7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Analisis Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: 1. Menurut Kamus Akuntansi (2000;48): “Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.” 2. Menurut Harahap (2004;189): “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.” 3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;43): “Analisis adalah penguraian sesuatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah sesuatu
proses penilaian kritis secara detail dan seksama terhadap suatu masalah tertentu kemudian menginterpretasikan hasil penilaian tersebut untuk mengambil keputusan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Untuk memperoleh gambaran tentang laporan keuangan, berikut ini beberapa
pendapat tentang laporan keuangan: Menurut Munawir (2002;2) pengertian laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”
8
Menurut Harahap (2004;201) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi.” Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.1 (2004;2) adalah: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004;4), mengemukakan bahwa: “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat mengevaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas dengan menggunakan sumber daya yang ada.
9
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
2.2.3
Pemakai Laporan Keuangan Informasi keuangan yang ada di dalam laporan keuangan digunakan sebagai
alat bantu para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusannya. Menurut IAI (2004;2) para pemakai laporan keuangan meliputi: “Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.” Pemakai laporan keuangan menurut Prastowo dan juliaty (2002;4-5) meliputi: a. Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. b. Kreditor (Pemberi Pinjaman) Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. c. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
10
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. d. Stake holder’s (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. h. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
11
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.4
Komponen-komponen Laporan Keuangan Menurut Darsono dan Ashari (2005;17) komponen laporan keuangan
meliputi: “laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.” Laporan keuangan yang lengkap menurut SAK (2004;1,3) meliputi: 1. Neraca, 2. Laporan Laba-rugi, 3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas, dan 5. Catatan atas laporan keuangan. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Neraca Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Komponen dari neraca yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas. Aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban terdiri dari kewajiban jangka pendek dan jangka panjang, dan ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi 2. Laporan laba-rugi Laporan laba-rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu. Komponen laporan labarugi yaitu:
12
a. Pendapatan atau Penjualan (dari usaha utama) Pendapatan atau penjualan merupakan hasil penjualan produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan. b. Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan adalah biaya produksi sesungguhnya dari produk atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan pada periode tersebut. c. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan produk atau jasa yang telah dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggan pada periode tersebut. d. Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan administrasi dan umum perusahaan. e. Pendapatan Luar Usaha (non operaional) Pendapatan luar usaha merupakan pendapatan perusahaan yang diperoleh selain dari bisnis utama perusahaan. f. Biaya Luar Usaha (non operasional) Biaya luar usaha merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain untuk kegiatan bisnis utama dari perusahaan. 3. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: a. Laba atau rugi bersih pada periode yang bersangkutan. b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui dalam ekuitas.
secara langsung
13
c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. d. Saldo akumulasi rugi atau laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya. e. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 4. Laporan arus kas Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam PSAK dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisah dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu. 5. Catatan atas laporan keuangan Isi dari catatan atas laporan keuangan merupakan gambaran umum dari perusahaan, kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba-rugi.
2.2.5
Keterbatasan Laporan Keuangan Informasi yang disampaikan di dalam laporan keuangan bersifat umum,
sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai informasi, selain itu menurut Harahap (2001;24), keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya, laporan keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja.
14
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitasnya). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan kesuksesan suatu perusahaan. Menurut Darsono dan Ashari (2005;25-26), keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali. Kalau rinci, laporan keuangan akan setebal bantal. 2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat sehingga informasinya kadarluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada ketertiban administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi. 3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian.
15
4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis. 5. Laporan keuangan mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mungkin terjadi perubahan aturan setiap tahun. Perlu diingat bahwa Ikatan Akuntansi Indonesia terus melakukan penyempurnaan SAK untuk mencapai harmonisasi dengan standar akuntansi internasional. Tujuannya agar lebih berkualitas dan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada berbagai negara. Dengan memahami keterbatasan laporan keuangan, maka pengguna informasi laporan keuangan dapat menjaga kemungkinan salah tafsir terhadap informasi yang diberikan, sehingga kesimpulan yang diambil lebih akurat.
2.3
Analisis Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa pengertian analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh
para ahli, antara lain: Menurut Harahap (2004;190), bahwa: “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Prastowo dan Juliaty (2002;166), menyatakan bahwa: “Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur-unsur tersebut, dan menelaah hubungan di antara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.”
16
Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003;166), menyatakan bahwa; “Analisis laporan keuangan (Financial Statement Analysis) adalah mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.” Sedangkan Menurut Subramanyam (2004;4), menyatakan bahwa: “Financial statement analysis is the application of analytical tools and techniques to general-general financial statements and related data to derive estimates and inferences useful in business analysis.” Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memahami hubungan-hubungan yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga dapat diperoleh gambaran keuangan perusahaan dengan jelas untuk pengambilan keputusan ekonomi.
2.3.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dapat dilakukan untuk beberapa tujuan, menurut
Prastowo (2002;53), analisis laporan keuangan dapat dilakukan untuk tujuan: “Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis terhadap terhadap masalah-masalah manajemen operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.” Menurut Harahap (2004;197) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Screening Analisis ini dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
17
2. forecasting Analisis ini dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang. 3. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain. 4. Evaluation Analisis dilakukan untuk melihat prestasi manajemen, operasional, dan efisiensi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan analisis laporan keuangan dapat memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, di mana data yang disajikan di laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi.
2.3.3
Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan juliaty (2002;53-54) adalah: 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Selain latar belakang data keuangan kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup mengenai trend (kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-
18
faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh tujuan langkah ini adalah memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 4. Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan rekomendasi) Sedangkan langkah-langkah analisis laporan keuangan menurut Faisal Abdullah (2004:38), yaitu: “1. Review data laporan Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat/jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. 2. Menghitung Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain. 2. Membandingkan / Mengukur Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. 3. Menginterpretasi Merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil perbandingan/pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. 4. Solusi Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan ditempuh solusi yang tepat”.
19
2.3.4
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan juliaty (2002;54-55), secara umum metode analisis
laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Metode analisis horizontal (dinamis) Metode analisis horizontal adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). 2. Metode analisis vertikal (statis) Metode analisis vertikal adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Menurut Munawir (2002;36-37), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode atau teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk 2 periode atau lebih dengan menujukkan: a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dalam ratio. e. Persentase dari total.
20
2. Analisis Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik, atau bahkan turun. 3. Analisis Laporan dengan Persentase Per Komponen (Commom Size Statement Analyisis), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis Break-Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk barbagai tingkat penjualan.
21
Metode dan teknik analisis di atas digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antar pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan
dari
masing-masing
pos
tersebut
bila
diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dianggarkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lain. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti.
Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Dalam melakukan analisis laporan keuangan, terdapat keterbatasan analisis atas laporan keuangan. Menurut Harahap (2004;201-202), bahwa keterbatasan analisis laporan keuangan harus memperhatikan keterbatasan laporan seperti: “1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat di anggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 3. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.” Di samping keterbatasan dari analisis laporan keuangan, terdapat juga kelemahan dalam analisis laporan keuangan. Menurut Harahap (2004;203), mengemukakan bahwa kelemahan analisis laporan keuangan adalah: “1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu di ingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah. 2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angkaangka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti: tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
22
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan. 4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu di lihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya: prinsip akuntansi, jenis industri, periode laporan dan jenis perusahaan aspek profit motive atau non profit motive.” 2.4
Laporan Arus Kas
2.4.1
Pengertian Laporan Arus Kas Menurut Harahap (2004;257) laporan arus kas adalah: “Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan, dan ivestasi.” Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003;224) laporan arus kas adalah: “Laporan akuntansi yang mengikhtisarkan sumber dan penggunaan kas.” Menurut Wachowicz (2005;172) laporan arus kas adalah: “Statement of cash flow is to report a firm’s cash inflows and outflow, during a period time, segregated into three categories: operating, investing, and financing activities.” Menurut Skousen (2004;239) laporan arus kas adalah: “A statement of cash flow explains the change during the period in cash and cash equivalents.” Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan
arus kas merupakan laporan akuntansi yang memperlihatkan informasi mengenai sumber dan penggunaan kas oleh perusahaan pada satu periode tertentu.
2.4.2
Tujuan Laporan Arus Kas Tujuan penyajian laporan arus kas menurut Munawir (2002;157) menyatakan
bahwa:
23
“Laporan arus kas (Statement of Cash Flow) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan pengunaan-penggunaannya.” Menurut Prastowo dan Juliaty (2002;29) mengemukakan bahwa: “Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama periode akuntansi tertentu.” Dari beberapa tujuan laporan arus kas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas pada dasarnya memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode tertentu yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
2.4.3
Kegunaan Laporan Arus Kas Informasi arus kas pada suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan menilai bagaimana perusahaan mengelola sumber dan penggunaan kas tersebut. Menurut Prastowo dan Juliaty (2002;29), laporan arus kas mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk: “1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi arus kas 2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas 3. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan 4. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah waktu dan kepastian arus kas masa depan 5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.”
24
Menurut harahap (2004;257-258) menyatakan bahwa dengan melakukan analisa arus kas kita dapat mengetahui: “1. Kemampuan perusahaan meng”generate”kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu. 2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan termasuk kemampuan membayar deviden di masa yang akan datang. 3. Informasi bagi investor, kreditor, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. 5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. 6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.” Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan arus kas sangat berguna bagi pihak manajemen perusahaan dan bagi kreditor. Bagi kreditor dan investor laporan arus kas ini bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mengelola arus kas, menghasilkan arus kas positif di masa yang akan datang, membayar deviden dan bunga. Dengan adanya laporan arus kas ini kita juga dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas serta informasi mengenai return dari sumber kekayaan perusahaan.
2.4.4
Klasifikasi Laporan Arus Kas Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan harus
mengklasifikasikan arus kas tersebut menurut aktivitasnya masing-masing. Menurut Prastowo dan Juliaty (2002;30) mengklasifikasikan arus kas ke dalam tiga aktivitas yaitu: “1. Aktivitas operasi (operating activities) adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan (principal revenue producting
25
activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. 2. Aktivitas investasi (investing activities) adalah aktivitas perolehan atau pelepasan aktivitas jangka panjang (aktiva tidak lancar) dan investasi yang tidak termasuk dalam pengertian setara kas. 3. Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi kewajiban (utang) jangka panjang dan modal (ekuitas) perusahaan.” Skousen, yang diahlibahasakan oleh Thomson Learning Asia (2001;200) mengklasifikasikan penerimaan-penerimaan dan pembayaran-pembayaran kasnya menurut jenis-jenis arus masuk kas dan arus ke luar kas adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas Pengoperasian a. Arus kas masuk: •
Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
•
Penerimaan kas dari penjualan efek perdagangan.
•
Penerimaan kas dari pendapatan bunga.
•
Penerimaan kas dari penerimaan deviden.
b. Arus kas keluar: •
Pembayaran kas untuk pembelian persediaan.
•
Pembayaran kas untuk upah dan gaji.
•
Pembayaran kas untuk pajak.
•
Pembayaran kas untuk beban bunga.
•
Pembayaran kas untuk beban lain (seperti: utilitas atau sewa)
•
Perdagangan kas untuk pembelian efek perdagangan
2. Aktivitas Investasi a. Arus kas masuk: •
Penerimaan kas dari penjualan aktiva pabrik
•
Penerimaan kas dari penjualan segmen bisnis
•
Penerimaan kas dari penjualan efek non perdagangan
•
Penerimaan kas dari pokok pinjaman
26
b. Arus kas keluar: •
Pembayaran kas untuk pembelian aktiva pabrik
•
Pembayaran kas untuk pembelian efek non perdagangan
•
Pembayaran kas untuk pembuatan pinjaman kepada entitas lain
3. Aktivitas Pendanaan a. Arus kas masuk: •
Penerimaan kas dari pengeluaran saham
•
Penerimaan kas dari peminjaman (seperti: obligasi, surat utang (wesel), hipotik)
b. Arus kas keluar: •
Pembayaran kas untuk deviden kas
•
Pembayaran kas untuk pengembalian pinjaman
•
Pembayaran kas untuk pembelian kembali saham (saham treasury)
Laporan aliran kas merangkum sumber dan penggunaan dana selama periode tertentu. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumber-sumber) maupun penggunaannya (pengeluaran). Menurut Munawir (2002;159) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal: 1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible asset), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotik atau hutang jangka panjang lainnya) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
27
4. Kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas; misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena adanya penjualan dan sebagainya. 5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga, atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian. Sedangkan pengunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: 1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva lainnya. 2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. 3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. 4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
2.4.5
Metode Laporan Arus Kas Menurut Harahap (2004;264), untuk menyajikan laporan arus kas dapat
digunakan metode yaitu: “1. Direct Method Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat laporan laba/rugi dan baru dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan.
28
2. Indirect Method Dalam indirect method penyajian dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva lancar dan utang lancar.” Menurut Wibowo dan Arif (2005;136), penyajian laporan keuangan dapat disusun dengan dua metode yaitu: “1. Metode Langsung (direct method) Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas kotor dan pengeluaran kas kotor diungkapkan. 2. Metode Tidak Langsung (indirect method) Metode ini diawali dengan laba (rugi) bersih kemudian disesuaikan dengan unsur-unsur sebagai berikut: a. Beban-beban yang bersifat non kas b. Laba (rugi) yang merupakan bagian dari aktivitas selain operasi, dan c. Perubahan dalam harta lancar atau utang lancar.” Dari uraian di atas dapat disimpulkan metode langsung merupakan metode yang sederhana, hanya terdiri atas kas operasi yang dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Sedangkan metode tidak langsung dimulai dari laba rugi bersih yang kemudian disesuaikan dengan pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional.
2.4.6 Analisis Laporan Arus Kas Salah satu analisis kinerja keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio arus kas, Darsono dan Ashari (2005;91) mengungkapkan bahwa analisis ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas, laporan laba-rugi dan neraca sebagai alat analisis rasio.
29
2.4.6.1 Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Rasio arus kas operasi meghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Untuk mencari rasio ini kita menghitung dengan menggunakan rumusan berikut: AKO =
Jumlah Arus Kas Operasi Kewajibanlancar
Rasio tersebut menunjukkan apabila rasio arus kas berada di bawah satu maka terdapat kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa menggunakan arus kas aktivitas lainnya. Ketidakcukupan menghasilkan arus kas operasi untuk membayar kewajiban dari aktivitas normal dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
2.4.6.2 Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) Rasio cakupan arus dana digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan deviden preferen). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: CAD =
EBIT Bunga + Penyesuaian Pajak + Deviden Preferen
Penyesuaian pajak yang dimaksud di dalam rumusan tersebut adalah hutang pajak. Rasio yang besar menunjukkan bahwa kemampuan lebih baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun.
2.4.6.3 Rasio Cakupan Arus Kas terhadap Bunga (CKB) Rasio cakupan arus kas terhadap bunga digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: CKB =
Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak Bunga
30
Pajak yang dimaksud di dalam rumusan di atas yaitu pembayaran pajak sedangkan untuk bunga yang dimaksud adalah pembayaran bunga.
2.4.6.4 Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah deviden bersih dibagi dengan hutang lancar. CKHL =
Arus Kas Operasi + Deviden Kas Hutang Lancar
Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam menutup hutang lancar.
2.4.6.5 Rasio Pengeluaran Modal Rasio pengeluaran modal digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: PM =
Arus Kas Operasi Pengeluaran Modal
Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas dalam membiayai pengeluaran modal.
2.4.6.6 Rasio Total Hutang
Rasio total hutang menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Untuk mencari rasio ini maka kita menghitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut ini:
31
TH =
Arus Kas Operasi Total hutang
Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan. Rasio yang cukup rendah menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dengan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan.
2.5
Konsep Kinerja
2.5.1 Pengertian Kinerja
Terdapat beberapa pengertian kinerja yang dapat dikemukakan diantaranya adalah: Kinerja menurut Kamus Besar Indonesia (2005;598), adalah: “Sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja.”
Kinerja menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003;215), adalah: “Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntanbilitas manajemen, dan semacamnya,”
Dengan demikian kinerja merupakan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajemen dalam melakukan tanggung jawabnya.
2.5.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Supriyono (1999;424) jika didesain dan diimplementasikan dengan baik, pengukuran kinerja dapat memberikan manfaat penting pada perusahaan sebagai berikut:
32
1. Menelusuri kinerja dibandingkan dengan harapan-harapan para konsumen sehingga perusahaan dekat dengan para konsumennya dan mendorong semua orang dalam perusahaan terlibat dalam usaha memuaskan para konsumennya. 2. Menjamin keterkaitan antara rangkaian para konsumen internal dan para pemasok internal. Keterkaitan ini dapat mengurangi persaingan lintas fungsional dalam perusahaan dan dapat meningkatkan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Mengidentifikasikan
pemborosan
dalam
berbagai
bentuk
(misalnya:
keterlambatan, kerusakan, kesalahan, dan terlalu berlebihan) dan mengarah kepada pengurangan atau pengeliminasian pemborosan. 4. Membuat tujuan strategis lebih kongkrit sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap organisasi. 5. Membangun konsensus untuk mengubah perilaku yang mendukung pencapaian keselarasan tujuan. 6. Memungkinkan keterkaitan antara akuntansi aktivitas dengan ukuran-ukuran kinerja. Keterkaitan ini bermanfaat untuk: 1) Menyediakan informasi mengenai biaya aktivitas dan biaya pendek serta objek biaya lainnya. 2) Mengidentifikasikan driver-driver biaya bisnis. 7. Memusatkan perhatian pada driver-driver biaya. Driver-driver biaya dapat menjelaskan faktor sebab-akibat antara aktivitas dan biaya sehingga bermanfaat untuk: 1) Mengurangi jumlah pemasok sehingga aktivitas-aktivitas pembelian misalnya waktu dan biaya organisasi dengan para pemasok dapat dikurangi. 2) Mengurangi jumlah komponen dalam suatu produk sehingga aktivitas perakitan dapat dikurangi. 3) Mengurangi jumlah perintah perubahan perekayasaan sehingga jumlah aktivitas pengerjaan kembali dapat dikurangi.
33
4) Mengurangi waktu setel (setup) sehingga aktivitas setiap mesin dapat dikurangi. Menurut Mulyadi dan setiawan johny (2001;353) menyebutkan manfaat pengukuran kinerja adalah: “1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.” Dengan adanya kinerja perusahaan yang baik, ini dapat mencerminkan bahwa perusahaan itu beroperasi secara baik dan benar, dan dengan adanya pengukuran kinerja maka itu dapat membantu para investor dalam menentukan perusahaan mana yang benar-benar baik.
2.5.3 Alat Ukur Penilaian Kinerja Menurut Hiro (1999;1) terdapat empat cara penilaian kinerja, yaitu: “1. Balanced Scorecard 2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 3. Malcolm Baldrigde National Quality Award 4. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN SK Menteri Keuangan.”
1.
Balanced Scorecard Balanced scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan
untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) Kartu skor (scorecard), dan (2) Berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor
34
hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui skor, skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil ini digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Balanced scorecard memperluas ukuran kinerja ke dalam empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis/intern, pembelanjaan dan pertumbuhan. 2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Mutu adalah istilah yang biasanya dikaitkan dengan harga, merek dagang atau identik dengan kemewahan. Namun menurut standar ISO 8402, mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi terhadap mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan kemudahan pemilihan. 3. Malcolm Baldrige National Quality Awardn (MBNQA) MBNQA merupakan kriteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang
mencakup
seluruh
fungsi
manajemen,
aspek-aspek
pendekatan,
penyebarluasaan, dan hasil-hasil usaha, memperbandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu dengan perusahaan terbaik di bidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari perusahaan sendiri dan pelatihan, serta merupakan alat untuk mengembangkan kinerja dan proses bisnis.
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan. Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah untuk meningkatkan daya efisiensi dan daya saing.
35
2.6
Hubungan Analisis Laporan Arus Kas dengan Kinerja Perusahaan Kinerja suatu perusahaan dapat diukur dan dihitung dengan analisis laporan
keuangan salah satunya dengan menggunakan analisis laporan arus kas. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid di mana likuiditas merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan kas untuk dapat melaksanakan usahanya, untuk dapat melunasi kewajibannya, dan untuk membagikan deviden kepada para investor. Laporan arus kas dapat memberikan informasi historis mengenai perubahan kas perusahaan sehingga dengan melihat laporan arus kas para pemakai laporan keuangan dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam mengelola sumber dan penggunaan kas tersebut.