BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam Folat 2.1.1 Tinjauan Umum Rumus bangun :
Rumus molekul : C19H19N7O6 Nama kimia
: Asam N-[p-[[(2-amino-4-hidroksi-6-pteridinil)metil]amino] Benzoil]-L-glutamat [59-30-3]
Berat molekul
: 441, 40
Pemerian
: Serbuk hablur kuning atau jingga kekuningan, tidak berbau
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dan dalam benzen P; mudah larut dalam asam klorida encer P panas dan dalam asam sulfat encer P panas; larutan berwarna kuning sangat pucat; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida encer, dan dalam larutan alkali karbonat encer (Ditjen POM, 1995)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Farmakologi Asam folat di dalam hati direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic acid), suatu ko-enzin yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel. Oleh karena itu, kekurangan asam folat bisa mengakibatkan anemia primer megaloblaster (Tjay dan Kirana, 2002). Dalam keadaan normal, 5-20 mg folat disimpan di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Folat dieksresikan ke dalam urin dan feses, sehingga kadar serum turun dalam beberapa hari bila asupan berkurang. Karena cadangan folat dalam tubuh relatif rendah dan kebutuhan harian tinggi, mak a defisiensi folat dan anemia megaloblastik dapat terjadi 1-6 bulan setelah asupan asam folat berhenti, bergantung pada status nutrisi pasien dan kecepatan penggunaan folat. Defisiensi folat dapat disebabkan oleh obat-obatan yang mengganggu absorpsi asam folat atau metabolisme asam folat di dalam tubuh. Fenitoin, beberapa antikonvulsan, kontrasepsi oral dan isoniazid dapat menyebabkan defisiensi dengan menghambat metabolisme asam folat
di usus. Obat-obat lain seperti
metrotreksat, trimetoprim menghambat dihidrofolat reduktase dan menyebabkan anemia megaloblastik (Katzung, 1997). 2.2 Uraian Tentang Pharmacoat
Gambar 1. Rumus Bangun Pharmacoat
Universitas Sumatera Utara
Pharmacoat mempunyai nama kimia hydroxypropyl methyl cellulose atau propilenglikol eter dari metil cellulose. Serbuk putih sampai kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam pelarut organik, larut dalam air dalam tingkat pH manapun pada suhu di bawah 60º C, tidak larut dalam sirup gula pada konsentrasi ≤ 60 %. Secara kimia inert, tidak bereaksi dengan bahan obat, viskositas larutan rendah, mempunyai kadar metoksi 28-30 %, kadar hidroksi 7-12 %. Susut pengeringannya kurang dari 5 %, sisa pemijaran kurang dari 1,5 % (Shin-Etsu). Pharmacoat digunakan sebagai pengikat massa granul, fluidisasi dan dalam proses cetak langsung. Selain itu pharmacoat digunakan sebagai penyalut akhir untuk menciptakan permukaan sediaan obat yang mengkilat, dan sebagai bahan pengikat untuk tablet yang bersalut enterik. Penggunaan pharmacoat sebagai bahan pengikat paling efektif pada konsentrasi 1% - 4% (Shin-Etsu). Hidroksipropil metilcelulosa (HPMC) merupakan polimer alam yang telah dimodifikasi sebagai bahan pengikat yang memberikan kekompakan dan daya tahan tablet sehingga dapat menyatukan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granul. Viskositasnya yang rendah yaitu 5-15 cps sering digunakan sebagai bahan penyalut yaitu 5-10 % b/v. Alasan utama sering digunakan sebagai penyalut karena sifatnya dalam membentuk lapis tipis yang sering digunakan pada penyalutan secara konvensional. Selain itu sifatnya yang dapat larut dalam cairan pencernaan maupun pelarut organik (Lachman, dkk., 1970). 2.3 Sediaan Tablet 2.3.1 Uraian Tablet
Universitas Sumatera Utara
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995). Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995). 2.3.2 Metode Pembuatan Tablet Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995). Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995). a. Granulasi basah Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering
Universitas Sumatera Utara
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994). b. Granulasi kering Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994). Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989). c. Kompresi Langsung Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi (Ansel, 1989). 2.3.3 Komposisi Tablet Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk, 1994). Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989). a. Pengisi Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk, 1987). b. Pengikat Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu : amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk, 1987). c. Penghancur Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, et al, 1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk, 1987). d. Pelincir Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk, 1987).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Uji Preformulasi Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap. Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977). Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995). Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari 35o (Cartensen, 1977). Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20 % (Cartensen, 1977). 2.3.5 Evaluasi Tablet a. Kekerasan tablet Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk, 1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk, 1994). b. Friabilitas Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 % (Lachman, dkk, 1994). Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4 % (Lachman, dkk, 1994). c. Waktu hancur Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikelpartikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya
Universitas Sumatera Utara
seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk, 1994). Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Soekemi, dkk, 1987). Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk, 1987). d. Kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat. e. Keseragaman sediaan Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode : -
Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.
-
Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan aktifnya kurang dari 50 mg (Ditjen POM,1995).
f. Disolusi Yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk, 1994). Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus (Ansel, 1989). Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester (Soekemi, dkk, 1987). 2.5 Spektrofotometri Ultraviolet Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1992). Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular (Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara