BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen.8 Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui system bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran inderawi (penglihatan dan pendengaran) dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik.9 Proses dalam komunikasi massa yakni dengan menggunakan media massa, yaitu media cetak maupun media elektronik. Media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan lain sejenisnya, sedangkan media elektronik seperti televise, radio, film, telegram, faximile, dan internet. Namun yang terpenting bukanlah jenis dari media massanya, akan tetapi yang diperlukan adalah pemahaman lebih luas dari konsep-konsep tersebut, apakah semua media massa beroperasi sama.10
8
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005. Hal ; 75 Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 2002. hal ; 71 10 Internet. Kuliahkomunikasi.com (definisi komunikasi massa). Oleh ; Nanath, 2008. 9
10
11
Jalaludin Rakhmat merangkum komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik
komuniasi
masa.
Gerbner
(1967)
menulis,
“mass
communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).11 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Berdasarkan definisi Lasswell, terdapat lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu ; pertama adalah sumber (source), sering disebut juga pengirim, penyandi, komunikator, pembicara, originator.
Kedua
adalah
pesan
(massage),
yaitu
apa
yang
dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran / tujuan, komunikate, penyandi balik / khalayak, pendengar, atau penafsir, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Kelima, efek (effect), yaitu apa yang terjadi pada penerima pesan
11
Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007. Hal 188
12
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain sebagainya.12 Dalam komunikasi massa segala pesan yang disampaikan oleh sumber
kiranya
melalui
berbagai
tahapan
tertentu
yang
sangat
mempengaruhi hingga pesan itu sampai pada penerima. Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah khalayak yang tersebar luas, heterogen dan anonym lewat madia massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.13 Namun demikian, ciri utama dari komunikasi massa adalah sumber komunikasi massa bukan satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan “sang pengirimnya” seringkali merupakan komunikator professional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali “diproses”, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bisa bersifat impersonal, bahkan mungkin sering kali bersifat non-moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab
12
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005. Hal ; 62-65 13 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007.
13
atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijual belikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu.14 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama komunikasi, yakni ; 1. Informasi. Fungsi utama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui. 2. Pendidikan Fungsi utama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik kepada orang lain. Artinya, dari penyebarluasan informasi itu diharapkan para penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin diketahui. 3. Instruksi Fungsi instruksi adalah fungsi komunikasi untuk memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang) penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan.
14
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa . Erlangga, Jakarta. 2005. Hal ; 33-34
14
4. Persuasi Fungsi persuasi kadang disebut fungsi mempengaruhi. Fungsi persuasi adalah fungsi komunikasi yang menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi (mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim. 5. Menghibur Fungsi menghibur adalah fungsi pengirim untuk mengirimkan pesa-pesan yang mengandung hiburan kepada para penerima agar penerima menikmati apa yang diinformasikan.15 Sedangkan menurut Lasswell dan Wright (1975), komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah16 ; 1. Pengawasan Lingkungan Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan baik diluar maupun di dalam. 2. Mengembangkan konsep diri Dapat mengembangkan dan mempertentangkan segala informasi yang didapatkan dan akhirnya akan membantu dalam mengambil keputusan atau berbuat secara professional sesuai dengan pekerjaannya. 3. Fasilitas dalam hubungan social Media massa selalu menyediakan topic-topik yang dapat menjadi pembicaraan hangat dalam setiap pergaulan kita dengan orang lain. 15
Prof. Dr. Alo liliweri, MS. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2008. Hal ; 18-19 16 Wiryanto. Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta; 2000
15
4. Substitusi dalam hubungan social Dalam hubungan pergaulan dengan teman yang lain maka kita akan terlibat secara psikologis dalam hubungan akrab tersebut. Aspek-aspek psikologis dalam hubungan social ini sering kita dapatkan atau temukan dalam isi pesan media massa. 5. Membantu melegakan emosi Membantu kita dalam mencapai suasana menyenangkan, memberi hiburan, melepaskan emosi atau membuat kita tertawa dan bergembira. 6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan Dengan membaca Koran, mendengarkan radio atau menonton televisi kita akan dapat melupakan segala ketegangan dan keterasingan. 7. Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau rutinitas Setiap pagi kita tidak lupa untuk meluangkan waktu dalam membaca Koran, sore dan malam hari kita akan selalu menonton film-film atau cerita-cerita tertentu di TV. Hadirnya berbagai media massa ini telah menambah rutinitas dalam kehidupan. Fungsi komunikasi massa sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
16
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.17 Dalam garis besarnya, fungsi komunikasi massa dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu fungsi bagi kehidupan social masyarakat (societal function) dan fungsi bagi individu (individual function). Kedua fungsi tersebut terjabarkan didalam proses pengolahan, pengiriman dan penerimaan isi pesan media massa. Jika fungsi social lebih merujuk kepada khalayak (masyarakat umum), sedangkan fungsi individu merujuk kepada individu-individu secara khusus. 2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat Fungsi komunikasi massa bagi masyarakatdikemukakan oleh Harold Lasswell. Dalam penelitiannya, ia mengidentifikasikan tiga fungsi, yaitu ; surveillance (pengawasan lingkungan), correlation (korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungannya), dan transmission (transmisi Warisan social baru dari generasi ke generasi).18 2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Massa bagi Individu Komunikasi massa pun secara potensial memiliki fungsi bagi individu, diantaranya ; pengawasan atau pencarian informasi, mengembangkan konsep diri, fasilitas dalam hubungan social,
17
5
18
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya , Bandung. 2005. Hal ; Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa, Erlangga. Jakarta. Hal 69 - 70
17
membantu melegakan emosi, pelarian dari ketegangan dan keterasingan, bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi.19 2.1.4 Efek Komunikasi Massa Steven H. Chaffee menyebut lima hal efek komunikasi massa, yaitu ; 1) Efek Ekonomis, 2) Efek Sosial, 3) Efek pada penjadwalan kegiatan, 4) Efek pada penyaluran/ penghilangan perasaan tertentu, dan 5) Efek pada perasaan orang terhadap media.20 Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan social yang dapat menggerakkan proses social kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis social. Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan social yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia.21 Donald K. Robert mengungkapkan, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak
19 20
21
Ibid. Hal 72 - 73 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 2007. Hal 220
http://widhihartanto.wordpress.com/?s=efek+komunikasi+massa
18
langsung. Oleh karena itu, Stamm menyatakan “efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect”.
2.2
Film Sebagai Media Massa 2.2.1 Pengertian Film Film merupakan media komunikasi massa pandang dengan dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang terdapat didalam film. Gambar dalam film menunjukan kekuatan dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada orang lain. Gambar dapat menyampaikan lebih banyak pengertian dalam situasi-situasi tertentu disbanding apa yang dapat disampaikan oleh banyak kata. Industry film merupakan industry bisnis, predikat ini menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif. Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual yang ditemukan dari hasil mengembangkan prinsip=prinsip fotography dan proyektor. Film merupakan industry bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika. 2.2.2 Karakteristik Film Faktor-faktor film yang dapat menunjukan karakteristik film adalah sebagai berikut :
19
a) Layar yang luas atau lebar Film dan televise sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran lebih luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan bagi penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan didalam film. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi sehingga khalayak seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. b) Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film dengan menggunakan extreme longshot atau panaromic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistic dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi menarik. c) Identitas psikologis Pengaruh film terhadap jiwa khalayak atau para penonton tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan semangat yang pantang menyerah yang ditunjukan oleh para tokoh, hal demikian dapat membuat anak-anak dan khususnya remaja dapat mengambil nilai-nilai semangat pantang menyerah dalam menjalani realita kehidupan. Selain itu, jiwa kebersamaan didalam perbedaan dapat juga menjadi teladan atau symbol bagi anak-anak dan remaja jaman
20
sekarang, yang sudah tidak peduli lagi dengan sesamanya. Dan dapat diingatkan kembali, agar para generasi muda dapat menjaga persatuan dan kesatuan yang telah di perjuangkan oleh para pahlawan kita. d) Konsentrasi penuh Saat menonton film dibioskop, kita akan terbebas dari gangguan apapun karena semua mata khalayak tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang ditampilkan dalam adegan film tersebut. 2.2.3 Fungsi Film Di dalam sebuah film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif, sehingga film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk membina generasi muda apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. Khalayak menonton film terutama untuk hiburan dan memenuhi imajinasi khalayak yang bertujuan memperoleh estetika yang sempurna, film juga mampu menjadi agen sosialisasi yang melewati atau mendahului agen-agen sosialisasi tradisional dalam masyarakat dan membangun
21
hubungan langsung dengan individu22. Film juga merupakan medium komunikasi massa yang sangat ampuh, bahkan film banyak yang berfungsi sebagai mediuam penerangan dan pendidikan. 2.2.4 Jenis Film Sejak pertama kali film ditemukan, secara rutin bermunculan berbagai genre film
atau jenis
jenis
film di
seluruh
dunia.
Terkadang, genre sebuah film bisa tergantung pada negara atau budaya sekitarnya. Misalnya saja genre “Samurai Cinema” dan “Yakuza Film”, dimana keduanya populer di Jepang. Atau kadang kita dengar juga “European Art Cinema”, “Nazi Exploitation”, “German Underground Horror” dan “Film de femme” dimana merupakan jenis film yang lebih populer di Eropa daripada benua lainnya. Di Indonesia sendiri juga beredar jenis jenis film yang disepakati secara lokal, artinya jenis ini hanya ada di Indonesia saja. Meski kebanyakan pemisahan jenis film itu masih mengacu pada nama pemeran seperti misalnya: Film Suzanna, Film Warkop, Film Benyamin, atau Film Rhoma Irama. Di dunia internasional, ini bisa disamakan dengan genre “Karl May Movies”, “Cinematic Style of Abbas Kiarostami” atau “Poe Movie” yang sama-sama mengacu pada nama seseorang.
Keragaman
jenis
jenis
film
ini
juga
disebabkan
karena
sebuah genre utama membuat turunan yang rumit. Misalnya jenis film dokumenter yang ternyata bisa dipecah lagi menjadi "Actuality Film", 22
Elvinaro Ardianti, Suatu Pengantar Komunikasi Massa. Bandung, 2007. Hal 193
22
"Docudrama", "Docufiction" atau "Travel Documentary. Karena berbagai turunan itu, maka hingga kini secara umum dikenal hampir 200 jenis film, belum yang termasuk genre lokal yang pasti akan sangat banyak sekali. Namun secara umum, jenis atau genre film bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Film petualangan (Adventure) Jenis film ini biasanya berisi cerita seorang tokoh yang melakukan perjalanan, memecahkan teka teki, atau bergerak dari titik A ke titik B sepanjang film. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: Road movie
Film Komedi (Comedy) Tidak usah dijelaskan, dari namanya pun terlihat bahwa unsur utama jenis film ini adalah komedi yang kadang tidak memperhatikan logika cerita. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: Anarchic comedy, Comedy horror, Comedy of remarriage, atau Comedy-drama
Film criminal (Crime) Jenis film ini berfokus pada kehidupan seorang pelaku kriminal. Biasanya yang diangkat adalah para kriminal kelas dunia yang melegenda. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: Crime thrillers, Film noir, Detective films, dan True crime
Film documenter (Documentary) Jenis film dokumenter biasanya lebih dikategorikan sebagai film yang memotret suatu kisah secara nyata tanpa dibungkus karakter atau
23
setting fiktif. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: docudrama, docufiction atau Travel documentary
Film Fantasy (Fantasy) Jenis film ini biasanya didominasi oleh situasi yang tidak biasa dan cenderung aneh. Misalnya cerita-cerita tentang ilmu sihir, naga, dan kehidupan peri. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: High fantasy, Sword and sorcery, dan Fantasy anime.
Film horror (Horror) Jenis film ini menghibur penontonnya dengan mengaduk-aduk rasa takut dan ngeri. Ceritanya selalu melibatkan kematiandan alam gaib. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: Cannibal movie, J-Horror, K-Horror, Psychological horror, dan Slasher movie
Film laga (Action) Jenis film ini biasanya berisi adegan-adegan berkelahi yang menggunakan kekuatan fisik atau supranatural. Biasanya didominasi oleh aktor, meski sekarang ini banyak juga aktris yang menekuni film laga. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti: Girls with guns movie, Heroic bloodshed, Die Hard scenario, dll. Film laga atau film action berperan sebagai sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, music, drama, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat. Kehadiran film laga sebagian merupakan respons terhadap penemuan dan jawaban terhadap kebutuhan
24
menikmati waktu senggang bagi para pencinta film. Film laga juga membuka kemungkinan bagi pencinta film untuk menikmati unsure budaya yang sebelumnya telah dinikmati oleh orang yang berbeda-beda. Karakteristik film sebagai usaha bisnis pertunjukan baru dalam pasar yang kian berkembang belum mencakup segenap permasalahan film. Dalam sejarah perkembangan film terdapat dua tema besar yang penting. Tema pertama adalah pemanfaatan pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Tema kedua adalah munculnya beberapa aliran seni film dan lahirnya aliran film dokumentasi soaial.23 Film laga adalah genre utama film yang atau beberapa tokohnya terlibat dalam tantangan yang memerlukan kekuatan fisik ataupun kemampuan khusus. Pemain yang dilibatkan umumnya adalah kaum pria, walaupun sekarang bermunculan pula berbagai tokoh heroik wanita. 2.3
Khalayak Film 2.3.1 Pengertian Khalayak Khalayak atau publik adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Khalayak merupakan sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam jumlah besar , tersebar secara luas dan juga heterogen dalam hal sosio-ekonomi dan demografisnya24.
23 24
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga. Jakarta 2005. Hal 13 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.
25
Seiring
dengan
perkembangan
teknologi
informasi
pada
komunikasi massa, dalam hal ini film, khalayak dipandang sebagai “pasar” dimana derajat dalam kompetisi tersebut khalayak pasarannya semakin ketat dan meningkat. Khalayak merupakan factor penentu keberhasilan suatu komunikasi. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan melalui suatu medium dapat diterima, dipahami dan mendapat tanggapan positif. Apabila suatu kegiatan komunikasi diboikot oleh khalayak, maka sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Oleh Karena itu, dalam merancang suatu kegiatan komunikasi kita harus berorientasi kepada khalayak25. 2.3.2 Karakteristik Khalayak Khalayak bukanlah sekiumpulan individu-individu yang bersikap dan bertindak pasif. Khalayak, aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan dikalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman anggapan serta tindakan yang timbul. Untuk itu, ada beberapa karakteristik khalayak yang ditampilkan media massa, yaitu ; a. Khalayak sebagai informasi Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pada khalayak bersifat selektif. Khalayak pada saat berhadapan dengan suatu informasi tertentu akan melakukan decording atau
25
Hafied Changara ,Pengantar Ilmu Komuniaksi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Hal 157
26
penginterpretasikan kode. Oleh karena itu tidak semua isi informasi akan dapat diserap khalayak secara utuh. b. Khalayak sebagai problem solver Khalayak tidak akan terlepas dari permasalahan kehidupan yang dihadapi dan mereka akan selalu berupaya mencari caracara pemecahannya. Tujuannya adalah meringankan beban yang ditimbulkan permasalahan yang ada. c. Khalayak sebagai mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa melalui berbagai tahap barisan pertama. Seorang khalayak setelah menerima informasi dari suatu medium akan kembali meneruskan informasi tersebut ke yang lainnya. d. Khalayak selalu mencari pembela Pada suatu waktu seorang khalayak dapat mengalami krisis keyakinan dan diliputi rasa ketidak pastian. Hal tersebut dapat terjadi karena ada sesuatu yang baru yang mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor lainnya. Dalam keadaan demikian khalayak tersebut akan berupaya mencari data dan informasi yang dipandang bisa membela keyakinannya.
27
e. Khalayak sebagai anggota kelompok Sebagai mahluk social, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya baik secara formal ataupun informal. Dengan demikian, pesan yang diperoleh seorang khalayak melalui suatu medium akan diproses melalui dua dimensi. Dimensi pertama berkaitan dengan nilai-nilai yang
dipegang
berhubungan
secara
dengan
individual,
dan
kependudukannya
dimensi sebagai
kedua anggota
kelompok26. f. Khalayak sebagai kelompok g. Khalayak mempunyai selera h. Khalayak sebagai khalayaknya suatu medium 2.3.3 Jenis Khalayak Menurut Stuart Hall, kulturalis media, kategori atau jenis khalayak dibagi dalam tiga klasifikasi, yaitu ; Dominant Reader, Oppositional Reader, dan Negotiated Reader. Dominant Reader adalah kategori khalayak yang mengikuti arus dominan pemberitaan media, apapun kata media dikunyah habis-habisan tanpa kecuali. Sedangkan Oppositional Reader sebaliknya, kategori khalayk yang selalu bertentangan sikap dengan arus dominan media. Media jadi sejenis public enemy yang banyak menghasut masyarakat untuk mengganti nilai-nilai luhur dengan nilai-nilai modern. Dan terakhir adalah kategori Negotiated Reader yang merujuk 26
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2001. Hal 224
28
pada khalayak media yang moderat. Bila yang ditampilkan media sesuai dengan keyakinannya, maka mereka akan memanfaatkan media, namun, ketika bertentangan, media akan ditinggalkan. Jenis khalayak terakhir bersikap kritis dalam menyikapi media.
2.4
Remaja Masa remaja, menurut Mappiere (1982), berlangsung antara umur 12
tahun hingga 21 tahun untuk wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun untuk pria. Usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah masa remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.27 Terkadang remaja disebut adolescence , berasal dari bahasa latin, yang artinya “bertumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Remaja ada diantara anak-anak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13 tahun sampai 21 tahun. Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) terbagi dalam 3 tahap, yaitu ;
27
Mohammad Ali, dkk. Psikologi Remaja. Bumi Aksara, Jakarta. 2005. Hal 9-10
29
a. Remaja Awal
: usia 13-14 tahun
b. RemajaTtengah
: usia 15-17 tahun
c. Remaja Akhir
: usia 18-21 tahun28
Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.
2.5
Karang Taruna Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang
Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / 28
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia, Bogor Selatan. 2004. Hal 13-14
30
Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun. Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.29
2.6
Efek Media Massa 2.6.1 Pengertian Efek Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan social yang dapat menggerakan proses social kea rah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Untuk mengetahui secara tepat dan terperinci mengenai kekuatan social yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapai dalam menggerakkan proses social tidaklah mudah. Karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa30. Efek adalah akibat yang ditimbulkan oleh khalayak setelah melakukan atau melihat suatu hal. Efek mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri khalayak, karena khalayak beranggapan bahwa lingkungan
29 30
http://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna Elvinaro Ardianto, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung 2007. Hal 49
31
sekitarnya sama dengan apa yang ditampilkan oleh media massa. Terkadang khalayak mengikuti arus media, mengunyah apa pun yang ditampilkan media, dan mengkonsumsi segala konflik dan peristiwa yang disuapkan media. 2.6.2 Jenis-jenis Efek Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Maka dari itu, ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaandan attitude. Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk menentukan sesuatu menurut cara tertentu. a. Efek Kognitif Adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatih bagi dirinya. Dalam efek kognitif dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bewrmanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum kita kunjungi secara langsung. Menurut Melvin DeFleur dan Sandra Ball Rakeach, bahwa apa yang disebut efek kognitif adalah dampak terhadap mental. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
32
sifatnya informative bagi dirinya. Efek kognitif berhubungan dengan pemikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, dan yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Efek ini berbeda dengan kelakuan, meskipun keduanya ada keterkaitan. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak karena efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.31 b. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah
mengetahui
informasi
yang
diterimanya,
khalayak
diharapkan dapat merasakan perasaan yang berasal dari terpaan media massa. Efek afektif adalah proses yang mengarah pada berbagai perasaan orang dan emosi tertentu. Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci oleh khalayak. Efek ini berhubungan dengan sikap atau nilai.32 Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi tejadinya efek afektif dari komunikasi massa ;
31 32
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2007. Hal 219 Ibid. Hal 219
33
1) Suasana Emosional Respons seseorang terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahakbahak bila kita menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. 2) Situasi Terpaan Kita akan sangan ketakutan menonton film horror, bila kita menontonnya sendirian dirumah tua, ketika hujan lebat dan tiang-tiang rumah berderik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televise dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons. 3) Faktor Predisposisi Individual Faktor ini menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh tersebut. Karena itu, kaetika kalah, ia juga kecewa,
34
namun ketika tokoh itu berhasil, maka ia juga merasakan perasaan senang. c. Efek Konatif Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati ; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.33
2.7
Tema Film Tema Film adalah salah satu factor yang dapat menentukan jenis atau
genre film tersebut. Seperti misalnya film yang bertemakan tentang pertemuan dua insan dalam satu peristiwa, yang berujung kebahagiaan dan percintaan. Maka dari tema diatas, film tersebut dapat dikategorikan sebagai film drama. Tema film juga dapat di ambil dari nama pemeran utama atau tokoh utama, seperti ; film Batman, Film Spiderman.
2.8
Karakter Tokoh Film Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu ; tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral pun dibagi menjadi 2, yaitu ; 1. Tokoh Protagonis Tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
33
Ibid. Hal 219
35
2. Tokoh Antagonis Tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis, atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
2.9
Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.34
2.10
Bahasa Bahasa adalah alat komunikasi untuk kita berinteraksi dengan manusia
lainnya. Tanpa bahasa tidak mungkin kita dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya interaksi manusia dengan yang lainnya. Bahasa di dunia ini sangat banyak, rata-rata setipa negara memiliki bahasa yang berbedabeda meskipun ada yang sama tetapi tidak banyak dan tidak sepenuhnya sama pengucapannya, seperti contoh bahsa inggris ada yang UK dan USA setelah didengar, cara pengucapannya pun sangat berbeda.
34
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
36
Hingga kini belum ada satu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul dipermukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal.35
2.11
Alur Cerita Alur cerita atau sering juga disebut plot adalah rangkaian peristiwa atau
kejadian yang sambung menyambung dalam satu cerita. Peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita tidak hanya berupa tindakan-tindakan fisik tetapu juga yang bersifat nonfisik. Tindakan fisik, misalnya ; ucapan, gerak-gerik, sedangkan tindakan nonfisik, misalnya ; sikap, kepribadian, cara.36 Alur dapat dibagai berdasarkan kategori kausal dan kondisinya ; 1. Kausal ;
Alur urutan (episodic) Alur mundur (Flashback) Alur campuran (Elektik)
2. Kondisi;
Alur Buka Alur Tengah Alur Puncak Alur Tutup
35
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005. Hal 239 36 http://sastrakita.blogspot.com/2005/03/alur-cerita.html
37
2.12
Efek Spesial Film Special Effects atau Efek Spesial di dalam bahasa Indonesia, sering
disingkat SFX atau SPFX banyak digunakan di dalam dunia film, pertelevisian dan hiburan. Dengan definisi ini, efek spesial tidak cuma terdapat dalam film, seperti yang diketahui masyarakat awam. Efek spesial tidak hanya berwujud gambar, tetapi memiliki pengertian luas. Jadi kalau kita sering melihat pertunjukan musik dengan segala macam sinar laser, kembang api, hal tersebut dapat pula dikategorikan sebagai efek spesial.37
2.13
Wardrobe Wardrobe dalam arti sebenarnya adalah lemari dinding tempat menyimpan
pakaian, awalnya nama “wardrobe” dimaksudkan pada sebuah ruangan di dinding yang menyatu dengan tembok. Sebutan lain untuk wardrobe adalah armoire. Namun, dalam istilah televisi dan film istilah wardrobe langsung dikaitkan pada masalah pakaian atau kostum pemain itu sendiri, bukan tempat peyimpanannya. Memilih pakaian untuk sebuah pertunjukan film atau televisi bukan perkara mudah, selain harus punya sense of art dia juga mesti memiliki skill yang baik. Memang orang yang mengurus wardrobe tidak harus bisa merancang sebuah kostum tapi alangkah baiknya jika dia punya pengalaman bekerjasama dengan seorang costume designer.38
37
http://www.pusatgratis.com/ebook-gratis/ebook-komputer/special-effects-history-andtechniques.html 38 http://dikiumbara.wordpress.com/category/tata-artistik/
38
2.14
Setting Lokasi Setting lokasi merupakan lokasi yang dijadikan tempat syuting. Lokasi
yang di set sedemikian rupa agar dapat membantu dalam penyampaian pesan dalam film. Lokasi syuting bisa dilaksanakan didalam maupun diluar ruangan. Dalam penelitian ini, setting lokasi dilakukan di apartemen tua yang berlokasi di Jakarta.