reinforce atau hadiah hadiah untuk masing–masing komponen. 4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama
11
telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cendurung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen utama tidak memerlukan hadiah lagi, demikian berulang–ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
c. Faktor Penyebab Perilaku Faktor yang dapat menyebabkan perilaku seseorang menurut Green (1991) dibedakan atas : 1) Faktor – faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor - faktor ini mencakup pengetahuan, nilai, keyakinan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding perilaku yang tanpa didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). b. Keyakinan Keyakinan merupakan pendirian bahwa fenomena atau objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata yang sering digunakan untuk mengisyaratkan keyakinan. Misalnya seorang wanita yakin atau percaya jika diet itu sangat menyiksa dirinya
12
dan sangat tidak baik untuk kesehatan. Dengan keyakinannya itu menimbulkan pemikiran bahwa diet itu tidak baik untuk tubuh. c. Nilai Nilai merupakan hasil dari pengamatan seseorang. Misalnya setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu pasti orang tersebut akan menilai objek tersebut dari segala aspek. d. Sikap Sikap merupakan salah satu di antara kata yang paling samar namun sering digunakan dalam kamus perilaku. Sikap adalah hasil akhir dari sebuah pengamatan seseorang setelah seseorang melakukan pengamatan, penilaian akan ditunjukkan dengan action berupa sikap seseorang. 2) Faktor – faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup kesetersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, kamar mandi yang bersih dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau Bidan Praktek Swasta (BPS), dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang berupa fasilitas yang pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Hal yang termasuk dalam faktor pemungkin (enabling factors) adalah keterampilan, sumber pelayanan kesehatan, lingkungan, dan sebagainya. Seseorang atau masyarakat perlu mengupayakan sejumlah ketrampilan untuk menyelesaikan semua hal yang berhubungan dengan perilaku. Keterampilan yang dimaksud disini adalah ketrampilan yang perlu dikembangkan,
13
bukan keterampilan yang sudah dikuasai. Karena keterampilan yang dikuasai dapat dimaksudkan dalam faktor predisposisi (Predisposing Factors). Perubahan perilaku akan lebih mudah jika ada aspek lingkungan yang mendukung. Sumber daya masyarakat, meliputi keserdiaan
jasa
pelayanan
kesehatan
masyarakat,
sarana
transportasi, sumber informasi dan sebagainya termasuk aspek lingkungan
yang
mempengaruhi
perilaku
seseorang
atau
masyarakat. 3) Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor-faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku orang lain misalnya orang tua, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referansi dari perilaku masyarakat. Faktor ini juga menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sebagai contoh, seseorang akan mau melakukan suatu hal tertentu apabila ada pihak lain yang mencontohkan, menganjurkan, memberikan motivasi sehingga orang tersebut mau untuk melaksanakannya.
d. Perubahan Perilaku Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1) Perubahan Ilmiah (Natural Changes) Perubahan perilaku yang disebabkan karena kejadian ilmiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat yang ada di dalammya juga akan mengalami perubahan.
14
2) Perubahan Rencana (Planned Change) Perubahan perilaku yang direncanakan sendiri oleh subjek. Biasanya perubahan ini terjadi karena ada faktor yang merugikan bagi subjek sehingga subjek merencanakan perubahan perilaku untuk dirinya sendiri. 3) Kesediaan untuk Berubah (Readness to Change) Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
4. Keperawatan a. Definisi Keperawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia biologis, psikologis, sosial dan spiritual dalam rentang sakit sampai sehat (Aziz, 2004). Perawatan merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Dalam melakukan perawatan setiap orang harus memperhatikan prinsip yang digunakan agar tujuan dari tindakan perawatan dapat tercapai dengan maksimal. Tujuan keperawatan yang ingin dicapai antara lain: memepertahankan kesehatan klien, mencegah sakit/penyakit yang lebih parah, membantu pemulihan kesehatan klien, menggembalikan fungsi maksimal tubuh dan membantu klien dengan penyakit terminal (serius/berat) untuk meninggal dengan tenang (Asmadi, 2008). Menurut Asmadi (2008) keperawatan merupakan layanan kesehatan profesional yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual yang komphrehensif dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun
15
sakit. Layanan keperawatan yang diberikan dilakukan dengan menggunakan metode proses keperawatan. Menurut Carol V.A (1991) dalam Asmadi (2008), proses keperawatan merupakan suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusis terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah tersebut proses keperawatan dapat membantu perawat dalam mengurangi atau mengatai masalah kesehatan klien. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kegiatan tersbut harus berlangsung secara berkesinambungan.
B. Remaja 1. Definisi Remaja menurut WHO diartikan sebagai kriteria biologik dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali dengan menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya masa kematangan seksual. Kriteria remaja sebagai individu yaitu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Kriteria remaja secara sosial ekonomi dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh dengan keadaan yang relatif mandiri. Batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja, sedangkan sensus penduduk tahun 1980 di Indonesia membatasi kinerja remaja 14-19 tahun (Perry & Potter, 2005). Remaja merupakan kelompok risiko untuk tertular berbagai penyakit, karena masa remaja merupakan pasa pencarian identitas dimana mereka sangat menggantungkan diri dengan lingkungan pergaulannya. Dalam masa pencarian ini mereka terkadang salah dalam mengambil model atau kelompok bergaul, sehingga masalah lingkungan kehidupan remaja ini membutuhkan perhatian ekstra, karena masa remaja merupakan masa yang mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan. Lingkungan
yang
berpengaruh
bagi
kehidupan
remaja
merupakan lingkungan yang beragam, yaitu orang tua (keluarga), sekolah,
16
kelompok bermain, media cetak, media elektronik serta masyarakat sekitar. Hal yang sangat berpengaruh pada remaja adalah faktor lingkungan dan media elektronik karena remaja merupakan masa mencari jati diri sehingga mudah terpengaruh oleh segala yang mereka lihat dan dengar (Whaley & Wong, 1991). Masa
remaja
meliputi
perkembangan,
pertumbuhan
dan
permasalahn yang jelas berbeda dengan masa sebelum dan sesudahnya. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat terjadi selama masa puber. Perkembangan masa remaja merupakan periode pada tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan. Perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
2. Ciri-ciri remaja a. Berdasarkan periodenya menurut Hurlock (1995) 1) Masa remaja sebagai periode yang penting Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya
penyesuaian
mental
dan
perlunya
membentuk sikap, nilai dan minat baru. 2) Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya mempunyai arti apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Dalam setiap periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa.
17
3) Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selam masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada beberapa perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah Terdapat dua alasan remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalah anakanak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalah ini, menolak bantuan orang tua dan guru. 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas Sepanjang usia masa kanak-kanak penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan mendi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Menurut Erikson (42) identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat.
18
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersifat tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang tidak normal. 7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sesuai dengan pandangan dirinya bukan sebagaimana adanya yang menyebabkan tingginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Menjelang akhir masa remaja pada umumnya remaja sering terganggu oleh idealisme yang berlebihan bahwa mereka segera harus melepaskan kehidupan mereka yang bebas untuk mencapai status orang dewasa. 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin dekatnya usia kematangan yang sah para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan usia belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. Oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihungkan dengan status dewasa. Mereka menganggap bahwa perilaku dewasa akan memberikan citra yang meraka inginkan.
b. Berdasarkan tahap perkembangannya menurut Hurlock (2001). 1) Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), yaitu remaja yang: a) Berfikir konkret; b) Ketertarikan utama ialah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama; c) Mengalami konflik dengan orang tua; d) Remaja berperilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya. 2) Remaja tahap tengah (usia 15-16 tahun), yaitu remaja yang : a) Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan sering kali menentukan harga diri; b) Remaja mulai melamun, berfantasi, dan
19
berfikir tentang hal-hal yang magis; c) Remaja berjuang untuk mandiri atau bebas dari orang tuanya; d) Remaja menunjukkan perilaku idealis dan nasrsistik; e) Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak-ledah dan mood sering berubah; f) Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting. 3) Remaja akhir (usia 17-21 tahun), yaitu remaja yang: a) Remaja mulai
berpacaran
mengembangkan
dengan pemikiran
lawan
jenisnya;
abstrak;
c)
b)
Remaja
Remaja
mulai
mengembangkan rencana untuk masa depan; d) Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial dari orang tua; e) Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim; f) Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang; g) Perasaan kuat bahwa dirinya adalah seorang dewasa berkembang.
3. Karakteristik remaja Faktor yang mempengaruhi karakteristik remaja antara lain a. Jenis Kelamin Pria dan wanita mempunyai perbedaan dalam menghadapi masalah. Wanita biasanya ditekankan mencari dukungan sosial dan lebih menekankan pada religius, sedangkan pria lebih menekankan pada tindakan langsung untuk menyelesaikan pokok permasalahan. Seorang wanita mempunyai kemampuan bahasa verbal yang lebih baik atau wanita lebih sering menggunakan emosi dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan (Notoadmojo, 2003). b. Usia Usia adalah bilangan tahun sejak lahir sampai dengan tahun terakhir seseorang melakukan aktivitas. Usia sangat besar dalam mempengaruhi
pengetahuan,
(Notoatmodjo, 2003).
sikap
dan
perilaku
seseorang
20
c. Status Sosial Ekonomi Individu terutama remaja mempunyai status sosial ekonomi yang rendah atau kurang, lebih akrab dengan kriminalitas, sakit mental dan minuman mengandung alkohol. Hal ini terjadi karena kontrol atas kehidupannya yang begitu kuat, kurang pendidikan sehingga mereka kurang pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). d. Teman Sebaya Teman sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang mengharapkan panggung dimana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Pada usia remaja lebih banyak berada diluar bersama teman-teman sebayanya sebagai kelompok, oleh karena itu pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku berpengaruh sangat besar dibanding dengan keluarga (Hurlock, 2001).
C. Perawatan Vulva Tujuan perawatan vulva menurut Rifka (2006) merupakan cara merawat vulva agar vulva tetap kering, bebas dari infeksi dan iritasi yang membuat vulva menjadi merah, bengkak dan gatal. Adapun cara merawat vulva antara lain 1. Cara menjaga dan merawat vulva sehari-hari menurut Wijayanti (2009) a. Mandi secara teratur dengan membasuh vagina menggunakan air yang hangat, keringkan dengan handuk yang halus dan bersih atau tissue yang lembut. b. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. c. Setelah buang air besar dan kencing, selalu ”cebok” dari arah depan ke belakang (ke arah anus). Jangan arah sebaliknya karena hal ini akan membawa bakteri dari anus ke vagina. d. Selalu menggunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun (100%). Bahan lain misalnya nylon dan polyester akan membuat
21
gerah dan panas serta membuat vagina menjadi lembab. Kondisi ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk berkembang biak. e. Hindari penggunaan bahan deodoran, cairan pembasuh, sabun yang keras serta tissue yang berwarna dan berparfum. f. Hindari penggunaan handuk dan waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina. g. Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan yang lebih didaerah vagina. h. Menghindari
pemakaian
produk
”feminine
hygiene”
yang
sesungguhnya justru menjadi rentan. i. Jangan menggaruk vulva. j. Hindari penggunaan alat-alat bantu untuk masturbasi yang bisa menyebabkan robeknya selaput dara dan infeksi pada vagina.
2. Perawatan vulva pada saat menstruasi Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan diri terutama kebersihan organ reproduksi, udara yang panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab terutama pada daerah organ reproduksi yang menyebabkan bakteri mudah berkembang sehingga timbul penyakit. Adapun cara menjaga kebersihan diri saat menstruasi menurut Surjadi (2002) antara lain 1). Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim mudah terkena infeksi sehingga
harus selalu dibersihkan agar vagina tetap terjaga dari
kuman karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. 2). Selalu rutin mandi dan keramas. 3). Membasuh vagina dari depan ke belakang secara hati-hati dengan menggunakan air bersih. 4). Menggunakan air yang bersih untuk membersihkan organ reproduksi. 5). Keringkan vagina dengan tissue atau handuk agar tidak lembab.
22
6). Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan lembut, menyerap dengan baik sehingga tidak membuat alergi dan merekat pada celana dalam dengan baik. 7). Untuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut sesering mungkin dan harus diganti secara teratur 2-3 kali atau setelah mandi atau buang air kecil (BAK). 8). Pembalut yang sudah dipakai dibungkus plastik sebelum dibuang ketempat sampah. 9). Hindari penggunaan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. 10). Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
3. Perawatan vulva setelah menstruasi menurut Siswono (2001) 1). Setelah menstruasi biasanya cairan dari vagina banyak, usahakan untuk mengganti celana dalam agar tetap nyaman. 2). Bersihkan vagina dengan air yang bersih dan dengan arah yang benar (dari depan ke belakang). 3). Keringkan dengan handuk yang bersih dan lembut. 4). Jangan menggunakan celana dalam yang terlalu ketat karena akan menambah kelembapan pada vagina. 5). Minumlah air putih yang cukup serta konsumsi makanan yang sehat dan berserat untuk membantu tubuh agar tetap sehat setiap hari. Metode perawatan vulva sesuai dengan prosedur menndasar perawatan bertujuan untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme ke arah vulva. Perwatan vulva yaitu dengan membiasakan membersihkan vulva ke arah bawah dari area pubis ke anus dalam satu kali usap, bersihkan dengan seksama sekitar vulva dan cuci dengan cermat lipatan-lipatan pada vulva.
23
D. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Nilai Faktor Pemungkin 1. Fasilitas fisik kesehatan : Puskesmas, RS 2. Fasilitas Umum : media massa (Koran, TV, radio)
Perilaku Perawatan Vulva
3. Keterampilan 4. Sumber Pelayanan Kesehatan 5. Lingkungan
Faktor Penguat 1. Petugas kesehatan 2. Keluarga 3. Kelompok 4. Masyarakat
1. Perilaku perawatan vulva sehari-hari 2. Perilaku perawatan vulva pada saat menstruasi 3. Perilaku perawatan vulva setelah menstruasi
Skema 2.1. Green (1991), Siswono (2001), Surjadi (2002) dan Wijayanti (2009)