15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986 dalam Hidayat, 2009). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2011). 2. Fisiologi Tidur Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal (Robinson, 1993 dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar sinchronizing regional (Potter & Perry, 2005). RAS merupakan pusat aktivitas kewaspadaan dan tidur yang terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. RAS
15 Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensori raba juga dapat menerima stimulus dari korteks serebri termasuk ransangan emosi dan proses pikir. Pada keadaan sadar mengakibatkan neuronneuron dalam RAS melepaskan katekolamin seperti norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu BSR. Bangun dan tidurnya seseorang tergantung keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak, reseptor sensorik perifer seperti bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbik seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2011). 3. Fungsi Tidur Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, dan endokrin. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembalipada fungsi seluler penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut (Hidayat, 2009). Pola tidur yang teratur dan berkualitas turut mendukung peningkatan kesehatan tubuh tidur yang baik akan membantu menjaga
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
daya tahan tubuh. Dengan tidur yang teratur tingkat kecerdasan dan kondisi emosional seseoranng akan menjadi lebih baik (Prasadja, 2009). 4. Pola Tidur Setiap orang mempunyai siklus bangun tidur yang sudah biasa dilakukan menentukan kapan waktu yang tepat untuk tidur. Waktu tersebut dapat didukung oleh cahaya lampu atau matahari di siang hari, kebiasaan waktu makan dan aktivitas yang dilakukan seperti biasanya dalam waktu tertentu setiap harinya. Seseorang yang mempunyai pola tidur-bangun yang teratur lebih menunjukan tidur yang berkualitas dan performa yang lebih baik daripada orang yang mempunyai pola tidur bangun yang berubah-ubah (Harkreader, 2007). Pola tidur yang berubah-ubah dan apabila individu beradaptasi dengan perubahan tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pola tidur. Carpernito (2002) mendefinisikan gangguan pola tidur sebagai kondisi ketika indivisu mengalami atau beresiko mengalami perubahan pada kualitas dan kuantitas pola istirahat yang menimbulkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. a. Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Kozier, et.al., 2004). Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitas mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, kurang perhatian, sakit kepala dan seing menguap atau mengantuk (Hidayat, 2009) Kualitas tidur seseorang dapat dikatakan baik dilihat dari parameter kualitas tidur jika seseorang tidur dengan waktu yang cukup, tidur dengan nyenyak, tidak memiliki gangguan tidur, merasa puas dengan tidurnya, tidak merasa mengantuk pada siang hari, dan merasa puas ketika bangun pagi. Kualitas tidur meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan kepuasan tidur (Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Amir, 2007). Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangant bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efisiensi tidur (Miller, 1995 dalam Amir, 2007). Salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan terpenuhinya kebutuhan tidur individu dapat diperoleh dari data subjektif, data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi berdasarkan persepsi individu tentang parameter tidur diantarannya adalah berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk tertidur, frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur dimalam
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
hari dan kepuasan tidur (Miller, 1995 dalam Amir, 2007). Menurut Buysse (1988) baik buruknya tidur individu dapat diidentifikasi melalui subjektif, diantaranya kualitas tidur, lama waktu untuk tertidur, kebiasaan sebelum tidur dan gangguan tidur. Hanya individuyang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur yang baik dan buruk, jika individu puas dengan kualitas dan kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik (Potter & Perry, 2005). Kualitas
tidur
seseorang
dapat
ditentukan
dengan
menggunakan metode Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi data pribadi dan pertanyaan tentang komponen kualitas tidur selama satu bulan terakhir. Terdapat tujuh komponen kualitas tidur yaitu, kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur, dan disfungsi siang hari. Dengan ketujuh komponen kualitas tidur didapatkan nilai PSQI, jika seseorang mendapat nilai PSQI < 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang baik dan jika seseorang mendapat nilai PSQI > 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang buruk (Sanningtyas, 2013). b. Kuantitas Tidur Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur yang dimiliki individu (Kozier, et al., 2004). Jumlah waktu tidur yang
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
dibutuhkan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya dari bayi sampai lanjut usia. 5. Kebutuhan Tidur Kebutuhan
tidur
pada
manusia
bergantung
pada
tingkat
perkembangan. Berikut ini tabel merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2009). Table 2.1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia Usia
Tingkat Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan
Masa neonatus
14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan
Masa bayi
12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun
Masa anak
11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun
Masa prasekolah
11 jam/hari
6 tahun-12 tahun
Masa sekolah
10 jam/hari
12 tahun-18 tahun
Masa remaja
8,5 jam/hari
18 tahun-40 tahun
Masa dewasa muda
7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun
Masa paruh baya
7 jam/hari
60 tahun ke atas
Masa dewasa tua
6 jam/hari
6. Tahapan Tidur Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua fase. Pertama, tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) atau disebut juga tidur non rapid eye movement (NREM). Kedua, tidur yang disebaban oleh penyaluran abnormal isyarat-isyarat dalam otak meskipu kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
dengan tidur paradoks atau disebut juga tidur rapid eye movement (REM) (Hidayat, 2009). Tidur diawali dengan fase NREM yang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur; lalu diikuti oleh tahapan akhir fase REM yang memerlukan waktu kirakira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2011). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian selama 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005). Menurut Hidayat (2009) tahapan tidur NREM terdiri dari empat stadium: a. Tahap I Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur denga ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit. b. Tahap II Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut:mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
c. Tahap III Tahap III merupakan awal tahap dari keadaan tidur nyenyak dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta prose tubuh lainnya melambat, disebakan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun. Pada tahap ini berlangsung 15-30 menit. d. Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dinagunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun. Tidur REM dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Selama tidur baikNREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005). Pemenuhan kebutuhan tidur atau kualitas tidur terlihat dari parameter kualitas tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk tidur, frekuensi terbangun dan beberapa aspek subyektif seperti kedalaman tidur, perasaan segar di pagi hari, kepuasan tidur serta perasaan lelah siang hari (Nugroho, 2008).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
Menurut Hidayat (2009), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologi yang dialami. a. Tanda Fisik Ekspresi wajah memiliki ciri area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. b. Tanda Psikologis Tanda kekuarang tidur secara psikologis dapat terlihat antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan dan pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menujukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Hidayat (2009) faktor yang mempengaruhi
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
tidur meliputi penyakit, latihan dan kelelahan, stres psikologi, obat, nutrisi, lingkungan dan motivasi. a. Penyakit Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukann lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur. b. Latihan dan kelelahan Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek. c. Stres Psikologis Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. d. Obat Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
diuretik dab beta bloker menyebabkan seseorang insomia, anti depresan dan golongan narkotik dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur. e. Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat
proses tidur, karena adanya tryotophan yang
merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur. f. Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur. g. Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. 8. Gangguan Tidur Ada beberapa gangguan yang terjadi pada saat tidur. Menurut Tarwoto & Wartonah (2011) gangguan yang terjadi saat tidur adalah sebagai berikut:
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
c. Insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu Intial Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, Intermittent Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun, dan Terminal Insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak. d. Hipersomnia. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme. e. Parasomnia. Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan). f. Narcolepsi. Suatu keadaan/kondisi yang di tandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau endoktrin. g. Apnoe tidur dan mendengkur. Mendengkur tidak dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi masalah.
Mendengkur
disebabkan
oleh
adanya
rintangan
pengeluaran udara di hidung dan mulut,misalnya amandel,
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit. h. Mengigau. Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 2002). Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang menggangu dan lain-lain. (Hidayat, 2009).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
B. Kebutuhan Dasar Manusia Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lain. Menurut Maslow (1970; Potter & Perry, 2005) hirarki kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi lima tingkatan prioritas, antara lain: kebutuhan fisiologis, kebituhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. 1. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu dan penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan: oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks. 2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman Prioritas berikutnya setelah kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan keselamatan fisik serta psikologis. Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut bisa berupa penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. 3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai keluarga, diterima oleh teman sebaya, dan oleh masyarakat. Kebutuhan ini secara umum meningkat setelah kebutuhan fisiologis dan keselamatan terpenuhi karena hanya pada saat individu merasa selamat dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta, rasa memiliki, dan untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain. Bahkan seseorang yang secara umum mampu memenuhi kebutuhan cinta dan rasa memiliki, sering tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka tersebut pada saat terjadi sakit atau terluka. 4. Kebutuhan penghargaan dan harga diri Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap harga diri, maupun perasaan bahwa mereka dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keingininan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga membutuhkan apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua kebutuhan ini terpenuhi, seseorang merasa percaya diri dan berguna. Jika kebutuhan kebutuhan harga diri dan pengharhaan diri orang lain tidak terpenuhi, orang tersebut mungkin merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
5. Kebutuhan aktualisasi diri Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan Maslow. Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal tersebut melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi mereka yang paling maksimal. Manusia yang teraktualisasi dirinya memiliki kepribadian multidimensi yang matang. Mereka sering mampu untuk mengansumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak, dan mereka mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang dikerjakan dengan baik. Mereka tidak bergantung secara penuh pada opini orang lain mengenai penampilan, kualitas kerja, atau metode penyelesaian masalah. Walaupun mereka mungkin mengalami kegagalan dan keraguan, mereka secara umum menghadapinya secara realistis.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
C. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia Menua atau lanjut usia di definisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail’ (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat beberapa
istilah
yang
digunakan
oleh
gerontologis
ketika
membicarakan proses menua: a. Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses perubahan,biasanya bertahap dan spontan. b. Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematian) c. Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ (Setiati dkk, 2009) Menurut Fathi et al (2008), penuaan tidak bisa dihindari, dimulai secara bertahap sebagai tahap terakhir dari perkembangan yang
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
menyebabkan perubahan dalam senyawa tubuh dan penurunan efisiensi organ dan mempengaruhi pada kemampuan fisik pada tingkat yang berbeda. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. WHO
dan
Undang-Undang
Nomor
13
tahun
1998
tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho, 2006). 2. Batasan-batasan Lansia Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut: a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu: 1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun 2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun b. Menurut Eliopolous (2010) batasan usia lansia yaitu: 1) Setengah tua yaitu seorang yang berusia antara 60-74 tahun. 2) Tua yaitu seseorang yang berusia antara 75-100 tahun. 3) Sangat tua yaitu seseorang yang berusia >100 tahun 3. Teori-teori Penuaan Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Maryam (2008) yaitu : teori biologi, teori psikologis, dan teori spiritual. a. Teori biologi Teori bologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. 1) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory) Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekulmolekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). 2) Immunology slow theory Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi tidak efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 3) Teori stress Teori stress mengungkapakan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkungan
internal,
kelebihan usaha, dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 4) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. 5) Teori rantai silang Pada teori rantai silang diungkapakan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel. b. Teori psikologis Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilainilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. c. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan
kepercayaan.
Fowler
juga
meyakini
bahwa
kepercayaan spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam, 2008). 4. Perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perunahan fisi, perubahan mental, dan perubahan psikokososial. a. Perubahan fisik Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh lansia sebagai berikut: 1) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit. 2) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunya jumlah yang dikeluarkan oleh tubuh. 3) Air
mengalami
penurunan
secara
signifikan
karena
bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. 4) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. 5) Perubahan pada
sistem metabolik,
yang mengakibatkan
gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan lemak.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
6) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang. 7) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat. 8) Menurunnnya elastisitas dan fleksibilitas persendian. b. Perubahan mental Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun, merekan ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008). c. Perubahan psikososial Nilai seseorang sering diukur melaui produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008). 5. Tugas Perkembangan Lansia Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2005).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
D. Terapi Air 1. Pengertian Terapi air adalah penggunaan air untuk penyembuhan dengan cara meringankan berbagai keluhan (Hadibroto & Alam, 2006). Terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis. Air secara khusus memiliki kualitas-kualitas unik yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai rentang respon-respon tubuh yang bisa menyembuhkan simptom-simptom dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal (Chaiton, 2002). Air dapat digunakan baik dalam kondisi panas, hangat, netral (temperatur tubuh), dingin atau dalam kondisi beku (es) dan kondisi uap. Air dapat digunakan pada temperatur ganjil (secara langsung atau via perlengkapan seperti handuk katun), kemudian diganti baik dengan air yang lebih dingin atau lebih panas untuk merangsang respon-respon tubuh; air juga dapat digunakan untuk “menantang” tubuh agar hanya menghadapi aplikasi air dingin baik secara lokal maupun yang melibatkan bagian tubuh secara keseluruhan. Beberapa metode perawatan
mengikutsertakan
tubuh
secara
keseluruhan
juga
konstitusional, respon, sementara metode-metode lainnya memiliki sasaran lokal (seperti nyeri persendian). Banyak penelitian modern yang telah membuktikan peranan terapi air dalam perawatan tubuh diantaranya air dapat digunakan untuk
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
mencegah flu, demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan kronis, meningkatkan fungsi-fungsi imunitas, membantu kelancaran detak jantung dan sirkulasi darah atau memperkuat daya sembuh terhadap luka-luka yang sangat menyakitkan. Dalam beberapa tahun terakhir terapi air telah terbukti sebagai salah satu metode perawatan penyakit atau gangguan fisik yang sangat efektif tanpa efek samping dan efisien. Terapi air sesungguhnya merupakan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan diri pada respon-respon tubuh yang sangat khusus terhadap aplikasi terapi air secara tepat, berdasarkan pola-pola yang bisa diprekdisi yang telah dikembangkan selama ratusan tahun dari pematangan tentang bagaimana pengaruh air terhadap tubuh dan juga bagaimana respon-respon tubuh terhadap air. Terapi air modern adalah pengobatan klasik yang dihidupkan kembali di era kontemporer ini dan dalam kebanyakan kasus, air sangat cocok sebagai aplikasi domestik untuk pertolongan pertama, untuk menghilangkan simpton-simpton umum dan yang paling penting air juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh kita (Chaiton, 2002). 2. Asal Usul Terapi Air Terapi air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno. Selain itu, peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang sama. Penduduk Mesir menggunakan minyak esensial dan bunga
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara bangsa Romawi dan Yunani mempunyai kebiasaan berendam lama untuk rekreasi sekaligus terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan daya apung air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam air.
Bangsa
Yunani
bahkan
membuat
undang-undang
yang
mewajibkan mandi air dingin bagi masyarakatnya dengan berbagai cara dikaitkan dengan mitologi mereka. Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh Hipocrates dengan diwalinya penggunaan air sebagai modalitas sekitar tahun 500 SM. Hipocrates tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari sifat-sifat fisiologis air, baik air panas maupun dingin, dapat digunakan dalam perawatan sakit demam, tukak lambung, perdarahan dan dalam penyakit-penyakit
operasi
serta
medis.
Hipocrates
memahami
fenomena reaksi karena ia mengamati bahwa setelah seseorang mandi air dingin, tubuhnya dengan cepat mengembalikan pansanya dan tetap hangat. Pada tahun 1826, Prissnitz mengembangkan pusat terapi air pertama di Grafenberg. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri terapi air (hydro-therapy). Terapi air merupakan metode paling klasik dalam perawatan penyakit dan sudah dipergunakan sejak dulu oleh rasras primitif. Kemampuan air untuk penyembuhan sudah diakui sejak dahulu, terutama di kerajaan Yunani, kekaisaran Romawi, kebudayaan Turki
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
serta masyarakat Eropa dan China Kuno. Masyarakat umum menyadari bahwa air memiliki banyak manfaat terhadap tubuh. Mandi air panas bermanfaat membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan pegal-pegal dan rasa kaku pada otot serta membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Uap air panas dapat membuka pori-pori, merangsang keluarnya
keringat,
membuat
pembuluh
darah
melebar
dan
mengendurkan otot-otot. Mandi air dingin di bak atau di pancuran member efek berupa rasa segar dan gairah semangat. Suhu dingin mengerutkan pembuluh darah di kulit sehingga aliran darah dialihkan ke
jaringan-jaringan
internal
dan
organ-organ
tubuh
untuk
mempertahankan suhu dasar tubuh. Air dingin atau air es digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan memar serta menutup pori-pori. Terapi air, dalam ilmu kedokteran, digunakan sebagai salah satu fisioterapi pada pasien yang mengalami kecelakaan serius dengan akibat cedera otot, atau pasien dengan keluhan pada persendiannya, dan mereka yang mengalami hambatan fisik seperti pasien stroke. Banyak rumah sakit di negara-negara maju kini memberi pilihan berupa proses melahirkan di dalam air. Terapi air dapat digunakan dalam berbagai cara sesuai dengan manfaatnya masing-masing, yaitu berendam air panas, berendam air dingin, berendam air biasa, mandi uap, mandi cara Sitz (Sitz bath), pancuran air panas dan dingin, pembungkusan, kantong air, dan floatasi (mengambang dalam larutan air garam).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
3. Mekanisme Kerja Terapi Air Air memiliki kualitas-kualitas utama berikut ini, yang semuanya bisa kita gunakan dalam terapi air. a. Air adalah zat alami yang sangat berlimpah, air adalah kombinasi elemen-elemen dalam hal ini hidrogen 90% dan oksigen lebih dari 10%. b. Air sangat fleksibel dan bisa dikonsumsi untuk mrnjangkau hampir seluruh permukaan tubuh dan dalam tubuh. Apabila air diserap kedalam handuk atau materi lainnya, air bisa digunakan untuk menjangkau seluruh kontur dan permukaan-permukaan luar tubuh sehingga mampu berinteraksi dengan kulit dalam berbagai cara yang mengagumkan. Kualitas ini memungkinkan air sangat berguna dalam perawatan pribadi (self-treatment). c. Air menyerap dan mampu mengekuarkan panas dalam jumlah besar, tanpa mengubah temperaturnya sendiri terlalu banyak. 4. Cara Kerja Air Hangat pada Kaki Air hangat atau panas jika ditempelkan pada jaringan-jaringan kulit, maka otot-otot akan relaks dan pembuluh darah akan terbuka lebih lebar. Ini menyebabkan semakin banyak darah yang bisa mencapai jaringan-jaringan itu. Air hangat mampu untuk menciptakan relaksasi yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan, perasaan gelisah dan juga mengatasi masalah tidur.Panas didefinisikan sebagai satuan temperatur
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
air dalam rentang 98-104 oF atau 36,7 - 40 oC. Pemakaian air yang lebih panas dari skala ini tidak boleh dilakukan karena sangat berbahaya bagi kesehatan kulit (Chaiton, 2002). Chaiton (2002) mengemukakan merendam kaki dengan air hangat mampu untuk menciptakan relaksasi yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan , perasaan gelisah dan juga mengatasi masalah tidur. Air hangat dengan suhu
37°C-39°C
juga
mampu
melegakan
ketegangan
otot,
menenangkan pikiran, relaksasi, menimbulkan semangat kerja, kebugaran mental dan emosional serta menghilangkan stress. Efek refleks terapi air yang diberikan pada daerah kulit kaki secara refleksif berhubungan dengan sirkulasi darah di kepala, dada dan daerah pelvis (khusus kandung kemih dan organ-organ reproduksi termasuk prostat pada laki-laki). Merendam kaki dengan air hangat merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan sendiri dan tidak memerlukan pertolongan ekstra (Guzman-Ladion, 2005). Menurut Amirta (2007) rendam air hangat pada kaki merupakan suatu prinsip kerja air hangat terhadap stimulasi tidur,merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur 37-39º C akan menimbulkan efek sopartifik (efek ingin tidur) dan dapat mengatasi gangguan tidur. Secara fisiologi didaerah kaki terdapat banyak syaraf terutama di kulit yaitu flexus venosus dari rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan ke kornu posterior kemudian dilanjutkan ke medula spinalis, dari sini
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
diteruskan ke lamina I, II, III Radiks Dorsalis, selanjutnya ke ventro basal talamus dan masuk ke batang otak tepatnya di daerah rafe bagian bawah pons dan medula disinilah terjadi efek soparifik (ingin tidur). (Guyton, 2000). Rendam air hangat pada kaki merupakan teknik stimulasi tidur yang dilakukan dengan cara merendam kaki dalam air hangat bersuhu 37-39oC (Hegner, 2003). Untuk mendapatkan hasil yang efektif, rendam air hangat pada kaki sebaiknya dilakukan sebelum tidur malam. Lakukan secara rutin selama 3 - 6 hari, maka akan memberikan relaksasi pada tubuh sehingga dapat mengatasi gangguan tidur (Amirta, 2007). Efek terapeutik dengan menggunakan suhu hangat : meningkatkan sensibilitas jaringan kolagen, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis, untuk mengurangi spasme otot, mengurangi pembengkakan dan eksudat, meningkatkan peredaran darah, terjadinya vasodilatasi pada kulit disebabkan adanya bradikinin dari kelenjar hormon dan terjadi dilatasi pada otot dan pembuluh darah ketika terkena perangsangan hangat (Synder, 1992). Lasmadiwati (2005) menyimpulkan bahwa merendam kaki dengan air hangat 40 derajat akan memperlancar peredaran darah, merangsang keringat, menyembuhkan batuk pilek dan susah tidur. Menurut Khotimah (2012) kuantitas tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan. Terapi rendam air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur. diatur siklusnya. Pada siang hari, hipotalamus akan mensekresi kortisol di korteks adrenal. Hormon ini mengatur sebagian besar proses metabolisme tubuh. Selanjutnya, ketika matahari mulai terbenam, kadarnya di dalam tubuh akan menurun, dan ketika cahaya matahari benar-benar menghilang dari bumi, sekitar pukul 9 malam, tubuh akan mensekresi hormon melantonin di kelenjar pineal yang bersifat imunomedulator yang lebih bersifat antioksidan. Hormon ini menyebabkan tubuh terasa, dan dalam beberapa sumber dinyatakan, hormon ini dapat dijadkan terapi insomnia (penyakit susah tidur). Pada terapi rendam air hangat pada kaki dapat menyebabkan efek sopartifik (efek ingin tidur), hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi hormon melatonin sebagai dampak dari rendam air hangat pada kaki sehingga seseorang yang merendam kakinya dengan air hangat dapat meningkat kuantitas tidurnya.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
E. Kerangka Teori
Kebutuhan Fisiologis
Istirahat/Tidur (Kualitas Tidur)
Faktor yang mempengaruhi: 1. Penyakit
Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan Dasar Manusia
2. Latihan dan kelelahan Terapi Rendam Kaki Air Hangat
Kebutuhan Mencintai dan Memiliki
3. Stres Psikologis 4. Obat 5. Nutrisi 6. Lingkungan 7. Motivasi
Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow (Hidayat, 2009); Potter & Perry (2005)
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
48
F. Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat
Terapi Rendam Kaki Air Hangat
Kualitas Tidur Lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur: 1. Penyakit 2. Latihan dan kelelahan 3. Stres Psikologi 4. Obat 5. Nutrisi 6. Lingkungan 7. Motivasi
Keterangan :
Diteliti Tidak diteliti
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konsep
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
49
G. Hipotesis Menurut Arikunto (2006) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen”.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015