BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas
pokok
penyuluhan
pertanian
adalah
melakukan
kegiatan
penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan keluarga yang lebih sejahtera. Tugas pokok penyuluhan pertanian di BPP Pematang Sijonam adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU (latihan dan kunjungan). 2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok. 3. Menyusun
bersama
melaksanakan
program
kegiatan
penyuluhan
penyuluhan
di
dengan
Balai
Penyuluhan
mengikutsertakan
dan tokoh
masyarakat. 4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi-demonstrasi Sipedes, kursus-kursus tani desa). 5. Bersama-sama
dengan
menyelenggarakan
kontak
gerakan
tani
massal
di
dan
tokoh-tokoh
wilayah
kerja
masyarakat (antara
lain:
pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian). 7. Membantu menyusun RDK (Rencana Definitif Kelompok)/RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). 8. Membantu menyusun administrasi kelompok. 9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapeluh (Badan Pelaksanaan Penyuluh) (Departemen Pertanian, 2008). LAKU singkatan dari latihan dan kunjungan. Latihan/pelatihan adalah suatu kegiatan ilmu pengetahuan dan keterampilan baik berupa teori maupun praktek dari fasilitator ke penyuluh pertanian. Sedangkan kunjungan adalah kegitan penyuluh pertanian ke kelompok tani di wilayah kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. Pelatihan dalam sistem LAKU merupakan proses belajar-mengajar bagi penyuluh pertanian secara rutin setiap dua minggu sekali bertempat di Balai Penyuluhan Kecamatan. Pelatihan ini difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasai materi, maupun tenaga ahli dari lembaga/instansi lain. Materi pelatihan dalam sistem LAKU mencakup program-program pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan di daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu memecahkan permasalahan petani (Suhardiyono, 1992). Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai pendidik non formal, penyuluh pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada dan pada
Universitas Sumatera Utara
waktu yang sama dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standar hidup meraka (Suhardiyono, 1992). Para penyuluh juga berperan sebagai agen perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani merubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan dapat membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan ke luar yang mereka perlukan. Melalui peran penyuluhan, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik (Kartasapoetra, 1994). Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak sasaran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia (Ilham, 2010). Seorang penyuluh pertanian dikatakan profesional jika ia memenuhi 4 (empat) persyaratan, yaitu: 1. Kemampuan komunikasi, dalam hal ini seorang penyuluh tidak hanya harus memiliki kemampuan memilih inovasi, memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang
Universitas Sumatera Utara
efektif dan efesien, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya. 2. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya. 3. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis. 4. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000).
Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh. Paling tidak ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh: 1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya. 2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara sumber-sumber inovasi dengan pemerintah (lembaga penyuluh), swasta (petani, produsen dll) dan masyarakat sasarannya. 3. Kemauan dan kemampuan penyuluh menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah (lembaga penyuluh) dan masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi. Menurut Rasyid (2001), belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai anatara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (education), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal meliputi: manajemen organisasi penyuluhan, intensif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya, serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai
acuan
untuk
mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh
(Departemen Pertanian, 2009).
2.2. Teori Penyuluhan Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Tujuan jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk tujuan jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraatmadja, 1993). Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor sosial a. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Tenaga kerja dalam usia sangat produktif (22-65 tahun) memiliki potensi kerja yang masih produktif (Anonimous, 1991). Umur seseorang akan menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja, akan semakin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggungjawab semakin tua umur tenaga kerja, tidak akan berpengaruh karena justru akan semakin berpengalaman (Suratyah, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluh, umur dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). b. Tingkat pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seorang PPL. Tetapi apabila ini terlalu ditekankan, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian harinya. Karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik. (Suhardiyono, 1992). Penempatan seorang penyuluh sangat di tentukan oleh pendidikan yang dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik (Suhardiyono, 1992). c. Lama menjadi penyuluh Orang-orang yang lama/berpengalaman pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992). Penyuluh yang sudah lama menjadi penyuluh akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada penyuluh pemula atau penyuluh baru. Penyuluh
Universitas Sumatera Utara
yang sudah lama menjadi penyuluh lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian juga dengan penerapan teknologi (Soekartawi, 1999). Jika penyuluh mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam melakukan
penyuluhan,
biasanya
mempunyai
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan penyuluh yang kurang berpengalaman (Lubis, 2000). 2. Faktor ekonomi a. Jumlah tanggungan keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988). Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988). Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penyuluh untuk melakukan banyak aktifitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006).
Universitas Sumatera Utara
b. Total pendapatan Meningkatnya pendapatan maka pengeluaran untuk keperluan rumah tangga pun akan ikut meningkat. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Semakin besarnya pendapatan yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (Soekartawi, 1988). c. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas Tempat tinggal penyuluh yang terlalu jauh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas bisa menjadi penyebab penyuluh tidak mengetahui masalahmasalah yang dihadapi petani, karena petani tidak bisa menceritakan masalahnya kepada penyuluh. Selain itu, penyuluh juga akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas terlalu jauh, dan dapat menyebabkan keterlambatan hadir penyuluh.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat (originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan pada satu Tabel yang menggambarkan nomor, nama peneliti, judul penelitian, perumusan masalah, variabel pengamatan, metode analisis dan kesimpulan. Hasil riset terdahulu yang relevan dengan riset, dilakukan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat rancangan penelitian, baik pada aspek metode, rancangan model analisis yang dapat memperkaya metode yang ada maupun model analisis yang ada. Berdasarkan pemetaan penelitian terdahulu akan memberikan gambaran keunikan riset yang dilakukan dan menyebabkan keaslian riset yang dilakukan. Gambaran pemetaan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Lisa Khalida, 2009.
Judul Penelitian Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di BPP Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)
Perumusan Masalah 1. Bagaimana
gambaran umum penyuluhan pertanian di daerah penelitian 2. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh.
Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan Seluruh penyuluh 1. Masalah pertama 1. Tugas pokok pertanian lapangan dianalisis secara penyuluh pertanian yang ditugaskan di BPP deskriptif di BPP Medan Medan Krio 2. Masalah kedua Krio sudah Kecamatan Sunggal. dianalisis secara terlaksana dengan deskriptif baik karena lebih 3. Analisis data dari 75% tugas untuk masalah pokok telah ketiga atau terlaksana hipotesis pertama 2. Tidak terdapat pengaruh antara digunakan metode umur, lama pemberian skor pendidikan, jumlah 4. Hipotesis kedua tanggungan, total diuji dengan pendapatan, jarak Metode Korelasi tempat tinggal (Rank Korelation penyuluh dengan Methode) dari WKPP tempat Spearman, bertugas dengan kemudian diuji keberhasilan dengan uji t. pelaksanaan tugas pokok penyuluh, tetapi terdapat pengaruh antara lama menjadi penyuluh dengan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. No 2
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Abdul Qalik, 2011. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara)
Perumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 2. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian 3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 4. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh.
Variabel Metode Analisis Kesimpulan Pengamatan Seluruh penyuluh 1. Masalah kedua 1. Karakteristik sosial pertanian lapangan dianalisis secara ekonomi penyuluh yang ditugaskan di deskriptif di Kecamatan Kecamatan Pantai 2. Analisis data Perbaungan Cermin. untuk masalah tergolong baik ketiga atau 2. Pelaksanaan tugas hipotesis pertama pokok penyuluh digunakan metode pertanian di pemberian skor Kecamatan 3. Hipotesis kedua Perbauangan diuji dengan berjalan dengan Metode Korelasi baik, sesuai (Rank Korelation dengan tugas Methode) dari pokok yang ada Spearman, 3. Tingkat keberhasilan kemudian diuji dengan uji t. pelaksanaan tugas pokok pertanian di Kecamatan Perbauangan 89%, atau dalam kriteria tinggi 4. Terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. No Nama Peneliti 3 Muhammad Arsyad, 2011.
Judul Penelitian Perumusan Masalah Kontribusi 1. Untuk menganalisis Penyuluhan kontribusi Terhadap penyuluhan Peningkatan terhadap Produksi dan peningkatan Pendapatan Petani produksi dan (Kasus Petani pendapatan petani Padi) di Kabupaten padi di Kabupaten Luwu Utara. Luwu Utara 2. Untuk menganalisis variabel apa saja yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi di Kabupaten Luwu Utara.
Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan Seluruh penyuluh pada 1. Metode yang 1. Kontribusi 4 kecamatan sentra digunakan adalah penyuluhan tanaman padi yakni kuantitatif dengan berpengaruh nyata Kecamatan Bone-Bone analisis regresi terhadap 19 penyuluh, Sukamaju linier berganda, peningkatan dengan produksi dan 25 penyuluh, Masamba 16 penyuluh dan rumus sebagai pendapatan petani Sabbang 21 penyuluh. berikut: Y = b0 padi + b1X1 + b2X2 2. Variabel + b3X3 + bnXn pendidikan, +…+e pengalaman berusahatani, 2. Untuk kontak dengan memperoleh penyuluh, jumlah gambaran tanggungan mengenai keluarga, luas pelaksanaan penyuluhan di lahan dan biaya Kabupaten Luwu usahatani memberi Utara akan kontribusi positif, diuraikan secara sedangkan variabel umur petani deskriptif. berkonstribusi negatif terhadap produksi dan pendapatan yang berindikasi adanya petani yang telah berkurang produktivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konseptual Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian agar dapat mencakupi kebutuhan pribumi. Penyuluh dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi-teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer. Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok penyuluhan pertanian tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhinya dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian. Faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh. Sedangkan faktor ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas.
Universitas Sumatera Utara
Tugas Pokok Penyuluh Pertanian:
Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh: 1. 2. 3. 4.
Umur Tingkat Pendidikan Lama menjadi Penyuluh Jumlah Tanggungan Keluarga 5. Total Pendapatan 6. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas
Penyuluh
1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan 2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu 3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan 4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU 5. Bersama-sama dengan kontak tani dan tokohtokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja 6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP 7. Membantu menyusun RDK/RDKK 8. Membantu menyusun administrasi kelompok. 9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan
Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Gambar 2.1. : Skema Kerangka Konseptual Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Keterangan: : Menyatakan pengaruh
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian 1. Pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin telah berhasil dengan kriteria tingkat keberhasilan tinggi. 2. Terdapat pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin.
Universitas Sumatera Utara