BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan (financial management) adalah segala aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana perusahaan memeroleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. 2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan. 3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin. Manajemen keuangan adalah segala aktivitas dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama yaitu, keputusan sehubungan investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini. 2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu
perusahaan dalam pencapaian tujuannya adalah kondisi manajemen keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan perhatian khusus terhadap kemajuan keuangan demi tercapainya tujuan perusahaan. Berikut pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai pengertian dari manajemen keuangan.
9
10
Bambang
Riyanto
(2001:4),
mengemukakan
bahwa
manajemen
keuangan adalah sebagai berikut: “Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Brigham & Houston (2010:5), juga menjelaskan pengertian dari manajemen keuangan seperti berikut: “Financial management, also called corporate finance, focuses on decisions relating to how much and what types of assets to acquire, how to raise the capital needed tp purchase assets, and how to run the firm so as maximize its value”. Artinya, manajemen keuangan, yang disebut juga keuangan perusahaan, fokus pada keputusan yang berhubungan dengan seberapa banyak jenis aset apa saja yang harus diperoleh, bagaimana meningkatkan modal yang dibutuhkan untuk membeli aset dan bagaimana menjalankan perusahaan agar mencapai nilai maksimumnya. Menurut Horne & Wachowicz (2012:2) menyatakan bahwa manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikataka bahwa manajemen
keuangan
merupakan
aktivitas-aktivitas
yang
menyangkut
perencanaan, pencarian, dan pemanfaatan dana perusahaan sebijaksana mungkin demi tercapainya tujuan perusahaan. Tiga area utama, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan manajemen aset. 1. Keputusan Investasi Keputusan Investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan diatas ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai dengan penetapan jumlah total aset yang perlu dimiliki perusahaan. Manajer keuangan perlu menetapkan nilai uang pada aset perusahaan sebagai ukuran perusahaan
11
dan perlu menetapkan jumlah uang yang menjadi komposisi aset perusahaan tersebut. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan penting kedua dalamperusahaan berkaitan dengan keputusan pendanaan. Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan komposisi modal perusahaan. Manajer keuangan perlu merencanakan dan menetapkan komposisi pendanaan untuk modal perusahaan, apakah dengan cara menerbitkan saham, melakukan pinjaman kepada kreditur, atau misalkan dengan menahan laba perusahaan pada periode tertentu untuk dijadikan modal perusahaan. 3. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (Stock dividend), (4) pemecahan saham (Stock split) serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditunjukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan Manajer keuangan perlu mengambil keputusan-keputusan yang benar
dalam penentuan tujuan perusahaan serta dalam usaha pencapaian tujuan tersebut. Keputusan yang diambil haruslah dengan prinsip memaksimumkan nilai perusahaan, yang identik dengan memaksimumkan laba, serta memaksimumkan tingkat resiko. Agar keseimbangan tersebut dapat diperoleh, maka perusahaan harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap aliran dana. Berdasarkan uraian diatas, menurut pendapat Eugene F. Bringham dan Joel F. Houston (2001:6), tujuan manajemen keuangan adalah:
12
“Menciptakan laba yang maksimal, resiko yang minimal, melakukan pengawasan aliran dana, dimaksudkan agar penggunaan dan pencarian dana dapat diketahui segera, dan menjaga fleksibilitas perusahaan” Menurut Kasmir (2010:13), manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan, yaitu: 1. Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga memertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Disamping itu, manajer keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer keuangan dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip kehati-hatian. Secara garis besar, profit risk approach terdiri dari: a. Maksimalisasi profit; b. Minimalisasi risk, c. Maintain control; dan d. Achieve flexibility (careful management of fund and activities) 2. Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (utang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimiliki termasuk pencarian dana serta mampu mengelola aset perusahaan sehingga terus berkembang dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat diatas mengenai fungsi atau peranan seorang manajer keuangan yang sudah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa peran seorang manajer keuangan sangat dibutuhkan keberadaannya untuk memonitor keadaan keuangan perusahaan, menemukan masalah-masalah yang
13
dihadapi kemudian mencoba untuk mencari pemecahan masalah tersebut sehingga tujuan perusahaan secara keselurusahn akan mudah dicapai. 2.1.3
Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan merupakan keputusan utama yang harus
dilakukan oleh suatu perusahaan. Ada beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009:3). Tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu: 1. Keputusan Investasi (investment Decision) Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan memengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan di tuntut untuk memertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen (Dividend Policy) Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham (stock dividend), pemecahan saham (stock split), serta penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Maka penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan tentunya disertai dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan sebaik-baiknya.
14
2.2
Indeks LQ45
2.2.1
Pengertian Indeks LQ45 Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui
beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas sahamsaham tersebut memertimbangkan kapitalisasi pasar. Indeks LQ45 berisi dari 45 saham yang disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. 2.2.2
Tujuan Indeks LQ45 Tujuan dari adanya Indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan
khususnya untuk menyediakan sarana obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan. 2.2.3
Kriteria Pemilihan Saham LQ45 Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas
transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih memertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Menurut Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia (2010:100) kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah sebagai berikut: a. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. b. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi. c. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler. d. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. e. Selain memertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
15
2.2.4
Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal februari dan agustus. 2.2.5
Komisi Penasehat Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat
meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen.
2.3
Corporate Action Umumnya corporate action dilakukan manajemen dengan tujuan agar
perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien, dan pada gilirannya memeroleh hasil yang optimal, yang akan memberikan nilai tambah (added value) kepada shareholders. Berikut adalah beberapa definisi tentang corporate action menurut para ahli. 2.3.1
Pengertian Corporate Action Pengertian corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2001:123) menyatakan corporate action merupakan aktifitas emiten yang dapat memengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang bergerak di pasar. Corporate action merupakan yang umumnya yang menyedot perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar modal khususnya para pemegang saham. Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hal ini penting karena kebijakan yang akan diambil disamping akan memengaruhi jumlah saham yang ada di pasar juga akan memengaruhi para
16
pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham mutlak agar suatu aksi dapat berjalan efektif. (www.e-bursa.com) Pengertian corporate action menurut Maguire (2007) memberikan definisi corporate action sebagai “An event initiated by a company that affects its share”. Artinya adalah corporate action merupakan suatu event yang digagas oleh sebuah perusahaan yang memengaruhi pangsa pasarnya sendiri. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang memiliki keterlibatan dalam proses corporate action emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memberikan definisi tentang corporate action yaitu, “Setiap tindakan perusahaan terdaftar yang memberikan hak kepada seluruh pemilik manfaat atas efek dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk memeroleh dividen tunai, dividen saham, bunga, saham bonus, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Waran atau hak-hak lainnya”. (www.ksei.co.id/services/corporate_action_services) Pengertian corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan right, pemecahan saham (stock split), sahambonus, dan pembagian dividen, baik dalam bentuk dividen saham (stock dividend), maupun dividen tunai (cash dividend). Keputusan untuk melakukan corporate action dilakukan emiten guna memenuhi tujuan-tujuan tertentu, seperti meningkatkan modal perusahaan, meningkatkan likuiditas perdagangan saham, atau tujuan-tujuan lain perusahaan. Umumnya corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan pemegang saham, karena corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh pemegang saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. Dengan demikian, pemegang saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action sehingga memeroleh keuntungan dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat. 2.3.2
Jenis-Jenis Corporate Action Ada beberapa jenis corporate action yang dapat dilakukan emiten.
Berdasasrkan situs resmi dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
17
www.ksei.co.id/services/corporate_action_services jenis corporate action yang dapat di proses oleh KSEI, terbagi menjadi: 1.
Tindakan Korporasi Wajib Tindakan Korporasi Wajib adalah tindakan korporasi atau Corporate
Action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau intruksi dari pemegang rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST. Pemegang rekening hanya menerima hak CA dari emiten yang melakukan kegiatan tersebut. Jenis CA yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah: a. Pembayaran Bunga Obligasi Bunga obligasi akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki obligasi hingga tanggal yang telah ditentukan oleh emiten (record date). Pada tanggal pembayaran, C-BEST secara otomatis akan mendistribusikan bunga dari obligasi tersebut ke masing-masing rekening yang berhak berdasarkan Daftar Pemegang Rekening pada tanggal record date. b. Pembayaran Pokok Obligasi Pembayaran nilai pokok obligasi akan diberikan pada tanggal jatuh tempo, KSEI akan memberikan daftar pemegang obligasi, yaitu daftar pihak yang memiliki obligasi hingga tanggal jatuh tempo kepada emiten/BAE. Emiten/BAE akan memberikan dana pembayaran nilai pokok obligasi ke KSEI. Pendistribusian pembayaran pokok obligasi akan diberikan ke pemegang rekening yng berhak setelah KSEI menerima dana dari emiten/BAE. c. Dividen Tunai Divdien tunai akan diberikan kepada pemegang rekening atau subrekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memerhitungkan besaran pajak dan dividen tunai bersih yang berhak diterima oleh pemegang rekening berdasarkan tingkat pajak yang dikenakan terhadap setiap pemegang rekening. Emiten akan memberikan total dividen tunai bersih (nett) setelah menerima konfirmasi pembayaran dari KSEI. Pada tanggal distribusi, sistem KSEI akan mendistribusikan dividen tunai ke rekening pemegang rekening yang berhak.
18
d. Dividen Ssaham KSEI akan mendistribusikan dividen saham kepada pemegang rekening atau subrekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memerhitungkan besaran dividen saham yang akan diterima dan pajak yang dikenakan kepada setiap pemegang rekening. e. Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights akan diberikan kepada pemegang rekening yang memiliki saham pada saat recording date. Sistem akan memerhitungkan besaran HMETD yang akan diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada KSEI dan KSEI akan mendistribusikan HMETD tersebut ke rekening yang berhak. f. Saham Bonus Penanganan saham bonus hampir sama dengan dividen saham, namun tidak memerhitungkan pajak. g. Distribusi Waran Distribusi waran ini tidak sama dengan pemberian waran kepada pemegang saham yang melakukan exercise waran atau yang diberikan kepada pemegang saham yang mendapatkan saham hasil IPO. Distribusi waran ini akan diberikan kepada pemegang rekening yang memilki saham pada saat recording date. Sistem akan memerhitungkan besaran waran yang akan diterima setiap pemegang rekening sesuai dengan rasio yang diberitahukan oleh emiten kepada KSEI. Emiten/BAE akan memberikan total waran yang akan didistribusikan kepada KSEI pada tanggal distribusi, dimana KSEI akan mendistribusikan waran itu ke rekening yang berhak. Waran ini selanjutnya akan diperdagangkan atau diexercise oleh pemegang rekening. h. Mandatory Conversion Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan mengubah jumlah efek yang dimiliki oleh pemegang rekening dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh emiten. Kegiatan ini terdiri dari:
19
1) Merger dan Akuisisi Merger dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Perluasan usaha memang dapat dilakukan dengan ekspansi intern (yaitu menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi baru, dan sebagainya), tetapi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan dengan perusahaan yang telah ada (merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Kegiatan merger/akuisisi akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi jumlah efek secara otomatis berdasarkan rasio (perhitungan) yang diberikan Emiten/BAE. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE. 2) Stock Split/Reverse Split Stock Split dan Reverse Split akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Sistem akan mengubah kompoisisi itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan emiten/BAE. 2.
Tindakan Korporasi Sukarela Tindakan Korporasi Sukarela memerlukan instruksi/respon dari pemegang
rekening/investor untuk melakukan tindakan korporasi (Pemenuhan Hak Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action antara lain: a. Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Waran Pelaksanaan (exercise) HMETD dan Waran dilakukan oleh pemegang rekening melalui C-BEST. KSEI akan memberikan Daftar Pemegang Rekening yang telah melakukan exercise. Selanjutnya, KSEI akan mendistribusikan saham hasil exercise tersebut ke dalam rekning setelah menerima total saham atas exercise dari emiten/BAE. Setelah tanggal jatuh tempo, sisa HMETD yang tidak di-exercise akan dihilangkan/didebet secara otomatis dari rekening.
20
b. Proxy Voting Proxy Voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat untuk kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada tanggal pencatatan atas RUPS, sistem akan mencatat seluruh rekening yang memilki saldo efek atas emiten yang melakukan kegiatan RUPS. Sistem akan mengeluarkan laporan konfirmasi terltulis kepada pemegang rekening yang berhak. Dalam laporan ini dikonfirmasikan pula jumlah suara atau efek yang dimilki untuk keperluan RUPS tersebut. 2.4
Kebijakan Dividen Kebijakan Dividen (dividend policy) menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa di bagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan mengenai dividen mengacu kepada pilihan perusahaan apakah akan membagikan dividen dalam bentuk kas ataupun dalam bentuk lainnya, berapa besaran dividen yang akan dibagikan, dan seberapa sering dividen akan dibagikan. Kebijakan dividen perusahaan dapat berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan pertimbangan perusahaan pada waktu itu dan berbeda antar satu perusahaan dengan perusahan lainnya. 2.4.1
Pengertian Kebijakan Dividen Pengertian menurut para ahli mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda
dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Martono dan Harjito (2004:253): “Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan di bagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”. Menurut Sjahrial (2002:305): “Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memeroleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling
21
penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan”. Sedangkan menurut Muhardi (2008:4): “Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen”. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu
untuk
membagikan
dividen.
Banyak
perusahaan
yang
selalu
mengomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah dan mampu untuk memertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Dari beberapa pengertian dividen di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada para pemegang saham. 2.4.2
Prosedur Pembagian Dividen Pembagian dividen ditentukan oleh dewan direksi perusahaan melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berikut ini adalah prosedur yang umum digunakan perusahaan saat pembagian dividen (Ross et al., 2005).
22
1. Declaration Date Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang di ambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham. 2. Cum Dividend Date Tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen. 3. Date of Record Tanggal pencatatan pemegang saham perusahaan yang berhak mendapatkan dividen. 4. Ex Dividen Datea Tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak mendapatkan dividen. 5. Date of Payment Tanggal pembayaran dividen kepada mereka yang berhak. Setiap tahapan memiliki durasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan yang diputuskan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham. 2.4.3
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kebijakan dividen suatu
perusahaan. Menurut Suad husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:305) antara lain: 1) Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesarbesarnya. Apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara teoritis tidak perlu membagi dividen). 2) Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen jika laba perusahaan meningkat, dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen jika laba menurun.
23
3) Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti dengan penurunan harga saham, tgetapi apabila pasar modal efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya investasi yang menguntungkan). 4) Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham, sedangkan pembayaran dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya jika pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memeroleh capital gain. Karena itulah sekelompok pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur. 5) Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang lebih tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus segera membayar pajak) dan memilih menikmati capital gain. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang memunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar. Hanya saja keputusan pembagian dividen sering diperumit apabila diperhatikan kemungkinan “intervensi” pemerintah. Seringkali BAPEPAM menanyakan apakah perusahaan telah memenuhi janji yang dicantumkan dalam prospektus sewaktu perusahaan akan menerbitkan saham di pasar modal. Apabila perusahaan menyebutkan dalam prospektus bahwa 40% laba yang diperoleh akan dibagikan sebagai dividen, maka mungkin saja BAPEPAM akan “mengingatkan” janji tersebut untuk dipenuhi. Dengan demikian perusahaan akan membayarkan 40% laba sebagai dividen, meskipun barangkali perusahaan memunyai
24
pertimbangan lain untuk “menunda” janji yang telah disebutkan dalam prospektus. 2.4.4
Teori-Teori Kebijakan Dividen Black (1976) menyatakan bahwa, “the harder we look at the dividends
picture, the more it seems like a puzzle, with pieces that just do not fit together”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa permasalaha mengenai dividen masih menyerupai puzzle yang belum terpecahkan. Hal ini juga terkait dengan preferensi investor terhadap dividen dan capital gain. Capital gain yaiut imbal hasil yang diterima investor karena adanya perbedaan harga saham dimana harga jual saham sekarang lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian. Beberapa teori kebijakan dividen mencoba menjelaskan permasalahan mengenai dividen. Teori- teori tersebut adalah: 1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modligliani dan Miller Asumsi-asumsi pendapat ini lemah karena: a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyatannya sulit ditemui pasar modal yang sempurna. b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost) itu masih ada. c. tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada. d. kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti berubah. Beberapa ahli menentang pendapat Modligliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan memengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen.
25
2. Teori The Bird in The Hand Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain. Karena dividen yield lebih pasti. Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama. 3. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. 4. Teori Signaling Hypothesis Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan suatu sginal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang. 2.4.5
Aspek-Aspek Kebijakan Dividen Kebijakan dividen yang ditetapkan berbeda-beda, dapat berupa dividen
tunai atau berupa lainnya. Ada beberapa aspek kebijakan dividen yang dapat diterapkan oleh perusahaan yaitu: 1. Stock Dividend (Dividen Saham) Menurut Suad Husnan (2005:35): “Stock Dividend atau Dividen Saham adalah pembayaran tambahan saham kepada pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham tetap tidak berubah. Manfaat yang diperoleh dari stock dividend bagi pemegang saham, lebih bersifat psikologis. Apabila pemegang saham hendak menjual sebagian saham dengan adanya
26
stock dividend, maka investor dapat menjual sebagian stock dividend tanpa harus berkurang jumlah lembar sahamnya.” 2. Stock Split (Pemecahan Saham) Menurut Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006:24): “Pemecahan saham (stock split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan”. 3. Repurchase of Stock (Pembelian Kembali Saham) Menurut Brigham (2001:36): “Repurchase of Stock atau pembelian kembali saham adalah transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikan laba per saham dan seringkali menaikan harga saham tersebut. Pembelian kembali saham bermanfaat ketika perusahaan ingin merombak struktur modalnya dalam waktu singkat atau membagikan uang kas dalam suatu kejadian seperti pada saat penjualan suatu divisi”. 2.5
Stock Split Stock Split adalah kebijakan perusahaan untuk melakukan penurunan
nominal saham karena dianggap sudah terlalu tinggi. Berikut adalah beberapa definisi stock split menurut para ahli. 2.5.1
Pengertian Stock Split Salah satu aksi emiten untuk menarik minat investor adalah dengan
melakukannya pemecahan saham. Pengertian Stock Split (pemecahan saham) menurut beberapa ahli diantaranya. Menurut Sunariyah (2010:145): “Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aksi emiten di mana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil”. Menurut Jogiyanto (2010:397): “Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi banyak lembar saham”.
27
Menurut Home dan Wachowitz yang di kutip oleh Fahmi dan Hadi (2011:106): “Stock split adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masingmasing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal”. Dapat disimpulkan bahwa pemecahan saham (stock split) adalah suatu corporate action yang dilakukan emiten untuk memecah nilai nominal saham menjadi lebih kecil sehingga membuat jumlah saham yang beredar bertambah. 2.5.2
Jenis-Jenis Stock Split Pemecahan saham atau stock split adalah merubah jumlah saham yang
beredar baik bertambah maupun berkurang. Adapun jenis stock split menurut Samsul (2006:190): 1. Split up (Pemecahan saham naik) Adalah penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2 berarti saham yang asalnya hanya 1 lembar menjadi 2 lembar dengan nominal saham setengah dari nominal awal. 2. Split down (Pemecahan saham turun) Adalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti lima saham lama diganti dengan satu saham baru dengan nominal yang lebih tinggi. 2.5.3
Tujuan Stock Split Menurut Fahmi dan Hadi (20011:107) “Ada beberapa tujuan suatu
perusahaan melakukan stock split, yaitu”: a. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.
28
b. Memertahankan tingkat likuiditas saham. c. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. d. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. e. Menambah jumlah saham yang beredar. f. Memerkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. g. Menerapkan diversifikasi investasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Scott, Martin, Petty dan Keown (1993) antara lain: 1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham, 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan, 3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. 2.5.4
Manfaat Stock Split Perusahaan berharap dengan dilakukannya stock split akan memberikan
manfaat yang positif bagi perusahaan. Menurut Hanafi’ (2007:46) stock split dilakukan oleh perusahaan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan. Menimbulkan marketability dan efisiensi pasar. 2. Mengubah investor odd lot (membeli saham di bawah 500 lembar) menjadi round lot (membeli saham minimal 500 lembar). 3. memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah. 4. Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. 5. Memberikan sinyal kondisi perusahaan yang bagus.
29
2.6
Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan suatu
perusahaan sehingga pemegang saham mendapatkan hak tertentu seperti mendapatkan dividen, mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau distribusi lainnya. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini. 2.6.1
Pengertian Saham Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan
dana bagi perusahaan, menyebabkan saham sebagai salah satu instrument pasar uang yang paling popular atau yang paling banyak di pilih oleh para investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Pengertian saham menurut Husnan (2005:29) adalah: “Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memeroleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Rusdin (2006:68) menyatakan bahwa saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Fahmi dan Hadi (2009:68) saham adalah: a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap untuk di jual. Sehingga saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat di pilih untuk berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan berarti investor telah menginvesatasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut.
30
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5) 2.6.2
Jenis-Jenis Saham Menurut Fahmi dan Hadi (2009:68-69) dalam pasar modal ada dua jenis
saham yang paling umum di kenal oleh publik yaitu saham bniasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. a. Common Stock (saham biasa) Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang di jual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Uum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umm Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan sahm terbatas) atau tiak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memeroleh keuntungan dalam bentuk dividen. b. Preferred Stock (saham istimewa) Preferred Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang di jual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memroleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan). Adapun jenis-jenis saham biasa diantaranya: a. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan) Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan management yang berkualitas. b. Growth Stock Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya memunyai PER yang tinggi.
31
c. Defensive Stock (saham-saham defensif) Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. d. Cyclical Stock adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu. e. Seasonal Stock Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. f. Speculative Stock Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif 2.7
Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam
suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun porsi atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham memunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmodjo (2009:13) dalam Bagja (2014) harga saham dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Harga Nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena dividen yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut di catat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan
32
demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan di jual kepada masyarakat. 3. Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia). 2.7.1
Analisis Saham Investor harus memerhatikan dan menganalisis terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tertentu. Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu: 1.
Analisis Teknikal Menurut Husnan (2005:349), “Analisis teknikal merupakan upaya
untuk memerkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno (2009:330) menyatakan bahwa: “Analisis Teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara memelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu”. Analisis ini hanya memertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memerhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengaruh isu-isu lainnya.
33
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memerkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau memertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham. 2.
Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Husnan (2005:315) menyatakan bahwa: “Analisis fundamental mencoba memerkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham”. Analisis ini sering di sebut sebagai shsare price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling peneting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan memengaruhi harga saham. Faktor yang di analisis merupakan fakotr yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Sutrisno (2009:331) menyatakan bahwa: “Analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan
34
saham dan analisis ekonomi yang akan memengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadiankejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memiilh saham perusahaan mana yang di beli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau fundamental yang memengaruhi harga saham yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataanpernyataan yang di buat oleh manajemen perusahaan. 2.7.2
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Saham Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan harga saham yaitu: 1. Faktor Internal, yaitu: a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman Pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c. Pengumuman Badan Direksi Manajemen (management board of director announcements), seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organsisasi.
35
d. Pengumuman Pengambilalihan Diversifiakasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan di akuisisi. e. Pengumuman Investasi (investmen announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya. f. Pengumuman Ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g. Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain. 2. Faktor Eksternal, yaitu: a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabunga ndan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman Hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman Industri Sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading. d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri. 2.8
Return Saham Investor menanamkan modalnya dalam suatu investasi dengan motivasi
utama mendapatkan tingkat pengembalian (return) investasi yang optimal. Return merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari suatu investasinya. Pengertian umum return adalah suatu hasil pengembalian yang diperoleh dari suatu dana atau modal yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa aset riil
36
(real assets) maupun aset keuangan (financial assets). Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini. 2.8.1 Pengertian Return Saham Adanya aktivitas akuisisi yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan perusahaan, memberikan sinyal bagi investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut dengan harapan investor dapat memeroleh keuntungan yang diinginkan. Suatu pasar akan bereaksi apabila didalam pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau menggunakan abnormal return. Menurut Jogiyanto Hartono (2009:199) : “Return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham. Sedangkan abnormal return merupakan selisih antara return aktual dengan return yang diekspektasikan oleh investor.”
ARit = Rit - Rmt Dimana: ARit = abnormal return saham i pada hari ke t Rit = actual return saham i pada hari ke t Rmt = return pasar saham pada hari ke t Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Return Aktual (Actual Return) dan Return Ekspektasi (Expected Return). Return aktual merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return aktual ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai penentuan return dan resiko dimasa mendatang dan bersifat tidak pasti.
37
Rit = Dimana: Rit = actual return saham i pada hari ke t Pit = harga saham i pada hari ke t Pit-1 = harga saham i pada hari ke t-1 Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Menurut Jogiyanto Hartono (2009:202) untuk mengestimasi return ekspektasi dapat digunakan tiga model yaitu : 1. Mean adjusted model. Model disesuaikan rata–rata (mean adjusted model) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata–rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut : E (R.i.t) =
Dimana: E (R.i.t) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. ∑ R i.j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. T = Lamanya periode estimasi yaitu dari t1 – t2. 2. Market model. Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dapat dilakukan dengan 2 tahap : 1) Perhitungan return ekpektasi ke-i pada periode estimasi. 2) Menggunakan model ekpektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan sebagai berikut :
38
Rij = αi + βi . R Mj + Eij Dimana: Rij = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. Αi = Intercept untuk sekuritas ke-i. βi = Koefisien slope yang merupakan beta sekuritas ke-i. RMj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j. Eij = Kesalahan residu ke-i pada periode estimasi ke-j. 3. Market adjusted model. Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return pasar. Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
E (R it ) = Rmt Dimana: E (R it ) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Rmt = Return sekuritas pada waktu ke -t. 2.8.2
Abnormal Return Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus di estimasi. Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event
39
period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Menurut (Kuntorowati dan Agustanto, 2000): “Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Menurut Husnan (2009:269): “Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan”. Menurut Jogiyanto (2010:416): “Return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi”. Dilihat dari berbagai pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa abnormal return merupakan selisih dari return yang sebenarnya terjadi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi. Untuk menghitung abnormal return tiap saham selama periode pengamatan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ARi,t = Ri,t – E(Ri,t)
Sumber: Jogiyanto (2008:550) Dimana: ARi,t
= Abnormal Return saham i pada periode t
Ri,t
= return sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada periode t
E(Ri,t) = tingkat pengembalian saham yang diharapkan pada periode t Menghitung rata-rata Abnormal Return dengan menggunakan rumus:
40
Dimana: AARt = Rata-rata abnormal return pada waktu t Arit
= abnormal return sekuritas i pada waktu t
N
= Banyaknya sampel yang diamati Membuat perbandingan secara statistik rata-rata abnormal return sebelum
tanggal pengumuman dengan rata-rata abnormal return setelah tanggal pengumuman dengan rata-rata abnormal return setelah tanggal pengumuman untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua periode tersebut. 2.9
Volume Perdagangan Saham Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya.
Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu info oleh investor individual dalam arti info tersebut membuat suatu keputusan perdagangan ataukah tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan Trading Volume Activity (TVA). Menurut (Magdalena, 2004): “Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada periode tertentu secara harian”. Menurut Widayanto dan Sunarjanto (2005:53): “Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal”.
41
Menurut Hadianto dan Setiawan (2007:83): “Volume perdagangan saham adalah jumlah penawaran saham dan permintaan saham di pasar”. Dengan definisi dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah penawaran dan permintaan saham di pasar tersebut. Indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal dapat menggunakan TVA (Trading Volume Activity). Perhitungan
TVA
(Trading
Volume
Activity)
dlakukan
dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama (Wismar’ien, 2004). Dihitung dengan menggunakan rumus:
Setelah TVA masing-masing saham diketahui, selanjutnya dihitung ratarata TVA untuk periode di seputar tanggal pengumuman:
Dimana: X TVA = Rata-rata TVA Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum tanggal pengumuman dengan rata-rata TVA sesudah tanggal pengumuman untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik TVA diantara kedua periode tersebut.
42
2.9.1
Likuiditas Saham Likuiditas saham merupakan ukuran mudah sukarnya suatu saham
dipasarkan. Dalam hal ini instrumen keuangan mudah dipasarkannya (saham) diukur dengan dapat di jualnya sejumlah surat-surat berharga dalam waktu singkat dengan pengorbanan harga yang kecil. Semakin mudah surat berharga dipasarkan, semakin tinggi kemampuan untuk melakukan transaksi besar dengan harga yang dikehendaki. Secara umum semakin sukar surat-surat berharga dipasarkan, semakin besar hasil (return) yang diperlukan untuk menarik investor. Dalam perdagangan saham, likuiditas merupakan hal yang penting dan diperhatikan oleh pelaku pasar. Wyss (2004:5) menyatakan bahwa likuiditas merupakan darah kehidupan dari pasar keuangan. Syarat ketentuannya penting bagi lancarnya operasi dari perekonomian. Erosi yang tiba-tiba atas likuiditas pada satu saja segmen pasar atau pada satu individu instrumen dapat menstimulasi gangguan yang ditransmisikan secara meningkat melalui pasar keuangan yang saling tergantung dan saling terhubung di seluruh dunia. Dismaping pentingnya likuiditas, masalah resiko dalam penghitungan dan pengawasan likuiditas tetap ada. Likuiditas memiliki arti penting yang berbeda bagi pelaku pasar sehingga definisi likuiditas pun bermacam-macam. Bagi pelaku transaksi, likuiditas penting karena memungkinkan mereka untuk mengimplementasikan strategi perdagangan mereka dengan biaya yang murah. Sedangkan regulator menyukai likuiditas karena pasar yang likuid umumnya tidak volatile dibandingkan dengan pasar yang tidak likuid. Pengertian lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini. 2.9.2
Pengertian Likuiditas Saham Dalam berinvestasi terkadang investor memerhitungkan juga tingkat
likuiditas dari investasi yang mereka tanamkan. Semakin likuid maka semakin baik, karena investor akan lebih tertarik pada saham yang likuid. Oleh karena itu, menurut E.A.Koetin (2000:106), “Likuiditas saham merupakan mudahnya suatu saham yang dimiliki seseorang untuk dapat di ubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal”.
43
Menurut Bayer (2005:3), “Likuiditas adalah tingkat dimana transaksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan memberikan dampak yang minimal pada harga”. Sedangkan menurut Ali Arifin (2007:16), “Likuiditas saham diartikan sebagai tingkat kecepatan sebuah sarana investasi (asset) untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai”. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aset yang likuid adalah aset yang mudah untuk diperdagangkan, aset tersebut tidak akan mengalami penurunan harga jika dicairkan dengan cepat dan merupakan saham yang berada di pasar modal yang dapat di ubah menjadi uang dengan harga tertentu. Likuiditas saham merupakan kemampuan saham untuk ditransaksikan setiap saat dengan harga yang sesuai. Likuiditas saham menjadi sangat penting bagi investor karena likuiditas akan menentukan apakah suatu investasi pada saham suatu perusahaan dapat dengan mudah dicairkan menjadi uang atau bentuk lainnya. 2.9.3
Dimensi dan Pengukuran Likuiditas Saham Dimensi likuiditas disini adalah parameter atau pengukuran yang
dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat dari likuiditas. Dimensi likuidtas menurut Schwartz (2004:56) mencakup dua hal, yaitu: 1.
Depth and Breadth (Kedalaman dan Keluasan) Pasar memiliki kedalaman dan keluasan jika orders atau pesanan berada
pada kesatuan harga di atas dan di bawah harga dimana saham diperdagangkan dan jika pembelian terbaik dan pesanan pembelian ada pada volume substansial. Bid-ask spread menjadi lebih ketat dan dampak pasar menjadi lebih sedikit jika pasar memiliki depth dan breadht. 2.
Residency Suatu pasar dikatakan resilien jika perubahan harga sementara berkaitan
dengan ketidakseimbangan order sementara dengan cepat menarik order baru ke dalam pasar yang memulihkan nilai pasar yang rasional.
44
Menurut Schwartz (2004:58), “Likuiditas dapat diukur dengan kerapatan bid-ask spread, yaitu selisih antara harga terendah yang pedagang bersedia jual dan harga tertinggi yang pembeli bersedia beli”. Pengukuran bid-ask spread ini dapat digunakan sebagai proksi dalam analisis statistik. Pengukuran likuiditas juga dapat dilakukan dengan menitikberatkan pada volatility jangka pendek. Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur likuiditas saham menurut Suta (2000:47), likuiditas saham terdiri dari tiga ukuran: 1. Frekuensi Perdagangan, yang merupakan frekuensi saham suatu emiten yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu. 2. Presentase Volume Perdagangan, yang merupakan rasio antara volume perdagangan dan total saham yang terdaftar di bursa. Volume perdagangan merupakan jumlah saham suatu emiten (unit) yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu. 3. Presentase Nilai Perdagangan, yang merupakan rasio antara nilai perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar. Nilai perdagangan merupakan nilai rupiah dari saham suatu emiten yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu, sedangkan nilai kapitalisasi pasar adalah jumlah saham yang terdaftar dikalikan dengan harga penutupan saham tersebut pada periode tertentu. 2.10
Hubungan antara Stock Split dengan Abnormal Return Peristiwa pemecahan saham diyakini akan merubah harga saham suatu
perusahaan. Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split dengan abnormal return menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah signaling theory. Signaling Theory, menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini di dukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan
45
kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang memunyai prospek yang baik yang dapat menanggung biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif. (Halim, 2007:103) Gambaran lain signaling theory dari Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksikan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan. 2.11
Hubungan antara Stock Split dengan Volume Perdagangan Saham Peristiwa pemecahan saham diyakini akan merubah komposisi volume
saham suatu perusahaan. Hubungan antara pengumuman sebelum dan sesudah stock split terhadap volume perdagangan saham menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah trading range theory. Trading Range Theory menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split di dorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham di pecah sehingga meningkatkan daya beli investor, dengan tujuan agar tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memerjualbelikan saham bersangkutan. Harga saham yang terlampau tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. (Halim, 2007:105) Pengertian lain Trading Range Theory dari Marwata (2001) adalah alat untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang diinginkan sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan
46
saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham dinilai terlalu tinggi akan memengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit untuk meningkat lagi. Menurut Trading Range Theory harga saham yang dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham akan dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga akan meningkatkan kemampuan para investor untuk melakukan transaksi, terutama para investor kecil. 2.12
Penelitian Terdahulu Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan stock
split: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian dan
Variabel
Model
Peneliti
Penelitian
Analisis
Hasil
Menguji Motivasi
Abnormal return
Uji Beda
Pemecahan saham dan
Dibalik Stock Split
saham dan
Dua Rata-
penggabungan saham
dan Reverse Stock
likuiditas saham
rata
berpengaruh signifikan
Split (Wisudowati
terhadap abnormal
Ayu Sugito, 2009)
return dan likuiditas saham.
Pemecahan Saham
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
terhadap Likuiditas
perdagangan
Dua Rata-
berpengaruh signifikan
dan Return Saham
saham dan
Rata
terhadap volume
(Rusliati dan Farida, return saham
perdagangan saham
2010)
dan return saham.
Analisis
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
47
Perbandingan
perdagangan
Dua Rata-
berpengaruh signifikan
Likuiditas dan
saham dan
Rata
terhadap likuiditas
Abnormal Return
return saham
perdagangan saham
Saham Sebelum dan
dan tidak berpengaruh
Setelah Stock Split
signifikan pada
(Dmias Fajar
abnormal return
Adwita, 2014)
saham.
Analisis Perbedaan
Volume
Uji Beda
Pemecahan saham
Abnormal Return dan
perdagangan
Dua Rata-
tidak berpengaruh
Volume Perdagangan
saham dan
Rata
signifikan terhadap
Saham Sebelum dan
return saham
volume perdagangan
Sesudah Stock Split
saham dan abnormal
(Bambang Bagja,
return saham.
2014) Sumber: dari berbagai jurnal 2.13
Kerangka Pemikiran Perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal tentunya menginginkan
saham perusahaan tersebut diminati oleh para investor. Untuk menarik minat investor, perusahaan biasanya melakukan suatu kebijakan yaitu corporate action. Pengertian corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:123) menyatakan corporate action merupakan aktifitas emiten yang dapat memengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang bergerak di pasar. Salah satu kebijakan dari corporate action yang biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk menarik minat investor ialah stock split. Stock split adalah suatu kebijakan dari corporate action yang membuat nominal saham turun dan jumlah lembar saham meningkat. Kebijakan ini dilakukan untuk membuat trading range dalam rentang optimal, sesuai dengan trading range theory. Stock split merupakan fenomena yang banyak menarik perhatian dan sekaligus membuat perdebatan diantara para pengamat pasar modal. Tujuan utama emiten melakukan stock split adalah untuk meningkatkan return dan
48
meningkatkan volume perdagangan saham pada trading range yang optimal. Abnormal return saham dapat diukur dengan menggunakan konsep antara lain return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham saat ini dengan harga saham sebelumnya dan return ekspektasi (expected return) yaitu merupakan tingkat return yang diharapkan. Sedangkan untuk volume perdagangan saham dapat diukur salah satunya menggunakan trading volume activity (TVA). Hubungan antara peristiwa sebelum dan sesudah stock split dengan abnormal return menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah signaling theory. Signaling Theory, menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini di dukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang memunyai prospek yang baik yang dapat menanggung biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif. (Halim, 2007:103) Sedangkan hubungan antara pengumuman sebelum dan sesudah stock split terhadap volume perdagangan saham menurut Halim (2007:103) dan Marwata (2001) adalah trading range theory. Trading Range Theory menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split di dorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham di pecah sehingga meningkatkan daya beli investor, dengan tujuan agar tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memerjualbelikan saham bersangkutan. Harga saham yang
49
terlampau tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. (Halim, 2007:105) Stock split merupakan peristiwa yang dapat membedakan hasil variabel lain. Oleh karena itu pada penelitian ini akan menguji apakah terdapat perbedaan abnormal return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Untuk melihat perbedaan tersebut digunakan uji beda dua rata-rata. Perbedaan antara abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah stock split dapat diketahui dengan cara memilih perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 yang juga melakukan publikasi stock split pada periode 2011-2013. Setiap perusahaan yang melakukan stock split itu dihitung abnormal return dan trading volume acdtivity-nya. Abnormal return dihitung mulai sepuluh hari sebelum stock split dan sepuluh hari sesudahnya. Abnormal return lima hari sebelum stock split dijumlah dan dirata-rata, begitu juga dengan abnormal return lima hari sesudah stock split. Abnormal return sebelum dan sesudah stock split yang sudah dihitung tadi di uji perbedaannya dengan menggunakan uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (Paired Sample T-test). Hal yang sama juga harus dilakukan pada trading volume activity setiap perusahaan. Uji beda rata-rata dengan sampel berpasangan atau Paired Sample T-test akan bekerja dan memeroleh suatu hasil, dimana hasil itu memiliki dua kemungkinan yaitu ada perbedaan dan tidak ada perbedaan. Dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang masih menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda, membuat penulis tertarik untuk mengaji ulang tentang peristiwa stock split. Sistematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
50
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Manajemen Keuangan
Corporate Action
Initial Public
Merger
Offering
dan Akuisisi
Right Issue
Stock Split
Kebijakan Dividen
Saham
Volume
Harga
Rata-rata TVA
Return
Rata-rata abnormal return Uji Beda Dua Rata-Rata
Ada Perbedaan
Tidak Ada Perbedaan
Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
EPS
PER
51
2.14
Hipotesis Penelitian Berdasarkan pemaparan yang dipaparkan diatas maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut : H1 :
Abnormal return mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
H2 :
Volume perdagangan saham mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman stock split.