BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Nonverbal Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita banyak mengirim pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. 1 Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan emosional terhadap rangsangan lingkungan. Sementara banyak perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif. Perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan diluar kesadaran dan kendali kita. Karena itulah Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” dan “dimensi tersembunyi” suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal 1
Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : Rosdakarya. 2011 hal 343
memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi. 2 Di bandingkan dengan studi komunikasi verbal, studi komunikasi nonverbal sebenarnya masih relatif baru. Bila bidang pertama mulai diajarkan pada zaman Yunani Kuno, yakni studi tentang persuasi, khususnya pidato, studi paling awal bidang kedua mungkin baru dimulai pada tahun 1873 oleh Charles Darwin yang menulis tentang ekspresi wajah. Simbol-simbol nonverbal lebih sulit ditafsirkan daripada simbol-simbol verbal. Ada dugaan bahwa bahasa nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Artinya, pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut.3 Dalam kasus komunikasi nonverbal dalam penelitian ini, akan membahas mengenai artefak. Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia sering menggunakan makna-makna tertentu. Bidang studi mengenai hal ini disebut objektika. 4 Adapun benda-benda yang menjadi bagian dari artefak adalah bangunan, foto, lukisan, patung, pakaian, lemari, bunga, dan lain-lain.
2
Deddy Mulyana. loc.cit.,
3
Ibid. 345
4
Ibid. 43
Sedangkan kaitannya dalam aplikasi busana dalam kehidupan seharihari memberi makna interaksi melalui nonverbal, tanda, maupun penguat karakter. Misalnya, Artefak busana wanita yang beredar menjadi simbol komunikasi nonverbal saat ini lebih ditekankan pada perspektif kewanitaan. Untuk busana muslim terlebih menggunakan pakaian long dress maupun gaun berwarna pastel mencerminkan seorang wanita anggun yang penuh dengan kelemahlembutan. Komunikasi menjadi penguat tanda seseorang, penguat karakter, dan penguat identitas seseorang. Seseorang yang menggunakan pakaian berwarna cerah menandakan bahwa hatinya sedang ceria dan penuh kebahagiaan. Dengan penggunaan ekspresi pada wajah, orang lain akan mampu menangkap sinyal radiasi apakah seseorang tersebut sedang sedih, marah, senang, atau bahkan ketakutan. Bahwa, setiap anggota tubuh seperti wajah, tangan, kepala, kaki, dan tubuh secara keseluruhan digunakan sebagai isyarat simbolik. 5 Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya. Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan emosional terhadap rangsangan lingkungan. Sementara kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif. Sedangkan perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita.6
5
Ibid. 35
6
Ibid. 343-344
2.1.1
Fungsi Komunikasi Nonverbal Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : 7 1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya anda menganggukkan
kepala
ketika
anda
mengatakan
“Ya”
atau
menggelengkan kepala ketika mengatakan “Tidak”. 2. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Sehingga seseorang yang tidak dapat memahami bicara anda, bisa mengetahui maksud dan tujuan anda dengan menggunakan bahasa nonverbal. Misalnya anda melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat jalan”, “sampai jumpa lagi”, atau “bye”. 3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya anda mengenakan pakaian berwarna merah mengindikasikan bahwa anda bersemangat menjalani hari-hari dengan penuh keceriaan. Berusaha memberikan kebahagiaan kepada orangorang di sekitar anda. Selain itu, pakaian berwarna merah bisa dijadikan simbol pusat perhatian karena merah umumnya memiliki identitas karakter pemberani. 4. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Contoh seorang dosen melihat jam tangan dua-tiga kali, padahal sebelumnya ia telah mengatakan mempunyai waktu untuk berbicara dengan anda sebagai mahasiswanya.
7
Ibid. 349-350
2.1.2
Klasifikasi Pesan Nonverbal Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan
berbagai cara. Secara garis besar Larry A. Samover dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu dan diam. 8 Ada banyak petunjuk yang bisa diperhatikan pada seseorang untuk memahami emosi, pesan yang ingin disampaikan, atau bahkan karakter orang tersebut. Beberapa petunjuk itu antara lain: 9 1. Ekspresi Wajah: berfungsi dalam proses interaksi sosial spesies manusia, maka dari itu ia berkembang jauh lebih banyak dibandingkan pada makhluk lainnya dan mamalia lainnya. 2. Ekspresi Mikro: Ekspresi mikro adalah ekspresi wajah yang muncul hanya sepersekian detik, diakibatkan oleh emosi yang disembunyikan. 3. Gestur: Gestur adalah sinyal-sinyal yang disampaikan melalui tindakan dan gerakan bagian tubuh tertentu baik secara sadar ataupun tidak. Contohnya melambaikan tangan atau menggosok hidung. 4. Paralinguistik: Paralinguistik merupakan aspek komunikasi yang diucapkan, namun bukan bagian dari bahasa yang diucapkan. Faktor yang dinilai disini adalah nada suara, keras-kecilnya suara, perubahan suara, dan pitch. 8
Ibid. 352
9
Ibid. 353-392
5. Postur: Postur merupakan sikap tubuh ketika berada dalam situasi tertentu. Orang-orang lebih sering menyebutnya dengan postur tubuh. Seperti ketika sedang menunggu, berbicara, duduk, mengamati, dan lain-lain. 6. Respon Fisiologis: Respon fisiologis merupakan tanda non-verbal yang muncul karena respon alami tubuh terhadap situasi tertentu. Respon fisiologis ini biasanya berjalan secara tiba-tiba dan tidak terencana. Misalnya berkeringat saat sedang tegang atau gugup. 7. Proksemika: Proksemika berbicara tentang jarak antarpribadi dalam percakapan. Jarak menentukkan hubungan kekerabatan atau kedekatan seseorang dengan orang lain. Semakin dekat posisi anda maka anda semakin memasuki wilayah privat orang lain. 8. Tatapan Mata: Mata merupakan bagian yang lumayan sering kita puji ketika melihat keindahan seseorang. Mata adalah jendela kita untuk memandang lalu terjadi koneksi dengan otak kita. Mulai dari caranya menatap, kedipan mata, besar pupil, hingga pembesaran kelopak mata. 9. Haptik: Haptik adalah proses komunikasi yang terjadi melalui sentuhan kepada lawan bicara. Ia berhubungan dengan emosi seperti afeksi, kefamiliaran, simpati, dan lain-lain. 10. Penampilan: Ketika kita memilih baju tertentu untuk dipakai, warna rambut tertentu untuk bulan ini, atau apakah memakai perhiasan atau tidak, kita sebenarnya secara tidak sadar memilih sesuai kepribadian kita. Pilihan-pilihan itu bisa saja memiliki makna tertentu.
2.2
Komunikasi Artifaktual Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia.
Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Bendabenda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu. Bidang studi mengenai hal ini disebut objektika (objectics). Rumah, kendaraan, perabot rumah, dan modelnya (furniture, barang elektronik, lampu kristal), patung, lukisan, kaligrafi, buku yang kita pajang di ruang tamu, koran dan majalah yang kita baca, dan benda-benda lain dalam lingkungan kita adalah pesan-pesan bersifat nonverbal, sejauh dapat diberi makna. 10 Komunikasi artifaktual didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung melalui pakaian, dan penataan pelbagai artefak, misalnya, pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furnitur di rumah dan penataannya, ataupun dekorasi ruangan. Karena fashion atau pakaian menyampaikan pesan-pesan nonverbal, ia termasuk komunikasi nonverbal. 11 Pakaian yang kita pakai bisa menampilkan pelbagai fungsi. Sebagai bentuk komunikasi, pakaian bisa menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal. Pakaian bisa melindungi kita dari cuaca buruk atau dalam olahraga tertentu
dari
kemungkinan
cedera.
Pakaian
juga
membantu
kita
menyembunyikan bagian-bagian tertentu dari tubuh kita dan karenanya pakaian memiliki suatu fungsi kesopanan (modesty function). 10
Ibid. 433
11
Malcolm Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. 2011 hal 7
Menurut Desmond Morris, dalam Manwatching: A Field Guide to Human Behavior, pakaian juga menampilkan peran sebagai pajangan budaya (cultural display) karena ia mengomunikasikan afiliasi budaya kita. Mengenali negara atau daerah asal-usul seseorang dari pakaian yang mereka kenakan. Pakaian bisa menunjukkan identitas nasional dan kultural pemakainya. 12
Gambar 0.3 Komunikasi Artifaktual Penampilan
Orang membuat kesimpulan tentang siapa anda sebagian juga lewat apa yang anda pakai. Apakah kesimpulan tersebut terbukti akurat atau tidak, tak ayal ia akan memengaruhi pikiran orang tentang anda dan bagaimana mereka bersikap pada anda. Kelas sosial anda, keseriusan atau kesantaian anda, sikap anda, afiliasi politik anda, keglamour-an atau keeleganan anda, sense of style anda dan bahkan mungkin kreatifitas anda akan dinilai sebagian dari cara anda berbusana. Busana juga memperlihatkan seseorang untuk dapat menghormati orang lain melalui pakaian yang dikenakannya.
12
Idy Subandy Ibrahim. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra. 2007 hal 243
2.3
Hijab Style Hijab berasal dari bahasa Arab dengan kata hajaban yang artinya
menutupi. Sedangkan menurut istilah syara‟, al-hijab dimaksudkan sebagai suatu tabir yang menutupi badan wanita. Sedangkan menurut beberapa orang hijab artinya kerudung. Namun berbeda dengan definisi dalam bahasa AlQur‟an yakni pakaian yang menutup aurat, tidak tipis, berukuran besar atau longgar, dengan ukuran baju panjang. Hijab atau jilbab sudah dikenal sejak dulu di beberapa Negara Islam. Pakaian sejenis jilbab dikenal dalam banyak istilah seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di Turki, dan hijab di beberapa Negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman. Terlepas dari istilah yang digunakan, sebenarnya konsep berjilbab memang milik semua agama. Demikian pula dalam kitab injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani (Kristen dan Katolik) diistilahkan dengan zammah, re‟alah, zaif, dan mitpahat.13 Menurut Eipstein, seperti dikutip Ustad Nasaruddin Umar dalam tulisannya, “Hijab sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani/Kristen)” jilbab sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut didalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab bahkan sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria. 14
13
Zerlina Lalage. Sweet, smart, sexy, & beautiful. Yogyakarta : Galmas Publisher. 2014 hal 114
14
Ibid. 114
Abad ke 7 adalah abad dimana awal perintah berkerudung/ berhijab di Semenanjung Arabia, kondisi masyarakat jauh dari pengaruh peradaban dua imperium besar yaitu Romawi dan Persia. Hal ini sebagai dampak Geomorfologi Arab yang terpencil dan terkukung dari pegunungan dan padang pasir. Sehingga pengaruh budaya yang cukup kecil terjadi, apa yang dikembangkan oleh masyarakat masih sesuai dengan doktrin yang ada di lingkungan masyarakat Arab. 15 Berbeda dengan Indonesia yang memiliki curah hujan tropis, memungkinkan Indonesia memiliki keanekaragaman bentuk, motif, dan warna dalam berhijab. Di kawasan timur juga berkembang hijab dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkungannya, tidak sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk menafsirkan hijab. Faktor tentu banyak karena hal ini terkait dengan kondisi sosial, budaya, lingkungan, dan pemahaman atas dalil agama. 16 Dalam hal ini hijab masih sebatas sebagai fungsi teknis, artinya baru sebatas sebuah benda yang memiliki fungsi untuk menutupi bagian tubuh yang dilarang untuk dilihat oleh orang lain, untuk menghindari maksiat bagi yang melihatnya. Hal ini sudah tertuang dalam Al-Quran terkait perintah Allah bagi wanita untuk berhijab dalam surah Al-Ahzab (33) : 59.
ْ ﺱﺍ ِء ﺍ ْ ﻱﻕُ ﻡْ أل ْ َﻥ ُﻡ ْﺅ ِﻡﻯِﻱ ﻩَﻱُ ْﺫﻭِﻱ ﻩَ َﻉﻩ ﻩ ِﻡ ْﻩ. ﻱ ِﻩ َ ِﻙ َﻭﺏَﻯَﺍﺝ َ ﺹ َﻭﺍ ِﺝ َ ِﻙ َﻭﻭ ُّ ِﻱَﺍ ﺃَﻱُّ ﻩَﺍ ﺍﻥﻯَّﺏ َّ َﻙ ﺍﻥ ْﺵ َ ﻱ ﻩَ َﻭ ْ ﻑ ﻩَﻑَالﻱ ُْﺅ َﺭ )٩٥( ﺱ ِﺡﻱ ًﻡﺍ َّللاُ َﻍ ً ﻑُﻯ َ َِﺝالﺏِﻱﺏِ ِﻩ َّﻩ َﺭﻥ َ ﺱﺍ َ ﻙ ﺃَ ْﺩﻭَﻯ ﺃَ ْﻥﻱُ ْﻉ 15
Ibid. 116
16
Ibid. 117
Terjemahan Surat Al Hazab Ayat 59 “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”17 Sejarah singkatnya dalam konteks kondisi sosial budaya pada abad ke19 di Jawa, masih sedikit masyarakat yang memakai hijab sesuai ketentuan dalil, hanya sebatas selendang yang diselampirkan di kepala, hal ini sebagian berpendapat bahwa pola penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Wali Songo sangat toleran dengan budaya lokal. Sehingga pada waktu itu, Wali Songo baru menyampaikan masalah teologis belum sampai pada masalah fiqih Jilbab/hijab/kerudung, karena menyadari bahwa hal ini akan merubah budaya berpakaian masyarakat Jawa yang sangat mencolok.18 Dengan demikian sejarah mencatat bahwa hijab sendiri merupakan bagian dari busana yang dianjurkan atau dikenalkan atau menjadi identitas dari agama-agama besar di dunia. Dapat disimpulkan bahwa hijab muncul dari lingkungan keagamaan dan menjadi tradisi kehormatan di lingkungan terhormat (kerajaan, biara, ordo, tempat ibadah, dan sebagainya). Bila membandingkan dengan sejarah rok mini, jelas jilbab lahir dari semangat yang berbeda. 19 Untuk itulah sejarah berhijab tercatat lebih tua dan lebih awal dengan landasan berdasarkan pada Al-Qur‟an yang menjadi acuan.
17
Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Hikmah. Al-Ahzab surah ke 33 ayat 59. Bandung : CV Penerbit Diponegoro. 2014 hal 426
18
Zerlina Lalage. Op.cit., 117
19
Ibid. 114
Hijab awalnya sebuah benda yang kemunculannya akibat dorongan syariat, artinya muncul/ berasal dari hukum Allah yang jelas. Sudah diberi definisi dan ketentuan apa yang dimaksud dan dalam kadar seperti apa sesuatu bisa disebut sebagai hijab Al-Quran surat An-Nur (24): 31. Yang berbunyi:
ْ َﺱ ِﻩ َّﻩ َﻭﻱَﺡْﻑ ْ ُﻭﺝ ﻩُ َّﻩ َﻭ ََل ﻱ ْ َﺕ ﻱَ ْﻍﺽُﺽْ ﻩَ ِﻡ ْﻩ ﺃ ﺹﻱﻯَﺡَ ﻩُ َّﻩ ﺇِ ََّل َﻡ ﺍ ُ ُﻅ ﻩَ ﻑ َ ﺵ َ ﺏ ِ َﻭﻕُ ﻡْ ﻥِ ْﻩ ُﻡ ْﺅ ِﻡﻯَﺍ ِ َﺏ ِﺫﻱ ﻩ ِ ﺹﺍ ْ ﻯ ﻩَﺍ َﻭ ْ ﺵ ِﻡ ْ ُﺵ ِﻩ َّﻩ َﻉﻩَﻯ ُﺝﻱُﻯﺏِ ِﻩ َّﻩ َﻭ ََلﻱ ْﺵ ﺹﻱﻯَﺡَ ﻩُ َّﻩ ﺇِ ََّلﻥِﺏُﻉُﻯﻥَﺡِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْ ﺁﺏَﺍﺉِ ِﻩ َّﻩ ﺃَ ْﻭ َ َﻅَ ﻩ ِ َﺏ ِﺫﻱ ﻩ ِ ﺏ ﻩَﺏِ ُﺥ ُﻡ ِ ْﻥﻱَﺽ ْ َﺏﻯَﺍﺉِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْ ﺃ ْ َﺁﺏَﺍ ِءﺏُﻉُﻯﻥَﺡِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْ ﺃ ْﺥَﻯﺍﺝِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭ َ َﻯﺍﻭِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْﺏَﻯِﻱ ﺃ َ ﻯﺍﻭِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْﺏَﻯِﻱ ﺇِ ْﺥ َ ﺏﻯَﺍ ِءﺏُﻉُﻯﻥَﺡِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْ ﺇِ ْﺥ ْ ِّﺍﻝ ﺃَ ِﻭ ﺍﻥﻁ ْ ﻙ َ َﺱﺍﺉِ ِﻩ َّﻩ ﺃَﻭْ َﻡﺍ َﻡﻩ ْ ﻱ َﻡﺍﻭُ ﻩُ َّﻩ ﺃَ ِﻭ ﺍﻥﺡَّﺍﺏِ ِﻉﻱ ﻩَ َﻍ ْ َﺙ ﺃ ْ ْ َﻑ ِﻡ ﺍﻥَّ ِﺯﻱ ﻩَ ﻥ َ ِﻭ َ ﺏ ِﺓ ِﻡ ﻩَ ﺍﻥ َ ْﺍْلﺱ ِ ﺵِّﺝ ِ ْ ﺵ ﺃُﻭﻥِﻱ ِ ﻱ ْ َﻱ ْﺵ ﺹﻱﻯَﺡِ ِﻩ َّﻩ َﻭﺝُﻯﺏُﻯﺍ ﺇِﻥَﻯ ﺏﺃَﺱْ ُﺝﻩِ ِﻩ َّﻩﻥِﻱُ ْﻉﻩَ َ ْ َﻡﺍﻱ ُْﺥ َ ِّﺕ ﺍﻥﻯ َ ْﻅ ﻩَﺵُﻭﺍ َﻉﻩَﻯ ﻉَﻯ ِ ﺱﺍ ِ َﺏ ﻩ ِ ﻑِﻱ ﻩَ ِﻡ ْﻩ ِ ْﺱﺍ ِء َﻭ ََلﻱَﺽ ْ َّللا َﺝ ِﻡﻱﻉًﺍ ﺃَﻱُّ ﻩَ ﺍ ْ ُﻙ ْ ْﺝ ُ َّﻥ ُﻡ ْﺅ ِﻡﻯُﻯﻥَ ﻥَ َﻉﻩ َﻑﻩِﺡُﻯﻥ ِ َّ “Katakanlah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan–pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”20 Sebenarnya jilbab atau hijab adalah benda yang berbeda. Jilbab adalah baju panjang yang menutupi seluruh tubuh, Jilbab tentunya tidak membentuk tubuh wanita dan tidak transparan. Sedangkan hijab mempunyai makna benda yang menutupi sesuatu. 20
Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Hikmah. Op. Cit., 353
Adapun dalil lain mengenai syarat hijab dalam surah Al-Araf Ayat : 26.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”.21 Di bawah ini merupakan jenis-jenis dari hijab/jilbab/kerudung yang banyak diadopsi dari jenis-jenis hijab style antara lain :22 1.
Hijab
Gambar 0.4 Hijab
Artinya penutup kepala adalah sebutan umum yang digunakan oleh muslimah di seluruh dunia. Penutup kepala ini muncul dalam berbagai model dan variasi. Umumnya kerudung yang dikenakan berbentuk persegi panjang untuk menutupi rambut dan leher, dan membiarkan bagian wajah tetap terlihat. 21
Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Hikmah. Op. Cit., 153
22
Ade Aprilia. BRAIN, BEAUTY, BELIEF Dian Pelangi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2014 hal 353-355
2.
Niqab
Gambar 0.5 Niqab
Niqab adalah penutup wajah yang hanya menyisakan kedua mata untuk melihat. Niqab menutupi seluruh tubuh dan umumnya berwarna hitam. 3.
Dupatta
Gambar 0.6 Dupatta
Dupatta adalah kerudung berbentuk persegi panjang yang digunakan oleh perempuan di India, Pakistan, dan Bangladesh. Variasinya beragam, mulai dari bahan yang sangat ringan, transparan, hingga didekorasi oleh ornamen yang cukup berat.
4.
Ameera
Gambar 0.7 Ameera
Ameera adalah sebutan untuk dua helai scarf, termasuk inner berbentuk pet, dan berbentuk tube seperti mukena. Umumnya terbuat dari bahan polyester atau katun. 5.
Shayla
Gambar 0.8 Shayla
Shayla adalah scarf berbentuk persegi panjang yang popular di area seputar negara-negara Teluk. Jenis ini umumnya berwarna hitam, dilingkarkan diatas kepala seperti kerudung, lalu disemat dibahu.
6.
Esarp
Gambar 0.9 Esarp
Esarp adalah kerudung berbahan silk, yang dikenakan oleh para perempuan Turki. Desain warna dan motifnya bervariasi. 7.
Tudung
Gambar 1.0 Tudung
Tudung adalah sebutan untuk kerudung yang dikenakan oleh perempuan Malaysia. Bentuknya seperti bergo, didekorasi oleh elemen hiasan dibagian atas kepala yang membulat.
8.
Chador
Gambar 1.1 Chador
Chador dikenakan oleh perempuan Iran dan berbentuk seperti jubah. Umumnya dilengkapi dengan kerudung kecil yang dikenakan dibagian bawahnya. Warna Chador biasanya hampir selalu hitam. 9.
Mukena
Gambar 1.2 Mukena
Disebut juga Doa Gaun di Malaysia. Bentuknya panjang, digunakan untuk shalat, dengan tali di bagian belakang kepala.
10. Gele
Gambar 1.3 Gele
Berbentuk seperti turban. Gele dikenakan oleh perempuan Afrika Barat. Warnanya terang dan cerah, dililitkan diatas kepala. 11. Khimar
Gambar 1.4 Khimar
Khimar adalah jubah panjang seperti cape, yang panjangnya hingga mencapai lutut. Jenis ini benar-benar menutup kepala, leher, bahu, hingga dada namun tetap memperlihatkan wajah sang pemakai.
12. Pashmina
Gambar 1.5 Pashmina
Pashmina adalah selendang berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bahan cashmere. Desainnya bervariasi, mulai dari yang polos hingga dilengkapi dengan ornamen hiasan di sepanjang selendang. 13. Burqa (Burka)
Gambar 1.6 Burqa
Burqa/Burka adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh dengan bagian mata transparan sebagai panduan untuk melihat. Aslinya pakaian ini berwarna putih, biru muda, hijau zaitun, dan cokelat.
Hijab sebagai sebuah hasil pemahaman atas dalil agama juga belum mengalami perubahan akibat pengaruh dua pusat kebudayaan dan masih sesuai dengan makna dan ketentuannya. Yang dimaksud disini sesuai dengan dalil adalah hijab berarti kain penutup kepala sehingga kain menjulur hingga dada. 23 Hijab sendiri hakikatnya yakni pakaian yang tidak ketat dan tidak transparan. Pasca Islam pada abad ke 9-12 mengalami perkembangan dan persebaran mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainnya, misalnya di sebagian Negara Timur Tengah berkembang model hijab dengan cadar, burqa, niqab, dan masker kemudian berkembang pula di Nusantara atau Melayu abad 19 hijab selendang yang tidak menutupi penuh kepala dan hanya diselampirkan. 24 Sebagai mode, jilbab lahir dari konsep tentang kecantikkan dan keindahan berstandar tinggi, bahkan ilahiah. Juga karena inilah kita bisa mengerti dan memaklumi adanya tuntutan agar pemakai jilbab harus punya spiritual quotient yang spesial, tidak saja anggun dan mewah akhlaknya. 25 Hal inilah yang akan membangun konsep kecantikkan muslimah sesungguhnya. Dalam hukum Islam setidaknya yang mewajibkan penggunaan jilbab dapat dipandang sebagai syarat berbusana seorang wanita, yang tidak secara otomatis menyulap pemakainya menjadi wanita berakhlak indah, itu masih perlu banyak pembuktian yang lain. 26
23
Zerlina Lalage. Op.cit., 116-117.
24
Ibid. 117
25
Ibid. 115
26
Ibid. 116
Kata Hijab style berasal dari bahasa inggris, yang berarti gaya hijab. Fenomena hijab style mulai meramaikan media internet hingga banyak bermunculan wanita-wanita cantik bertebaran di dunia maya demi mengenalkan gaya jilbab yang semakin populer. Makna lain dari sebutan hijab style yakni hijab kontemporer. Di tahun ini telah semakin pesat perkembangan industri hijab style mulai dari bahan kain yang berbeda, corak, motif, warna, bentuk, ukuran, hingga perpaduan gaya jilbab yang dikombinasikan dengan lapisan lain. Namun, dibalik maraknya fenomena tersebut, Ada dua hal yang membuat hijab Style menjadi mitos. Pertama, kemampuannya dituturkan sebagai produk modernisasi gaya berjilbab. Kedua, kemampuannya menjadi pemenuhan hasrat perempuan akan kecantikan fisik semata. Penciptaan hijab style sebagai inovasi dari gaya berjilbab konvensional mengalami seleksi panjang. Adapun serangkaian mitos dalam hijab style yang diidentikan dengan kaum wanita saat ini. 27 1.
Hijab Style Sebagai Mitos Modernitas Ada bagian-bagian yang harus dikukuhkan dan diruntuhkan untuk
memitoskan sesuatu. Seperti yang diungkapkan Barthes, “Mitos yang muncul pada satu waktu dapat digeser atau dipatahkan oleh mitos yang lahir selanjutnya. Hal ini terjadi karena mitos berkaitan dengan sejarah manusia,”.28
27
Budiono Kusumohamidjodjo. Filsafat Kebudayaan, Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra. 2010 hal 185-186
28
Roland Barthes. Mitologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. . 2006 hal 153
Di satu sisi hijab style menetapkan diri sebagai mitos modernitas fashion dan gaya berjilbab. Dengan hijab style, muslimah akan tampil cantik dan trendy. Di sisi lain ia membuat hijab style dipandang sebagai mode berbusana bukan sebagai pakaian yang wajib dikenakan oleh muslimah. 2.
Hijab Style Sebagai Pemenuhan Hasrat Para pendiri Hijabers Community melakukan penilaian terhadap gaya
berjilbab konvensional dan menyimpulkan ada hal-hal yang luput didalamnya. Dian Pelangi, pendiri Hijabers Community berujar, “Dengan hijab style, muslimah menutup aurat dan mengkombinasikannya dengan perkembangan tren dunia. Lumrah bagi wanita terlihat cantik, dengan niat menginspirasi sesama dan tampil cantik di depan suami dan pasti karena Allah SWT karena Allah SWT juga mencintai keindahan…”29 Dalam
fashion,
kita
menginginkan
objek-objek
bukan
karena
ketidakcukupan alamiah, melainkan ketidakcukupan yang kita produksi dan reproduksi sendiri. 30
Gambar 1.7 Dian Pelangi
29
Dian Pelangi. Hijab Street Style. Jakarta: PT Gramedia. 2012 hal 11
30
Yasraf Amir Piliang. 2011. Dunia Yang Dilipat, Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung : Matahari hal 276
3.
Hijab Sebagai Pakaian Tertulis Dalam salah satu bidang kajian budaya yaitu semiologi, busana dapat
dibaca sebagai sebuah sistem. Menurut Barthes, 31 Dalam semiologi, hijab adalah pakaian yang tertulis. Ia diartikulasikan dalam Al-Quran dan hadits tentang perintah berhijab yang disampaikan kepada Rasulullah SAW pada 14 abad silam. 4.
Hijab Sebagai Pakaian yang Dikenakan Trubetzkoy berkata, dalam pakaian sebagai sesuatu yang dikenakan
akan kita temukan perbedaan seperti bahasa dan tuturan (Barthes, 2012:18).32 Sederhananya, dalam bahasa akan ditemukan perbendaan kaidah bahasa dengan bahasa yang dituturkan pemiliknya. Dalam dunia role fashion, kita menginginkan objek-objek bukan karena ketidakcukupan alamiah, melainkan ketidakcukupan yang kita produksi dan reproduksi sendiri. 33 2.4
Fashion Fashion itu sendiri artinya segala bentuk tingkah laku, bentuk dari
komunikasi nonverbal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fashion diartikan sebagai cara, kebiasaan, basa-basi, dan mode. Namun, akhir-akhir ini kita ketahui, fashion identik dengan ala berpakaian, model pakaian, sampai adanya fashion show yang bisa langsung dideskripsikan sebagai salah satu seni 31
Roland Barthes. Elemen-elemen Semiologi. Yogyakarta : Jalasutra. 2012 hal 17
32
Ibid. 18
33
Yasraf Amir Piliang. Dunia Yang Dilipat, Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung : Matahari. 2011 hal 27
berpakaian dan diperagakan oleh para model. Penggunaan makna fashion tidak hanya satu makna akan tetapi multimakna. Dimana fashion digunakan sebagai simbol dari sebuah pakaian. Di era industrialisasi berdasarkan fenomenologi yang ada, hiperealitas lebih menguatkan semiotika fashion, misalnya dalam berpakaian harus disesuaikan antara motif, dan tekstur pakaian, serta pemakainya. Untuk itulah fashion lebih menitikberatkan pada keindahan dan ketepatan maupun kesesuaian dalam berbusana. Menurut etimologi makna kata “Fashion”, Oxford English Dictionary (OED) bisa jadi titik pijak yang paling baik dibandingkan dengan titik berangkat lainnya. Etimologi kata ini terkait kembali lewat bahasa latin, factio, yang artinya membuat atau melakukan, facere yang artinya membuat atau melakukan. Artian asli fashion pun mengacu pada ide tentang fetish atau objek fetish, facere pun menjadi akar kata “fetish”.34 Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya, dan busana. Hendaknya ditunjukkan juga bawa kata “fashion” muncul diantara suatu jaringan relasi dengan kata-kata tersebut dan dengan kata lain. 35 Adapun Sejarah tren fashion setiap beberapa tahun sekali dapat dilihat seperti dibawah ini : 36
34
Malcolm Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Jogjakarta : Jalasutra. 2007 hal 11
35
Ibid. 13
36
Ade Aprilia. BRAIN, BEAUTY, BELIEF Dian Pelangi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2014 hal 68
1. 1700: Desain rok mulai dibuat menggunakan bingkai untuk memberikan kesan penuh yang menarik. Korset digunakan sebagai penyangga tubuh untuk memberikan kesan tubuh yang sempurna. 2. 1850: Para perempuan di masa itu dituntut memiliki tubuh yang penuh. Perempuan bertubuh kurus dianggap penyakitan. Korset tidak lagi menjadi tren, namun tetap digunakan untuk memberikan kesan pinggang yang kecil. Pengganjal bokong digunakan di belakang rok untuk memberikan kesan bokong yang penuh. 3. 1900: Pinggang yang kecil menjadi favorit para perempuan di masa itu. Korset digunakan seketat mungkin untuk membentuk pinggang yang diinginkan. Mereka mengenakan pengganjal bokong dan pinggul sehingga tubuh mereka bersiluet seperti huruf “S”. 4. 1920: Bentuk tubuh yang lurus tanpa lekukan menjadi favorit masa itu. Para perempuan mengenakan pakaian dalam untuk membuat payudara mereka terlihat rata sehingga memberikan efek maskulin. 5. 1940: Setelah perang berakhir, bentuk tubuh yang melengkung seksi kembali menjadi favorit. Pilihan berbusana adalah rok panjang berdesain penuh. Pakaian dalam mulai digunakan untuk memperbesar dan menaikkan bentuk payudara. 6. 1960: Rok mini adalah tren di tahun ini. Petticoats dan bentuk tubuh yang melengkung seksi tidak lagi menjadi pilihan. Boneka Barbie menjadi panutan. Bentuk tubuh yang paling diinginkan
adalah payudara besar, kaki panjang, pinggang kecil, dan pinggul yang hampir tidak ada. 7. 1970: Tampilan yang natural menjadi tren di tahun ini. “Hippie” adalah pilihan bergaya saat itu. Kulit yang gelap menjadi favorit. Namun, para perempuan tetap menginginkan bentuk pinggang dan pinggul yang kecil, dengan payudara yang besar. 8. 1980: Para perempuan mulai rajin berolahraga dan mengontrol pola makan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Mereka mendambakan bentuk tubuh yang berotot, namun memiliki lekukan yang indah. 9. 1990: Ini adalah masa ketika wonder bra menjadi tren. Perempuan ingin menjadi kurus dan tinggi, namun memiliki payudara yang besar. Para perempuan menggunakan korset, lingerie, body shaper, dan push up bra untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. 10. 2000-kini: Menjadi kurus adalah cita-cita perempuan masa kini. Tampilan yang muda adalah kuncinya. Pola hidup seperti usaha sedot lemak, diet yang ekstrim, hingga operasi plastik, semakin menjamur.37 Ketika Umberto Eco menyatakan “berbicara melalui” pakaiannya. Maksud dari itu adalah menggunakan pakaian untuk apa yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata lisan dalam konteks lain.38
37
Ibid. 68
38
Malcolm Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi. Jogjakarta : Jalasutra. 2007 hal 39
Dari pengertian di atas, adapun fungsi dari fashion antara lain sebagai perlindungan, sebagai kesopanan dan persembunyian, sebagai ketidaksopanan dan daya tarik, sebagai komunikasi, sebagai ekspresi individualistik, sebagai nilai sosial atau status, kondisi magis-religius, sebagai ritual sosial, dan terakhir sebagai rekreasi. 1.
Fashion Sebagai Perlindungan Menurut Flűgel, “Pakaian itu menawarkan perlindungan dan
sebagai pelindung terhadap ketidakbersahabatan dunia secara umum” atau “Sebagai jaminan atas kurangnya cinta”. Dengan adanya fashion, tubuh kita menjadi terlindungi dari pengaruh buruk lingkungan. 39 2.
Fashion Sebagai Kesopanan dan Persembunyian Hal-hal yang berkenaan dan berkaitan dengan kesopanan
merupakan alasan utama untuk mengenakan pakaian. Argumen untuk kesopanan beredar di seputar ide bahwa bagian tubuh tertentu adalah tak senonoh atau memalukan dan hendaknya ditutupi sehingga tidak terlihat. 40 Kesopanan busana dapat dilihat sebagai bentuk persembunyian tubuh. 3.
Fashion Sebagai Ketidaksopanan dan Daya Tarik Orang menegaskan bahwa tugas pakaian adalah untuk menarik
perhatian pada tubuh dan bukan untuk mengalihkan perhatian. Argumen ketidaksopanan menekankan pada gerak menuju status menyerupai binatang. 41 39
Ibid. 73
40
Ibid. 75
41
Ibid. 79
4.
Fashion Sebagai Komunikasi Hal paling mendasar pada fashion untuk mengkomunikasikan
segala sesuatu dengan komunikasi nonverbal diyakini dapat diketahui oleh orang-orang
sekitar.
Seluruh
aspek
fashion
intinya
adalah
mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung ke orang lain.42 5.
Fashion Sebagai Ekspresi Individualistik Contoh warna cerah atau kontras bisa saja merefleksikan hati yang
gembira. Kontras garis linier mungkin untuk merefleksikan dinamisme internal. Ekspresi seseorang terhadap warna mengandung nilai arti dalam sebuah pembangunan makna. 6.
Fashion Sebagai Nilai Sosial atau Status Seperti jabatan orang berada ditandai dengan memakai pakaian
kemeja beserta jas dan sepatu fantopel. Nilai sosial atau status terlihat dari tingkat kerapihan seseorang dalam berbusana, baik di lingkungan umum maupun ranah pribadi. 7.
Fashion Sebagai Simbol Politisi Bekerjanya kekuasaan pun jelas sangat erat terkait pada status
sosial dan ekonomi. Dan jelaslah bahwa fashion dan pakaian pun terkait erat dengan bekerjanya kekuasaan.43 Satu contoh fashion yang digunakan untuk kekuasaan politik yakni penggunaan bintik-bintik kecantikkan di Inggris.44 42
Ibid. 83
43
Ibid. 92
44
Ibid. 93
8.
Fashion Sebagai kondisi Magis-Religius Misalnya Flűgel menunjuk pemakaian jimat dan hiasan magis lain
untuk menangkal kekuatan dengki spiritual dan magis. Crawley mengutip sejumlah kasus busana yang dikenakan secara berkala menunjuk saat menunaikan ibadah Haji. 45 9.
Fashion Sebagai Ritual Sosial Ritual
sosial
seperti
perkawinan
dan
pemakaman
sangat
memerhatikan pada penggunaan fashion. Cara ini untuk membedakan antara ritual dan nonritual. 10.
Fashion Sebagai Rekreasi Beberapa kegiatan seperti kriket atau memancing, menonton TV
akan menuntut perubahan pakaian dan memungkinkan orang untuk melepaskan fashion dengan berbusana yang santai. Gaya Hijab Formal dan Hijab Kasual
1.8 Gaya Formal (Dian Pelangi)
45
Ibid. 95
1.9 Gaya Casual (Fina Yasifa)
Fashion dari gaya formal umumnya dipakai untuk acara-acara formal seperti menghadiri acara pesta pernikahan atau ke kantor, meeting, dan wawancara kerja atau hal-hal yang bernuansa resmi lainnya. Selain itu pula, gaya formal lebih mengedepankan aspek kerapihan, karakter tegas, dan agak sedikit kaku.46 Sedangkan gaya casual adalah gaya berpakaian yang dipakai bukan untuk aktivitas sosial yang penting seperti gaya formal. Pakaian atau outfit yang umum untuk gaya ini adalah denim jeans, kaus longgar, atau apapun yang menekankan pada kenyamanan. Aturan yang paling pas dalam berbusana kasual adalah tampil simple atau sederhana. Lokasi atau waktu yang cocok untuk gaya ini adalah acara-acara santai seperti pergi ke mall, berkunjung ke rumah teman, pergi ke kampus, atau traveling.47 2.5
Identitas Diri Menurut Waterman, identitas berarti memiliki gambaran diri yang
jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh individu tersebut. Komitmen-komitmen ini meningkat sepanjang waktu dan telah dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang ingin dicapai dinilai penting untuk memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup.48
46
Hijabers Community. HIJAB STYLE by HIJABERS COMMUNITY. Jakarta : Qultum Media. 2012 hal 31
47
Ibid. 5
48
RM Purba,“Identitas Diri Chapter II”, Jurnal Ilmu Komunikasi, UniversitasSumatera Utara, 2012, hal 1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30842/3/Chapter-20II.pdf , diakses tanggal 10 Februari 2015.
(„Blogito ergo sum‟ appears to be the new rendition of Descartes‟ famous dictum „Cogito ergo sum‟ – „I think therefore I‟am‟. In Descartes, original formulation that the point was to show that if one thinks this is proof that they exist.)49 Blogito ergo sum muncul menjadi terjemahan baru dari Descartes yang dikenal dengan istilah „Cogito ergo sum‟ artinya Aku Berfikir Maka Aku Ada. Descartes, dengan formulasi aslinya yang menjadikan sebuah poin untuk ditujukan bahwa jika seseorang berfikir adalah bukti bahwa mereka ada. Pada terjemahan di atas, Descartes sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap identitas seseorang yang diawali oleh proses berfikir. Selanjutnya proses eksistensi yang berkaitan dengan hadir atau keberadaan seseorang baik dari segi fisik, fikiran maupun jiwa seseorang. Dengan lahirnya proses identitas, seseorang lebih mudah dikenali dari beragam karakter yang bisa menjadi pembeda dirinya dengan yang lain. (The connection between new media and people‟s existence and identity are strong : if we use the media to communicate, they in turn, enable us to fashion ourselves out of the materials or affordances that they offer us). Koneksi antara media baru dan keberadaan seseorang dan identitas merupakan suatu kekuatan, jika kita menggunakan media untuk berkomunikasi, mereka akan kembali untuk melihat kita dari segi fashion yang terbuat dari bahan-bahan yang kita kenakan atau menghasilkan dari yang mereka berikan ke kita.
49
Siapera, Eugenia. Understanding New Media. London : Sage Publications. 2012 hal 171
(In social Phsycology, identity is defined as all the answers to the question „who am I?‟ along with the specific meaning and significance these answers have for the person. Tajfel understood identity in terms of a continuum ranging from personal identity to social identity).50 Pada psikologi sosial, identitas
memberi definisi
sebagai keseluruhan jawaban-jawaban atas
pertanyaan „siapakah saya?‟ sepanjang arti yang spesifik dan jawaban yang signifikan/ tepat ini dimiliki oleh seseorang. Tajfel memberikan arti identitas dari rangkaian kesatuan jarak dari identitas individu ke identitas sosial. Identitas personal termasuk semua identifikasi yang berasal dari sifat kepribadian individu dan hubungan antar-perseorangan. Oleh karena itu, identitas merupakan bentuk jamak, yang terdiri dari kedua personal dan elemen sosial, yang selalu menemani hasil evaluasi dan berperan penting pada implikasi psikososial. Berawal dari watak kelahiran kita, yang mana mungkin menghasilkan suatu tujuan, kita bisa berubah dari lingkungan tempat kita berada atau kita diberkahi beberapa identitas. Salah satu teori yang fenomenal terkait identitas, Michel Foucault memberikan penjelasan bahwa identitas khususnya subjek/ orang yang mana membuat seseorang menjadi unik dikarenakan terkonstruksi secara teknisi maupun praktis. Menurut Castells penafsiran identitas pada jaringan sosial memiliki dimensi yang berbeda karena perbedaan ulang susunan global dan tempat dialek.51
50
Ibid. 171
51
Ibid. 173
Lalu, sahabat Rasulullah, Khalifah Umar bin Khattab ra., pernah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab.” Dasar perhitungan semacam ini juga digunakan oleh para ahli feng shui (fengsui) untuk menghitung qi (chi) seseorang untuk menunjang kesuksesan secara umum. 52 Dalam Al-Quran melalui surah Ar-Ra‟d (13) ayat 11 disebutkan: “…. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri….”53 Perubahan inilah yang menjadi dasar pertanyaan bagi seseorang: Apakah dia ingin lebih sejahtera? Tentu, semuanya harus didasari semata-mata untuk ibadah. Fengsui adalah ilmu Topografi kuno Tiongkok yang menerangkan hubungan manusia dengan langit (astronomi) dan bumi (geografi) agar manusia hidup dalam harmoni sehingga dapat membantu memperbaiki hidup dengan menerima qi positif. Qi diibaratkan sebagai energi tak terlihat yang terdapat di alam. Melalui perhitungan yang tepat, seseorang dapat menyeimbangkan efekefek buruk yang ada didalam tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Ilmu fengsui sangat logis karena menggunakan prinsip-prinsip untuk mencari keseimbangan aliran energi. Seluruh hitungan ini didasarkan pada perhitungan sains, bukan tergantung pada ramalan bintang (astrologi), yang merupakan perbuatan syirik. Hitungan ini diantaranya meliputi aliran bentuk, tata letak, mata angin, waktu, dan topografi. 54 52
Ade Aprilia. BRAIN, BEAUTY, BELIEF Dian Pelangi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014 hal 143
53
Al-Qur‟an dan Terjemahan Al-Hikmah. Al-Ahzab surah ke 33 ayat 59. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. 2014 hal 250
54
Ade Aprilia. Loc. Cit.,
Elemen fengsui dapat didefinisikan sebagai 5 unsur alam yang memengaruhi kehidupan seseorang. Kelima unsur tersebut adalah air, kayu, api, tanah, dan logam. 55 1.
Air Air bersifat mengalir dan mudah beradaptasi. Bentuknya diwakili oleh
sesuatu yang bergelombang. Warna yang mewakili elemen ini adalah hitam atau biru tua. Warna ini diambil dari warna biru laut yang cenderung berwarna biru kegelapan.
Gambar 2.0 Busana Berkarakter Air
Karakter
Karakter seseorang berelemen air mengesankan kepribadian yang fleksibel, mampu beradaptasi dengan keadaan sekitar, dapat bertahan dalam berbagai cobaan hidup, terutama menyangkut keuangan dan profesi, dan sedikit oportunitis seperti sifat air. Individu ini tidak menyukai pekerjaan yang monoton dan memilih pekerjaan yang variatif.
55
Ibid. 143-149
2.
Kayu Sebagai bagian dari tanaman, kayu bersifat bertumbuh. Bentuknya
diwakili oleh persegi panjang. Warna yang mewakili elemen ini adalah hijau atau motif corak urat kayu. Warna ini diambil dari warna tumbuhan yang umumnya berwarna hijau. Karakter Karakter seseorang berelemen kayu memiliki sikap yang mengesankan kebajikan, keuletan, dan kreativitas. Individu ini dipercaya dalam berbisnis, karena dia adalah mitra kerja yang baik. Gambar 2.1 Busana Berkarakter Kayu
3.
Api Bersifat aktif dan bergejolak. Bentuknya diwakili oleh segitiga atau
sesuatu yang lancip. Warna yang mewakili elemen ini adalah warna merah, merah muda, salem, jingga, dan ungu. Warna ini diambil dari warna Api, yang menyala jingga kemerahan. Karakter
Api
mempengaruhi
inteligensi.
Karakter
seseorang berelemen api memiliki ciri khas layaknya api yakni Intelektual, cerah, berani,
ambisius, cerdas, Inovatif yang luar biasa, dan pemicu semangat bagi orang-orang disekitarnya.
Gambar 2.2 Busana Berkarakter Api
4.
Tanah Elemen tanah bersifat statis atau diam. Bentuknya diwakili oleh bujur
sangkar. Warna yang mewakili elemen ini adalah krem, kuning, dan cokelat kekuningan. Karakter Karakter seseorang berelemen tanah lebih stabil dalam temperamen, tampak pendiam, tenang, dan berhati-hati, dan terkesan sedikit santai. Individu ini adalah pekerja yang ulet dan setia. Karakternya tekun Gambar 2.3 Busana Berkarakter Tanah
5.
dalam menjalani kariernya.
Logam Elemen logam bersifat tegas dan keras. Bentuknya diwakili oleh
lingkaran. Warna yang mewakili elemen ini adalah warna putih, perak, dan emas. Warna ini diambil dari warna logam pada umumnya, yang berwarna perak atau emas. Karakter Karakter seseorang yang tajam berkomunikasi, memiliki rasa ingin tahu yang besar, agresif, dan percaya diri. Mereka berkarya dibidang marketing, hubungan internasional, guru, orator, sales,
dan pengacara. Gambar 2.4 Busana Berkarakter Logam
Secara umum, ada 7 gaya personal yang unik di dunia ini. Setiap orang memiliki cirinya masing-masing. Kadang-kadang, setiap orang memiliki lebih dari satu gaya personal. Oleh karena itu, dalam bukunya Dian Pelangi akan diulas lebih spesifik 7 gaya personal antara lain : 56 1.
Classic : Traditional and business like Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah orang yang loyal dan dapat dipercaya, akurat, memiliki kredibilitas, matang, bertanggungjawab, terorganisir, dan jujur. Umumnya, mereka menyukai gaya ini banyak bergerak di bidang yang berhubungan dengan keuangan, pemerintahan, real estate, edukasi, administrasi, dan asuransi.
Gambar 2.5 Elemen gaya Classic : Traditional and business like
Elemen gaya : Terkesan professional, rapi, bersih, dan halus, diterjemahkan melalui busana konservatif bergaris tailored, bahan yang berstruktur, warna netral dan gelap, tanpa banyak elemen
dan detail yang mencolok. Contoh paling klasik adalah setelan jas atau blazer dengan blus, celana panjang lurus atau rok, dipadukan dengan sepatu klasik tanpa detail.
56
Ibid. 150-154
2.
Sporty : Friendly and casual Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah orang yang ramah, penuh energi, kasual, ceria, dan optimistis. Umumnya mereka yang memilih gaya ini lebih santai, rileks, bersahaja, rendah hati, dan bergerak di bidang pekerjaan yang peduli pada sesama.
Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya busana yang fungsional, tidak terlalu kaku. Pemilihan warna dan motif mengarah ke netral dan tidak terlalu cerah dan mencolok. Gambar 2.6 Busana Bergaya Sporty
3.
Natural : Refined, elegant, and stately Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah orang yang elegan, rapi, dan percaya diri. Umumnya mereka yang memilih gaya ini bekerja pada bidang yang serius, seperti bidang relasi publik, politik, dan sebagainya. Gambar 2.7 Busana Bergaya Natural
Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya busana simple dan formal, namun gaya. Setelan blazer adalah elemen
kunci yang paling disukai. Siluet yang dipilih adalah yang memuja bentuk tubuh perempuan
4.
Feminime : Soft, romantic, and lady like Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah orang yang halus, lembut, hangat, dan penuh perhatian. Perempuan yang termasuk ke dalam kategori ini sering kali senang memperhatikan orang lain, lembut tata karma dan budi bahasanya, dan tertarik pada aktivitas perempuan yang lebih tradisional, seperti guru, perawat, penyuluh, dan industri rumah tangga lainnya.
Gambar 2.8 Busana Bergaya Feminine
Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya busana yang bersiluet jam pasir namun tidak ketat dan lebih panjang. Pemilihan warna mengarah pada ke pastel dan warna lembut atau netral yang ringan. Bahan yang disukai lembut saat disentuh, ringan, nyaman, dan motif bunga, paisley, atau corak bulat.
5.
Trendsetter : Alluring and glamourous Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah pribadi yang atraktif dan senang mengikuti tren. Mereka nyaman dengan tubuhnya yang feminine, mencintai kemewahan, dan senang bersosialisasi. Aktivitas yang dipilihnya adalah industri hiburan atau media.
Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya busana yang pas tubuh dengan bahan yang feminine dan bersiluet jam pasir, dengan atau tanpa detail. Warna yang dipilih hampir selalu cerah.
Gambar 2.9 Busana Bergaya Trendsetter
6.
Creative : Original and artistic Melalui gaya ini, seseorang mengomunikasikan pesan bahwa dia adalah pribadi yang kreatif, bebas, penuh imajinasi, unik, dan spontan. Mereka bekerja di bidang kreatif seperti fashion, seni, tari, musik, dan sebagainya. Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya
busana
yang
tak
terprediksi. Kombinasi bahan, tekstur, dan motif diterjemahkan melalui tumpukan busana, warna yang beragam, dan menciptakan gaya busana yang tanpa Gambar 3.0 Busana Bergaya Creative
batas.
7.
Dramatic : Fashionable and sophisticated Melalui gaya ini, seseorang mengkomunikasikan pesan bahwa dia adalah pribadi yang penuh percaya diri, asertif, modern, dan atraktif. Mereka sangat nyaman berbusana dan berkarisma. Umumnya mereka yang menyukai gaya ini, bergerak di bidang hiburan, fashion, marketing, seni, media, konsultan PR, dan sebagainya.
Gambar 3.1 Busana Bergaya Dramatic
Elemen gaya : Diterjemahkan melalui gaya busana yang berstruktur,
namun tidak klasik. Warna mengarah ke yang tergelap atau yang paling terang, dengan kombinasi kontras yang tinggi, misalnya hitam dan putih.
Perbedaan Antara Hijab Stylish dan Unstylish57
Gambar 3.2 Hijab Stylish
Gambar 3.3 Hijab Unstylish
Unstylish Hijab Stylish 1. Percaya diri
1. Merasa dirinya biasa saja
2. Berani berubah
2. Takut berubah
3. Menjaga kesehatan dan
3. Tidak peduli
kesegaran tubuh
penampilan
4. Gaya
4. Konservatif
5. Sibuk memperbaiki diri
5. Sibuk mengurusi
6. Spontan 7. Peduli detail
kekurangan orang lain 6. Mudah ditebak 7. Melupakan detail
57
Ibid. 155
Adapun warna yang kita kenakan memengaruhi persepsi orang tentang kita. Warna memengaruhi pikiran dan emosi kita, karena warna juga mengandung identitas dalam menyampaikan sebuah pesan. Berikut adalah warna dan artinya : 58 1. Biru (Relaksasi) Biru melambangkan kesetiaan, nuansa warna ini memberi ketenangan pada pemakainya dan orang-orang disekitarnya merasa nyaman. Jenis-jenis warna biru antara lain: Sea Foam, Spindrift, Sky, Turquoise, dan Teal. 2. Ungu (Kreativitas) Ungu melambangkan kemakmuran, jadi setiap kali membutuhkan inspirasi, pilihlah warna ungu sebagai daya tarik kreativitas. Jenis warna ungu : Lavender, Orchid, Grape, Egg Plant, dan Plum. 3. Hitam (Otoritas) Selain terkesan gaya, hitam adalah warna universal yang mencerminkan otoritas. Warna ini memberikan kesan langsing dan tak lekang dimakan waktu. 4. Jingga (Keceriaan) Warna ini bukan warna yang sesuai untuk digunakan saat menghadiri rapat penting. Jenis warna orange antara lain Lemon, Banana, Cantaloupe, dan Tangerine. 58
Ibid. 174-175
5. Merah (Pemberi Semangat) Warna ini bisa menyuntikkan energi dan terkesan agresif pada pemakainya. Jenis warna merah yaitu Maraschino, Cayenne, dan Maroon. 6. Hijau (Kebahagiaan) Hijau menggambarkan hubungan yang jelas dengan alam sehingga memberi ketenangan sekaligus kesegaran. Nuansa warna ini memberikan efek suasana hati yang menyenangkan bagi sang pemakai dan orang-orang disekitarnya. Jenis warna hijau antara lain: Honey Dew, Lime, Spring, Clover, Fern, Moss Army, dan Flora. 7. Putih (Kesucian) Diasosiasikan dengan cahaya, bersifat sederhana, dan terlihat bersih. Sering digunakan untuk busana pernikahan. 8. Kuning (Kehangatan) Warna ini dapat
meningkatkan fokus namun dapat
juga
menyuntikkan rasa tidak sabar. Terkadang memberi kesan tidak serius. 9. Cokelat (Stabilitas) Warna ini memberi kesan ketulusan. Nuansa warna ini memberi kesan bisa diandalkan pada pemakainya.
2.6
Fenomenologi Dalam peta tradisi teori ilmu sosial terdapat beberapa pendekatan yang
menjadi landasan pemahaman terhadap gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat. Salah satu dari pendekatan yang terdapat dalam ilmu sosial itu adalah fenomenologi. Fenomenologi secara umum dikenal sebagai pendekatan yang dipergunakan untuk membantu memahami berbagai gejala atau fenomena sosial dalam masyarakat.59 Umumnya fenomena yang terjadi di masyarakat merupakan salah satu fenomena yang unik dan menarik untuk dikaji serta memiliki makna tersembunyi sendiri. Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomen dari phainesthai/
phainomai/
phainein
yang
berarti
menampakkan
atau
memperlihatkan.60 Fenomenologi juga di artikan ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak (phainomenon). Sedangkan fenomenologi secara terminologi dapat didefinisikan dengan suatu disiplin ilmu yang mencoba mengkaji realitas yang memiliki objek dunia atau benda, dimana tidak ada hal tanpa hal lain. Benda biasa dilihat sebagai suatu objek yang dapat dilihat, dipegang, diraba, atau didengar. Identik dengan dirinya sendiri dan berada dalam ruang yang kemudian muncul sebagai hal yang terjadi dalam suatu waktu.61
59
Stefanus Nindito,“Fenomenologi Alfred Schutz : Studi tentang Konstruksi Makna dan Realitas dalam Ilmu Sosial”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2005, hal 79.
60
Save M. Dagun. Filsafat Eksistensialisme. Rineka Cipta : Jakarta. 1990 Cet. 1 hal 37
61
M. A. W. Brouwer. Alam Manusia dalam Fenomenologi. Kanisius : Jakarta. 1995 hal 6
Fenomenologi mengasumsikan untuk mengkaji hal-hal yang tampak maupun terlihat, sehingga peneliti dapat meneliti hasil temuannya dengan akurat. Peranan fenomenologi menjadi lebih penting ketika di tempat secara praxis sebagai jiwa dari metode penelitian sosial dalam pengamatan terhadap pola perilaku seseorang sebagai aktor sosial dalam masyarakat. Pengaruh tersebut diantaranya menempatkan responden sebagai subyek yang menjadi aktor sosial dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pemahaman secara mendalam tentang pengaruh perkembangan fenomenologi itu sendiri terhadap perkembangan ilmu sosial belum banyak dikaji oleh kalangan ilmuwan sosial. Pengkajian yang dimaksud adalah pengkajian secara historis sebagai salah satu pendekatan dalam ilmu sosial. 62 Pengkajian terhadap pemikiran pendiri fenomenologi, atau yang lebih dikenal sebagai bapak fenomenologi yaitu Edmund Husserl. Di samping itu, pembahasan mengenai tokoh ilmuwan sosial menjadi titik kritis dan unik pada kajian tentang pemikiran fenomenologi sosiologi adalah pemikiran Max Weber. Pada tulisan singkat ini permasalahan tersebut akan dikaji secara khusus pada bahasan tersendiri. 63 Pernyataan yang pada dasarnya menyatakan bahwa fenomenologi sebagai sebuah revolusi dalam filsafat. Pembaharuan dalam pendekatan ilmu sosial ini bersifat mundane. Sebuah revolusi yang murni merupakan hasil inovasi metodologi yang tanpa syarat dan tanpa mengandung pola pemikiran yang mengandung konsep praduga. 62
Stefanus Nindito, loc.cit.,
63
Ibid. 81
Metodologi fenomenologi ini dianggap mampu membawa unsur metafisik fundamental. Dalam perkembangan lebih lanjut, bersifat mengikat dan kemudian termanifestasi pada metodologi tersebut.64 Apabila ditinjau dari sisi waktu kemunculan pendekatan fenomenologi maka pendekatan ini relatif baru, karena diperkenalkan pada sekitar akhir abad 19 oleh Husserl. Teori-teori sosial lain yang populer jauh sebelum fenomenologi seperti teori struktural fungsional (organis) yang dipopulerkan oleh Herbert Spencer pada awal abad 19. Teori populer lain seperti teori konflik yang pertama kali dipopulerkan oleh Karl Marx seiring dengan revolusi industri di Jerman pada pertengahan abad ke-19.65 Dalam khasanah metodologi ilmu sosial, fenomenologi merupakan salah satu bentuk inovasi karena mampu meninggalkan syarat dalam sebuah penelitian yang termanifestasi dengan menggunakan sebuah hipotesa dalam kerangka penyusunan. Pemikiran kritis yang selanjutnya muncul adalah bagaimana perkembangan fenomenologi sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu sosial mensejajarkan posisinya. Dengan kata lain, pemikiran kritis dari tinjauan historis hermeneutis yang akan ditinjau dari tulisan singkat ini sedikit banyak juga akan membicarakan perjalanan fenomenologi sebagai sebuah pendekatan untuk secara akademis memperjuangkan kepentingan emansipatorisnya. 66
64
Ibid. 82
65
Ibid. 83
66
Ibid. 83
Pemikiran tentang penggunaan metodologi fundamental dalam fenomenologi yaitu menuntut penemuan akan dunia yang sesuai dengan yang dialami oleh yang bersangkutan. Semua ini didasarkan pada sifat alamiah dari pengalaman manusia dan makna yang menyertai. Makna tersebut didasarkan pada pengalaman hidup manusia yang bersangkutan. 67 Fenomenologi
melihat
komunikasi
sebagai
proses
pembagi
pengalaman personal melalui dialog maupun percakapan. Seorang penganut fenomenologi cenderung menentang segala sesuatu yang tidak dapat diamati. Hal demikian dikarenakan fenomenolog cenderung yakin bahwa suatu bukti atau fakta dapat diperoleh tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal, semisal angka, bahkan kesadaran hidup. Pengalaman hidup juga terkait dengan informan sangat dijadikan data penting untuk menggali informasi agar data dapat diperhitungkan. Makna dari fenomenologi mencoba menepis semua asumsi yang mengisi pengalaman konkret manusia. Hal inilah yang diungkapkan bahwa fenomenologi disebut sebagai cara berfilsafat yang radikal. Fenomenologi menekankan terhadap upaya menanggapi hal itu sendiri terlepas dari segala posisi sebelumnya. Pengungkapan makna dalam perjalanan pengalaman hidup manusia tidaklah mudah dilakukan karena terdapat kendala dimana peneliti cenderung terdistorsi oleh kehadiran latar belakang pengetahuan, pandangan, dan pengalamannya sendiri dalam mencoba menelaah proses pembentukan makna pengalaman respondennya.
67
Ibid. 92
Oleh karena itu, terdapat suatu konsep dalam metode penelitian sosial yang mensyaratkan penelitinya untuk mengurung (bracket) atau boleh dikatakan menahan dulu semua latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang menyebabkan distorsi dalam melakukan observasi terhadap pandangan responden atau pada suatu gejala yang kemudian muncul. Pengambilan jarak ini dimaksudkan untuk membuat fokus pada kesadaran dari dunia yang akan diobservasi dalam penelitian oleh peneliti. 68 Jadi, pemikiran fenomenologi lebih mengitari penelitian untuk pemahaman subjektif ketimbang mencari objektivitas sebab akibat dan penjelasan universal. Dengan demikian fenomenologi menunjuk banyak hal dasar yang penting bagi pemikiran interpretatif.
Pemahaman subjektif itu
berdasarkan dari faktor latar belakang, pendidikan, maupun pengalaman informan yang akan diteliti lebih dalam lagi dengan teknik observasi. Namun demikian pembagian model observasi didasarkan pada metode penelitian sosial yang berperspektif fenomenologi bukan merupakan model penelitian sosial untuk menguji hipotesis walaupun pada akhirnya penelitian yang bersangkutan menghasilkan hipotesis yang secara tidak langsung diuji oleh penelitian yang bersangkutan. Langkah menuju ke arah pencapaian penelitian dari pengalaman dalam kehidupan sosial adalah dengan mendekatkan diri peneliti sebisa mungkin sebagai partisipan dalam tindakan yang memiliki kepentingan yang dibangun berdasarkan pada pengalaman.
68
Ibid. 92
Konsep dasar dalam penelitian sosial mengarah pada struktur observasi yang lebih memberikan ruang untuk dapat menangkap secara menyeluruh pembentukan makna dari proses pengalaman hidup individu yang lebih komprehensif dilihat dari sisi responden yang sekaligus menjadi aktor dalam dunia kehidupan sosialnya. 69 Tujuan pembentukan sistem relevansi dari tindakan yang terkait dengan interaksi sosial ini memberikan pilihan bagi peneliti. Pilihan tersebut berkaitan dengan kesempatan peneliti untuk dapat memfokuskan kajiannya didasarkan sekelompok relevansi keilmuan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menjadi topik dari sisi kognitif peneliti. 70 Berdasarkan pemikiran diatas maka muncul tawaran tiga model konstruksi makna terhadap tindakan sosial: (1) Model konsistensi tindakan yang menjadi validitas obyektif dari konstruksi peneliti yang menjadi jaminan dan pembedaan dengan konstruksi makna dari realitas kehidupan sehari-hari; (2) Model interpretasi subyektif, tempat dimana peneliti dapat mendasarkan kategorisasi jenis tindakan manusia dan hasil makna subyektif dari tindakan atau hasil tindakan yang dilakukan oleh aktor; (3) Model kelayakan (kesesuaian) antara makna yang dikonstruksi oleh peneliti dengan aktor sosial individual dan lingkungan sosialnya. Selain itu, makna harus sejalan dengan proses pemaknaan dari pengalaman umum dalam kehidupan sosial keseharian. 71
69
Ibid. 92
70
Ibid. 89
71
Ibid. 90
Fakta yang selama ini yang kita gambarkan merupakan sesuatu yang mampu berbicara untuk dirinya sendiri. Dengan demikian jelas bahwa-bahwa fakta itu selalu membawa makna dengan demikian jelas bahwa fakta-fakta itu merupakan sesuatu yang dipilih, ditafsirkan, dan diabstraksikan pengetahuan kita sangat bersifat perspektif oleh karenanya kita hanya menangkap aspekaspek realitas tertentu saja bukan seluruh realita yang konkret. Konsekuensi dari sinergi pemikiran tentang konsep tindakan dalam Fenomenologi Schutz melahirkan konsekuensi pada tingkat metode penelitian yang utamanya sangat berpengaruh terhadap observasi khususnya pada penelitian yang mendasarkan diri tentang pemaknaan tindakan. Salah satu tawaran dari konsekuensi metode dibagi berdasarkan cara pengamatan yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengamatan langsung biasa dilakukan oleh banyak metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti sosial, khususnya yang ingin mengeksplorasi pengamatan secara detail mengenai obyek penelitian menurut perspektif penelitinya sebagai instrumen utama dalam penelitian sosial. 72
72
Ibid. 90-91