BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan – bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair gas dan mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. ( Braja M Das, 1998 ) Lempung merupakan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm. (Braja M Das, 1998). Ditinjau dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang mempunyai partikelpartikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air. ( Grim, 1953 ) Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus. Karena itu, tanah lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan. Umumnya terdapat kira-kira 15 macam mineral yang diklasifikasikan sebagai mineral lempung (Kerr, 1959). Diantaranya terdiri dari kelompok-kelompok : Montmorrillonite, Illite, Kaolinite, dan Polygorskite.
II.2. Penelitian Sifat Fisik Tanah II.2.1. Hubungan antara jumlah butir, air dan udara dalam tanah Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Tanah yang benar-benar kering terdiri dari dua fase yang disebut butiran dan udara
Universitas Sumatera Utara
pengisi pori, tanah yang jenuh juga terdiri dari dua fase yaitu butiran dan air pori sedangkan tanah yang jenuh sebagian terdiri dari tiga fase yaitu butiran, udara pori dan air pori. Berat udara dianggap sama dengan nol. Komponen-komponen tanah dapat digambarkan dalam suatu diagram fase, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah sumber : Hardiyatmo, H.C. 2002, Teknik Pondasi 1,hal 3
Dari gambar tersebut dapat dibentuk persamaan berikut : W = Ws + Ww .....................................................................................................(2.1) V = Vs + Vw + Va………………………………………………………..……..(2.2) Vv = Vw + Va…………………………………………………………..……….(2.3)
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Ws
= berat butiran padat
Ww
= berat air
Vs
= volume butiran padat
Vw
= volume air
Va
= volume udara
Vv
= volume pori
Istilah-istilah umum yang dipakai untuk hubungan berat adalah kadar air (moisture content)dan berat volume (unit weight). Defenisi dari istilah-istilah berikut adalah sebagai berikut : a. Kadar air (w) Kadar air (w), juga disebut water content didefenisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki. w
x100% …………………..……………………………(2.4)
b. Berat volume tanah Berat volume (γ) adalah berat tanah persatuan volume, dengan rumus dasar : γ
………………………………………….....………(2.5)
c. Berat volume kering γ
………………………………………………………(2.6)
Universitas Sumatera Utara
d. Berat Jenis (Specific Gravity, Gs) Gs =
………………………………………………………..(2.7)
II.2.2. Batas-batas atterberg Tanah yang berbutir halus biasanya memiliki sifat plastis. Sifat plastis tersebut merupakan kemampuan tanah menyesuaikan perubahan bentuk tanah setelah bercampur dengan air pada volume yang tetap. Tanah tersebut akan berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung jumlah air yang bercampur pada tanah tersebut. Batas atterberg memperlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat hingga menjadi cairan kental sesuai dengan kadar airnya. Dari test batas atterberg akan didapat parameter batas cair,batas plastis, batas lengket dan batas kohesi yang merupakan keadaan konsistensi tanah. Batas-batas atterberg dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :
Gambar 2.2 Batas Konsistensi Tanah (Sumber : Wesley. L. D. 1997, Mekanika Tanah, Hal 1)
Universitas Sumatera Utara
II.2.2.1. Batas cair (liquid limit) Batas Cair (LL) adalah kadar air tanah yang untuk nilai-nilai diatasnya, tanah akan berprilaku sebagai cairan kental (batas antara keadaan cair dan keadaan plastis), yaitu batas atas dari daerah plastis.
II.2.2.2. Batas plastis (plastic limit) Batas plastis (PL) adalah kadar air yang untuk nilai-nilai dibawahnya, tanah tidak lagi berpengaruh sebagai bahan yang plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini disebut indeks plastisitas.
II.2.2.3. Indeks plastisitas (plasticity index) Indeks Plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukkan sifat keplastisitasan tanah. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis kecil, maka keadaan ini disebut dengan tanah kurus. Kebalikannya, jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis besar disebut tanah gemuk. Nilai indeks plastisitas dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 berikut : IP = LL – PL …………………………..(2.8) Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam Tabel 2.1 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Batasan Indeks Plastisitas menurut Atterberg PI
Sifat
Macam tanah
Kohesi
0
Non Plastis
Pasir
Non kohesi
<7
Plastisitas rendah
Lanau
Kohesi sebagian
7 – 17
Plastisitas sedang
Lempung berlanau
Kohesi
> 17
Plastisitas tinggi
Lempung
Kohesi
sumbe r:Hardiyatmo,H.C.1992,Mekanika tanah 1, hal 34
II.2.3. Analisa saringan Secara umum tanah butir halus dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif, namun juga dapat didasarkan atas ukuran butiran tanah yang diperoleh dari analisis saringan dan indeks plastisitasnya. Klasifikasi tanah berguna untuk mengelompokkan tanah-tanah sesuai dengan prilaku umum dari tanah tertentu pada kondisi fisik. Tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan atas suatu kondisi fisik tertentu akan mempunyai urutan yang tidak sama sehingga dapat memberikan tuntutan yang sangat berguna dalam menentukan ukuran dan sifat fisik tanah. Terdapat berbagai sistem klasifikasi yang dapat digunakan antara lain : II.2.3.1. Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur (USCS) Sistem klasifikasi berdasrkan tekstur tanah yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Sipil (USCS), didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah, yaitu : a. Pasir
: Butiran dengan diameter 2,0 sampai dengan 0,005 mm
Universitas Sumatera Utara
b. Lanau
: Butiran dengan diameter 0,005 sampai dengan 0,002 mm
c. Lempung
: Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm
Gambar 2.3 Grafik Klasifikasi Tekstural USCS
II.2.3.2. Klasifikasi tanah sistem Unified Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling banyak dipakai secara meluas adalah sitem Unified Soil Classification. Ada dua golongan besar, tanah-tanah yang berbutir kasar < 50% melalui saringan No. 200 dan tanah-tanah berbutir halus > 50% melalui saringan No. 200. Prosedur untuk menentukan klasifikasi tanah sistem Unified adalah sebagai berikut (Hardiyatmo, H.C 1955, hal 39)
Universitas Sumatera Utara
1. Tentukan apakah tanah berupa butiran halus atau butiran kasar secara visual atau dengan cara menyaringnya dengan saringan Nomor 200. 2. Jika tanah berupa butiran kasar : a) Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi butirannya. b) Tentukan persen butiran lolos saringan No. 4. Bila persentase butiran yang lolos kurang dari 50%, klasifikasikan tanah tersebut sebagai kerikil. Bila persen butiran yang lolos kurang dari 50%, klasifikasikan sebagai pasir. c) Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no. 200. Jika persentase butiran yang lolos kurang dari 5% pertimbangkan bentuk grafik distribusi butiran dengan menghitung Cu dan Cc. Jika termasuk bergradasi baik, maka klasifikasikan sebagai GW (bila krikil) atau SW (bila pasir). Jika termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan sebagai GP (bila krikil) atau SP (bila pasir). d) Jika persentase butiran tanah yang lolos saringan No. 200 lebih besar 12%, harus diadakan pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan No. 40. Kemudian, dengan menggunakan diagram plastisitas, tentukan klasikasinya (GM, GC, SM, SC, GM – GC – atau SM – SC) 3. Jika tanah berbutir halus : a) Kerjakan pengujian batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan no. 40. Jika batas cair lebih dari 50%, klasikasikan sebagai H (plastisitas tinggi) dan jika kurang dari 50%, klasifikasikan sebagai L (plastisitas rendah).
Universitas Sumatera Utara
b) Untuk H (plastisitas tinggi), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas dibawah garis A, tentukan apakah tanah organic (OH) atau anorganik (MH). Jika plotnya jatuh diatas garis A, klasifikasikan sebagai CH. c) Untuk L (plastisitas rendah), jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas dibawah garis A dan area yang diarsir, tentukan klasifikasi tanah tersebut sebagai organic (OL) atau anorganik (ML) berdasarkan warna, bau, atau perubahan batas cair dan batas plastisnya dengan mengeringkannya didalam oven. d) Jika plot batas-batas Atterberg pada grafik plastisitas jatuh pada area yang diarsir, dekat dengan garis A atau nilai LL sekitar 50, gunakan simbol dobel.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Klasifikasi Tanah Sistem Unified
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
II.2.3.3. Sistem klasifkasi AASHTO Sistem klasifikasi AASHTO (American Association Of State Highway and Transportation Official Classification) membagi tanah kedalam tujuh kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya analisa saringan dan batas-batas atau atterberg. Indeks kelompok digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan persamaan (Hardiyatmo, H. C, 1955, hal 45) : GI = ( F – 35 ) [ 0,2 + 0,005 (LL – 40) ] + 0,01 ( F – 15 ) ( PI – 10 )………….(2.10) Dimana : GI
= Indeks Kelompok
F
= Persentase butir yang lolos ayakan No 200
LL
= Batas Cair
PI
= Indeks Plastis Secara umum sistem klasifikasi ini menilai tanah sebagai berikut : 1. Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1 sampai A-3
adalah tanah-tanah berbutir kasar dimana 35% atau kurang, butir-butir tersebut melalui ayakan No. 200 2. Tanah-tanah
dimana 35% atau lebih, melalui ayakan No. 200
diklasifikasikan dalam kelompok A-4 sampai A-7. Pada umumnya tanahtanah ini adalah lumpur dan lempung.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
Sumber : Hardiyatmo, H. C. Mekanika Tanah, 1992, Hal 45
Catatan
: Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 bergantung pada batas plastisnya (PL) Untuk PL > 30 klasifikasinya A-7-5 Untuk PL < 30 klasifikasinya A-7-6 NP = non plastis
Universitas Sumatera Utara
II.3. Penelitian Sifat Mekanis Tanah II.3.1 Pengujian kepadatan tanah ( Proctor Standar ) Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah yaitu dengan mengeluarkan udara pada pori-pori tanah yang biasanya menggunakan energi mekanis. Dilapangan, usaha pemadatan dihubungkan dengan jumlah gilasan dari mesin gilas, atau hal lain yang prinsipnya sama untuk suatu volume tanah tertentu. Di laboratorium, pemadatan didapat dari tumbukan. Selama pemadatan palu dijatuhkan dari ketinggian tertentu beberapa kali pada beberapa lapisan tanah dalam suatu cetakan. Tujuan pemadatan adalah untuk memadatkan tanah dalam keadaan kadar air optimum, sehingga udara dalam pori-pori tanah akan keluar. Beberapa keuntungan yang dipadatkan dengan adanya pemadatan ini adalah : a. Menaikkan kekuatan tanah . b. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah. c. Berkurangnya penurunan permukaan ( subsidence ), yaitu gerakan vertical didalam massa tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori. Pada tanah yang mengalami pengujian pemadatan akan terbentuk grafik hubungan berat volume kering dengan kadar air. Kemudian dari grafik hubungan antara kadar air dan berat volume kering ditentukan kepadatan maksimum dan kadar air optimum yang dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Zavc
γd
γd maks
w opt Kadar Air (w %)
Gambar 2.4. Grafik hubungan antara kadar air dan berat volume kering II.3.2. Pengujian triaxial CU (Consolidated Undrained) Pengujian triaksial yaitu pengujian tanah dengan tiga dimensi tekanan. Pada pengujian ini disamping dapat diketahui teganggan geser (τ) juga didapat tegangan normal (σ). Kegunaan pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai kohesi (Cu) dan sudut geser (φu) dari suatu contoh tanah. Dengan persamaan : τ = c’ + ( σ - µ ) tan φ………………………………..(2.11.) Dimana
: τ = Tegangan geser c’ = kohesi efektif Φ = sudut geser dalam efektif
Benda uji sekurang-kurangnya tiga buah, berupa silinder dengan perbandingan tinggi dan diameter 2 : 1 . Kemudian data dari pengujian dibuat kurva hubungan antara tegangan dan regangan. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai Cu dan φu digambarkan lingkaran Mohr. Nilai-nilai Cu dan φu didapat dari nilai : σ1 = σ3 tan2
+ 2c tan
Universitas Sumatera Utara
II.4. Stabilitas Tanah Bila benda yang diuji merupakan tanah lempung yang memiliki kuat dukung tanah yang rendah dan kadar air yang tinggi, sehingga tidak dimungkinkannya suatu struktur berada diatas tanah lempung, maka tanah harus distabilisasi. Stabilisasi tanah ada tiga jenis yaitu : 1. Stabilisasi Mekanik Stabilisasi
adalah stabilisasi yang dilakukan untuk mendapatkan
kepadatan tanah yang maksimum yang dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis, seperti mesin gilas (Roller), benda berat yang dijatuhkan (pounder), ledakan (explosive), tekanan statis, tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya. 2.
Stabilsasi Fisik Stabilisasi Fisik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk merubah sifatsifat tanah dengan cara pemanasan (Heating), pendingin (Cooling) dan menggunakan arus listrik.
3. Stabilisasi Kimia Stabilisasi Kimia adalah stabilisasi yang dilakukan dengan cara memberikan bahan kimia pada tanah sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah tersebut. Pencampuran kimia yang sering dilakukan seperti dengan menggunakan semen Portland, kapur, abu batu bara, semen dan lain-lain. Salah satu cara menstabilisasikan tanah lempung adalah dengan pencampuran bahan adiktif dengan persentase tertentu sehingga menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
kuat dukung tanah maksimum. Tujuan pencampuran bahan adiktif secara umum adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi permeabilitas. 2. Menaikkan kekuatan gesernya. 3. Stabilitas volume. 4. Mengurangi deformability.
II.5. Hipotesis Dikarenakan sifat yang khas dari tanah lempung dimana dalam keadaan kering dia akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar karena pengaruh air serta minerologi tanah lempung, maka diharapkan bahwa serbuk kulit kerang sebagai bahan stabilisator tanah lempung dapat memperbaiki kualitas tanah, karena : 1. Hasil pencampuran tanah lempung dengan
serbuk kulit kerang akan
memberikan nilai tegangan normal dan parameter geser lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lempung sebelum adanya stabilisasi tanah. Hal ini diindikasikan dengan hasil pengujian Triaksial (consolidated undrained). 2. Bahan stabilisator serbuk kulit kerang pada proses stabilisasi tanah lempung, diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanah lempung, sehingga dapat digunakan sebagai tanah pendukung pondasi pada suatu bangunan konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
II.6. Serbuk Kulit Kerang Serbuk Kulit Kerang didapatkan dari kulit kerang laut (Bivalvia) dari kelas Moluska yang dihaluskan melalui proses penumbukan sampai melewati saringan No. 40. Kulit kerang laut (Bivalvia) memiliki kandungan kapur yang cukup baik, hanya saja pemanfaatannya selama ini lebih banyak diperuntukkan sebagai campuran pakan ternak seperti burung, ikan dan lainnya. II.7. Analisis Kapasitas Daya Dukung Tanah Metode Meyerhof Analisis kapasitas dukung tanah metode Meyerhof menganggap sudut β tidak sama dengan φ, tapi β > φ. Akibatnya, bentuk baji lebih memanjang kebawah bila dibandingkan dengan analisis Terzaghi. Karena β > φ, nilai faktorfaktor kapasitas dukung Meyerhof lebih rendah daripada yang disarankan oleh terzaghi. Namun, karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengaruh kedalaman pondasi, kapasitas dukungnya menjadi lebih besar. Faktor-faktor kapasitas dukung yang diusulkan oleh Meyerhof sebagai berikut (Hardiyatmo, H.C, 2002, Hal 121) : qu = sc . dc . ic . Nc + sq . dq . iq . Nq + sγ . dγ . iγ . 0,5 . B. γ . Nγ ……………(2.12) Dengan : qu
= Kapasitas dukung ultimit (T/m2)
B
= Lebar Pondasi (m)
γ
= berat volume Tanah
c
= kohesi tanah (T/m2)
po
= Df γ = Tekanan overburden didasar pondasi (T/m2)
sc ,sq ,sγ
= Faktor-faktor bentuk pondasi
ic, iq, iγ
= Faktor-faktor kemiringan beban
Universitas Sumatera Utara
Nc, Nq, N γ
= Faktor-faktor kapasitas dukung mayerhoff
Nq
= tg2 (450 + φ/2) e(π tg φ)……………………………………………………………………..(2.13)
Nγ
= (Nq – 1) tg (1,4φ)…………………………………………………...(2.14)
Nc
= (Nq – 1)ctg φ………………………………………………………..(2.15)
Faktor-faktor bentuk pondasi (sc ,sq ,sγ) dalam Table 3.5.a. faktor-faktor kedalaman (dc ,dq ,sγ) dan kemiringan beban (ic, iq, iγ) berturut-turut ditunjukkan dalam table 3.5b dan table 3.5c. Perhatikan, dalam Table 3.5a : tg2 (450 + φ/2) = Kp. Untuk pondasi lingkaran B’/L’ sebagai ganti B/L untuk persamaan-persamaan pada table 3.5a dan Tabel 3.5b. Bila beban eksentris satu arah, digunakan B’/L atau B/L ( L = 1meter ) bergantung pada letak relative eksentrisitas beban. Untuk D/B ( didesain D = 1,5m dan B = 1,5 ) pada factor kedalaman, B tetap diambil nilai sebenarnya.
Tabel 2.4a Faktor Bentuk Pondasi (Meyerhof, 1963) Faktor Bentuk
Nilai
Keterangan
Sc
1 + 0,2 (B/L) tg2 (450 + φ/2)
Untuk sembarang φ
Sq = Sγ
1 + 0,1 (B/L) tg2 (450 + φ/2)
Untuk φ ≥ 100
1
Untuk φ = 0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4b Faktor Kedalaman Pondasi (Meyerhof, 1963) Faktor Bentuk
Nilai
Keterangan
dc
1 + 0,2 (B/L) tg2 (450 + φ/2)
Untuk sembarang φ
dq = dγ
1 + 0,1 (B/L) tg2 (450 + φ/2)
Untuk φ ≥ 100
1
Untuk φ = 0
Tabel 2.4c Faktor-faktor kemiringan beban (Mayerhof,1963) Faktor Bentuk
Nilai
ic = iq
Keterangan Untuk sembarang φ
iγ
Untuk φ ≥ 100 1
Untuk φ = 0
Catatan : δ = sudut kemiringan beban terhadap garis vertical Penggunaan Persamaan (3.13) harus
memperhatikan faktor-faktor
pengaruh muka air tanah. Meyerhof (1963) mengamati bahwa sudut gesek dalam (φ) dari hasil uji Laboratorium pada kondisi plane strain pada tanah granuler kirakira 10% lebih besar dari pada nilai φ dari uji triaxial. Oleh karena itu, untuk pondasi empat persegi panjang yang terletak pada tanah granuler, seperti pasir dan kerikil, Meyerhof menyarankan penggunaan koreksi sudut gesek dalam :
φps = (1,1 – 0,1 B/L)φu………………….…………………………..(2.17) Dengan :
φps
= Sudut gesek dalam kondisi plane strain yang digunakan untuk menentukan faktor kapasitas dukung
φtr
= Sudut gesek dalam tanah dari uji triaxial kompresi
Universitas Sumatera Utara
II.8. Penelitian Stabilisasi Tanah Lempung Beberapa
penelitian
laboratorium
yang
ditinjau
sebagai
bahan
pertimbangan dan acuan penulisan tugas akhir ini, sebagai berikut : II.8.1. Stabilisasi tanah lempung dengan kalsit (Muhammad Rully Andriady dan Yousef Hirapako, 2002) Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Tanah asli berupa tanah lempung termasuk golongan A-7-5 berdasarkan klasifikasi tanah menurut AASHTO dengan nilai batas cair sebesar 70,097, nilai batas plastis 41,39, nilai indeks plastisitas sebesar 29,513% dan nilai batas susut sebesar 23,06%. b) Pada tanah + kalsit 6% termasuk golongan A-7-5 berdasarkan klasifikasi tanah menurut AASHTO dengan nilai batas cair sebesar 61,68%, nilai batas plastis 42,83, nilai indeks plastisitas sebesar 18,86% dan nilai batas susut sebesar 14,89%. c) Dari uji Proctor standar diperoleh kadar kalsit 6% yang menghasilkan berat volume kering maksimum sebesar 1,33850 gr/cm3. d) Nilai CBR pemeraman untuk kadar kalsit 0% sebesar 1.39% sedangkan tanah + Kalsit 6% yang diperam selama 21 hari nilai CBR-nya menjadi 42%. e) Nilai CBR rendaman selama 4 hari 2,81%, sedangkan tanah + kalsit 6% yang rendaman selama 4 hari nilai CBR-nya menjadi 3,63%.
Universitas Sumatera Utara
f) Hasil uji pengembangan (swelling) tanah nilai pengembangan tanah asli 45,13% sedangkan yntuk tanah + kalsit 6% nilai pengembangannya turun menjadi 35,62% g) Hasil pengujian tekan bebas diperoleh nilai qu tanah asli 3,14 kg/cm2, sedangkan pada tanah + kalsit 6% yang diperam selama 21 hari menjadi 5,8 kg/cm2. Nilai c tanah asli sebesar 1,47 kg/cm2 sedangkan pada tanah + kalsit 6% nilai c turun menjadi 1,08 kg/cm2. Nilai sudut pecah pada tanah asli sebesar 470 sedangkan pada tanah + kalsit 6% menjadi 690. Nilai sudut gesek pada tanah asli sebesar 40 sedangkan pada tanah + kalsit 6% menjadi 480. h) Hasil pengujian geser langsung diperoleh nilai tegangan geser (τ) pada tanah asli sebesar 0,657 kg/cm2 sedangkan pada tanah + kalsit 6% menjadi sebear 1,377 kg/cm2. Nilai kohesi (c) pada tanah asli sebesar 0,44 kg/cm2 sedangkan pada tanah + kalsit nilai kohesi menjadi 0,18 kg/cm2. Nilai sudut geser tanah asli sebesar 13,50, sedangkan pada tanah + kalsit menjadi 52,90. i) Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa kalsit dapat digunakan sebagai bahan stabilisator untuk tanah lempung karena dapat meningkatkan daya dukung tanah.
Universitas Sumatera Utara
II.8.2. Peningkatan kuat geser tanah lempung dengan variasi campuran kapur karbit dengan cleanset cement (Nanang Haryo Edhy dan Yosika Alinsari, 2004) Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Berdasarkan data hasil pengujian sifat fisik data mekanik tanah dengan system klasifikasi tanah Unified Soil Classification System (USCS), maka secara fisik tanah lempung hitam yang diambil dari daerah Banjarcahyana termasuk golongan berbutir halus dan secara mekanik tanah tersebut termasuk golongan tanah lempung organic dengan plastisitas sedang sampai tinggi (OH). b) Berdasarkan data hasil pengujian tingkat kepadatan dengan uji standar Proctor, perubahan kepadatan tanah yang terjadi pada sample tanah lempung setelah dicampur kapur karbit adalah mencapai nilai optimumyang memberikan tingkat kepadatan maksimum pada 3% dari berat sample tanah kering yang diuji, sedangkan perubahan kepadatan tanah yang terjadi pada sample tanah lempung setelah dicampur dengan cleanset cement pada kadar campuran sebesar 12% dari berat sample tanah kering yang diuji mendapat tingkat kepadatan yang semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
II.8.3. Stabilisasi tanah lempung dengan kapur dan kapur tumbuk (Wahid Supriadi dan Sandra Ciptadi, 2005) Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Tanah lempung Kwagon termasuk Silty clay dan termasuk dalam klasifikasi tanah lempung gemuk (fat clay). Berdasarkan pengujian sifat fisik tanah, tanah lempung Kwagon mempunyai kadar air lapangan (W1) sebesar 21.215%, kadar air setelah dikeringkan (w) sebesar 14,49%, berat jenis (Gs) sebesar 2,71, batas cair (LL) sebesar 60,61%, batas plastis (PL) sebesar 30,59%, dan indeks plastis (SL) sebesar 30,02%. Sedangkan berdasarkan pengujian sifat mekanik tanah didapatkan berat kering (γd) maksimum sebesar 1,383 gr/cm3 dengan kadar air optimumnya (wopt) sebesar 28,94%, kohesi (c) 2,5515 kg/cm2, sudut geser dalam (φ) sebesar 6,01180, indeks pemampatan (Cc) sebesar 0,2105. b) Berdasarkan uji pemadatan diperoleh bahwa berat volume kering (γd) maksimum dengan kapur tumbuk optimum 9% sebesar 1,39496 gr/cm3 dan kapur baker optimum 6% sebesar 1.40599 gr/cm3. c) Untuk dimensi pondasi bujur sangkar B=1m didapat beban maksimum (Pu) untuk tanah asli sebesar 7,4687 ton, tanah + kapur bakar optimum sebesar 10,7000 ton dan tanah + kapur tumbuk optimum sebesar 8,2320 ton. Maka terjadi peningkatan sebesar 43,2818% untuk kapur bakar optimum dan peningkatan sebesar 10,2333% untuk kapur optimum terhadap tanah asli.
Universitas Sumatera Utara