6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap perusahaan mengharapkan mendapat keuntungan untuk mencapai hal tersebut manajemen harus dapat mengelola faktor-faktor produksi dimana dalam melaksanakan kegiatannya bersadarkan uraian tugas. Dalam menjalankan kegiatannya diperlukan formulir-formulir dan catatan yang terkoordinir untuk menghasilkan laporanlaporan yang akan digunakan oleh manajemen sebagai bahan untuk mengambil keputusan.
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Meskipun terdapat berbagai pendapat mengenai pengertian sistem informasi akuntansi, namun pada dasarnya mencakup hal-hal yang sama. Menurut George H Bodnar (2004 : 1) pengertian sIstem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : “ Is a collection of resources, such as people and equipment, design to transform financial and other data into information. This information is communicated to a wide variety of decision makers. Accounting informasion systems perform this transformation whether they are essentially manual systems or thoroughly computerized”. Dari definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut : “ Sekumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data keuangan menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan secara luas kepada pihak pengambil keputusan sistem informasi akuntansi menjalankan transformasi ini dengan sistem manual atau melalui komputerisasi”.
7 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan orang-orang dan peralatan yang digunakan untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi baik dengan sistem manual atau komputerisasi.
Sedangkan pengertian sistem informasi akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah sebagai berikut : “Sistem informasi Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelola perusahaan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah pengorganisasian formulir, catatan dan laporan keuangan sehingga memudahkan pengelolaan perusahaan. Lain halnya menurut Warren (1996 : 248) yang diterjemahkan oleh Hyginus Ruswinarto definisi sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : “Suatu sarana bagi manajemen perusahaan guna mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk mengelola perusahaan dan untuk menyusun laporan keuangan bagi para pemilik, kreditor dan pihak lain yang berkepentingan”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu alat bagi manajemen untuk mendapatkan informasi dalam menyusun laporan keuangan yang akan digunakan dalam mengambil keputusan. Dari semua definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu alat yang mempunyai pengaruh sangat penting bagi manajemen dalam mengorganisasikan formulir-formulir, catatancatatan, laporan-laporan dan peralatan-peralatan untuk mendapatkan informasi keuangan yang dapat digunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan.
8 2.1.2 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi Suatu perusahaan dalam menyusun sistem informasi akuntansi harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai agar sistem akuntansi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Agar tercapainya suatu tujuan menurut Azhar Susanto (2001 : 40) maka perlu diperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan sistem informasi akuntansi sebagai berikut : 1. Survei sistem akuntansi dan pekerjaan pendahuluan (system survey and preliminary work) Pada tahap ini kegiatan dititikberatkan pada penelitian pendahuluan atas gambaran umum perusahaan berikut sistem informasi akuntansi yang berlaku. 2. Analisis sistem informasi akuntansi berikut membuat laporan pendahuluan (System Analysis and Preliminary Report) Setelah ada kesepakatan, selanjutnya dilakukan penelitian secara lengkap 3. Mendisain sistem dan prosedur (System Designing) Berdasarkan atas survei sistem informasi akuntansi yang dilakukan kemudian didisain sistem dan prosedur yang diperlukan. 4. Penerapan sistem informasi akuntansi Apabila sistem informasi akuntansi yang telah disusun disetujui oleh pemberi tugas, kemudian diterapkan dalam perusahaan dan dinilai setelah beberapa bulan dilaksanakan. Kemudian apabila dalam jangka waktu percobaan sistem informasi akuntansi tersebut ditemui kekurangankekurangan, diperlukan koreksi-koreksi untuk penyimpanan.
9 Menurut Azhar Susanto (2001 : 37) tujuan utama penyusunan sistem informasi akuntansi bagi organisasi perusahaan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan informasi. Yaitu informasi yang tepat waktu, tepat guna (relevance), lengkap dan terpercaya (akurat). Dengan kata lain sistem informasi akuntansi harus dengan cepat dan tepat dapat memberikan informasi yang diperlukan dengan “kandungan informasi” yang sesuai dengan yang diperlukan. 2. Untuk meningkatkan kualitas sistem pengendalian intern atau Internal Check Yaitu sistem pengendalian yang diperlukan untuk mengamankan kekayaan perusahaan. Ini berarti bahwa sistem informasi akuntansi yang disusun harus juga mengandung kegiatan sistem pengendalian intern (internal check). 3. Harus dapat menekan biaya-biaya tata usaha. Ini berarti bahwa biaya tata usaha untuk menerapkan sistem informasi akuntansi harus seefisien mungkin dan harus jauh lebih murah dari manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan sistem informasi akuntansi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga tujuan tersebut saling berhubungan, sistem informasi akuntansi diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan keseimbangkan antara manfaat dan biaya. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 20) tujuan umum dari sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru yaitu kebutuhan pengembangan sistem informasi akuntansi terjadi jika perusahaan baru didirikan atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda dengan usaha yang telah dijalankan selama ini.
10 2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada yaitu sistem informasi akuntansi yang berlaku tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. 3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecek intern yang merupakan alat pertanggungjawaban kekayaan suatu organisasi. 4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi yaitu pengembangan
sistem
informasi
akuntansi
seringkali
ditujukan
untuk
menghemat biaya informasi merupakan barang ekonomi untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan sumber ekonomi yang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah untuk menyediakan informasi kegiatan baru bagi perusahaan, untuk memperbaiki informasi yang sudah ada, perbaikan pengendalian akuntansi, pengecek intern dan
juga untuk mengurangi biaya-biaya dalam
penyelenggaraan catatan akuntansi.
2.1.3 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Sistem yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pada perusahaan yang bersangkutan . Suatu sistem informasi akuntansi untuk setiap perusahaan baru dapat berfungsi apabila memenuhi unsur-unsur yang merupakan dasar bagi terlaksananya suatu sistem informasi akuntansi yang memadai, menurut Azhar Susanto (2001 : 27) unsur-unsur akuntansi adalah sebagai berikut :
11 1. Organisasi. Organisasi merupakan wadah dimana seluruh personil terintegrasi dan terkoordinasi dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Dari struktur organisasi yang ada dapat diketahui adanya pemisahaan fungsi dan pekerjaan dalam perusahaan atau terjadinya penggabungan fungsi maupun pekerjaan. 2. Formulir. Formulir merupakan unsur penting dalam sistem akuntansi dan apabila telah diisi menjadi dokumen dasar. Formulir yang di desain dengan baik dan berfungsi untuk mengembangkan sistem pengendalian intern. 3. Catatan. Catatan-catatan akuntansi terdiri dari buku jurnal, buku besar dan buku besar pembantu. a. Buku jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama dalam transaksi keuangan sebelum pengolahan lebih lanjut mengangkut pendebetan dan pengkreditan posting. b. Buku besar, juga merupakan pencatatan akuntansi secara resmi, mengikhtisarkan status dari rekening keuangan. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. c. Buku besar pembantu, apabila data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rincian lebih lanjut dapat dibentuk buku besar pembantu. Buku besar pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar.
12 4. Pelaporan Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran dari sistem informasi akuntansi, dalam hal ini laporan pembelian sebagai pertanggungjawabannya. Kemungkinan penyimpangan dari yang sudah didesain khusus mengenai sistem informasi dan sistem pengendalian intern.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 3), unsur dari sistem akuntansi adalah : 1. Formulir Merupakan unsur penting dalam sistem akuntansi dan apabila telah diisi menjadi dokumen dasar. Formulir yang didesain dengan baik akan berfungsi menciptakan informasi maupun berfungsi untuk mengembangkan sistem pengendalian intern. 2. Catatan Catatan-catatan akuntansi terdiri dari buku jurnal, buku besar dan buku besar pembantu. a. Buku jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama dalam transaksi keuangan sebelum pengolahan lebih lanjut menyangkut pendebetan dan pengkreditan posting. b. Buku besar, juga merupakan pencatatan akuntansi secara resmi, mengikhtisarkan status dari rekening keuangan. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keungan. c. Buku besar pembantu, apabila data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rincian lebih lanjut dapat dibentuk buku besar pembantu. Buku besar pembantu ini terdiri dari rekening-rekening
13 pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. 3. Pelaporan. Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang dibayar, daftar saldo yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang berupa keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.
Menurut kedua definisi diatas bahwa sistem akuntansi tidak terlepas dari formulir, catatan, dan pelaporan atas kegiatan yang telah dilakukan.
2.2 Persediaan Setiap perusahaan selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini berarti bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
2.2.1 Pengertian persediaan Sesuai dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (1999 : 1403) istilah persediaan dirumuskan sebagai berikut : “Persediaan adalah aktiva : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha nominal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan ; atau
14 c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) umtuk digunakan dalam pross produksi atau pemberian jasa”. Selanjutnya Ikatan Akuntansi Indonesia (1999 : 1403) memperjelas lagi pengertian persediaan : “Persediaan meliputi barang yang dibeli, disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”.
Menurut Kieso (2001 : 394) memberikan pengertian tentang persediaan adalah sebagai berikut : “Inventories are asset items held for sale in the ordinary course of business or goods that will be used or consumed in the production of goods to be sold”. Menurut Mulyadi (2001 : 494) memberikan pengertian tentang persediaan adalah sebagai berikut : “Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan yang akan dijual”. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan yang dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan atau persediaan yang masih dalam penyelesaian proses produksi, atau persediaan yang menunggu untuk digunakan dalam proses produksi.
15 2.2.2 Jenis-jenis produksi Sifat barang diklasifikasikan kepada sifat aktivitas perusahaan, mengenai jenisjenis persediaan ada beberapa pengelompokan secara berbeda. Menurut Mulyadi (2001 : 554) membagi dan mengelompokkan persediaan dalam beberapa tipe, yaitu : 1. Persediaan produk jadi 2. Persediaan produk dalam proses 3. Persediaan bahan baku 4. Persediaan bahan penolong 5. Persediaan bahan habis pakai di pabrik, persediaan suku cadang Pengelompokan persediaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persediaan produk jadi Merupakan hasil produksi suatu perusahaan indistri baik sebagai hasil produksi selesai maupun yang akan digunakan proses produksi lebih lanjut. 2. Persediaan produk dalam proses Merupakan hasil produksi yang akan mengalami proses produksi lebih lanjut, untuk dijadikan suatu barang industri jadi. 3. Persediaan bahan baku Merupakan persediaan yang harus berada dalam perusahaan untuk menjamin kelangsungan suatu proses produksi. 4. Persediaan bahan penolong Merupakan persediaan barang yang dijadikan bahan tambahan untuk suatu proses produksi didalam menghasilkan barang jadi, atau dengan kata lain bisa dikatakan sebagai bahan pembantu atau tambahan.
16 5. Persediaan bahan habis pakai di pabrik, persediaan suku cadang Merupakan persediaan barang yang akan digunakan, untuk memperbaiki atau mengganti bagian yang rusak dari peralatan maupun mesin seperti umur dan lain-lain.
Sedangkan menurut Azhar Susanto (2001 : 150) mengemukakan jenis-jenis persediaan dalam perusahaan dagang, industri dan perusahaan jasa terdiri dari : 1. Persediaan bahan baku 2. Persediaan barang dalam proses (work in process), merupakan barang-barang yang diolah antara lain dalam proses produksi dan lain-lain. 3. Persediaan hasil jadi, merupakan hasil produksi dari suatu perusahaan industri baik sebagai hasil produksi selesai, maupun yang akan digunakan proses produksi lebih lanjut. 4. Persediaan suku cadang, merupakan persediaan barang yang akan digunakan untuk memperbaiki atau mengganti bagian yang rusak dari peralatan maupun mesin. 5. Persediaan bahan bakar, merupakan persediaan yang harus berada didalam perusahaan terutama bagi perusahaan industri yang menggunakan mesin diesel sebagai pembangkit tenaga listrik. 6. Persediaan barang cetakan, alat tulis, merupakan persediaan untuk kebutuhan kantor, memperlancar kegiatan usaha. 7. Persediaan barang dagang, merupakan persediaan yang dipergunakan untuk suatu perusahaan dagang.
17 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis persediaan untuk perusahaan manufaktur terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, persediaan bahan penolong, persediaan suku cadang. Sedangkan untuk perusahaan dagang, perusahaan hanya satu golongan yaitu persediaan barang dagang.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku Sistem informasi akuntasni persediaan bahan baku, menggunakan formulir, catatan-catatan, laporan-laporan dan prosedur-prosedur mengenai persediaan sehingga dapat pengambilan keputusan.
2.3.1 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Adapun tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi persediaan menurut Azhar Susanto (2001 : 150) adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar kekayaan perusahaan terutama perusahan dagang dan industri pada umumnya tertanam dalam persediaan, oleh karenanya perlu disusun sistem dan prosedurnya agar persediaan selain dapat ditingkatkan efisiensinya juga dapat ditingkatkan efektivitasnya. 2. Persediaan bagi perusahaan dagang dan industri harus diamankan dari kemungkinan
pencurian,
kebakaran,
kerusakan
dan
lain-lain
demi
mempertahankan kontinuitas perusahaan. 3. Persediaan
harus
ditangani
dengan
baik,
selain
penyimpanan
dan
pengeluarannya juga masuknya ke perusahaan. Kesalahan dalam pemasukkan yang disebabkan karena hanya dan kualitas akan mempengaruhi baik terhadap hasil produksi juga terhadap harga pokok penjualannya.
18 Menurut Mulyadi (2001 : 553) mengenai sistem akuntansi persediaan : “Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi persediaan yang disimpan di gudang”. Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan asset perusahaan yang paling besar, oleh karena itu perlu disusun sistem dan prosedurnya agar terhindar dari resiko-resiko yang akan merugikan perusahaan.
2.3.2 Bagian-bagian yang Terkait Dengan Persediaan Bahan Baku Setiap aktivitas didalam organisasi perusahaan, harus melibatkan beberapa bagian yang berguna untuk memperlancar persediaan bahan baku. Menurut Azhar Susanto (2001 : 90) bagian-bagian yang terkait dalam persediaan bahan baku adalah sebagai berikut : 1. Bagian penjualan 2. Bagian gudang 3. Bagian penerimaan barang 4. Bagian akuntansi 5. Bagian pembelian 6. Bagian produksi Bagian-bagian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bagian penjualan Bertugas menghitung tingkat penjualan perusahaan dan melayani secara langsung masalah penjualan serta mengeluarkan order bulanan (POB) yang berisi permintaan pembelian barang kepada bagian pembelian. 2. Bagian gudang Bagian gudang bertugas :
19 •
Menerima barang-barang dan melaporkan penerimaan tersebut.
•
Menyimpan barang sebaik-baiknya dan menjaga keamanan atas barang pengeluaran.
•
Menyampaikan secara periodik laporan pertanggungjawaban mengenai penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang tersebut.
3. Bagian penerimaan barang Bagian penerimaan barang bertugas untuk melakukan penerimaan barang yang datang dan melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang menyertainya. 4. Bagian akuntansi Merupakan bagian yang bertugas mencatat seluruh kegiatan perusahaan. Bagian ini bertugas : •
Mencatat seluruh transaksi yang terjadi dalam perusahaan termasuk transaksi yang berhubungan dengan persediaan bahan baku. Membuat laporan yang diperlukan untuk pimpinan perusahaan. Termasuk laporan persediaan barang.
5. Bagian pembelian Bagian pembelian bertugas melakukan pembelian terhadap pihak luar atau supplier dalam rangka penyediaan pada perusahaan. 6. Bagian produksi Bagian ini merupakan pengguna bahan baku dan pelaksana proses produksi. Tugasnya adalah mengawasi bahan baku dan pengelolaan fisik persediaan.
Menurut La Midjan (2001 : 137) dalam perusahaan industri, bagian-bagian yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan adalah sebagai berikut :
20 1. Pengelolaan fisik persediaan bahan baku hingga menjadi barang jadi berada dibawah pengawasan bagian produksi. 2. Gudang bahan baku berada dibawah pengawasan bagian produksi, sedangkan gudang barang jadi berada dibawah pengawasan bagian penjualan. 3. Aktivitas pencatatan persediaan berada pada bagian akuntansi”.
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (1996 : 261) bagian yang terkait dengan sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku yang paling penting dan sering digunakan pada saat ini dalam perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Permintaan pembelian 2. Laporan penerimaan 3. Catatan persediaan bahan baku (balance of store forms) 4. Formulir permintaan bahan (material requisition form) 5. Control accounting Bagian-bagian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Permintaan pembelian Permintaan pembelian merupakan formulir yang digunakan untuk mengadakan permintaan persediaan kepada bagian pembelian agar membeli bahan-bahan atau barang-barang yang sesuai dengan jenis dan jumlah tertentu seperti yang dinyatakan dalam surat permintaan itu. 2. Laporan penerimaan Laporan penerimaan merupakan dokumen yang digunakan untuk mengetahui bahwa barang-barang atau bahan-bahan tersebut telah diterima sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diperlukan.
21 3. Catatan persediaan bahan baku (balance of store forms) Dokumen ini merupakan catatan yang paling penting dalam pengawasan persediaan karena memberikan informasi bagi pabrik maupun bagi bagian akuntansi. 4. Formulir permintaan bahan (material requisition forms) Formulir ini dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan bagian pembelian dalam mengadakan pemesanan. Daftar ini juga penting dalam pengawasan persediaan karena dapat menunjukkan bahan-bahan yang perlu segera dibeli untuk pengisian kembali persediaan gudang. 5. Control accounting Catatan ini dibuat oleh bagian akuntansi dalam bentuk jurnal-jurnal untuk menjaga supaya pencatatan yang dilakukan oleh seluruh bagian yang terkait tidak ada perbedaan.
Menurut Mulyadi (2001 : 579) bagian-bagian yang terkait dengan persediaan bahan baku sebagai berikut : Panitia perhitungan fisik persediaan Fungsi akuntansi Fungsi gudang
2.3.3 Metode pencatatan persediaan Azhar Susanto (2001 : 154) mengemukakan cara pencatatan persediaan dibagi atas : 1. Perpetual inventory system 2. Periodical (physical) inventory system
22 Metode pencatatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perpetual inventory system Dalam hal ini pencatatan atas transaksi persediaan dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun pengeluaran. Sistem ini dilaksanakan terutama untuk barang-barang yang bernilai agak tinggi atau untuk barangbarang yang mudah untuk dicatat terutama pemakaian dan pengeluarannya dari gudang. 2. Periodical (physical) inventory system Pencatatan atas transaksi persediaan berdasarkan bukti hanya untuk pembelian pemakaian tidak dicatat dan biasanya tidak menggunakan surat permintaan atau pengeluaran barang
pada akhir tahun diadakan inventarisasi fisik untuk
mengetahui sisa persediaan. Selisihnya sebagai pemakaian atau pengeluaran dimasukkan ke harga pokok penjualan atau produksi. Metode ini sangat tepat untuk barang-barang bernilai rendah atau secara teknis sulit untuk dicatat pemakaian atau pengeluarannya.
Sedangkan menurut Horngren (1997 : 452) adalah sebagai berikut : 1. Sistem perpetual 2. Sistem periodik Metode pencatatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sistem perpetual Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan barangnya. Jadi akuntansi persediaan akan selalu menunjukkan nilai persediaan pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan laporan bulanan, kuartalan, ataupun laporan intern, dimana
23 perusahaan dapat langsung menentukan jumlah dan harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa harus menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem perpetual juga memberikan tingkat pengendalian terhadap yang lebih akurat dibandingkan sistem periodik karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu mencerminkan keadaan persediaan saat ini. 2. Sistem periodik Dalam sistem periodik ini, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada perusahaan yang dimilikinya. Akibatnya, pada akhir periode, perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu.
Adapun metode pencatatan menurut Mulyadi (2001 : 556) adalah : 1. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual Inventory Method) 2. Metode Persediaan Fisik (Perpetual Periodic Method) Metode pencatatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Metode Mutasi Persediaan Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Metode ini digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan. 2. Metode Persediaan fisik Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat. Metode ini digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan harga pokok proses
24 Berdasarkan beberapa uraian tersebut mengenai metode pencatatan, persediaan dapat diambil kesimpulan bahwa metode pencatatan persediaan dibagi menjadi dua yaitu : 1. Metode fisik yaitu metode yang digunakan hanya untuk mencatat pembelian barang saja. Setiap mutasi barang persediaan tidak dilakukan pencatatan tetapi dilakukan perhitungan persediaan atau stock opname. 2. Metode perpetual yaitu metode yang melakukan pencatatan terhadap mutasi baik pengeluaran maupun pemasukan barang.
Metode penilaian persediaan Warren Reeves (2005 : 460) membagi beberapa cara penilaian persediaan yaitu: 1. First In, First Out 2. Last In, First Out 3. Biaya rata-rata Metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. First In, First Out Cara ini didasrkan asumsi bahwa biaya dimasukkan dalam harga pokok penjualan sesuai dengan urutan terjadinya, karena itu FIFO dapat dikatakan konsisten dengan arus fisik atau pergerakan barang dagang. Metode FIFO memberikan hasil yang sama dengan yang diperoleh melalui pengidentifikasian biaya khusus setiap barang yang dijual dan yang ada dalam persediaan. 2. Last In, First Out Cara ini didasarkan atas biaya dari unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling akhir. Pemakaian metode LIFO pada awalnya terbatas untuk situasi yang
25 jarang terjadi dimana unit-unit yang dijual diambil dari unit-unit yang dibeli paling akhir. 3. Biaya rata-rata Cara ini didasarkan atas biaya rata-rata perunit untuk masing-masing barang dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya perunit kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan rata-rata baru dihitung.
Sedangkan menurut Horngren (1997 : 458) adalah sebagai berikut : 1. Harga pokok spesifik 2. Rata-rata tertimbang 3. Masuk pertama, keluar terakhir (MPKT) 4. Masuk terakhir, keluar pertama (MTKP)
Metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Harga pokok spesifik Metode ini dipakai untuk persediaan yang dapat
diidentifikasikan secara
individu. Metode ini disebut juga metode identifikasi spesifik, metode ini biasanya tidak praktis jika dipakai untuk menilai persediaan yang mempunyai karakter yang relative sama. 2. Rata-rata tertimbang Metode ini didasarkan pada rata-rata tertimbang dari harga pokok persediaan pada periode tersebut. Biaya persediaan didapat dengan membagi harga pokok barang yang dapat dijual (harga pokok persediaan awal ditambah pembelian) dengan jumlah unit yang tersedia untuk dijual.
26 3. Masuk pertama, keluar terakhir (MPKT) Dalam metode MPKT, perusahaan harus mempunyai catatan mengenai kapan dan dengan harga berapa pembelian tersebut dilakukan. Harga beli dari barang yang pertama kali masuk dalam persediaan akan menjadi biaya yang pertama kali dibebankan pada harga pokok penjualan. Biaya persediaan akhir didasarkan pada harga pembelian barang yang paling akhir. 4. Masuk terakhir, keluar pertama (MTKP) Dalam metode MTKP, biaya persediaan yang paling akhir yang akan terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Dengan demikian biaya persediaan akhir terdiri dari harga beli dari barang-barang yang lama yang biasanya merupakan harga pokok persediaan awal.
Adapun menurut Kieso (1995 : 511) adalah sebagai berikut : 1. Biaya rata-rata 2. FIFO 3. LIFO Metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Biaya rata-rata Metode biaya rata-rata menetapkan harga barang-barang didalam persediaan atas dasar biaya rata-rata dari semua barang serupa yang tersedia selama periode bersangkutan. 2. FIFO Mengasumsikan bahwa barang yang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya ; dengan perkataan lain, barang yang pertama dibeli adalah yang pertama untuk digunakan (dalam perusahaan pabrikasi) atau dijual ( dalam
27 perusahaan dagang). Persediaan dan harga pokok penjualan akan sama pada akhir bulan apakah yang digunakan sistem perpetual ataupun periodik. 3. LIFO Jika persediaan periodik yang digunakan, maka akan diasumsikan bahwa harga pokok dari total kuantitas yang dijual dan digunakan selama bulan itu akan berasal dari pembelian yang paling baru. Persediaan akhir akan dihargakan dengan menggunakan total unit sebagai dasar perhitungan dan mengabaikan tanggal tepat yang terlibat.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa cara penilaian persediaan dibagi menjadi tiga metode yaitu : 1. FIFO Metode ini dimaksudkan bahwa barang yang keluar dinilai berdasarkan harga pembelian pertama. Persediaan akhir dinilai berdasarkan harga yang terakhir. 2. LIFO Metode ini dimaksudkan bahwa barang yang keluar dinilai berdasarkan harga pembelian terakhir. Persediaan akhir atau yang masih ada dinilai berdasarkan harga pembelian yang pertama. 3. Average (rata-rata tertimbang) Metode ini dimaksudkan bahwa barang dihitung berdasarkan harga rata-ratanya yaitu jumlah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dibagi dengan jumlah unitnya.