BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Persyaratan Air Bersih 2.1.1 Definisi Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan
efek
samping
(Ketentuan
Umum
Permenkes
No.
416/Menkes/PER/IX/1990 (Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 3 dari 41) 2.1.2 Persyaratan Air Bersih 2.1.2.1 Persyaratan Kualitas Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 250C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 250C ± 30C.
Universitas Sumatera Utara
2. Persyaratan kimiawi Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam. 3. Persyaratan bakteriologis Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air. 4. Persyaratan radioaktifitas Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. 2.1.2.2 Persyaratan Kuantitas (Debit) Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3 Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini, 1991. Suatu penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi suatu kota besar yang modern. Unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi : 1. Sumber-sumber penyediaan 2. Sarana-sarana penampungan 3. Sarana-sarana penyaluran 4. Sarana-sarana pengolahan 5. Sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara 6. Sarana-sarana distribusi Dalam pengembangan persediaan air bagi masyarakat, jumlah dan mutu air merupakan hal yang paling penting. Hubungan antara kedua faktor ini kepada masing-masing unsur fungsional terlihat dalam tabel 2.1: Tabel 2.1: Unsur-unsur fungsional dari sistem penyediaan air minum
Sumber penyediaan
Masalah utama dalam perencanaan sarana (utama / sekunder) Jumlah / mutu
penampungan
Jumlah / mutu
Penyaluran
Jumlah / mutu
pengolahan
Jumlah / mutu
Unsur fungsional
Uraian Sumber-sumber air permukaan bagi penyediaan, misalnya sungai, danau dan waduk atau sumber air tanah Sarana-sarana yang dipergunakan untuk menampung air permukaan biasanya terletak pada atau dekat sumber penyediaan Sarana-sarana untuk menyalurkan air dari tampungan ke sarana pengolah Sarana-sarana yang dipergunakan untuk memperbaiki atau merubah mutu air
Universitas Sumatera Utara
Penyaluran & penampungan
Jumlah / mutu
Distribusi
Jumlah / mutu
Sarana-sarana untuk menyalurkan air yang sudah diolah ke sarana penampungan sementara serta ke satu atau beberapa titik distribusi Sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke masingmasing pemakai yang terkait di dalam sistem
Sumber: Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini. Teknik Sumber Daya Air Jilid II . Erlangga. Jakarta. 1991. Hal 90.
Dalam hal ini pembahasan lebih dipusatkan pada hal sistem distribusi jaringan pipa air bersih. Sistem distribusi yang ekstensif diperlukan untuk menyalurkan air ke masing-masing langganan dalam jumlah yang dibutuhkan dengan tekanan yang diharapkan. Sistem distribusi seringkali merupakan investasi utama dalam jaringan air kota. Suatu sistem distribusi seperti pohon dengan banyak titik-titik ujung yang mati tidaklah baik, karena air dapat berhenti di ujung-ujung sistem itu. Lebih dari itu bila diperlukan perbaikan, suatu daerah yang luas harus ditutup penyaluran airnya. Akhirnya dengan kebutuhan lokal yang besar pada waktu terjadinya kebakaran, kehilangan tinggi tekanan dapat besar sekali, kecuali jika pipanya cukup besar. Suatu sistem pipa tunggal adalah sistem dengan sebuah pipa yang melayani kedua sisi suatu jalan. Suatu sistem pipa rangkap mempunyai sebuah pada masingmasing sisi jalan. Keuntungan utama dari sistem dua pipa ini adalah bahwa perbaikan dapat dikerjakan tanpa mengganggu lalu lintas dan tanpa merusak lapis penutup jalan. Dalam perencanaan sistem jaringan distribusi pipa air bersih kebutuhan tekanan haruslah dipertimbangkan. Perencanaan suatu sistem jaringan pendistribusian air bersih menuntut adanya peta detail dari kota yang bersangkutan, yang memuat garis-garis kontur (atau semua elevasi yang menentukan) serta jalan-jalan dan petak-petak yang ada sekarang maupun yang ada dibangun di masa depan. Setelah menelaah kondisi topografi dan menetapkan sumber air bersih untuk distribusi, kota itu dapat dibagi atas daerah-
Universitas Sumatera Utara
daerah yang masing-masing harus dilayani oleh sistem distribusi yang terpisah. Pipapipa penyalur haruslah cukup besar mengalirkan kebutuhan yang diperkirakan dengan tekanan yang memadai. Program-program komputer yang mempergunakan metode Hardy Cross atau teknik-teknik matriks yang lebih efisien dipergunakan untuk menetapkan besranya debit dan kehilangan tinggi tekanan di masing-masing pipa dalam jaringan yang bersangkutan. Pengaruh aliran dalam pipa-pipa pelengkap pada awalnya diabaikan, tetapi dapat dihitung kemudian. Aliran didalam jaringan pipa penyalur dianalisis untuk memenuhi kebutuhan di berbagai wilayah yang berbeda. Dalam memilih pipa-pipa penyalur, kebutuhan kapasitas masa depan haruslah dipertimbangkan. Akan lebih bijaksana memperkirakan kebutuhan masa depan daripada menggantikan pipa-pipa yang bersangkutan dengan yang lebih besar di waktu yang akan datang. Setelah jaringan pipa penyalur ditetapkan, pipa-pipa distribusi ditambahkan ke sistem yang bersangkutan. Perhitungan hidrolik hanyalah akan merupakan perkiraan, karena semua faktor yang mempengaruhi aliran barangkali tidak dapat di perhitungkan. 2.3
Studi Kebutuhan Air Bersih Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya
kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan permodelan evaluasi sistem distribusi air minum. Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini, 1991 adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Iklim Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa. 2. ciri-ciri Penduduk Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan. Pemakaian perkapita di daerah miskin jauh lebih rendah daripada di daerah-daerah kaya. Di daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi dapat sangat rendah hingga hanya sebesar 10 gpcd (40 liter / kapita per hari). 3. Masalah Lingkungan Hidup Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya pemakaian sumbersumber
daya
telah
menyebabkan
berkembangnya
alat-alat
yang
dapat
dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman. 4. Keberadaan Industri dan Perdagangan Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan air per kapita dari suatu kota. 5. Iuran Air dan Meteran Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur dengan meteran akan cenderung untuk memperbaiki kebocoran-kebocoran dan mempergunakan air dengan jarang. Pemasangan meteran pada beberapa kelompok masyarakat telah menurunkan pengguanaan air hingga sebanyak 40 persen.
Universitas Sumatera Utara
6. Ukuran Kota Penggunaan air per kapita pada kelompok masyarakat yang mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar daripada di kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatakan oleh lebih besarnya pemakaian oleh industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya pemakaian air untuk perdagangan dan barang kali juga lebih banyak kehilangan dan pemborosan di kota-kota besar. Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam : a. Kebutuhan domestik - sambungan rumah - sambungan kran umum b. Kebutuhan non domestik - Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya) - Fasilitas perdagangan/industri - Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu : a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar. kerusakan meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Kebutuhan domestik Merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase yang diberi air dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari berbeda-beda. Tabel 2.2 Standar Kebutuhan Air Bersih
Kategori kota Kota Metropolitan
Kebutuhan air bersih (liter / orang / hari) 190
Kota Besar
170
Kota Sedang
150
Kota Kecil
130
Desa
60
Sumber : DPU Cipta Karya
2.3.2. Kebutuhan non domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Rata-rata Kebutuhan Air Per Orang Per Hari
No.
Jenis Gedung
Pemakaian air rata rata per hari (liter)
Jangka waktu pemakaian air rata rata sehari (jam)
Perbandinga n luas lantai efektif/total (%)
250
8-10
42-45
Setiap penghuni
Keterangan
1
Perumahan mewah
2
Rumah biasa
160-250
8-10
50-53
Setiap penghuni
3
Apartemen
200-250
8-10
45-50
Mewah: 250 liter Menengah : 180 ltr Sendiri : 120 ltr
4
Asrama
120
8
45-48
Sendiri (setiap tempat tidur pasien) Pasien luar : 500 ltr Staf/pegawai :120 ltr Kelg.pasien : 160 ltr
Rumah sakit
5
1000
8-10
50-55
6
SD
40
5
58
Guru : 100 liter
7
SLTP
50
6
58
Guru : 100 liter
8
SLTA dan lebih tinggi
80
6
-
9
Rumah-toko
100-200
8
-
10
Gedung kantor
100
8
60-70
11
Toko serba ada departement store
3
7
55-60
12
Pabrik/industri
Buruh pria: 60 wanita: 100
8
-
13
Stasiun/terminal
3
15
-
14
Restoran
30
5
15
Restoran umum
15
7
Guru/Dosen:100 liter Penghuninya: 160 ltr Setiap pegawai
Per orang, setiap giliran (kalau kerja lebih dari 8 jam/hari) Setiap penumpang (yang tiba maupun berangkat
-
Untuk penghuni 160 ltr
-
Untuk penghuni: 160 ltr, pelayan: 100 ltr
Universitas Sumatera Utara
70% dari jumlahl tamu perlu 15 ltr/org untuk kakus, cuci tangan dsb. Kalau digunakan siang dan malam, pemakaian air dihitung per penonton, jam pemakaian air dalam tabel adalah untuk satu kali pertunjukan
16
Gedung pertunjukan
30
5
53-55
17
Gedung bioskop
10
7
-
-
-
Pedangan besar: 30 liter/tamu, 10 liter/staff atau, 5 liter per hari setiap m2 luas lantai
18
Toko pengecer
40
6
250-300
10
-
Untuk setiap tamu, untuk staf 120-150 liter; penginapan 200 liter
Gedung peribadatan
10
2
-
Didasarkan jumlah jemaah per hari
21
Perpustakaan
25
6
-
Untuk setiap pembaca yang tinggal
22
Bar
30
6
-
Setiap tamu
23
Perkumpulan sosial
30
-
-
Setiap tamu
24
Kelab malam
120-350
-
-
Setiap tempat duduk
25
Gedung perkumpulan
150-200
-
-
Setiap tamu
26
Laboratorium
100-200
8
-
setiap staff
19
Hotel/penginap an
20
Sumber: : Soufyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura. Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing . Pradnya Paramita. Jakarta. 2005. Hal 48.
2.3.3. Fluktuasi kebutuhan air Menurut Soufyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, 2005. Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi. Fluktuasi yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam keseharian oleh masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga kelompok : 1. Kebutuhan rerata Pemakaian air rata-rata menggunakan persamaan berikut:
Dimana
(2.1)
Qh : Pemakaiaan air rata-rata (m3/jam) Qd : Pemakaian air rata-rata sehari (m3) T : Jangka waktu pemakaian (jam)
2. Kebutuhan harian maksimum Kebutuhan air harian dengan menggunakan rumus: Kebutuhan air per hari = Jumlah penduduk x kebutuhan rata-rata per hari
(2.2)
3. Kebutuhan pada jam puncak
Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat diperlukan dalam perhitungan besarnya kebutuhan air baku, karena hal ini menyangkut kebutuhan pada hari-hari
tertentu
dan
pada
jam
puncak
pelayanan.
Sehingga
penting
mempertimbangkan suatu nilai koefisien untuk keperluan tersebut. Kebutuhan air harian maksimum dan jam puncak dihitung berdasarkan kebutuhan dasar dan nilai kebocoran dengan pendekatan sebagai berikut : Qh-max = C1. Qh
(2.3)
C 1adalah konstanata (1,2–2,0). 2.4
Konsep Dasar Pada Aliran Pipa Menurut Bambang Triatmodjo, 1993. Jumlah zat cair yang mengalir melalui
tampang lintang aliran tiap suatu satuan waktu disebut debit aliran dan diberi notasi
Universitas Sumatera Utara
Q. Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m3/det) atau satuan lain (liter/det, liter/ment,dan sebagainya) Di dalam zat cair ideal, dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran V adalah sama di setiap titik pada tampang lintang, sedangkan kecepatan zat cair riil tidak sama di setiap titik pada tampang lintang. Gambar 2.1. menunjukkan distribusi kecepatan aliran untuk zat cair riil melaui pipa dan saluran terbuka.
Gambar 2.1.a. Kecepatan aliran melalui pipa
Gambar 2.1.b. Kecepatan aliran melalui saluran terbuka
Apabila tampang tegak lurus pada arah aliran adalah A. maka debit aliran diberikan bentuk seperti terlihat pada persamaan 2.4 berikut:
Q=VxA Di mana :
(2.4)
Q = Debit aliran (m3/s) V = Kecepatan aliran (m/s) A = luas penampang aliran (m2)
Universitas Sumatera Utara
2.5
Persamaan Bernoulli Menurut Bambang Triatmodjo, 1993. Penurunan persamaan Bernoulli untuk
aliran sepanjang garis arus didasarkan pada hukum Newton II. Persamaan ini diturunkan dengan anggapan bahwa: 1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi akibat gesekan adalah nol). 2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair adalah konstan). 3. Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus. 4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang. 5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan. Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal sebagai head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.
Konsep ini
dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan persamaan Bernoulli, yaitu:
Z1 +
Di mana:
+
= Z2 + +
(2.5)
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2 v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2 z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 γ = berat jenis fluida g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 : Ilustrasi persamaan Bernoulli
Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan energi antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida. Untuk zat cair yang riil, dalam aliran zat cair akan terjadi kehilangan energi yang harus diperhitungakan dalam aplikasi Bernoulli. Kehilangan tenaga akibat adanya gesekan antara zat cair dengan dinding batas (hf) atau karena adanya perubahan tampang aliran (he). Kehilangan energi yang disebabkan karena gesekan disebut kehilangan energi primer, sedangkan karena perubahan tampang aliran dikenal kehilangan energi skunder. Dengan memperhitungkan kedua kehilangan tersebut , maka persamaan Bernoulli menjadi: Z1 +
2.6
+
= Z2 + +
+ ∑hf + ∑he
(2.6)
Aliran Laminar dan Turbulen Aliran fluida yang mengalir di dalam pipa dapat di klasifikasikan ke dalam dua
tipe aliran yaitu “laminar” dan “turbulen”. Aliran dikatakan laminar jika partikelpartikel fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran dikatakan turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-ratanya saja yang mengikuti sumbu pipa.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa gesekan untuk pipa silindris merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re). dalam menganalisia aliran didalam saluran tertutup, sangatlah penting untuk mengetahui tipe aliran yang meengalir dalam pipa tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan Reynold dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya. Besarnya Reynold (Re) menurut Gupta S.Ram, 1989 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7 berikut: Re =
(2.7)
Di mana : µ = viskositas dinamik (Pa.dtk) D = diameter dalam pipa (m) v = kecepatan aliran dalam fluida (m/dtk) Re = Reynold number Aliran akan laminar jika bilangan Reynold kurang dari 2000 dan akan turbulen jika bilangan Reynold lebih besar dari 4000. Jika bilangan Reynold terletak antara 2000-4000 maka aliran disebut aliran transisi. 2.7 Kehilangan Tinggi Tekanan (Head Losses) 2.7.1 Kehilangan Tinggi Tekanan Mayor (Mayor Losses) Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus berikut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.1 Persamaan Darcy – Weisbach Menurut Ram Gupta S, 1989. Persamaan Darcy-Weisbach (1845) adalah formula umum yang banyak diaplikasikan dialiran pipa. Aliran fluida yang mengalir melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa. Persamaan Darcy-Weisbach adalah sebagai berikut:
hf = f
di mana:
(2.8)
hf = kerugian head karena gesekan (m) f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody) d = diameter pipa (m) L = panjang pipa (m) v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s2)
Dimana faktor gesekan (f) dapat dicari dengan menggunakan diagram Moody (Gambar 2.3). Moody(1944) menyediakan diagram untuk mendapatkan faktor gesekan dengan menggunakan bilangan Reynold dan kekasaran relatif. Untuk mengaplikasikan diagram Moody, kecepatan aliran dan diameter pipa harus diketahui maka bilangan reynold dapat diketahui. Kemudian tarik garis vertikal sampai batas garis kekasaran relatif (ε/D) sehingga didapatkan koefisien kekasaran(f). Menurut Hagen-Poiseuille untuk aliran laminar (Re<2000), faktor gesekan adalah hanya fungsi bilangan Reynolds saja. Seperti terlihat pada persamaan 2.9 berikut:
Universitas Sumatera Utara
f
=
(2.9)
Menurut Victor L. Streeter and E. Benjamin Wylie, 1990. Dalam tiap ikhwal maka persamaan Darcy-Weisbach, persamaan kontinuitas, dan diagram Moody digunakan untuk mencari besaran yang tidak diketahui. Sebagai ganti diagram Moody, rumus eksplisit untuk f adalah sebagai berikut: f=
,
⁄ ,"⁄#$,% '(
(2.10) Persamaan 2.10 dapat dipergunakan dengan syarat: 10-6 ≤ ε/D ≤ 10-2 & 5000 ≤ R ≤ 108
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. :Moody Diagram
Universitas Sumatera Utara
Nilai kekasaran untuk beberapa jenis pipa dapat disajikan pada tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 : Nilai kekerasan dinding untuk berbagai pipa komersil Bahan
Kekasaran (ε) mm 0.0015
ft 0.000005
-Steel forms, smooth
0.18
0.0006
-Good joints,average
0.36
0.0012
-Rough, visible form mark
0.60
0.002
0.0015
0.000005
45
0.15
-Asphalted lined
0.12
0.0004
-Cast
0.26
0.00085
-Ductile; DIP-Cement mortar lined
0.12
0.0004
-Galvanized
0.15
0.0005
-Wrought
0.045
0.00015
Polyvinyl chloride (PVC)
0.0015
0.000005
Polyethylene,high density (HDPE)
0.0015
0.000005
0.0048
0.000016
-Riveted
0.9 ~ 9.0
0.003-0.03
-Seamless
0.004
0.000013
-Commercial
0.045
0.00015
Brass Concrete
Copper Corrugated metal (CMP) Iron
Steel -Enamel coated
Sumber: Robert J.Houghtalen, Ned H. C. Hwang, A. Osman Akan. “Fundamental of Hydraulic Engineering Systems Fourth Edition”. Pearson. New Jersey. 2010. Hal. 83.
2.7.1.2 Persamaan Hazen – Williams Menurut Ram Gupta S, 1989. Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum. Bentuk umum persamaan Hazen – Williams, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
hf =
-, ,./ 0 ,./ 1,./
L
(2.11) di mana:
hf = kerugian gesekan dalam pipa (m) Q = laju aliran dalam pipa (m3/s) L = panjang pipa (m) C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams d = diameter pipa (m)
Koefisien kekasaran pipa untuk formula Hazen-Williams dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5 : koefisien kekasaran Hazen – Wiliam, C
Material Pipa
Koefisien C
Brass, copper, aluminium
140
PVC, plastic
150
Cast iron new and old
130
Galvanized iron
100
Asphalted iron
120
Commercial and welded steel
120
Riveted steel
110
Concrete
130
Wood stave
120
Sumber : Ram Gupta. S, “Hydrology & Hydraulic Engineering Systems. Pearson. New Jersey. 1989. Hal. 550.
2.7.2 Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Losses) Kerugian yang kecil akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada komponen-komponen tambahan seperti katup, sambungan, belokan, reduser, dan lain-lain disebut dengan kerugian head minor (minor losses).
Universitas Sumatera Utara
Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa dirumuskan sebagai berikut: hm dimana:
= ∑ k
(2.12)
g = percepatan gravitasi v = kecepatan aliran fluida dalam pipa k = koefisien kerugian
untuk pipa yang panjang (L/d >>> 1000), minor losses dapat diabaikan tanpa kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting pada pipa yang pendek. Berikut tabel 2.6 yang memperlihatkan nilai koefisien kerugian (k) berdasarkan bentuk dari pipa tersebut. Tabel 2.6 : kehilangan tinggi tekanan pada katup, alat penyesuaian dan pipa yang digunakan
Harga K dalam h= K
23
34
1.Katup pintu - Terbuka penuh - ¾ terbuka - ½ terbuka - ¼ terbuka 2. Katup bola, terbuka 3. Katup sudut, terbuka 4. Bengkokan 90o, - Jari-jari pendek - Jari-jari pertengahan - Jari-jari panjang 5. Lengkungan pengembalian 180o 6. Bengkokan 45o 7. Bengkokan 22 ½ o (45cm) 8. Sambungan T 9. Sambungan pengecil (katup pada ujung yang keci) 10. Sambungan Pembesar 11. Sambungan pengecil mulut lonceng 12. lubang terbuka
0.19 1.15 5.6 24 10 5 0.9 0.75 0.6 2.2 0.42 0.13 1.25 0.25 0.25 (5 6 5 '/28 0.10 1.80
Sumber : J.M.K. Dake, Endang P.Tachyan, Y.P. Pangaribuan “Hidrolika Teknik Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.1985 . Hal. 78
Universitas Sumatera Utara
2.8 Mekanisme Aliran Pada Pipa 2.8.1 Pipa Hubungan Seri
Gambar 2.4 : Pipa hubungan seri
Menurut Ram Gupta S, 1989. Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri dengan perbedaan ukuran diameter pipa maka semua pipa akan dialiri oleh aliran yang sama (Gambar 2.4). Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang dirumuskan sebagai : Q = Q1 = Q2 = Q3
(2.13)
hf = hf1 + hf2 + hf3
(2.14)
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Pipa Hubungan Paralel
Gambar 2.5 : Pipa Hubungan Paralel
Jika ada dua buah pipa atau lebih yang dihubungkan secara pararel (Gambar 2.5), total laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan yang lain yang dirumuskan sebagai : Q = Q1 + Q2 + Q3
(2.15)
hf = hf1 = hf2 = hf3
(2.16)
2.9 Jaringan Pipa 2.9.1 Jenis Sistem Jaringan Pipa 2.9.1.1 Sistem Jaringan Pipa Seri Sistem pemipaan dengan susunan seri merupakan jaringan pipa tanpa cabang ataupun loop. Jaringan ini memiliki satu sumber ,satu ujung dan node yang menyambung 2 pipa yang berada dalam satu jalur. Jaringan pemipaan jenis ini sangat kecil dan dipakai untuk pendistribusian air kawasan yang kecil.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 : Sistem jaringan pipa seri
2.9.1.2 Sistem Jaringan Pipa Bercabang Sistem pemipaan dengan susunan bercabang merupakan kombinasi dari jaringan pemipaan susunan seri. Dimana, jaringannya terdiri dari satu sumber dan memiliki banyak cabang. Sistem ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah komunitas dan investasi yang dikeluarkan tidaklah besar.
Gambar 2.7 : Sistem jaringan pipa bercabang
2.9.1.3 Sistem Jaringan Pipa Tertutup (Loop) Sistem pemipaan ini merupakan sistem yang mana jaringannya saling terhubung yang terdiri dari node-node yang menerima aliran air lebih dari satu bagian. Dengan sistem ini masalah – masalah yang dihadapi pada sistem seri ataupun bercabang dapat ditangani seperti masalah tekanan. Namun, sistem pemipaan dengan jaringan ini lebih rumit jika dibandingkan dengan sistem seri atau bercabang. Untuk
Universitas Sumatera Utara
biaya operasi dan investasi yang cukup besar. Sistem ini biasanya dipakai pada daerah yang cukup luas dengan jumlah pemakai yang cukup besar.
Gambar 2.8 : Sistem jaringan pipa loop
2.9.1.4 Sistem Jaringan Pipa Kombinasi Sistem perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan pemipaan yang umum digunakan untuk daerah yang luas. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem dengan jaringan bercabang dan loop
Gambar 2.9 : Sistem jaringan pipa kombinasi
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Analisa Sistem Jaringan Pipa
Menurut J.M.K. Dake, Endang P.Tachyan, dan Y.P. Pangaribuan. 1985. Sistem jaringan pipa mungkin tidak sesederhana seperti gambar 2.10. Suatu jaringan suplai kota sering rumit dan di desain suatu sistem distribusi air yang efektif untuk seluruh kota diperlukan untuk memperhitungkan tekanan dan debit pada setiap titik
di dalam jaringan.
Gambar 2.10 : Contoh Skema Jaringan Perpipaan
Dalam menganalisa sistem jaringan pipa dapat digunakan metode Hardy Cross.
Metode Hardy Cross merupakan suatu metode yang lebih efisien dipergunakan untuk menetapkan besarnya debit dan kehilangan tinggi tekanan di masing-masing pipa dalam jaringan yang bersangkutan. Metode Hardy Cross adalah metode yang mencoba arah aliran dan debit aliran pada semua semua pipa. Jika ternyata persamaan kontinuitas dan energi belum terpenuhi maka percobaan diulang dengan menggunakan harga yang baru yang telah dikoreksi. Metoda Hardy Cross juga disebut sebagai persamaan Loops.
Persamaan tersebut terdiri dari persamaan
kontinuitas dan persamaan energi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Radianta Triatmadja. 2009: Pada tiap node berlaku Persamaan kontinuitas : ∑ Q = q external
(2.17)
Pada setiap pipa berlaku persamaan energi : ∑ KpQn = 0
(2.18)
Suatu jaringan kota dapat dibagi menjadi beberapa putaran atau “cincin” yang sesuai. Dua kebutuhan teoretis yaitu penurunantinggi tekan netto sekeliling putaran harus nol dan besarnya aliran netto ke arah cabang juga harus nol (0) Andaikan kehilangan tinggi tekan terhadap gesekan dan lain-lainnya pada masing-masing pipa dinyatakan dalam bentuk : hf = Kp.Qn
(2.19)
dimana Kp dan indeks n diumpamakan tetap dan Q adalah debit yang melalui pipa, kita umpamakan : Q = Qo + ∆Q
(2.20)
dimana Qo adalah debit yang diumpamakan (memenuhi kondisi kesinambungan) yang besarnya di bawah debit yang sebenarnya dengan perbedaan yang kecil seharga ∆Q. Dengan
mensubstitusikan
(2.19)
kedalam
(2.20)
dan
dengan
mengembangkannya dengan teori binomial (dengan menghilangkan faktor yang mempunyai (∆Q)2 dan pangkat yang lebih besar). hf = Kp ( -9 : ;-9< ∆Q)
(2.21)
Dalam gerakan sekeliling putaran , ∑hf = 0, sehingga : ∑nKp -9< ∆Q = - ∑Kp -9
(2.22)
Untuk memenuhi kebutuhan kesinambungan pada setiap cabang (untuk aliran masuk dan keluar yang tetap ke dalam putaran tertentu), harga ∆Q harus sama pada
Universitas Sumatera Utara
setiap pipa. Dengan demikian ∆Q dapat dikeluarkan dari tanda pejumlahan. Sehingga persamaan (2.22) menghasilkan: ∆Q =
6 ∑Kp ;0
∑nKp ;61 0
=
< ∑CD
(2.23)
EF GH
∑
Persamaan 2.23 memberikan koreksi yang akan digunakan untuk debit yang diumpamakan Qo untuk membuat harga tersebut sangat mendekati harga debit yang nyata Q. Harga n adalah eksponen dalam persamaan Hazen – Williams bila digunakan untuk menghitung hf dan besarnya adalah
-.
1.85 dan n menyatakan suku-suku
yang terdapat dalam persamaan yang menggunakan satuan British, yaitu :
;
."
0 ../ 1..L
(2.24)
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan persamaan Darcy – Weisbach dengan n = 2 dan Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa faktor gesekan selalu berubah untuk setiap iterasi.
;
MN
O /
(2.25)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 : Harga Kp untuk pipa Metode
Satuan Snit
Kp 4.73 S U.M"
Q,cfs ; L,ft ; d,ft ; hf,ft
Hazen – Wiliam
Darcy – Weisbach
T .M
Q,gpm ; L,ft ; d,inc ; hf,ft
10.44 S T .M U.M"
Q,m3/s ; L,m ; d,m ; hf,m
10.70 S T .M U.M"
Q,cfs ; L,ft ; d,ft ; hf,ft
VS 39.70 U
Q,gpm ; L,ft ; d,inc ; hf,ft
VS 32.15 U
Q,m3/s ; L,m ; d,m ; hf,m
VS 12.10 U
Sumber : Ram Gupta. S, “Hydrology & Hydraulic Engineering Systems. Pearson. New Jersey. 1989. Hal. 567.
2.10 Prosedur Hitungan Metode Hardy – Cross Adapun prosedur pengerjaannya Metode Hardy-Cross menurut J.M.K. Dake, Endang P.Tachyan, dan Y.P. Pangaribuan. 1985 sebagai berikut: 1. Misalkan setiap debit distribusi aliran (kolom 4) yang layak yang memenuhi kebutuhan yang berkesinambungan pada setiap cabang dan untuk keseluruhan putaran. 2. Hitunglah kehilangan tinggi tekan pada setiap pipa dengan hf = kp.Q2 (kolom 9), harga kp (kolom 8) didapat dari tabel 2.7 juga dengan menggunakan diagram Moody untuk mendapatkan nilai faktor kekasaran, f (kolom 7). Nilai tersebut didapat dari nilai bilangan Rynold,Re (kolom 6) dan nilai kekasaran relatif (ε/D ) (kolom 5).
Universitas Sumatera Utara
3. Kehilangan tinggi tekan adalah positif apabila aliran ada dalam arah yang tetap dan negatif(yaitu tinggi tekan naik) apabila aliran berlawanan dengan arah tadi. Dengan menjumlahkan kehilangan tinggi tekan secara aljabar, ∑hf = ∑kp.Q2. 4. Hitung nilai ∑ |2kQ| (kolom 10) untuk tiap jaringan, nilai tersebut selalu positif. ∑YZ[
5. Hitung koreksi debit ∆ 6 ∑ | ]^_| , Qo =debit permisalan (kolom 11) 6. Koreksi debit, Q =Qo + ∆Q, Gunakan aliran yang telah dikoreksi untuk mengulang prosedur 1 – 5 sampai ketelitian yang diinginkan dicapai nol. Pada suatu jaringan perpipaan harus dipenuhi ketentuan berikut: Perjumlahan tekanan disetiap circuit = 0 (nol) Aliran yang masuk pada setiap titik simpul = aliran keluar Persamaan Darcy – Weisbach atau rumus exponensial berlaku untuk masingmasing pipa. Prosedur diatas dapat digambarkan pada sebuah tabel 2.8 berikut : Tabel 2.8 : Tabel perhitungan Metode Hardy-Cross 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
No. Pipa
D
L
Qo
ε/D
Re
f
K
hf
2KQ
∆Q
m
m
m3/s
Diketahui
Diketahui
Ditaksir
Ditentukan
m Rumus
Dari grafik
rumus
rumus
∑ Hf
6∑`a[ ∑ |2kQ| ∑2KQ
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1. Gambaran Umum Lokasi Survei 3.1.1. Kondisi Umum Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintah daerah administrasi dari 25 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 38,3 km2. Berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu yang menghubungkan lintas timur dan lintas tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas jalan Tebing Tinggi – Pematang siantar – Parapat – Balige - Siborong-borong.
Gambar 3.1: Letak Kota Tebing Tinggi pada peta
Secara geografis Kotamadya Tebing Tinggi terletak pada posisi 3o 19’ - 3o 21’ Lintang Utara dan 98o 9’ - 98o 11’ Bujur Utara dengan batas - batas: • Sebelah utara dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
• Sebelah selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai. • Sebelah timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. • Sebelah barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan letak geografisnya Kota Tebing Tinggi beriklim tropis. Ketinggian 26-34 meter di atas permukaan laut dengan topografi mendatar dan bergelombang. Temperatur udara di kota ini relatif sedang yaitu berkisar 250 – 270 C. Sebagaimana kota di Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai dua musim, penghujan dan kemarau dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80% - 90%. Di wilayah Kota Tebing Tinggi terdapat empat buah sungai yang mengalir dari barat menuju timur. Keempat sungai tersebut adalah Sungai Padang, Sungai Bahjalinggai, Sungai Kalembah dan Sungai Bahbulian. Kondisi air tanah cukup baik dan air tanah ini dipakai oleh 69,2 % penduduk untuk air minum/mandi/cuci, akan tetapi air tanah tersebut pada musim kemarau airnya kering (dalam 1 tahun kekeringan dapat terjadi selama 5 bulan). Dengan kondisi yang demikian maka kebutuhan masyarakat untuk dapat menjadi pelanggan PDAM sangat besar sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut peningkatan prasarana air bersih merupakan prioritas utama. 3.1.2. Wilayah dan Kependudukan Luas wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar (38,438 km2). Secara administratif Kota Tebing Tinggi dibagi menjadi 3 (tiga) kecamatan dengan 27 (dua
Universitas Sumatera Utara
puluh tujuh) kelurahan. Luas kecamatan dan kelurahan se-Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1: Luas Kecamatan dan Kelurahan se-Kota Tebing Tinggi
Kecamatan
Kelurahan
1. Padang Hulu Pabatu Lubuk Baru Persiakan Bandarsono Mandailing Pasar Baru Tualang Pasar Gambir Durian Pelita 2. Rambutan Bulian Pinang Mancung Berohol Karya Jaya Bandar Sakti Bandar Utama Badak Bejuang Sri Padang Rantau Laban Lalang Tanjung marulak 3. Padang Hilir Bagelen Tebing Tinggi Rambung T.Tinggi Lama Satria Tambangan Kota Tebing Tinggi
Luas
Rasio terhadap
Rasio Terhadap luas
(km2)
Luas Kecamatan
Kota Tebing Tinggi
12,069
100,00
31,40
2,660 2,420 0,902 1,397 0,242 0,282 1,132 0,334 1,404 1,296 13,726 1,501 1,630 2,466 2,292 0,781 0,980 0,433 0,613 0,998 0,897 1,135 12,643 2,537 4,550 0,772 0,480 0,589 3,765 38,438
22,04 20,05 7,47 11,58 2,01 2,34 9,38 2,77 11,63 10,73 100,00 10,93 11,87 17,97 16,70 5,69 7,14 3,15 4,47 7,27 6,54 8,27 100,00 20,06 35,99 5,71 3,80 4,66 29,79
6,92 6,30 2,35 3,63 0,63 0,73 2,95 0,87 3,65 3,37 35,71 3,90 4,24 6,42 5,96 2,03 2,55 1,13 1,59 2,60 2,33 2,96 32,89 6,60 11,84 1,88 1,25 1,53 9,79 100,00
Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2000, penduduk Kota Tebing Tinggi berjumlah 125.081 jiwa, yang terdiri dari 61.874 jiwa penduduk laki-laki dan 63.204 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 97,89. Sedangkan menurut hasil P4B Tahun 2003 (Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan), penduduk Kota Tebing Tinggi menjadi 132.760 jiwa naik sebesar 6% selama kurun waktu 3 tahun. Selanjutnya jumlah penduduk pada tahun 2004 menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menjadi 134.976 jiwa, mengalami kenaikan sebesar 1,7% pertahun dengan kepadatan penduduk sebesar 3.512 jiwa/km2. Tabel 3.2: Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2000-2004
Tahun 2000 2003 2004
Jumlah Penduduk (jiwa) 125.081 132.760 134.976
Kepadatan (jiwa/km2) 3,252 3,454 3,512
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota tebing Tinggi 2006 – 2010.
Berdasarkan SP periode 1990-2000, besarnya angka pertumbuhan penduduk Kota Tebing Tinggi adalah 0,71% per tahun. Angka ini merupakan angka pertumbuhan terendah di antara 6 (enam) daerah kota di Sumatera Utara. Selanjutnya, pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2004, naik menjadi 2,22 % per tahun.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian 3.2.1. Sejarah Singkat PDAM Tirta Bulian Kota Tebing Tinggi telah memiliki sistem penyediaan air minum sejak tahun 1924 dengan menggunakan sumber air bawah tanah yaitu berupa sumur bor dalam yang bermuatan positif (Arthesis). Pelayanan ini berlangsung sampai tahun 1982 dengan dibangunnya sistem pengolahan air lengkap yaitu Water Treatment Plant (WTP) yang sumber air bakunya dari Sungai Padang dengan Kapasitas produksi 40 l/det dan pada tahun 1983 ditambah kapasitas produksi menjadi 60 l/det yang sumber dananya diperoleh dari Bantuan Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tebing Tinggi baru dibentuk pada tahun 1977 yang tertuang sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kotamadya Tebing Tinggi dengan Nomor: 8 Tahun 1977, yang pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Nomor 18 Tahun 1983 Tanggal 14 Maret 1983. Sebelum Perusahaan Daerah Air Minum ini terbentuk pengelolaan air minum Kota Tebing Tinggi berada di bawah naungan Unit Departemen Pekerjaan Umum (Seksi Air Minum) yang sistem anggaran biayanya terpisah dan pada Tahun 1986 Perusahaan Daerah Air Minum diberi nama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian Tebing Tinggi sesuai dengan Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor 11 Tahun 1986 dengan pelaksanaan berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Nomor 188.342/314 Tahun 1986 Tanggal 25 Nopember 1986. Tugas Pokok PDAM adalah menyediakan air bersih yang cukup dan sehat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah sesuai dengan kemampuan untuk
Universitas Sumatera Utara
membangun Perekonomian Daerah dan menambah Pendapatan Asli Daerah. Dalam menjalankan tugasnya Direksi PDAM bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Badan Pengawasan. Pada Tahun 1997 PDAM Tirta Bulian baru dapat melayani ± 30% dari total penduduk atau sekitar 33.307 jiwa yang dilayani melalui 4.639 unit Sambungan Rumah dan 116 unit Hidran Umum. Dalam meningkatkan upaya pelayanan terhadap pelanggan, PDAM Tirta Bulian memiliki motto: “KAMI ADA UNTUK MELAYANI ANDA”. Tagihan rekening air berjalan setiap bulannya dapat dicapai rata-rata 90%. Walaupun PDAM Tirta Bulian mengikuti pola 5 hari kerja, namun pelayanan terhadap pelanggan tetap dilaksanakan 6 hari kerja karena loket pembayaran rekening air tetap dibuka setiap hari Sabtu guna melayani pelanggan yang akan membayar, demikian juga guna menampung keluhan-keluhan pelanggan yang berkaitan dengan gangguan pelayanan air. Operasi pendistribusian air dilaksanakan nonstop selama 24 jam.
Universitas Sumatera Utara
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BULIAN KOTA TEBING TINGGI
WALIKOTAMADYA KDH TK. II TEBING TINGGI BADAN PENGAWAS DIREKTUR
KEPALA BAGIAN UMUM & KEUANGAN
SUB BAGIAN HUBUNGAN. LANGGANAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM
SUB BAGIAN PENGADAAN
KEPALA BAGIAN TEKNIK
SUB BAGIAN KAS/PENAGIHAN
SUB BAG. PRODUKSI/ PENGELOLAAN
SUB BAG. PERENCANAAN
SUB BAG. DISTRIBUSI
SUB BAG. PERALATAN TEKNIK
SUB BAG. KELUHAN PELANGGAN
Gambar 3.2: Struktur Organisasi PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Kriteria Penggolongan Tarif Air Minum PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi Total pelanggan Tirta Bulian Tebing Tinggi sebanyak 9.241 sampai akhir juni 2011. Tarif yang diberikan oleh PDAM Tirta Bulian kepada pelanggan memiliki beberapa jenis golongan. Golongan tersebut adalah sebagai berikut: A. Golongan Sosial 1. Sosial Umum (SU) Pelanggan yang memberikan pelayanan umum, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, seperti rumah ibadah, fire hydrant, kamar mandi umum, kran umum, dan terminal air. 2. Sosial Khusus (SK) Pelanggan yang memberikan pelayanan umum dan mendapatkan dana dari kegiatannya, seperti kantor organisasi massa/parpol, panti asuhan, sekolah negeri/swasta, dan yayasan sosial. B. Golongan Non Niaga 1. Rumah Tangga “A” (RT-1) Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang terbuat dari bahan tepas dan kayu dengan luas sampai dengan 36 m2. 2.
Rumah Tangga “B” (RT-2) Bangunan semi permanen dan permanen yang berfungsi sebagai tempat tinggal dengan luas sampai 45 m2.
3. Rumah Tangga “C” (RT-3) Bangunan permanen yang berfungsi sebagai tempat tinggal dengan luas sampai 70 m2.
Universitas Sumatera Utara
4. Rumah Tangga “D” (RT-4) Rumah dengan bangunan yang termasuk menengah sampai dengan mewah, tidak ada kegiatan usaha di dalam dan atau di luar bangunan, antara lain: a) Rumah permanen berlantai 2 atau berbentuk ruko ataupun tidak b) Rumah permanen dengan luas lebih dari 70 m2 5. Instansi Pemerintahan dan TNI, POLRI (IP) Sarana dan prasarana instansi pemerintahan/TNI/POLRI termasuk gedung, kantor, kolam renang, rumah dinas/asrama dan fasilitas lainnya yang rekening air minumnya ditanggung oleh instansi tersebut. C. Golongan Niaga 1. Niaga Kecil (N-1) Bangunan semi permanen dan permanen dengan luas sampai dengan 45 m2 yang digunakan sebagai tempat usaha, seperti: kios, warung, pedagang kaki lima, kedai kopi, rumah makan, bengkel, tukang pangkas, klinik swasta, doorsmeer, toko/percetakan, rumah sakit tipe D, perusahan swasta, notaris, dan pengacara. 2. Niaga Menengah (N-2) Bangunan permanen dengan luas lebih dari 45 m2 atau bangunan rumah toko yang digunakan sebagai usaha, seperti: toko dan grosir yang menyediakan sandang dan pangan, swalayan, rumah sakit swasta tipe A, B, dan C, kolam renang umum, hotel, losmen, restauran, dan usaha peternakan.
Universitas Sumatera Utara
3. Niaga Besar (N-3) Pelanggan yang dalam kegiatan/usahanya memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari niaga menengah, seperti: kerajinan rumah tangga, SPBU, karaoke, industri, night-club, hotel berbintang, super market, BUMN, BUMD, PT, CV, Fa, dan UD, sevice station, showroom, dan usaha besar lainnya seperti eksport dan import. Tabel 3.3: Tarif Air Minum PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi
NO
GOLONGAN TARIF
JUMLAH PELANGGAN
Harga (Rp) Blok Konsumsi (m3) 0 – 10
> 10
A.
Sosial
I.
Sosial Umum (SU)
128
550
750
II.
Sosial Khusus (SK)
89
650
1.000
B.
Non Niaga
I.
R. Tangga “A” (RT-1)
879
1.100
1.550
II.
R. Tangga “B” (RT-2)
3.445
1.400
2.150
III.
R. Tangga “C” (RT-3)
2.070
1.600
2.400
IV.
R. Tangga “D” (RT-4)
1.459
1.800
2.650
V.
Instansi Pemerintahan
98
1.400
2.150
C.
Niaga
I.
Niaga Kecil (N-1)
481
2.150
3.100
II.
Niaga Menengah (N-2)
407
3.000
4.550
III.
Niaga Besar (N-3)
185
3.600
5.500
D.
Biaya Beban
I.
Kelompok Sosial
II.
Kelompok Ins. Pemerintahan
III.
Kelompok Non Niaga (RT)
IV.
Kelompok Niaga
5.000 15.000 7.500 15.000
Sumber: PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Sistem Penyediaan Air Minum a. Keadaan Sumber Air Di daerah Kotamadya Tebing Tinggi terdapat empat sungai besar yang mengalir dari selatan dan barat daya ke arah kota. Keempat sungai tersebut di atas terdiri dari Sungai Sibarau, Bahilang, dan Sungai Kelembah yang berkumpul menjadi satu di Sungai Padang.
Gambar 3.3: Kondisi Eksisting Sungai Padang
Lebar sungai ± 50 m, kedalaman sampai 5 m, dasar sungai terdiri dari pasir kasar dan halus. Pada tahun 1995 data yang diamati di Kampung Naga Kesiangan dan Kelurahan Bulian mendapat hasil pengukuran bahwa kapasitas sungai (Q) = 38.943 l/det, dengan kualitas air yang sangat memungkinkan untuk air baku yang dijadikan air minum pada saat perencanaan. Tetapi pada saat ini debit air baku yang dihasilkan Sungai Padang tersebut menurun dibandingkan seperti hasil pada pengukuran tahun 1995.
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem Penyadap/Intake Sistem Penyediaan air minum Kota Tebing Tinggi yang dikelola oleh PDAM Tirta Bulian menggunakan sumber dari air permukaan (sungai) yang berkapasitas 38.943 l/det tetapi yang disadap sumber air baku air minum untuk kota adalah 60 l/det. Penyadapan air dari sumber menggunakan pompa sentrifugal sebagai alat penghantar ke unit pengolahan yang diletakkan pada suatu intake dan prasedimentasi di pinggiran sungai dengan data sebagai berikut: -
Jumlah pompa
: 4 unit
-
Kapasitas
: 25l/det/unit
-
Data penggerak
: PLN dan genset sebagai cadangan
Tetapi dari hasil optimalisasi dapat memakai pompa tersebut di atas sebanyak dua buah untuk mencapai kapasitas 60 l/det karena perbedaan elevasi muka air minimum dengan elevasi unit pengolahan ±14 m dengan panjang pipa transmisi distribusi sepanjang 140 m. c. Sistem Transmisi Dengan adanya jarak antara penyadap/intake dengan unit pengolahan (Water Treatment Plan) sepanjang 140 m maka direncanakan pipa transmisi sebagai penghantar dengan diameter 200 mm, juga pipa transmisi ini dimanfaatkan sebagai floculator pengolahan dengan jarak ±30 m sebelum pengolahan dan juga menempatkan flat mixing pada tempat penginjeksian bahan kimia.
Universitas Sumatera Utara
d. Instalasi Pengolahan Air Instalasi pengolahan air di PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi adalah pengolahan lengkap sebanyak 3 unit dengan kapasitas desain 20 l/det/unit yang terdiri dari bangunan plat baja. Adapun unit-unit pengolahan sebagai berikut: -
Koagulasi/flokulasi
-
Sedimentasi
-
Filtrasi
Gambar 3.4: Water Treatment Plan (WTP)
e. Reservoir Distribusi Untuk memenuhi kualitas air minum kepada masyarakat di daerah pelayanan Kotamadya Tebing Tinggi secara kontiniu selama 24 jam mada dari dasar yang direncanakan oleh DHV Consulting Engineers – Anersfoort – The Nederlands Incooperation with PT. Deserco Development Service Jakarta telah membuat dua unit reservoir distribusi antara lain:
Universitas Sumatera Utara
-
Satu unit reservoir distribusi di dalam tanah sebagai penampung hasil air yang diolah dari unit pengolahan (Water Treatment Plan) yang kapasitasnya 1200 m3 untuk dapat disalurkan ke pipa distribusi melalui perpompaan.
-
Satu unit reservoir di atas yang berfungsi sebagai penerimaan kelebihan air yang didistribusikan pada saat jam minimum dan sebagai penambahan kapasitas pada saat jam puncak pemakaian air pada masyarakat dengan cara gravitasi. Namun pada saat ini reservoir tersebut tidak lagi digunakan.
f. Jaringan Distribusi Jaringan Distribusi air di Kota Tebing Tinggi yang dikelola PDAM Tirta Bulian adalah sistem LOOP dengan berbagai jenis dan diameter pipa: Tabel 3.4: Diameter dan total panjang pipa yang digunakan
Diameter dan Panjang Pipa
Total
300 mm (m)
250 mm (m)
200 mm (m)
150 mm (m)
100 mm (m)
75 mm (m)
50 mm (m)
(m)
2.200
2.878
9.104
1.507
15.276
60.137
101.273
205.938
Sumber: PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Lokasi dan Data Survei Lokasi yang akan ditinjau adalah daerah Kelurahan Lalang di Kecamatan Rambutan yang memiliki jumlah penduduk 5.962 orang dan memiliki 785 pelanggan yang terdiri dari beberapa golongan, yaitu: Tabel 3.5: Jumlah pelanggan berdasarkan golongan
NO
GOLONGAN
JUMLAH PELANGGAN
A.
Sosial
I.
Sosial Umum (SU)
10
II.
Sosial Khusus (SK)
11
B.
Non Niaga
I.
R. Tangga “A” (RT-1)
50
II.
R. Tangga “B” (RT-2)
251
III.
R. Tangga “C” (RT-3)
275
IV.
R. Tangga “D” (RT-4)
176
V.
Instansi Pemerintahan
0
C.
Niaga
I.
Niaga Kecil (N-1)
II.
Niaga Menengah (N-2)
0
III.
Niaga Besar (N-3)
0
Total Pelanggan
12
785
Sumber: PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi
Untuk mengatasi debit puncak pada pukul 06.00 – 08.30 WIB dan pukul 16.00 – 18.30 WIB, peran booster sangat diperlukan untuk memberikan atau mendistribusikan air ke pelanggan agar pelayanan pendistribusian air ke pelanggan dapat terpenuhi secara merata. Booster merupakan salah satu reservoir penampung sementara yang dibutuhkan untuk membantu pada jam puncak. Booster menggunakan pompa sentrifugal sebanyak 2 unit pompa yang masing-masing pompa berkapasitas 60 liter/det.
Universitas Sumatera Utara