BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Perilaku Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku dewasa ini mempunyai peran yang sangat besar dalam status kesehatan baik individu maupun masyarakat. 9 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Sedangkan pengertian yang lain perilaku adalah refleksi dari kejiwaan seperti emosi, berfikir, keinginan, sikap, pengertian, motivasi, dan lain sebagainya. Perilaku merupakan refleksi dari beberapa gejala kejiwaan, misalnya perilaku ibu dalam menangani penderita diare di rumah dengan benar harus didukung oleh keinginan untuk mewujudkan pengetahuan yang didapat dengan benar. 10 2. Perilaku Dalam Bidang Kesehatan Untuk mengetahui perilaku dalam bidang kesehatan, terlebih dahulu perlu kita mengetahui tentang konsep kesehatan. Konsep sehat menurut WHO, menyebutkan bahwa sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja. 9
Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu : 10,13 a. Perilaku Sehat
Berhubungan
dengan
tindakan
seseorang untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan serta memilih makanan yang bermanfaat bagi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku sehat ini adalah tindakan dari seseorang yang menganggap dirinya sehat. b. Perilaku Sakit Segala tindakan seseorang yang merasa dirinya sakit, termasuk atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit dan usaha-usaha pencegahan penyakitnya. Perilaku peranan sakit yaitu tindakan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan termasuk semua usaha untuk mencari kesembuhan. Disamping itu perilaku manusia adalah hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan demikian perilaku kesehatan merupakan bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khusunya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Proses perubahan dan pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan luar individu. Aspek-aspek dari dalam individu yang sangat berpengaruh daalam pembentukan dan perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Sedangkan aspek dari luar yang berpengaruh adalah aspek sosial budaya. Tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :16 1. Faktor predisposisi faktor yang memudahkan terjadinya perilaku, antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pandangan atau persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan, pendidikan, umur dan status sosial. 2. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku, antara lain mencakup adanya ketrampilan dan sumber daya seperti fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya. 3. Faktor Pendorong Faktor-faktor yang mampu menguatkan seseorang untuk perilaku tersebut, antara lain sikap dan perilaku petugas kesehatan serta dorongan yang berasal dari keluarga, masyarakat, dan tokoh masyarakat disekitarnya. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan menurut WHO ditentukan oleh pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap obyek kesehatan. Disamping itu perilaku kesehatan seseorang juga ditentukan oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat mendukung perilaku kesehatan seseorang seperti uang, waktu dan tenaga. a. Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kader kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi, tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak terjadi kecuali apabila seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami tentang tatalaksana diare di rumah yang didapatkan dari sejumlah pertanyaan menganai pengertian diare, tanda-tanda diare, akibat diare, cara pencegahan, upaya pengobatan di rumah, pemberian cairan dan makanan pada anak yang menderita diare.10 b. Sikap
Sikap dapat diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tersebut. Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal atau obyek. Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap dengan perasaan tertentu, tetapi sikap tidak terbentuk sepanjang perkembangannya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Secara definitive sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasi melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agam, serta faktor emosi dalam diri individu. Sikap merupakan reaksi ibu terhadap tatalaksana diare di rumah dengan menanggapi sejumlah pernyataan mengenai tanda-tanda diare, akibat diare, cara penularan dan upaya pengobatan di rumah.10 c. Praktek Praktek individu terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan dari prakteknya tersebut. Praktek seseorang dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap suatu obyek. Praktek penatalaksanaan diare di rumah adalah tindakan nyata ibu dalam mengobati atau merawat anak yang menderita diare agar tidak terjadi dehidrasi yang meliputi pemberian cairan, pemberian makanan.10 B. Diare 1. Pengertian Diare atau penyakit diare ( diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekwen. Hippocrates memberikan definisi tentang diare sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja. Dan definisi tersebut sampai sekarang masih tetap dipakai.6
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu, dengan gejala muntah, demam namun tidak ada darah dalam tinjanya. Kebanyakan dari kasus diare akut dengan pengelolaan yang tepat merupakan kasus yang akan sembuh sendiri, namun dari sebagian kecil akan mengalami diare kronik dan komplikasi yang lain, sehingga menimbulkan pula kematian anak yang cukup berarti.2,7
2. Cara Penularan Diare biasanya ditularkan melalui fekal oral, terutama karena menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen perut yaitu : 1. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup) 2. Air tercemar oleh tinja 3. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis) 4. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek 5. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya 6. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, pemberian susu botol) Sedangkan faktor dari penderita sendiri yang dapat mengakibatkan terjangkitnya diare dan tingginya insiden penyakit adalah gizi kurang dan menurunnya daya tahan tubuh.6,7
3. Penyebab Diare Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah terjadinya diare adalah keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, kepadatan penduduk dan sosial ekonomi. Faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan diare antara lain infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan.6 Bakteri penyebab diare pada bayi di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia adalah ETEC (Enterotoxigenic E.coli), Campylobacter jejuni, shigella dan EPEC (Enteropathogenic E.coli). Beberapa virus penyebab diare yang telah
dibuktikan antara lain Adenovirus, Rotavirus. Sedangkan yang diduga bisa menyebabkan diare namun belum terbukti antara lain Astrovirus, Coronavirus, Minitavirus, Virus bulat kecil. Organisme parasit yang bisa menyebabkan diare adalah Balantidium Coli, Capillaria Philippnensis, Cryptosporidium, entamoeba Histolytica, Giardia Lambia, Isosspora Belli.4
4. Klasifikasi Diare Rendle short (1961) membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya infeksi gastroenteritis (diare dan muntah) diklasifikasi menurut 2 golongan : 1. Diare infeksi spesifik Tifus abdomen dan paratifus, disentri basil (shigella), enterokolitis stafilokok 2. Diare non spesifik Diare dietetik Disamping itu klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi: 1. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus, parasit) 2. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis media, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin dan lainnya).2 Berdasarkan penyebabnya diare dapat dibagi dalam 2 golongan : 1. Diare primer, disebabkan oleh : a. makanan (makan dan minum bahan-bahan yang merangsang lambung dan usus seperti cabe, jamu, jamur) b. racun c. iklim (hawa dingin, panas tiba-tiba) d. gangguan syaraf (histeri, ketakutan, dan cemas) 2. Diare sekunder, disebabkan oleh : a. penyakit infeksi (typhoid, dysentri, kolera, TBC) b. penyakit menahun (jantung, paru, hati) c. penyakit radang ginjal, kurang darah, dan kanker.8 Ellis dan Mitchell (1973) membagi diare pada bayi dan anak secara luas berdasarkan lamanya diare, yaitu : 1. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak
2. Diare kronik yang umumnya bersifat menahun.2 Diare akut dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu : 1. tanpa dehidrasi 2. dehidrasi ringan sampai sedang 3. dehidrasi berat.4
5. Penilaian Derajat Dehidrasi Prioritas utama yang harus dilakukan seorang tenaga kesehatan saat ada pasien datang ke sarana kesehatan adalah menentukan derajat dehidrasi. Anak yang menderita dehidrasi mungkin akan datang dengan satu atau lebih tanda dehidrasi. Tergantung pada jumlah dan beratnya tanda, dehidrasi mungkin dinilai dan digolongkan dalam dehidrasi ringan, sedang, dan berat.
a. Dehidrasi ringan Dehidrasi ringan (4-5% kehilangan BB) sering sukar untuk ditentukan secara klinis, sebab hanya ditandai oleh bertambahnya rasa haus. Mungkin juga anak agak gelisah. b. Dehidrasi sedang Dehidrasi sedang (6-9% kehilangan BB) ditandai dengan rasa sangat haus dan berkurangnya jumlah buang air kecil (warnanya lebih tua). Anak yang lebih muda kelihatan gelisah atau letargi tetapi rewel dan pada anak yang lebih besar kelihatan seperti akan pingsan bila berbaring atau duduk agak tegak. Matanya cekung dan agak berair, mulut dan lidahnya akan kering dan nafasnya dalam serta sering lebih cepat. Kulitnya akan pulih kembali dengan lambat bila dicubit dan nadinya akan lebih cepat dan lemah. Pada bayi, ubun-ubunnya akan cekung. Tekanan darah sistolik akan rendah. c. Dehidrasi berat Dehidrasi berat (lebih dari 10% BB hilang) mungkin urin sudah tidak keluar untuk beberapa jam. Terdapat gangguan kesadaran (bahkan mungkin koma), tungkai agak dingin, mungkin juga berkeringat. dan sianotik, anak mungkin tidak bisa minum untuk beberapa jam.Mata sangat cekung dan tidak berair,
mulut dan lidah sangat kering, anak bernafas dalam dan cepat. Ketika kulit dicubit akan pulih kembali sangat lambat, denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun pada bayi sangat cekung. Tekanan darah sistolik tidak dapat diukur. Bila menemukan dua atau lebih tanda dehidrasi berat, keadaan ini harus mengingatkan pemeriksa mengenai perlunya pengobatan intravena (rencana pengobatan C).4
Tabel 2.1 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO (1980) Tanda dan gejala
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
1.Keadaan
umum
dan kondisi: a.bayi dan anak
Sumb Haus,sadar,gelisah
kecil
Haus, gelisah atau
Mengantuk, lemas,
letargi tetapi iritabel
extremitas dingin,
er :
Buku Pedoma
berkeringat, sianotik, mungkin koma b.anak lebih besar dan dewasa
Haus,sadar,merasa Haus,sadar,gelisah
pusing pada perubahan posisi
Biasanya sadar,gelisah,extremitas dingin,berkeringat,siano tik,kulit jari-jari tangan
2.nadi radialis
Normal
3.pernafasan
normal
4.ubun-ubun besar
normal
5.tekanan darah
normal
Cepat dan lemah Dalam,mungkin cepat Cekung Normal rendah
sistolik
Pri nsip
berkeriput,kejang otot
Penan
Cepat,kadang tak teraba
ganan
Dalam dan cepat
Pende
Sangat cekung Kurang dari 80 mm Hg,mungkin tak teratur
6.elastisitas kulit
6.
rita Diare
pada pencubitan elastisitas kembali
Lambat
segera normal 7.mata
normal
8.air mata
ada
9.selaput lendir
lembab
10.pengeluaran
normal
urin
Cekung Tidak ada Kering Berkurang dan warna tua
Sangat lambat ( > 2
Org
detik)
anisasi
Sangat cekung
keseha
Sangat kering Sangat kering Tidak ada urin,kandung
tan seduni
kencing kosong
a
% kehilangan berat
4% - 5%
6% - 9%
10% atau lebih
(WHO
perkiraan
40 – 50 ml/kg
60 – 90 ml/kg
100 – 110 ml/kg
) saat
kehilangan cairan
ini
menganjurkan 4 unsur utama penanggulangan klinik secara efektif untuk anak yang menderita diare akut, yaitu : 14 1. Pemberian cairan biasanya berupa pengobatan rehidrasi secara oral (upaya rehidrasi oral) untuk mencegah dan mengobati dehidrasi. 2. Pemberian makanan diteruskan terutama ASI selama diare dan pada masa penyembuhan. 3. Tidak menggunakan obat-obatan anti diare, penggunaan antibiotika anti mikroba hanya untuk kasus disentri oleh shigella, giardia, amoeba dan kolera.
4. Petunjuk yang efektif bagi ibu tentang : a. cara merawat anak sakit diare di rumah, terutama tentang upaya rehidrasi oral b. tanda-tanda untuk membawa anak kembali berobat atau merujuk ke sarana kesehatan c. cara untuk mencegah terjadinya diare dimasa depan Tindakan pengobatan yang dilakukan di rumah adalah titik tolak keberhasilan pengelolaan penderita tanpa dehidrasi yang datang ke sarana kesehatan, juga tindakan untuk mendorong ibu memberikan pengobatan di rumah secepat mungkin ketika diare baru mulai. Bila ibu mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan efektif diare, misalnya bila ibu memberikan pengobatan cairan secara oral pada anak dirumah segera setelah anak menderita diare, ini dapat mencegah terjadinya dehidrasi atau mengurangi beratnya dehidrasi. Untuk itulah penting sekali ibu-ibu mengetahui tentang rencana penanganan penderita diare dengan baik. 4
Rencana pengobatan atau penanganan penderita diare berdasarkan klasifikasi diare akut yaitu : 1. Rencana Pengobatan A Rencana pengobatan A terdiri dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penderita diare akut tanpa dehidrasi. Tiga cara untuk pengobatan diare di rumah : a. Memberikan anak cairan lebih banyak daripada biasanya Cairan yang dapat digunakan untuk pengobatan penderita diare di rumah adalah : 1. ASI, merupakan cairan yang paling baik untuk diberikan 2. Cairan yang dibuat dari makanan misalnya bubur beras encer atau sop yang agak asin, juga makanan yang mengandung susu (formula) dilarutkan 2 kali lebih encer dari biasanya. 3. Cairan lain yang biasa disediakan di rumah misalnya air biasa, air teh, air tajin, sari buah. Namun minuman yang diperdagangkan seperti minuman ringan, sari buah yang pekat tidaklah baik untuk digunakan.
4. Larutan Gula Garam (LGG) adalah cairan yang dapat disiapkan di rumah dengan mudah dan dianjurkan oleh pemerintah. Namun ini tidak efektif karena kesalahan dalam mempersiapkan bahkan akan menjadi tidak aman. 5. Larutan oralit adalah cairan yang paling efektif dan ideal dalam mencegah dan mengobati dehidrasi. 4,12 Banyaknya cairan yang harus diberikan 3 jam pertama untuk umur kurang dari 1 tahun adalah sebanyak 300 ml (1,5 gelas) sedangkan untuk umur 1-5 tahun sebanyak 600 ml (3 gelas). Sebagai tambahan, setiap kali buang air besar untuk anak yang umurnya kurang dari 1 tahun harus minum kira-kira 50-100 ml ( ¼ - ½ gelas ) sedangkan untuk umur 1-5 tahun harus minum kira-kira 100-200 ml ( ½ - 1 gelas ).4 Adapun cara membuat LGG dan larutan oralit adalah sebagai berikut : 1. Membuat Larutan Gula Garam (LGG) Menyiapkan satu gelas air matang, ditambah garam sebanyak ¼ sendok teh kemudian ditambah 1 sendok teh gula selanjutnya larutan tersebut diaduk sehingga semua larut.
2. Membuat Larutan Oralit Sebelumnya tangan dicuci dengan sabun kemudian siapkan 200 ml air matang lalu tuangkan semua bubuk oralit ke dalam gelas yang sudah diberi air dan diaduk sampai semuanya larut.4 b. Meneruskan Memberi Makanan Diare juga menyebabkan gizi kurang akibat penundaan makanan oleh ibu, anoreksia, buruknya pencernaan dan penyerapan sehingga kehilangan zat makanan. Disamping untuk pemenuhan gizi, makanan juga membantu merangsang penyerapan natrium dan air. Oleh karena itu pemberian makanan harus diteruskan selama dan setelah diare.4 Makanan terbaik yang dapat diberikan pada penderita diare harus dapat diterima oleh anak, tersedia di rumah dan mudah dicerna. Konsentrasi gula dan garam jangan terlalu tinggi, sedangkan untuk jeruk dan pisang sangat baik diberikan karena mengandung kalium. Makanan yang tinggi
kalori dan bergizi misalnya kacang-kacangan, daging atau ikan dengan makanan berasal dari susu atau dengan telur untuk menambah kandungan kalori.4 Makanan yang harus dihindari oleh penderita diare adalah makanan yang sangat asin, makanan yang sangat manis, makanan yang berserat tinggi, sup yang terlalu encer yang mengenyangkan tetapi tidak bergizi dan formula khusus yang mahal juga tidak perlu misalnya formula yang terbuat dari kedelai padahal anak tidak menderita intoleransi susu.4 Banyaknya makanan yang diberikan pada penderita diare adalah mereka mau. Pemberian setiap 3 atau 4 jam (6 kali sehari) atau lebih sering untuk anak yang lebih kecil. Makanan yang diberikan dalam jumlah sedikit tapi sering akan lebih dapat diterima oleh anak. 4,14 c. Membawa anak yang diare ke sarana kesehatan jika terdapat tanda-tanda sebagai berikut : 1. sering buang air besar 2. ada tanda-tanda kekurangan air atau terjadi dehidrasi 3. demam 4. tidak mau makan atau minum seperti biasa 5. kelihatannya tidak bertambah baik 2. Rencana Pengobatan B Rencana pengobatan B adalah pemberian oralit untuk memperbaiki dehidrasi atau pengobatan rehidrasi. Hal-hal yang tercakup dalam pelaksanaan rencana B adalah : a. petugas kesehatan menghitung jumlah oralit yang dibutuhkan b. ibu mempelajari cara memberikan larutan oralit dan melakukan rehidrasi c. petugas kesehatan memantau kemajuan rehidrasi dan tindakan ibu d. bila rehidrasi sudah tercapai penderita harus meneruskan pengobatan dengan rencana A Penggunaan utama rencana pengobatan B adalah untuk rehidrasi awal penderita dengan dehidrasi ringan atau sedang dan sebagai kelanjutan
rehidrasi penderita dengan dehidrasi berat setelah membaik dengan pengobatan intra vena. 4 3. Rencana Pengobatan C Rencana pengobatan C digunakan terutama untuk penderita dehidrasi berat. Maksud rencana pengobatan ini adalah memberikan sejumlah cairan yang banyak dengan cukup mengganti cairan yang hilang yang mengakibatkan dehidrasi berat. Cara memberikan biasanya dengan cairan intra vena. Cairan yang dianjurkan adalah ringer laktat karena cairan ini memberikan natrium dan laktat yang cukup dimetabolisis menjadi bikarbonat untuk mengatasi asidosis. Cairan lain yang dapat diterima adalah normal saline cairan darrow setengah konsentrasi dan normal saline setengah dalam dekstrosa 5% sedangkan cairan yang tidak sesuai adalah glukosa dan dekstrosa karena cairan tidak mengandung elektrolit. Cairan lain yang dapat diberikan untuk penderita dehidrasi berat adalah dengan rehidrasi oral dengan pipa nasogastrik. Cara ini dipakai hanya sebagai tindakan darurat yaitu bilamana pemberian secara intravena tidak dapat dilakukan. Cairan yang dibutuhkan dalam rehidrasi oral pipa nasogastrik adalah larutan oralit. Setelah tanda-tanda dehidrasi penderita membaik, cairan harus diberikan menurut rencana pengobatan B dan bila dehidrasi telah hilang, cairan dapat diberikan menurut rencana pengobatan A. 4,14
C. Hubungan pengetahuan dengan praktek ibu dalam penatalaksanaan diare Pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Karena bila pengetahuannnya baik maka ibu akan mengetahui tentang cara merawat anak sakit diare di rumah, terutama tentang upaya rehidrasi oral dan juga ibu akan mengetahui tentang tanda-tanda untuk membawa anak berobat atau merujuk ke sarana kesehatan. Tindakan pengobatan yang dilakukan di rumah adalah titik tolak keberhasilan pengelolaan penderita tanpa dehidrasi, juga tindakan untuk mendorong ibu memberikan pengobatan di rumah secepat mungkin ketika diare baru mulai. Bila ibu mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan efektif diare, misalnya bila ibu
memberikan pengobatan cairan secara oral pada anak di rumah segera setelah anak menderita diare, ini dapat mencegah terjadinya dehidrasi atau mengurangi beratnya dehidrasi. Untuk itulah penting sekali ibu-ibu mengetahui tentang rencana penanganan penderita diare dengan baik. Tetapi bila pengetahuan ibu kurang, maka anak yang menderita diare dapat mengalami dehidrasi dan keadaan anak tidak bertambah baik, karena ibu tidak mengetahui tentang cara penanganan penderita diare yang tepat.4,10
D. Hubungan sikap dengan praktek ibu dalam penatalaksanaan diare Selain pengetahuan, sikap ibu juga berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Misalnya tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, pemberian susu botol) akan mengakibatkan diare pada anak. Sikap ibu yang kurang baik misalnya, tidak memberikan makanan pada anak yang diare (memuasakan) daripada harus menyiapkan makanan khusus dan membujuk atau memaksa anak yang sakit untuk makan. Ini bisa menyebabkan keadaan anak akan bertambah buruk. Jika pemberian oralit atau cairan rumah tangga lainnya menyebabkan muntah, maka sebaiknya ibu menghentikan pemberian cairan atau oralit tersebut. Sedangkan sikap ibu yang baik misalnya, bila terjadi dehidrasi maka anak segera dibawa ke petugas kesehatan. Tanda-tanda anak diare yang harus dibawa ke sarana kesehatan yaitu bila ada tanda-tanda kekurangan cairan, keadaan anak tidak bertambah baik, bila anak tidak mau makan dan minum secara normal atau dengan baik, anak demam, anak sering buang air besar disertai darah. Sikap ibu yang baik akan mendukung terhadap kesembuhan anak yang menderita diare.4,10 E. Kerangka Teori
Faktor predisposisi: - Pengetahuan - Sikap - Jenis pekerjaan
Faktor pendukung : - Ketrampilan - Fasilitas
Faktor pendorong
Praktek ibu dalam penatalaksanan penyakit diare
Sumber : Modifikasi dari Sarwono Solita 1993, Suharyono 1991. F. Kerangka Konsep Variabel bebas Pengetahuan Varibel terikat Praktek ibu di rumah dalam penatalaksanaan diare pada balita yang berobat di bidan praktek Sikap
G. Hipotesa a. Ada hubungan pengetahuan dengan praktek ibu di rumah dalam penatalaksanaan diare. b. Ada hubungan sikap dengan praktek ibu di rumah dalam penatalaksanaan diare.