BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Sistem Informasi Sistem adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi, berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (O'Brien, 2006). Sedangkan menurut McLeod (2004) Sistem adalah kumpulan elemen – elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Jadi sistem adalah kumpulan elemen – elemen maupun komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama McLeod (2007) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses atau data yang mempunyai arti. Sedangkan James O’Brien (2006) mengatakan informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan informasi adalah data yang telah diolah sehingga menghasilkan arti yang berguna bagi pengguna akhir. Sistem Informasi adalah suatu susunan dari informasi (data), proses, manusia dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, menyimpan dan menyediakan informasi yang dibutuhkan sebagai keluarannya, untuk membantu suatu organisasi (Whitten, Bentley, & Dittman, 2007). Menurut Turban (2006), sistem informasi adalah mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu. Sedangkan
7
8
menurut Gondodiyoto (2007) , sistem informasi adalah kumpulan dari elemen – elemen atau sumber daya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu dan bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi. Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang saling berkaitan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu dalam sebuah organisasi. Teknologi informasi adalah penerapan teknologi komputer yang berfungsi untuk menciptakan, menyimpan, mempertukarkan dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk (Fauziah, 2010). Teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyampaikan informasi (Seesar, 2010). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa teknologi informasi berhubungan dengan sesuatu berbasis komputer yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan pekerjaan dan mendukung informasi sesuai kebutuhan organisasi.
2.1.2. Data James O’brien (2006), data adalah fakta atau observasi mentah yang umumnya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. McLeod (2004), data adalah fakta dan angka yang relative tidak berarti bagi pemakai. Jadi data adalah
9
sesuatu fakta yang umumnya tentang fenomena fisik atau transaksi bisnis serta angka yang relative tidak berarti bagi pemakai. 2.1.3. Evaluasi Menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding and improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Sedangkan menurut Yunanda (2009) evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen serrta hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur, untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan definisi tersebut diatas bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan terencana untuk menilai suatu permasalahan yang terjadi dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya.
2.1.4. Evaluasi Sistem Informasi Menurut DeLone dan McLean (2003), evaluasi efektifitas sistem informasi merupakan salah satu materi penting dalam penelitian sistem informasi. Hal ini merupakan prasyarat untuk penelitian sistem informasi sehingga dapat memberikan kontribusi bagi dunia sistem informasi. Namun dalam prakteknya, pengukuran kesuksesan diperlukan untuk mengevaluasi praktek sistem informasi, kebijakan, dan prosedur. Keberhasilan suatu sistem informasi dapat dievaluasi melalui :
10
1. Kualitas informasi yang disediakan untuk pengguna (kepuasan pengguna). 2. Dampak dari sistem informasi bagi pemikiran, keputusan dan aksi pengguna (dampak bagi pengguna). 3. Dampak dari sistem informasi terhadap cost dan benefit pada level organisasi (dampak bagi organisasi).
2.1.5. Aplikasi Web Aplikasi web adalah sebuah aplikasi yang mengunakan teknologi browser untuk menjalankan aplikasi dan diakses melalui jaringan komputer (Remick, 2011). Sedangkan menurut (Rouse, 2011) aplikasi web yaitu sebuah program yang disimpan di Server dan dikirim melalui internet dan diakses melalui antarmuka browser. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan aplikasi web merupakan aplikasi yang diakses mengunakan web browser melalui jaringan internet atau intranet
2.1.6. SEM (Structural Equation Modeling) SEM (Structural Equation Modeling) adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependen dan independen secara langsung (Hair et al, 2006).
11
Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen (Santoso, 2011). Yamin (2009) mengemukakan bahwa di dalam SEM peneliti dapat melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan model struktural atau analisis regresi). Alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah (1) SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship. Hubungan ini dibentuk dalam model struktural (hubungan antara konstruk dependen dan independen). (2) SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten dan variabel manifes atau variabel indikator. Berikut istilah – istilah dalam SEM 1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah. Anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel eksogen atau perantara dengan satu variabel tergantung atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan-kesalahan (variabel error)
12
dengan semua variabel endogen masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel eksogen. 2. Model sebab akibat (causal modeling,) atau disebut juga analisis jalur (path analysis), yang menyusun hipotesis hubungan sebab akibat (causal relationships) diantara variabel- variabel dan menguji model-model sebab akibat (causal models) dengan menggunakan sistem persamaan linier. Modelmodel sebab akibat dapat mencakup variabel-variabel manifes (indikator), variabel-variabel laten atau keduanya. 3. Variabel eksogen dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab - penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel eksogen dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. 4. Variabel endogen ialah variabel yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung. 5. Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes. 6. Variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan atau mengukur sebuah variabel laten. Dalam satu variabel laten terdiri dari beberapa variabel manifes.
13
7. Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut “beta” yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. 8. Analisis faktor penegasan (confirmatory factor analysis), suatu teknik kelanjutan dari analisis faktor dimana dilakukan pengujian hipotesis-hipotesis struktur factor loadings dan interkorelasinya. Analisis jalur (path analysis) adalah suatu bentuk terapan dari analisis multiregresi (Kerlinger, 2003). Metode path analysis adalah suatu metode yang mengkaji pengaruh (efek) langsung maupun tidak langsung dari variabel-variabel yang dihipotesiskan sebagai akibat pengaruh perlakuan terhadap variabel tersebut. Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan kausal yang diduga masuk akal (plausibility) antara satu variabel dengan variabel lain di dalam kondisi noneksperimental (Muhidin, 2009). Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Sugiyono, 2006). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Dalam model kausal, harus dibedakan antara variabel eksogen dan endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang variabilitasnya diasumsikan ditentukan oleh sebab-sebab yang berada di luar model. Sedangkan variabel endogen adalah variabel yang variasinya dapat diterangkan oleh variabel eksogen dan endogen yang berada di dalam sistem. Variabel endogen diperlakukan sebagai variabel terikat dalam suatu himpunan variabel tertentu mungkin juga dikonsepsikan sebagai variabel bebas dalam hubungannya dengan variabel yang lain.
14
Validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Burhan dkk, 2002: 316). Validitas alat ukur merupakan suatu mekanisme kontrol dalam metode penelitian survei. Suatu instrument pengukuran dikatakan valid jika instrument dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Jadi validitas dapat menentukan apakah instrument yang digunakan dalam penelitian mencapai taraf kesahihan atau tidak. Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Suatu instrument pengukuran dikatakan reliable jika pengukurannya konsisten dan akurat. Jadi uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Metode Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar (Imam Ghozali,2008). Partial least square juga dikembangkan untuk perancangan model statistik yang mempunyai model lemah atau indikator yang tersedia memenuhi model pengukuran refleksif, formatif dan rekursif (gabungan). Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflesive indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator). Model refleksif dipandang secara matematis indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila terjadi
15
perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama.
Gambar 2.1 Model refleksif Sumber : Yulis Anggraini, 2010 Ciri-ciri model indikator reflektif adalah: 1. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel laten (Y) ke indicator (X1, X2, X3, X4) 2. Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency reliability) 3. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten. 4. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator Model formatif dipandang secara matematis indikator seolah-olah sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya.
16
Gambar 2.2 Model formatif Sumber : Yulis Anggraini, 2010 Ciri-ciri model indikator formatif adalah: 1. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten 2. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi 3. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna variabel 4.
Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat variabel. Dalam melakukan pengujian menggunakan SEM PLS terdapat beberapa
kriteria nilai yang harus dipenuhi. Adapun kriteria nilai yang harus dipenuhi dalam penggunaan metode PLS. Berikut terlampir tabel ringkasan evaluasi pengukuran outer model.
17
Tabel 2.1 Ringkasan Evaluasi pengukuran Outer Model Validitas dan
Parameter
Rule of Thumb
Reliabilitas Validitas
Loading Factor
1. > 0,70 untuk Confirmatory Research 2. > 0,60 untuk Explanatory Research
Convergent
Average Variance >
Validitas
0,50
untuk
Confirmatory
Extracted (AVE)
Explanatory Research
Cross Loading
> 0,70 untuk setiap variabel
Cronbach’s Alpha
> 0,70 untuk confirmatoory research
maupun
Discriminant Reliabilitas
>
0,60
masih
dapat
diterima
untuk
explanatory research Composite
> 0,70 untuk confirmatoory research
Reliability
>
0,60
masih
dapat
diterima
explanatory research Sumber : Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 edisi 2 (Imam Ghozali, 2014)
1.
Convergent validity
Uji Validitas yang dimaksud adalah pengujian terhadap indikator dalam variabel laten untuk memastikan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar mampu dipahami dengan baik oleh responden sehingga responden tidak mengalami kesalahpahaman terhadap indikator yang digunakan.
untuk
18
2.
Discriminant validity Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel
latennya. Bilamana nilai cross loading setiap indikator pada variabel bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan cross loading pada variabel laten lainnya maka dikatakan valid. Metode lain dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika AVE konstruk lebih besar dari korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan memiliki discriminant validity yang baik. 3.
Composite reliability
Composite reliability adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya untuk diandalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan suatu konsistensi alat pengukur dalam gejala yang sama. Evaluasi model struktural (inner model) yaitu menilai model struktural dengan pls, dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variable melalui prosedur bootstrapping. Prosedur bootstrap menggunakan seluruh sample asli untuk melakukan resampling kembali. Untuk nilai sampel dari bootstrap sebesar 5000 dengan catatan jumlah tersebut harus lebih besar dari original sampel. Namun beberapa literatur menyarankan number of bootstrap samples sebesar 200-1000 sudah cukup untuk mengkoreksi standar error estimate PLS (Chin 2003; 2010a) Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
19
laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Nilai R-Square 0.75 , 0.50 , 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderat dan lemah. Berikut tabel ringkasan rule evaluasi pengukuran t-statistik. Tabel 2.2 Ringkasan Rule Evaluasi Pengukuran Inner Model Kriteria
Rule of Thumb
Signifikansi
>1,65 (significance level = 10%)
Weight
> 1,96 (significance level = 5%) > 2,58 (significance level = 1%)
R – Square
0,75 menunjukkan model kuat 0,50 menunjukkan model moderate 0,25 menunjukkan model lemah
Sumber : Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 edisi 2 (Imam Ghozali, 2014) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan nilai significance level sebesar 5% dan nilai T-statistik yang digunakan yaitu > 1,96 yang berarti dapat disimpulkan bahwa indikator konstruk tersebut valid. 2.1.7. IT Balanced Scorecard Berdasarkan Mulyadi (2005), Balanced Scorecard terdiri dua kata: kartu skor (Scorecard) serta berimbang (Balanced). Kartu skor yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek, yaitu : keuangan serta non keuangan, jangka pendek
20
dan jangka panjang, intern dan ekstern. Balanced Scorecard terdiri atas tolok ukur keuangan dengan menunjukkan hasil dari tindakan yang diambil sebagaimana ditunjukkan pada tiga perspektif tolok ukur operasional lainnya yaitu: kepuasan pelanggan, proses internal, dan kemampuan berorganisasi untuk belajar dan melakukan perbaikan. Membuat suatu Balanced Scorecard harus dimulai dari penerjemahan strategi dan misi perusahaan ke dalam sasaran dan tolok ukur yang spesifik. Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (2000) Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka manajemen yang menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif yang terdiri dari finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Model Balanced Scorecard yang dibuat Kaplan dan Norton terbagi menjadi empat perspektif. Di bawah ini, akan dijelaskan mengenai keempat perspektif tersebut di atas: 1. Perspektif Finansial (Financial) Dalam perspektif finansial oraganisasi merumuskan tujuan finansial yang ingin dicapai organisasi dimasa yang akan datang. Selanjutnya tujuan finansial tersebut dijadikan dasar bagi ketiga perspektif lainnya dalam menetapkan tujuan dan ukurannya. Tujuan finansial suatu organisasi bisnis biasanya berhubungan dengan profitabilisas yang bisa diukur berdasarkan laba operasi, return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan lainnya. Ukuran finansial menggambarkan apakah implementasi strategi organisasi memberikan kontribusi atau tidak terhadap keberhasilan finansial organisasi.
21
2. Perspektif Pelanggan (Customers) Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar dimana organisasi akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan dalam perspektif ini adalah pemuasan kebutuhan pelanggan. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam perspektif ini yaitu retensi pelanggan, kepuasan pelanggan, profitabilitas pelanggan, akuisisi pelanggan baru, market share, dan lainnya. Dalam perspektif ini organisasi menyusun strategi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang pada akhirnya memberikan keuntungan finansial bagi organisasi. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Processes) Perpektif proses bisnis internal mengidentifikasikan proses-proses yang penting bagi organisasi untuk melayani pelanggan (persepektif pelanggan) dan pemilik organisasi (perpektif finansial). Komponen utama dalam proses bisnis internal adalah: 1) proses inovasi, yang diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar, dan lainnya 2) proses operasional, yang diukur dengan peningkatan kualitas produk, waktu proses produksi yang lebih pendek, dan lainnya 3) proses pelayanan, yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan, dan lainnya.. 4. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth) Perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang. Tujuan dalam perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur bagi perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal, agar tujuan dari perspektif-persepektif tersebut tercapai. Perspektif ini bertujuan
22
meningkatkan kemampuan karyawan, meningkatkan kapabilitas sistem informasi, dan peningkatan keselarasan dan motivasi. Ukuran yang bisa digunakan antara lain kepuasan karyawan, retensi karyawan, banyaknya saran yang diberikan oleh karyawan, dan lainnya. Menurut Mulyadi (2005), terdapat beberapa keunggulan penggunaan balanced scorecard, yaitu komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur. 1. Komprehensif Komprehensif berarti bahwa balanced scorecard memperluas perspektif yang sebelumnya hanya terbatas pada keuangan saja. Perluasan itu kearah tiga perspektif lainnya, yaitu pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Manfaat dari perluasan itu adalah: 1. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang. 2. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. 2. Koheren Koheren berarti balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Kekoherenan itu akan memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. 3. Seimbang Seimbang berarti empat perspektif yang ada di dalam balanced scorecard mencerminkan keseimbangan antara pemusatan ke dalam (internal fokus) dengan
23
ke luar (eksternal fokus). Keseimbangan antara proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran sebagai internal fokus dengan kepuasan pelanggan dan kinerja keuangan sebagai external fokus. 4. Terukur Terukur berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara tradisional dalam balanced scorecard dilakukan pengukuran agar dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis yang sulit diukur adalah pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Untuk menyesuaikan Balanced Scorecard, Van Grambergen dan Van Bruggen menyelaraskan balanced scorecard yang ada dengan teknologi informasi, sehingga keempat perspektif balanced scorecard dapat disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Gambar 2.3 Perubahan Perspektif BSC menjadi IT BSC Sumber : Nur Hayati, 2011 Setelah adanya transformasi perspektif BSC menjadi IT BSC, perspektif IT BSC bisa dijabarkan seperti gambar di bawah ini:
24
, Gambar 2.4 Perspektif IT Balanced Scorecard Sumber : Van Grambergen dan Van Bruggen, 2005 Ada 4 perspektif dalam IT Balanced Scorecard, yaitu: 1. Perspektif kontribusi perusahaan (Corporate Contribution) Tujuan perspektif ini untuk mencapai kontribusi bisnis terhadap investasi IT. Dengan membahas hal-hal seperti kontribusi strategis performance yang bersinergi, nilai bisnis dari proyek TI dan manajemen dari investasi IT. 2. Perspektif orientasi pengguna (User Orientation) User orientation di fokuskan untuk mengevaluasi performa IT dari sudut pandang pelanggan serta pengguna dari perusahaan. Dengan membahas hal-hal seperti kepuasan pelanggan, keberhasilan pengembangan dan tingkat keberhasilan pelayanan. Serta mengembangkan hubungan bisnis dan pengimplementasian organisasi IT yang baru beserta proses IT nya. 3. Perspektif keunggulan operasional (Operational Execellence) Perspektif ini menjabarkan seberapa efektif dan efisiennya proses IT dalam perusahaan. Berfokus pada pelayanan yang berkualitas kepada pengguna dengan menekan biaya seminimal mungkin. Perspektif ini menjadi penting dikarenakan adanya 2 hal penting yaitu : kualitas pelayanan dan penekanan biaya IT.
25
4. Perspektif orientasi masa depan (Future Orientation) Perspektif ini membahas peningkatan kemampuan perusahaan, kefektifan perusahaan manajemen karyawan, pengembangan arsitektur perusahaan dan ketelitian terhadap teknologi-teknologi baru. Perencanaan untuk masa depan sudah harus dipersiapkan dari sekarang dan perusahaan harus mampu membaca tren IT serta mengadopsinya untuk mengantisipasi persaingan. Tabel 2.3 Matriks perspektif-faktor-indikator Perspektif
Faktor
Indikator User Satisfaction With It Application
User satisfaction User Orientation
Service Quality And Responsiveness Attainment Of Unit Cost Targets
Competitive costs Blended Labor Rates Development Major Project Success Score services performance Operational services Attainment Of Targeted Service Levels performance Operational plan/budget approval Business/IT alignment value Measured in business unit performance delivery integration of business and IT decisions Cost management
Corporate Contribution
Contribution Business Objectives
Risk management
attainment of expense and recovery targets attainment of unit cost targets results of internal audits delivery of disaster recovery assessment single sistem solution
target state architecture approval Inter-company synergy achievement attainment of targeted integration cost reductions it organization integration Sumber : Strategies for Information Technology Governance (Wim Van Grembergen, 2004)
26
Tabel 2.3 Matriks perspektif-faktor-indikator (Lanjutan) Perspektif
Faktor Development process performance Operational process performance
Operational Excellence Process maturity
Enterprise architecture management Human resource management Future Orientation
Employee satisfaction Knowledge management
Indikator function point measures of productivity function point measures of quality function point measures of delivery rate benchmark based measures of productivity benchmark based measures of responsiveness benchmark based measures of change management effectiveness benchmark based measures of incident occurrence levels assessed level of maturity and compliance in priority processes with in planning an organization assessed level of maturity and compliance in priority processes with in acqustion and implementation assessed level of maturity and compliance in priority processes with in planning an delivery and support assessed level of maturity and compliance in priority processes with in monitoring major project architecture approval product acquisition compliance to technology standarts results against targets staff complement by type of skills results against targets staff turnover employee satisfaction scores in compensation employee satisfaction scores in work climate employee satisfaction scores in feedback employee satisfaction scores in personal growth employee satisfaction scores in vision and purpose delivery of internal process improvements to cybary implementation of lessons sharing process
Sumber : Strategies for Information Technology Governance (Wim Van Grembergen, 2004)
27
2.2. Kerangka Berfikir Untuk melakukan proses evaluasi implementasi teknologi informasi di PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967, penelitian akan dilakukan pada perspektif kontribusi perusahaan (Corporate Contribution), orientasi pengguna (User Orientation), keunggulan operasional (Operational Execellence), orientasi masa depan (Future Orientation) Dalam evaluasi ini diharapkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai dan melihat seberapa jauh hasil dan dampak dari implementasi teknologi informasi yang ada dalam perusahaan sehingga pengambilan keputusan dapat diambil secara bijak serta sebagai saran atau rekomendasi untuk mengembangkan serta menyelaraskan antara tujuan perusahaan dan sistem informasi perusahaan guna mencapai tujuan serta cita – cita perusahaan
28
2.3. Kerangka Konsep Dalam penelitian pada studi kasus ini menggunakan faktor-faktor yang sudah ditentukan dan didapat dari studi pustaka sebagai cara untuk melakukan evaluasi implementasi IT dari sudut pandang pengguna. Lalu dengan menggunakan SEM PLS sehingga mendapatkan model yang digunakan untuk melakukan evaluasi implementasi IT pada PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967:
EVALUASI IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN IT BALANCED SCORECARD DI PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERAMUDA 1967
User Orientation
Corporate Contribution
Operational Excellence
Future Orientation
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR
MEMBANGUN INSTRUMEN PENELITIAN
MEMBANGUN DAN MENDISTRIBUSIKAN KUISIONER
ANALISA HASIL KUISIONER DENGAN SEMPLS
HASIL KUISIONER DAN KESIMPULAN
REKOMENDASI
Gambar 2.5 Kerangka konsep Sumber : Hasil Analisa Penulis, 2016