BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Peranan Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2006) adalah sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma–norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian pertauran-peraturan
yang
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
kemsyarakatan 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh auditor internal dilakukan untuk meningkatkan dan juga menjaga kelangsungan organisasi atau perusahaan itu sendiri. 2.2
Audit Internal Audit internal merupakan salah satu fungsi penting di suatu perusahaan. Audit
internal kadang-kadang dianggap tidak professional, hanya mencari kesalahan saja. Padahal audit internal mempunyai peran penting dalam membawa kepentingan perusahaan.
9
Audit internal mulai diperlukan karena meluasnya rentang kendali yang dihadapi perusahaan yang berskala besar dalam mengelola kegiatan di berbagai tempat yang berbeda. Dalam perannya audit internal harus selalu siap untuk menghadapi
setiap
permasalahan
yang
nyata
seperti
penyimpangan
dan
ketidakwajaran dalam menyelenggarakan laporan kegiatan perusahaan. Untuk mendeteksi penyimpangan dan ketidakwajaran tersebut diperlukan audit internal yang memadai dalam melakukan pengawasan dengan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Audit internal yang memadai adalah audit internal yang sepenuhnya telah memenuhi standar profesi audit internal. Menurut Boynton (2001:982) standar profesi audit internal meliputi: 1. Independence 2. Professional proficiency 3. Scope of work 4. Performance of audit work 5. Management of the internal auditing department 2.2.1
Pengertian Audit Internal Menurut Sawyer (2005:9) audit internal adalah: “Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan
10
pendekatan
yang
sistematis
dan
disiplin
untuk
mengevaluasi
dan
meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kendali, dan pengelolaan organisasi.” Menurut Tugiman (2006:11) pengertian audit internal adalah: “Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif” Pengertian Audit internal menurut konsorium organisasi profesi audit internal (2004:9) adalah: ”Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen punak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuanketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”. 2.2.2
Tujuan dan ruang lingkup audit internal Ada beberapa tujuan audit internal yang dikemukakan oleh para ahli, salah
satunya menurut guy et al (2003:410) tujuan audit internal adalah: “Tujuan audit internal meliputi juga meningkatkan pengendalian yang efektif pada biaya yang wajar” Sedangkan tujuan audit internal menurut Tugiman (2006:11) adalah sebagai berikut:
11
“Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Selain itu tujuan dari pemeriksaan internal mencakup pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.” Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus melakukan kegiatankegiatan berikut: 1. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan manajemen 3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk kecurangan, pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan. 4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya 5. Menilai suatu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan manajemen 6. Memberikan saran perbaikan operasional dalam rangka efisiensi dan efektivitas. Ruang lingkup audit internal menilai keefektifan system pengendalian internal serta pengevalusaian terhadap kelengkapan dan keefektifan system pengendalian
12
internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus mengimplementasikan hal-hal berikut: a. Mereview keandalan (reabilitas dan integritas) informasi finansial dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengindentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan hal tersebut. b. Mereview berbagai system yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur hokum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan halhal tersebut. c. Mereview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu, memverivikasi keberadaan harta-harta tersebut d. Mereview keekonomisan dan keefisienan penggunan berbagai sumber e. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. 2.2.3
Manajemen Audit Internal 1. Independensi Audit Internal Untuk dapat melakukan pekerjaan yang efektif, diperlukan adanya suatu sikap
mental yang independen atau bebas dari segala pengaruh yang diperiksa. Seperti yang
13
diungkapkan oleh Mulyadi (2008) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan indepedensi adalah sebagai berikut: “Independensi
berarti
adanya
kejujuran dalam diri
akuntan dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dan tidak memihak dalam diri akuntan didalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.” Auditor internal menempatkan independensi pada tingkat yang paling tinggi. Independensi memungkinkan auditor internal untuk membuat keputusan yang tidak biasa dalam memberikan jasa kepada entitas. Tentu saja, karena auditor internal merupakan karyawan penuh dari entitas yang di audit, maka auditor internal tidak memiiki independensi setajam yang dimiliki auditor eksternal. 2. Kompetensi Audit Internal Untuk meletakan kepercayaan terhadap hasil auditor internal, auditor independen berkepentingan untuk menilai kompetensi. Dalam menetapkan kompetensi auditor internal biasanya mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari pengalaman audit sebelumnya dengan fungsi audit internal. Auditor internal juga dapat menggunakan standar profesi auditing internal sebagai kriteria untuk melakukan penilaian atas kompetensi. Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004:16) menyatakan sebagai berikut: “Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan”
14
Pengertian kompetensi menurut Mulyadi (2008) menyatakan bahwa: “Anggota yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa professional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik melalui pendidikan dan pengetahuan.” Jadi setiap anggota harus melaksanakan jasa professional dengan kehatihatian, kompetensi, dan ketentuan-ketentuan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan kemampuan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktek dan teknik yang sesuai. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Pelaksanaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang meliputi bidang-bidang perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan. Adapun pelaksanaan pemeriksaan menurut Tugiman (2006:18) meliputi: a. Perencanaan Pemeriksaan Setiap audit harus direncanakan terlebih dahulu oleh audit internal b. Pengujian Pengevaluasian Informasi Untuk melindungi hasil audit, auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasi informasi
15
c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan Auditor internal harus menyampaikan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya. d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Auditor harus meninjau untuk memastikan bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuan audit yang dilaporkan e.
Laporan Hasil Pemeriksaan Audit Internal Kegiatan audit internal dan temuan yang diperolehnya selama pemeriksaan
pada kahirnya akan dituangkan kedalam suatu laporan yang dapat digunakan oleh manajemen untuk melakukan koreksi atas system yang ada di perusahaan. Komunikasi hasil penugasan menurut Standar Profesi Audit Internal (2004:24) sebagai berikut: “Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu. Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindakannya. Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini keseluruhan dan kesimpulah auditor internal” Pengertian laporan kerja menurut Mulyadi (2008) adalah: “Alat utama yang dipakai oleh auditor independen dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaanya kepada pemakain jasanya.”
16
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan laporan hasil kegiatan pemeriksaan tersebut merupakan alat pertangggungjawaban atas tugas dan wewenang yang dilimpahkan kepada auditor internal. 2.2.4
Audit Internal Atas Penerimaan Kas Tujuan audit internal atas penerimaan kas adalah untuk mencegah usaha
penyalahgunaan kas serta untuk membantu manajemen dalam menggunakan uang secara efektif. Menurut Mulyadi (2008) langkah-langkah yang harus dilakukan agar program audit berjalan dengan efektif, meliputi: 1. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi 2. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas 3. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetorkan seluruhnya segera ke bank 4. Perhitungan saldo kas secara periodik dan mendadak oleh fungsi audit internal 5. Setiap hari diadaka pemeriksaan register kas oleh fungsi audit internal dan dilakukan pencocokan dengan jumlah kas yang diterima 6. Setiap
hari
dilakukan
rekonsiliasi
bank
oleh
fungsi
yang
tidak
menyelenggarakan catatan akuntansi yang tidak menerima kas Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal atas penerimaan kas adalah mengamankan harta perusahaan, audit atas penerimaan kas
17
juga dilakukan untuk memeriksa jumlah kas yang masuk dengan memeriksa semua catatan, dokumen, dan tingkat kesalahannya. 2.2.5
Tujuan Audit Internal Atas Pengeluaran kas Tujuan audit internal atas pengeluaran kas sama dengan tujuan atas
penerimaan kas yaitu meminimalkan usaha penyalahgunaan kas, serta untuk membantu manajemen dalam menggunakan uang secara efektif. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus ada suatu program audit yang efektif dan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan terutama dengan norma pelaksanaan. Oleh karena itu agar pelaksanaan program audit dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilakukan langkah yang sesuai dalam menangani audit atas pengeluaran kas. Menurut Mulyadi (2008) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam audit atas pengeluaran kas adalah sebagai berikut: a. Lakukan pengamatan terhadap: 1) Pembuatan cek 2) Pencatatan cek b. Ambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register dan lakukan verifikasi terhadap tanggal, nama debitur, jumlah moneter dan non moneter. Lakukan pula pemeriksaan terhadap dokumen pendukung, seperti: 1) Permintaan cek 2) Bukti kas keluar
18
3) Kuitansi 4) Kelengkapan c. Periksa bukti yang digunakannya formulir cek bernomor urut tercetak dan tanggung jawab pemakaian formulir tersebut. d. Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar dan dilakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi berikut: 1) Permintaan cek 2) Kuitansi 3) Pencacatan dalam register cek 4) Penilaian dan alokasi e. Untuk sampel yang diambil pada langkah ke-2 diatas, periksa bukti: 1) Persetujuan semestinya untuk setiap transaksi pengeluaran kas 2) Pengecekan independen terhadap penulisan cek dengan bukti kas keluar f. Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu utang dan register cek untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terjadi kekeliruan posting dalam jumlah moneter. Tujuan audit pengeluaran kas dilakukan untuk memeriksa semua bukti kas keluar, kelengkapan dokumen dan catatan serta otorisasi atas pengeluaran kas.Tujuan audit atas pengeluaran kas adalah untuk memastikan apakah kas yang dikeluarkan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, menjaga kas agar
19
tetap aman, dalam arti kas memang digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. 2.3
Efektivitas
2.3.1
Pengertian efektivitas Ada berbagai macam pengertian mengenai efektivitas. Menurut Arens et al
(2010:496) pengertian efektivitas adalah: “Efektivitas merujuk kepencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.” Sedangkan menurut Susanto (2004:100) adalah : “Efektivitas adalah ukuran yang menunjukan satu atau beberapa tujuan yang telah dicapai” 2.4
Pengendalian Internal Semakin luasnya ruang lingkup kegiatan perusahaan mengakibatkan
manajemen tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap jalannya operasi perusahaan, sedangkan tanggung jawab utama untuk menjaga kemanan harta milik perusahaan dan untuk mencegah kesalahan-kesalahan dan kecurangan, terletak ditangan manajemen oleh karena itu pimpinan perusahaan melimpahkan segala tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada bahawannya. Dengan adanya sebagian pelimpahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut, pimpinan perusahaan membutuhkan suatu pengendalian yang dapat memberikan efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, memberikan laporan
20
keuangan yang dapat diandalkan,, dan dapat memberikan ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian intern yang memadai. 2.4.1
Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
untuk memberikan kepastian yang wajar bahwa tujuan entitas khusus akan tercapai. Pengertian pengendalian internal dalam standar profeisonal akuntan publik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:319.2) adalah : “Sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut: (1) keandalan pelaporan keuangan (2) kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku” Pengertian pengendalian internal menurut wareen et al (2009:378) menyatakan bahwa: “Pengendalian internal ( internal control ) secara luas diartikan sebagai prosedur-prosedur serta proses-proses yang digunakan perusahaan untuk melindungi asset perusahaan, mengolah informasi secara akurat, serta memastikan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku.” Pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission yang kemudian dikutip oleh Arens et al (2010:295) adalah sebagai berikut: “Internal control is the broadly defined as a process, effected by and entity;s borad of directors, management and the other perssonel, designed to provide
21
reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories, effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations.” Berdasarkan
uraian
sebelumnya,
maka
kesimpulan
dari
pengertian
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personalia yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian sasaran dalam kategori keadanala informasi, efektivitas dan efisiensi informasi serta pemenuhan dengan ketentuan hokum dan peraturan yang biasa di terapkan. 2.4.2
Tujuan Pengendalian Internal Pengendalian internal dalam perusahaan dibuat untuk membantu agar
organisasi lebih berhassil dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, dan juga memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan. Tujuan dari pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tujuan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:319.2) tujuan system pengendalian internal adalah sebagai berikut: 1. Keandalan laporan keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi operasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Tujuan pengendalian internal akan terlaksana dengan baik bila pengendalian internal dijalankan dengan baik pula dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dari uraian sebelumnya dapat dijelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari
22
pengendalian internal ini adalah untuk keadanalan pelaporan laporan keuangan, memajukan efektivitas dan efisiensi operasi dan membantu agar tidak ada yang menyimpang dari hokum dan peraturan yang berlaku. 2.4.3
Komponen Pengendalian Internal Pengendalian internal terdiri atas lima komponen yang saling terkait yang
dikemukakan oleh Agoes (2011:100) sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan satu corak suatu organisasi dan mempengaruhi
kesadaran
pengendalian
orang-orangnya.
Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini: a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur organisasi e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penaksiran Risiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
23
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat imbul atau berubah karena keadaan berikut ini: a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki d. Teknologi baru e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru f. Restrukturisasi korporasi g. Operasi luar negeri h. Standar akuntansi baru 3. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai bebrbagai tujuan dan diterapkan berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan halhal berikut ini: a. Review terhadap kerja b. Pengolahan informasi
24
c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas 4. Informasi dan komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi system akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi asset, uang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang system informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami: a. Golongan transaksi dalam operasi entitas bagi laporan keuangan b. Bagaimana transaksi dimulai c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi. d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan kedalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
25
yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kulaitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. 2.4.4
Keterbatasan Pengendalian Internal Pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasaan bawaan, yang
dikutip dari Mulyadi (2008:181). Oleh karena itu, pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memdai, bukan mutlak, kepada manajemen atau dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern:
26
1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali, manajemen dan personel lain salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam system dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. Kolusi Tindakan bersama beberapa nfividu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan rusaknya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya gangguan oleh pengendalian intern yang dirancang. 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat menghabiskan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen yang melaporkan laba yang lebih tinggi bagi
27
dirinya atau untuk menutupi ketidak patuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku. 5. Biaya vs Manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin
dilakukan,
manajemen
harus
memperkirakan
dan
mempertimbangkan secara kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern. 2.5
Kas Kas merupakan harta yang paling rawan dalam suatu perusahaan karena
berpotensi terjadinya kecurangan, penyelewengan, selain itu juga terdapat kemungkinan kesalahan dalam pencatatan dan pelaporannya. Oleh karena itu, pengelolaan kas yang baik akan dapat mencegah terjadinya dana yang menganggur dan sedapat mungkin dana tersebut dapat memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan. 2.5.1
Pengertian Kas Ada berbagi macam pengertian kas yang intinya mengandung arti yang sama
meskipun pengungkapannya berbeda. Pengertian kas menurut Kieso (2003:342) adalah:
28
“Kas adalah aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran yang standard an dasar pengukuran akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Kas umumnya diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Agar dapat dilaporkan sebagai kas, suatu pos harus dapat dengan segera digunakan untuk membayar kewajiban lancar dan harus bebas dari setiap retriksi kontraktual yang membatasi pemakainya dalam melunasi hutang. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan dana yang tersedia pada deposito bank. Instrument yang dapat dinegosiasikan seperti pos wesel, cek yang disahkan, cek kasir, cek pribadi dan wesel bank juga dipandang sebagai kas.” Sedangkan menurut Agoes (2011:166) pengertian kas adalah: “Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian internal control yang baik antara kas dan setara kas.” Menurut Soemarso (2004:296) bahwa kas adalah: “kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengansegera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.” Dari beberapa pengetian kas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan aktiva yang paling likuid dan mudah untuk diselewengkan
.
29
2.5.2
Tujuan Pemeriksaan (Audit objectives) Kas dan Setara Kas Menurut Agoes (2011:167) tujuan pemeriksaan kas dan setara kas adalah
sebagai berikut: 1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian internal yang cukup baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank 2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence) 3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas 4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komperhensif tahun berjalan 5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan inodnesia ( SAK/ETAP/IFRS) (presentation and disclosure). 2.5.3
Pengendalian Terhadap Penerimaan Kas Untuk melindungi kas dari pencuri dan penyalahgunaan, perusahaan harus
mengendalikan kas sejak diterima sampai kas disimpan di bank. Biasanya perusahaan
30
menerima kas dari dua sumber utama: (1) pelanggan yang membeli barang atau jasa (2) pelanggan yang membayar piutangnya. Menurut wareen et al (2009:398) ada beberapa jenis pengendalian terhadap penerimaan kas, sebagai berikut: a. Kas yang diterima dari penjualan tunai Tanpa melihat sumber penerimaan kas, setiap perusahaan harus melindungi dan mencatat penerimaan kas dengan baik. Salah satu pengendalian yang paling penting untuk melindungi kas yang diterima dari penjualan (misalnya ditoko atau restoran) adalah mesin kasir (cash register). Ketika kasir memasukan angka penjualan, biasanya ada layar monitor yang menghadap ke sisi pelanggan yang akan menunjukan jumlahnya. Hal ini merupakan pengendalian untuk memastikan kasir telah menagih jumlah yang tepat kepada pelanggannya b. Kas yang diterima melalui cek atau giro Pelanggan juga dapat membayar tagihan dengan cek atau giro. Cek dapat diambil dari bank tunai, sedangkan giro hanya dapat dipindah bukukan dari rekening pembayar
ke
rekening penerimanya.
Kebanyakan
faktur
perusahaan dirancang agar para pelanggan mengembalikan potongan faktur yang berisi jumlah tagihan yang disebut dengan slip pembayaran (remittance slip), bersama dengan lembar cek atau giro pembayaran pelanggan. Sebagai salah satu pengendalian, perusahaan harus meminta pelanggan untuk menuliskan nama perusahaan sebagai penerima uang yang
31
sah dilembar cek atau giro pembayaran dari pelanggan. Ini untuk memastikan bahwa pencairan uang akan masuk hanya ke rekening bank perusahaan dan bukannya rekening bank pihak lain yang tidak berhak. c. Kas yang diterima melalui transfer dana elektronik kas Kebanyakan perusahaan mendorong transfer elektronik otomatus dari pelanggan untuk beberapa alasan berikut: 1. Transfer elektronik otomatis oleh pelanggan tidak memakan biaya dibandingkan dengan pembayaran melalui cek atau giro karena karyawan yang mengelola kas dapat ditiadakan 2. Transfer eletronik memperkuat pengendalian internal terhadap kas karena kas diterima langsung oleh bank tanpa pengelolaan kas oleh karyawan sehingga kemunginan pencurian kas dapat ditiadakan. 3. Transfer elektronik mengurangi jumlah pembayaran yang terlambat dan mempercepat proses penerimaan kas. 2.5.4
Pengendalian Terhadap Pengeluaran Kas Pengendalian terhadap kas harus memberikan keyakinan yang memadai
bahwa pembayaran dilakukan hanya untuk transaksi yang telah diotorisasi. Selain itu, pengendalian harus memastikan bahwa kas digunakan secara efisien. Menurut Warren et al (2009:400) ada beberapa jenis pengendalian terhadap pembayaran kas, sebagai berikut:
32
a. Sistem voucher Sistem voucher merupakan serangkaian prosedur untuk memberi kuasa dan mencatat kewajiban dan pembayaran kas. Voucher adalah suatu dokumen yang memberikan bukti pemberian kuasa untuk membayar kas atau melakukan transfer dana elektronik b. Kas yang dibayar melalui transfer dana elektronik Kas juga dapat dibayar melalui system transfer dana elektronik menggunakan jaringan komputer, bukan secara tunai. c. Penggunaan rekening bank Alasan utama perusahaan menggunakan rekening bank adalah untuk tujuan pengendalian. Penggunaan rekening bank dapat mengurangi jumlah uang tunai yang tersimpan di took atau kantor pada satu waktu. 2.6
Kerangka Pemikiran
2.6.1 Hubungan Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Kas Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil mempunyai kas untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Terkadang perusahaan juga menemukan ketidakcocokan antara jumlah kas data dengan jumlah fisik yang menimbulkan selisih kas, maka untuk menghindari selisih kas tersebut perusahaan akan melakukan pemeriksaan melalui pelaksaan audit internal dengan menggunakan pengendalian internal. Pelaksanaan audit internal yang memadai diharapkan dapat membantu pengendalian internal kas.
33
Kas sangat penting bagi perusahaan karena dengan ketersediaan kas yang memadai maka kesinambungan jalannya kegiatan operasional perusahaan akan terjamin. Pengendalian kas juga berguna untuk mencegah adanya kas yang menganggur dan sedapat mungkin memanfaatkan dana tersebut sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan. Adapun teori yang menghubungkan audit internal dengan pengendalian internal kas menurut Mulyadi (2008) adalah sebagai berikut: “Audit internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan penilaian terhadap efektivitas pengendalian internal dan mendorong penggunaan pengendalian internal yang efektif dengan biaya minimal”
Fungsi internal yang merupakan salah satu unsur dari pengendalian internal mempunyai peranan yang sangat penting atas terciptanya seluruh tujuan dari pengendalian internal. Dengan kata lain, audit internal sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas sangatlah besar dan tentunya memberikan hasil yang positif. Jadi, berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan, manfaat audit internal terhadap efektivitas pengendalian internal kas adalah: 1. Mengukur dan menilai komponen-komponen pengendalian internal 2. Membantu
meningkatkan
efektivitas
pengendalian internal kas
34
operasi
perusahan,
termasuk
3. Menentukan alat bagi manajemen untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan perusahaan secara keseluruhan 4. Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat 5. Mengetahui sejauh mana perlindungan, pencatatan dan pengamanan kekayaan perusahaan dari kemungkinan terjadinya penyelewengan 6. Membantu manajemen mendapatkan informasi keuangan dan operasi yang tepat dan dapat dipercaya 7. Membantu
manajemen
menentuan
kebijakan
yang
perlu
untuk
mengembangkan perusahaan agar mampu bersaing dengan yang lain 8. Melakukan rekonsiliasi. Dengan demikian, dampak audit internal dalam pengendalian internal kas meliputi seluruh aspek pengendalian sehingga keefektivan dan keefisienan dapat ditingkatkan. Berdasarkan hipotesis di atas maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Audit Internal berperan dalam menunjang efektivitas Pengendalian Internal Kas” Dari uraian di atas maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut (Gambar 2.1)
35
Efektivitas Pengendalian Peranan Audit Internal Internal Kas (Y) (X)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.7
Penelitian Terdahulu Penelitian ini pernah dilakukan oleh Novianti dan Fitriana (2011:13)
menyatakan bahwa variable X (Audit Internal) terbukti Berpengaruh terhadap variable Y (Efektivitas Pengendalian Internal Kas). Sedangkan menurut hasil penelitian manoppo (2013:2014) pengendalian telah terbukti efektif terhadap kas, dilihat dengan telah memenuhi unsur-unsur pengendalian internal. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan ternyata ada pengaruh yang kuat antara peranan audit internal terhadap efektivitas pengendalian internal kas dan antara pengendalian internal dengan kas.
36