BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Usia Lanjut ( Usila ) 1. Pengertian Usia lanjut menurut UU No 4 Tahun 1965 tentang bantuan penghidupan orang jompo atau lanjut usia pasal 1 disebutkan bahwa manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami kemunduran fisik, sosial dan telah mencapai umur 55 tahun. Saat ini belum ada kesepakatan batas umur usia lanjut di Indonesia. Dalam cakupan WHO, membagi batasan umur lanjut usia yaitu : Usia pertengahan ( middle age ), ialah kelompok usia 45 – 59 tahun, usila lanjut ( elderly ), kelompok usia antara 60 – 74 tahun, usia lanjut tua antara kelompok usia 75 – 90 tahun, usia sangat tua ( very old ),kelompok usia di atas 90 tahun.6) 2. Masalah kesehatan pada usia lanjut Lanjut usia sangat berarti bila di hadapi dengan kesehatan tubuh yang baik. Keadaan sehat sempurna ( jasmani, rohani dan sosial ). Secara umum usila di tandai oleh kemunduran biologis sebagai gejala – gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur dan keriput, rambut kepala beruban, gigi mulai melepas ( ompong ), penglihatan dan pendengaran berkurang, gerakan menjadi lamban, dan kurang lincah.6) 3. Karakteristik Usila Beberapa karakteristik usila yang perlu yang perlu di ketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan usila yaitu7) : a. Jenis kelamin usila lebih banyak pada wanita terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara usila laki – laki dan wanita. b. Status perkawinan status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan usila baik fisik maupun psikologis c. Living arrangement misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainya.
d. Kondisi kesehatan Kondisi umum : kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari – hari, mandi , buang air kecil dan besar. Frekuensi sakit : frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif laga bahkan mual tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus. f. Keadaan ekonomi 1) Sumber pendapatan resmi pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif 2) Sumber pendapatan keluarga ada tidaknya bantuan keuangan anak atau keluarga lainya atau bahkan masih ada anggota keluarga tergantung padanya 3) Kemampuan pendapatan usila memerlukan biaya yang lebih tinggi sementara
pendapatan
semakin
menurun
sampai
seberapa
besar
pendapatan usila dapat memenuhi kebutuhan.
A. Penyakit Yang Umum Menyerang Lanjut Usia Kemerosotan fungsi tubuh yang membesar risiko terserang penyakit bagi para lanjut usia namun ada bebagai faktor lain yang menentukan kualitas kesehatan fisik orang tua termasuk sikapnya sendiri menghadapi perubahan tersebut, kebiasaan hidup lingkungan serta interaksi dengan alam sekitar. Adapun penyebab kematian usia lanjut di Indonesia menurut urutannya meliputi:6) 1.
Penyakit – penyakit pernafasan
2.
Penyakit – penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah
3.
Penyakit – penyakit pencernaan makanan
4.
Penyakit sistim urogenital
5.
Penyakit gangguan metabolik / endokrin
6.
Penyakit pada persendian dan tulang
7.
Penyakit yang disebabkan proses keganasan.
Timbulnya penyakit – penyakit tersebut dapat di percepat atau di perberat oleh faktor – faktor luas misalnya makanan kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma.
B. Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.8) Darah yang dengan lancar beredar keseluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media mengangkut oksigen serta zat – zat tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh. Tekanan darah tinggi atau hipertensi di bedakan menjadi dua antara lain 6): a.
Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mm Hg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mm Hg. Hipertensi pada usia lanjut sering bersamaan dengan kelainan kardiovaskuler lain seperti agina, infark jantung, stroke dan kelainan pembuluh darah tepi.
b.
Hipetensi sistolik terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mm Hg. Salah satu bentuk hipertensi sistolik yang di jumpai pada usia muda adalah penderita hiperkinetic borderline hipertension yang disebabkan karena isi sekuncup jantung sebagai akibat kenaikan torus syaraf simpatis adalah yang dijumpai pada usia lanjut yang disebabkan karena kekakuan aorta dan pembuluh darah arteri besar. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa di atas 45 tahun tekanan sistolik merupakan prediktor lebih baik dari pada tekanan darah diastolik kaitannya dengan risiko kardiovaskuler dalam masyarakat.6)
C. Klasifikasi Tekanan Darah Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah ( Orang dewasa 18 tahun dan usia lanjut ) Kategori Normal Tinggi Normal Hipertensi Stadium 1 ( ringan ) Stadium 2 ( sedang )
Sistolik ( mm Hg )
Diastolik ( mm Hg )
< 130 130 – 139
< 85 85 – 89
140 – 159 160 – 179
90 – 99 100 – 109
Stadium 3 ( berat ) Stadium 4 ( Sangat berat )
180 – 209 ≥ 210
110 – 119 ≥ 120
Sumber : Poter, Patricia A.1996. Pengkajian Kesehatan9)
D. Penyebab Hipertensi Menurut penyebabnya ada dua jenis yang pertama hipertensi esensial atau primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,90% penderita hipertensi termasuk jenis ini, yang kedua adalah hipertensi sekunder penyebab spesifiknya sudah diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan ginjal tiroid, penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain. Karena golongan tersebut dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, maka Penyelidikan dan pengobatan lebih banyak di tunjukan kependerita hipertensi esensial.10)
E. Pencegahan Hipertensi Pencegahan komplikasi akibat tekanan darah tinggi dalam suatu populasi mengharuskan diturunkanya risiko penyebab munculnya hipertensi dalam populasi secara keseluruhan. Selain itu juga perlu diidentifikasi penderita hipertensi yang memiliki risiko komplikasi yang meningkat. Hipertensi dalam kontek ini dipakai untuk menyatakan semua aras kenaikan tekanan darah yang berkaitan dengan peningkatan risiko komplikasi dan tidak hanya pada pasien yang memerlukan pengobatan khusus dengan antihipertensi.11) Tindakan pencegahan untuk pengendalian hipertensi yaitu : 1. Untuk merumuskan prioritas dan merencanakan strategi kesehatan masyarakat di masing-masing negara, diperlukan perkiraan yang sahih dan yang bisa mencerminkan keadaan yaitu yang menyangkut: a. Prevalensi hipertensi b. Faktor risiko lain untuk penyakit kardiovaskuler yang bisa mempengaruhi risiko munculnya komplikasi yang berkaitan dengan hipertensi c. Faktor risiko yang menyebabkan berkembangnya hipertensi. 2. Perorangan pengidap hipertensi harus di identifikasi dan ditangani dengan cara yang tepat secara dini dalam riwayat penyakitnaya. Meskipun skrining massa tidak tepat dan juga tidak memungkinkan setiap kesempatan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi hipertensi dalam berbagai tempat pelayanan dan pemeliharaan kesehatan harus diri sendiri ketempat pelayanan kesehatan karena adanya kesadaran yang terus meningkat. 3. Program untuk mengendalikan hipertensi harus merupakan tindakan yang terintegrasi sehingga memudahkan diterapkannya perubahan gaya hidup yang tepat dalam menyediakan terapi obat yang efektif jika diperlukan. 4. masyarakat harus diperdayakan, melalui pendidikan agar dapat berperan secara efektif pada program pencegahan dan pengendalian hipertensi.
F. Obat anti hipertensi a. Dierutika : pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input. Pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurakan sebagai langkah pertama dalam manajaemen hipertensi. b. Penyakit Beta ( B- blocer ) c. Antagonis kalsium d. Inhibitor Ace ( anti converting enzyme ) e. Obat anti hipertensi sentral f. Obat penyekat alpha g. Vasodilator 12) G. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Usila Faktor-faktor yang menimbulkan hipertensi antara lain : 1. Usia Naiknya tekanan darah rata-rata ( mean - BP ) dengan naiknya umur, praktis di temui pada tiap survei kecuali pada angka-angka prevalensi di Irian Jaya (Gunawan & Rahayu, 1981 ). 13) Juga di dapat kenaikan tekanan diastolik rata-rata meskipun tidak begitu nyata. Juga kenaikan angka prevalensi hipertensi pada tiap kenaikan kelompok umur. Pada golongan umur dibawah 40 tahun, angaka prevalensi hipertensi yang ditemukan pada umumnya masih dibawah 10 %, tetapi di atas usia 50 tahun angka ini mencapai 20 % atau lebih, sehingga merupakan problema yang serius pada golongan usia lanjut. 2. Jenis kelamin
Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara pria dan wanita akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda orang setengah baya. Pada usia tua perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria setengah baya mengidap hipertensi,sementara perubahan pasca – menopouse pada wanita dapat pula berpengaruh. Banyak kajian sedang dilakukan utuk mengevaluasi apakah penambahan estrogen dapat melindungi terhadap kenaikan relatif tekanan darah pada masa tua seorang wanita.11) 3. Kegemukan Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka resiko hipertensi ( dada dan perut ) lebih sering terkena hipertensi dari pada orang yang gemuk dibagian ( panggul dan dada ), berat badan normal di tentukan dengan Body mass Index (BMI).Di Indonesia di terjemahkan menjadi Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus14) : IMT=
Berat badan ( kg ) Tinggi badan (m )x Tinggi badan (m )
Tabel 2.2. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Ambang Batas IMT : Kategori Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan
Normal Gemuk
IMT < 17,0 17,0 -18,5 > 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan
> 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0
Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, Bahyar Bakri & Ibnu Fajar.1994. Pedoman praktis pemantauan status gizi orang dewasa14) 4. Konsumsi rokok
Pertimbangan mengenai kebiasaan makan tidak akan sempurna tanpa menyebut rokok, meskipun jarang dianggap mempengaruhi bahan gizi oleh yang gemar merokok. Rokok meninggikan tekanan darah hanya untuk semaentara waktu. Peningkatan tersebut tidak bertahan lama,dan rokok tidak dapat dipersalahkan sehingga penyebab tingginya tekanan darah pada setiap orang yang mengidap hipertensi.15) 5. Olah raga Latihan fisik erobik leguler dapat mengurangi tekanan darah sistolik sampai 10 mm Hg pada penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah yang efektif dapat dicapai hanya melakukan latihan fisik intensitas sedang. Aktifitas sedang seperti jalan cepat selama 30 - 45 menit 3 - 5 kali seminggu sangat bermanfaat.16) 6. Genetik Mustachi (1977) menyatakan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi respon vasopresor. Pengaruh lingkungan dan kebiasaan yang sama, juga mempunyai pengaruh penting dala mementukan timbul atau tidaknya hipertensi.4)
7. Stres Stres atau ketegangan jiwa dianggap memegang peranan terlihat dari adanya kecendrunga meningkatnya pravelensi hipertensi pada wanita dewasa tua dari pada prianya. Orang kota lebih banyak terkena hipertensi pada orang desa, sensitivitas seseorang terhadap stress nampaknya telah mempengaruhi mekanisme syaraf otonom yang dalam waktu lama secara konsisiten telah menyebabkan peninggian tekanan darah.15) 8. Pemakaian alat kontrasepsi oral Hipertensi lebih sering terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Insidennya tergantung pada populasi yang di teliti beberapa ahli mengendalikan mekanisme Umpan balik angiotensin dan renin Jadi angintensin yang berlebih akan meningkatkan tekanan darah. Timbulnya penyakit hipertensi pada pemakaian kontrasepsi oral mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tetapi proses nampaknya berhubungan dengan estrogen.
Pada kebanyakan jenis alat kontrasepsi oral atau pil mengandung progesterone dan estrogen.15) 9. Lingkungan dan faktor genetik Menurut data survei yang kami kumpulkan didaerah pantai (Bondo- Jepara, Karimun jawa) terdapat prevalensi yang lebih tinggal dari pada daerah pedalaman da pegunungan . Hal ini juga dilaporkan oleh Awalui dan kawan-kawan (1982)4). Di Sulawesi utara yang mengadakan studi prevalensi hipertensi di daerah pantai dan pedalaman. Kepadatan penduduk rupanya tidak berpengaruh nyata pada prevalensi seperti dapat dilihat pada angka desa dan kota. Kepadatan penduduk di kota telah mencapai lebih dari 700 orang perkilometer persegi, sedangkan angka kepadatan didesa kira-kira 50 orang per km2.
I.
KERANGKA TEORI Berdasarkan teori diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Genetik
Faktor karakteristik a. Umur b. Jenis kelamin
Lingkungan Kondisi geografis
Tekanan darah pada usia lanjut
Perilaku a. Olah raga b. Konsumsi rokok c. Pemakaian alat kontrasepsi
a. Stress b. Kegemukan
Bagan I : Faktor – faktor yang berhubungan dengan tekanan darah usila Sumber : Modifikasi H.L.Bloom ( 1974 ), R. Boedhi Darmojo.( 1977 )4) J.
Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah : Variabel bebas
Variabel terikat
Umur Jenis kelamin Tekanan darah pada usia lanjut
Kegemukan Konsumsi rokok Variabel pengganggu Olah raga
Minum obat
K. Hipotesis Dari penelitian diatas di lakukan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara umur dengan tekanan darah pada usia lanjut di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah pada usia lanjut di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. 3. Ada hubungan antara kegemukan dengan tekanan darah pada Usia Lanjut di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. 4. Ada hubungan antara konsumsi rokok dengan tekanan darah pada usia lanjut di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. 5. Ada hubungan antara olah raga dengan tekanan darah pada usia lanjut di RW VIII Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.