BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi 2.1.1 Pengertian Karies gigi adalah merupakan penyakit jaringan keras gigi ( email, dentin, sementum) yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan adanya proses demineralisasi jaringan keras gigi diikuti kerusakan unsur – unsur organik ( Kidd dan Bechal, 1992) Menurut Brauer ( dalam Tarigan, 1990) karies adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa. Sementara menurut Schuurs 1992 (dalam Sea, 2010), karies gigi adalah suatu proses kronis yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari subtrat (medium makanan bagi bakteri), yang mengakibatkan timbul destruksi komponen-komponen organik dan akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan tulang. 2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan (Pratiwi, 2007). Selain itu, berbagai teori mengenai karies telah dikemukakan, (Newbrun 1997, cit suwelo, 1992) menambahkan teori 3 faktor utama penyebab karies yang saling berinteraksi, diantaranya host (gigi dan saliva), 6
mikroorganisme, substrat serta faktor waktu sehingga menjadi 4 faktor penyebab karies, keempat faktor saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga terjadi demineralisasi permukaan email yang selanjutnya bila interaksi tetap berlangsung akan terjadi karies. Selain faktor yang merupakan faktor penyebab langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan karies, terdapat pula faktor tidak langsung yang disebut faktor luar, yaitu faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan langsung dengan kesehatan gigi. Berdasarkan penelitian Adhikari, dkk (2005). menunjukkan pada anak-anak umur 8 – 10 tahun sering mengkonsumsi coklat, permen, kue-kue yang lengket dan lain sebagainya. Makanan tersebut mengandung gula yang sangat tinggi sehingga sisa-sisa makanan, lengket di permukaan gigi mampu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan
gigi
dan
membuat
kondisi mulut menjadi asam.
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula secara berulang- ulang akan menurunkan pH mulut dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Demineralisasi email berlangsung secara terus
menerus
menyebabkan mineral dalam gigi hilang dan terjadilah pengikisan email sehingga memudahkan bakteri masuk dan merusak gigi akhirnya terjadi karies gigi. Karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan bulan atau tahun.
1.
Faktor Dalam Yang Mempengaruhi Karies merupakan faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung berhubungan dengan karies. Ada 4 faktor yang berinteraksi :
7
a. Gigi dan Saliva Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies dapat dilihat dari warna, keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta ketebalan email (Suwelo, 1992) Menurut Kidd (1991),plak mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies gigi. kawasan-kawasan gigi yang memudahkan peletakan plak sehingga menyebabkan karies yaitu : a) Pit dan Fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif. b) Permukaan harus didaerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak. c) Email pada tepisan di daerah leher gigi sedikit diatas tepi gingival. d) Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingival karena penyakit periodentium. e) Tepi tumpatan terutama yang kurang menempel. f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan. Menurut Suwelo (1992) Secara mikroskopis email terlihat seperti gambaran prisma dikelilingi oleh substansi yang disebut interprismatik. Email dipermukaan lebih tahan terhadap karies dibanding lapisan dibawahnya. Karies mula - mula terjadi dipermukaan email disebut karies awal ( karies dini = initial caries = white spot karies). Bila proses karies berlanjut maka proses karies akan lebih cepat karena email dibawahnya kurang tahan terhadap karies dibanding email dipermukaan. Menekan bahwa faktor gigi, struktur email sera bentuk permukaan email mempengaruhi
8
kecepatan terjadinya karies terutama bentuk permukaan gigi yang sulit untuk dibersihkan serta tidak adanya daya untuk membersihkan sendiri (self cleansing). Saliva adalah suatu cairan dalam mulut, cairan ini terutama dihasilkan oleh tiga kelenjar, satu dibawah lidah dan dua di rahang atas masing- masing di pipi kiri dan pipi kanan.(Endang.S,2014). Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena masih banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ion fluor. Selain mempengaruhi Phnya karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka caries mungkin tidak akan terkendali (Kidd, dkk, 1991). Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar – kelenjar saliva tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit – langit. Air ludah 99,5% terdiri dari air. Sisanya bermacam – macam ada zat – zat seperti kalsium ( zat kapur), forfor, natrium, magnesium dan lain- lain. Disamping itu juga terdapat musin, amylase, enzima – enzima, bahkan golongan darah, lemak, zat tepung, vitaminjuga dan lain – lain. ( Ircham,2006). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta reflek karena adanya makanan yang masuk kedalam mulut.
b. Mikroorganisme Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak maerupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan dengan flora mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut erupsi dapat terserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenis bakteri mulut tertentu secara invitro dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin. Akhirnya bakteri jenis ini dalam jumlah besar dapat ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo, dan ditunjukkan pula bahwa adanya jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar 9
mendahului terjadinya kerusakan gigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans, beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs, 1992). Streptococus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih dahulu merusak lapisan luar gigi. Selanjutnya laktobasilus mengambil alih peranan itu pada karies yang lebih dalam dan lebih merusak gigi. Lebih jauh Van Houte et al(1981) mengemukakan bahwa 50% dari mikroorganisme yang ada di dalam plak adalah laktobacilus walaupun tidak selalu terdapat di dalam jaringan karies dan keadaanya sama di permukaan gigi yang tidak atau yang sudah diberi fluor. Plak gigi adalah media lunak nonmineral yang menempel erat di permukaan gigi. Proses pembentukan plak beberapa menit setelah gigi bersih, akan terbentuk pelikel yang menempel pada permukaan gigi.setelah 24 jam terbentuk koloni mikriorganisme di pelikel. Pelikel dan plak tidak bisa dilihat dengan mata hany abisa dilihat dengan bahan pewarna ( disclosing solution). Bila plak tebal dan jelas terlihat disebut Debris. Debris lebih banyak mengandung sisa makanan sedangkan plak lebih banyak kandungan mikroorganismenya. Adanya plak atau debris yang terdapat di permukaan gigi dipakai sebagai Indikator kebersihan gigi dan mulut (Suwelo,1992) c. Substrat (sisa makanan) Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada pemberian makanan lewat mulut. Sebagian dari makanan yang diberikan menggabungkan diri dan cocok sebagai substrak bakteri plak. Substrak dari makanan, kebalikannya dari air ludah hanya dijumpai beberapa saat setiap hari, tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida disintesis di dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Salama periode penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang, penggunaan gula 10
berkali-kali menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah streptococcus mutans didalamnya (Schuurs, 1992). Subtrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga caries. Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur, ukuran, komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies (Suwelo, 1992). Sekarang ini amatlah sulit menghindari gula karena banyaknya industri makanan yang selalu menambahkan gula dalam produknya, tetapi kita dengan mempertimbangkan berbagai keuntungannya, akan dapat mengurangi jumlah dan frekuensi konsumsi gula di dalam makanan baik untuk kita sendiri maupun bagi anak – anak, (Besford, 1996). Amar Muntaha, (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “ Prevalensi dan Faktor Resiko Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Kelas III-IV Negeri 161 Kota Palembang Tahun 2009” . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah dan faktor – faktor resiko yang terkait dengan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah prevalensi karies didapat dari 100% sampel mengalami karies gigi dengan rata- rata DMF-T 6,47% (SD: 3,2) dan digolongkan menjadi frekuensi rendah (44%) dan tinggi (56%). Pade uji regresi berganda didapat bahwa ph plak dan kematangan plak merupakan prediktor terbaik dari kejadian karies dengan R= 0,595, R2 =0,354 dan p untuk ANOVA = 0,0005.
11
d. Waktu Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahunan (Kidd, 1991). Karies merupakan penyakit kronis , kerusakan berjalan dalam periode bulan atau tahun. Rata– rata kecepatan karies gigi tetap yang diamati di klinik adalah ± 6 bulan. (Suwelo,1992)
2.
Faktor Luar Yang Mempengaruhi Karies Seperti yang telah dikemukakan, faktor luar merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies. Beberapa faktor luar yang erat hubunganmya dengan terbentuknya karies gigi, antara lain : usia, jenis kelamin, ras ( suku bangsa), letak geografis, tingkat sosial ekonomi dan perilaku penduduk dan lingkungannya, pengetahuan dan kesadaran serta sikap terhadap kesehatan gigi. 2.1. Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan semakin bertambah, hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya.(Suwelo,1992) Karies gigi sudah dapat terjadi pada anak – anak umur 3-4 tahun. Prosentase karies gigi paling tinggi pada masa gigi campuran, prosentase akan menurun 12
dengan bertambahnya umur (Tarigan,1995). Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut gigi geligi: a) Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies b) Periode pubertas ( remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga, sehingga menyebabkan prosentase karies meningkat c) Umur antara 40 s/d 50 tahun, Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papila sehingga sisa – sisa makanan sukar untuk dibersihkan (Tarigan,1992) Hasil penelitian Dewi A. Hamadi, dkk (2015) , pemeriksaan 128 responden umur 11-13 tahun bahwa hasil DMF-T berdasarkan umur menunjukkan DMF-T tertinggi pada umur 13 tahun sebesar 4,8 % dan DMF-T rendah pada umur 11 tahun sebesar 1,57%. 2.2 Jenis Kelamin Dari beberapa penelitian Prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan laki –laki. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki –laki, sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies.(Suwelo,1992). Didukung oleh hasil penelitian Dewi A. Hamadi, dkk (2015), pemeriksaan 128 responden umur 11-13 tahun menunjukkan Hasil DMF-T berdasarkan jenis kelamin dimana DMF- T rendah
13
pada jenis kelamin laki-laki sebesar 1,47% dan jenis kelamin perempuan sebesar 2,52 % 2.3 Ras ( Suku Bangsa) Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies. Pengaruh ras terhadap terjadinya karies amat sulit ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan prosentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi geligi pada rahangsering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut. (tarigan, 1990) 2.4 Letak Geografis Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara (dalam air minum dan makanan), maka email akan banyak menyerap fluor sehingga akan memberikan efek besar terhadap pencegahan karies (Suwelo, 1992). 2.5 Tingkat sosial ekonomi Weinstein (1998)menjelaskan bahwa ada hubungan antara keadaan soaial ekonomi dan prevalensi karies. Anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami jumlah karies lebih banyak dan kecendrungan untuk 14
tidak mendapatkan perawatan lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan keadaan sosial ekonomi tinggi. Kemiskinan pada golongan minoritas meningkatkan resiko kesehatan mulut yang buruk. 2.6. Sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku adalah semua aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. 2.6.1 Perilaku menggosok gigi Perilaku memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009). Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala 15
aktivitas dan keputusan seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya (Delta, 2010). 2.6.2 Kebiasaan makan Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Caobisco, 1995). Anak dan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara berlebihan sehingga beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam yang menyebabkan demineralisasi yang berlangsung 20 – 30 menit setelah makan. Di antara periode makan saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun apabila makanan jajanan terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadinya karies. Sehari – hari banyak dijumpai anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada dirumah, lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah. Anak yang sering mengkonsumsi jajanan yang mengandung gula lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi jajanan nonkariogenik (Suwelo,1992). Hasil penelitian Kamsiah, dkk (2014), dari 212 responden dengan analisis univariat dan bivariat, penggunaan statistik dengan menggunakan uji Chi-Square serta analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik. Sebanyak 72,6% responden mengaku sering mengkonsumsi makanan kariogenik. Jenis 16
makanan kariogenik yang sering dikonsumsi yaitu permen (22%), coklat (20%) dan es krim (14%). Adapun jenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu : a. Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik Makanan kariogenik adalah makanan yang sering di makan di antara dua waktu. Makanan yang mempunyai ciri-ciri PH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan yang mempunyai PH rendah adalah sebagai berikut : 1) Sukrosa (Gula) Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu glukosa dan fruktosa, dan mudah dipecah menjadi kedua unsur tersebut di dalam unsur sebelum di serap oleh tubuh. Terdapat berbagai bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi karena memproduksi lebih banyak pelekat glukosa dan membuat plak dalam mulut semakin tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula yang terbanyak dan paling di sukai sebagai bahan tambahan pada pabrik makanan di seluruh dunia. 2) Glukosa Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambah pada sejumlah makanan dan minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa (lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan untuk memperkuat rasa buah-buahan pada minuman ringan dan selai. 3) Fruktosa Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayur-sayuran tertentu, dan dalam madu. Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga
17
sebagai penambahan rasa pada selai, minuman, buah-buahan dan lainlain. b. Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung protein dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami terdapat dalam beberapa buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel). Pada penelitian Indri W.,(2013) Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan Dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara menunjukkan pola makan makanan kariogenik dengan persentase terbesar pola makan permenyaitu terdapat 19 anak (31.66%) mengonsumsi permen > 3 kali per hari. Kebiasaan mengonsumsi Snack banyak dilakukan oleh anak-anak sekolah yaitu sebanyak 20 anak dengan frekuensi waktu konsumsi yaitu 2-3 kali per hari. Hal ini disebabkan anak-anak sekolah yang menyukai makanan yang manis dan memiliki bermacam-macam rasa.
2.1.3 Proses terjadinya karies Menurut Yuwono (1993), enzim dalam air ludah seperti amilase, maltosa akan mengubah polisakarida menjadi glukosa dan maltosa. Glukosa akan menguraikan enzim–enzim yang dikeluarlan oleh mikroorganisme terutama lactobacilus dan streptococcus akan menghasilkan asam susu dan asam laktat, maka pH rendah dari asam susu (pH 5,5) akan merusak bahan–bahan anorganik dari email (93 %) sehingga terbentuk lubang kecil. Bakteri pada plak memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya, makanan bakteri ini berasal dari karbohidrat yang ada dalam makanan dan minuman kita. Kebanyakan karbohidrat harus diolah dulu sebelum dapat dikonsumsi 18
oleh manusia sehingga menghasilkan sejenis karbohidrat yang disebut karbohidrat sederhana atau sukrosa. Sukrosa mudah diserap oleh bakteri-bakteri pada plak, ampas dari pengolahan sukrosa oleh bakteri plak adalah asam yang serupa dengan cuka. Asam tersebut merusak email, membuat email keropos sehingga lambat laun akan timbul lubang gigi. Kerusakan pada email ini terjadi karena asam melarutkan mineral dari email atau demineralisasi (Hamsafir, 2010).
2.1.4 Perawatan Karies Menurut Tarigan (1989), pencegahan karies gigi bahwa rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendirinya dan karies gigi akan terus meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan. Perawatan karies gigi harus segera dilakukan antara lain : a. Penambalan Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang dapat disembuhkan hanya dengan pemberian obat – obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan. Bagian – bagian gigi yang telah terkena infeksi, sebaiknya dibor atau dibuang sehingga dapat menghilangkan infeksi yang terjadi, setelah itu baru dilakukan penambalan untuk mengembalikan bentuk semula dari gigi tersebut, sehingga gigi tersebut dapat berfungsi kembali sebagai pengunyah makanan. b. Pencabutan Gigi yang sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah amat sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Pencabutan gigi merupakan tindakan terakhir yang dilakukan apabila tidak ada cara lain lagi untuk mempertahanka gigi tersebutdi dalam rahang.
19
2.1.5 Pencegahan Karies Gigi Leavell dan Clarrk (1965) dalam bukunya Preventive medicine for the doctors in his community, mengenalkan konsep yang menarik dalam pemikiran tentang tindakan preventive untuk semua jenis penyakit yang dinamakan LEVELS OF PREEVENTION, yaitu tingkatan atau tahapan pencegahan. Tahapan pencegahan ini berkelanjutan, yaitu melalui periode prepatogenesis penyakit sampai ke periode rehabilitasi yaitu setelah penyakitnya sendiri sudah hilang. Begitu juga halnya dengan terminologi kedokteran gigi pencegahan, Harris (2004) menyatakan konotasi kedokteran gigi pencegahan dapat diinterprestasikan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. maka kedokteran gigi pencegahan dapat diklasifikasikan dalam 3 tahapan : a. Pencegahan Primer, yaitu penggunaan strategi – strategi dan bahan – bahan untuk mencegah permulaan terjadinya penyakit, untuk membalikkan proses perkembangan penyakit atau untuk menghentikan proses penyakit, sebelum pencegahan sekunder perlu dilakukan . b. Pencegahan sekunder, yaitu penggunaan metode – metode perawatan secara rutin untuk menghentikan proses penyakit dan atau untuk memperbaiki kembali jaringan supaya sedapat mungkin mendekati normal. c. Pencegahan tersier, yaitu penggunaan tindakan – tindakan yang diperlukan untuk mengganti jaringan yang hilang dan untuk merehabilitasi pasien ke suatu keaadaan sehingga kemampuan fisik dan atau
sikap mentalnya sedapat
mungkin mendekati normal.(Sriyono, 2005) Menurut Tarigan (1990) pencegahan terjadinya karies gigi dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, yaitu :
20
a. Pengaturan diet Diet yang mengandung karbohidrat yang tidak terfermentasi tidak dapat menyebabkan karies. Makin sering makan karbohidrat makin cepat terjadinya proses kerusakan dari jaringan keras gigi. b. Plak kontrol Plak kontrol merupakan tindakan pencegahan menumpuknya plak dan sisa – sisa makanan pada permukaan gigi. Program yang berhasil mengurangi plak dengan pemeliharaan kebersihan mulut. c. Penggunaan fluor Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah terjadinya karies gigi. Fluor selain berpengaruh terhadap gigi yang sedang erupsi,juga mempengaruhi gigi sesudah erupsi. Fluor juga menghambat kehidupan bakteri yang ada pada plak.Penggunaan Fluor yang paling mudah dilakukan dengan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor. Selain itu dapat dilakukan dengan topikal aplikasi (Ramadhan,2010) d. Zat – zat enzimatik dan anti bakteri Zat- zat yang menghambat reaksi enzim seperti vitamin K sintesis akan mempengaruhi pembentukan asam pada permukaan gigi dan zat –zat anti bakteri antara lain ammonium, ureum dan penicillin akan mengurangi daya kerja bakteri pada gigi (Tarigan, 1990)
2.1.6 Indeks Karies Gigi Menurut (Eliza,dkk,2001) Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Indeks karies yang bisa dipakai adalah untuk gigi tetap dipakai indeks DMF-T dan untuk gigi sulung adalah indeks def-t. 21
a. Indeks DMF-T( DMF-Teeth) D = Decay
: Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing : Jumlah gigi tetap yang harus/ telah dicabut karena karies F = Filling
: Jumlah gigi yang telah ditambal
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang Contoh : DMF
: 2 artinya setiap anak mempunyai dua gigi yang terserang karies
DMF
: 0 artinya gigi anak tersebut sehat
b. Indeks def-t (def-teeth) d = decay
: Jumlah gigi susu yang karies yang masih dapat ditambal
e = extoliasi : Jumlah gigi susu yang harus / telah dicabut karena karies. Kadang-kadang pada gigi susu lepas dengan sendirinya karena faktor fisiologi,bukan karena karies f = filling
: Jumlah gigi susu yang telah di tambal
2.2 Kebersihan Gigi dan Mulut Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Beberapa cara sederhana untuk mendapatkan gigi yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan yang mengandung gula, hindarilah makanan tersebut diantara dua waktu makan, periksa secara teratur pada dokter gigi 22
Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain dari dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit, mereka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik. (Budiardjo, 1985). 2.2.1 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Untuk kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene Index Simplified dari Green dan Vermilion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris indeks dengan Calculus indeks Pemeriksaan Debris Kriteria penilaian debris adalah sebagai berikut : No
KRITERIA
NILAI
1.
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada
0
pewarnaan ektrinsik. 2.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga 1 permukaan/gusi. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak akan tetapi ada pewarnaan ektrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
3.
Pada pemukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut, seluas lebih dari sepertiga tetapi kurang dari dua
2
pertiga permukaan gigi dari tepi gusi. 4.
Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan gigi dari tepi gusi. 23
3
Pemeriksaan Kalkulus Kriteria penilaian kalkulus adalah sebagai berikut :
No
KRITERIA
NILAI
1.
Tidak ada karang gigi
0
2.
Pada permukaan gigi yang ada karang gigi supra gingival yang
1
menutupi gigi tidak lebih dari sepertiga permukaan dari tepi gusi. 3. ~ Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supra gingival,
2
kurang dari dua pertiga permukaan dari tepi gusi. ~ Sekitar bagian servical gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival
4. ~ Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gigival
3
yang menutupi permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan dari tepi gusi. ~ Sekitar bagian servical gigi ada karang gigi subgingival yang
3
menutupi dan melingkari seluruh bagian servical
2.3 Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6-12 tahun yang masih sekolah pada tingkat sekolah dasar (SD), anak usia sekolah sangat rentan terkena karies gigi karena mereka memiliki kegemaran untuk makan makanan yang manis, sedangkan orang tua kurang mempedulikan kebiasaan untuk menyikat gigi, jika seorang anak tidak mau menggosok gigi maka sebagai orang tua sebaiknya dapat memaksa anaknya untuk menggosok gigi terutama saat menjelang tidur malam. Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak yang mengalami karies. Selain itu kebiasaan minum susu menjelang tidur serta kebiasaan mengulum permen dan makan-makanan manis juga dapat menjadi penyebab terjadinya karies gigi (Mustaida. 2008). 24
Kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa mempengaruhi mereka dalam menjaga kebersihan gigi, sedangkan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu makanan yang mengandung gula (kariogenik) yang melekat di permukaan gigi.
Pola makan makanan yang
mengandung konsentrasi gula melebihi batas minimum, akan menghasilkan banyak asam. Patogenitas plak atau Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang merubah gula menjadi asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yang menyebabkan asam melekat pada permukaan gigi, dan Streptococcus mutans mengurangi permiabilitas plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali. Sedangkan faktor kebiasaan menggosok gigi juga mempengaruhi terjadinya karies gigi karena perilaku menggosok gigi berpengaruh terhadap terjadinya karies. Hal ini berkaitan dengan proses terjadinya karies itu sendiri, di mana apabila sukrosa tinggal dalam waktu yang lama dalam mulut dan tidak segera dibersihkan akan menyebabkan kemungkinan terjadinya karies (Irhama, 2012).
25