7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai teori – teori yang relevan dengan penelitian serta study literature yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian 2.1 Pengukuran Kerja (Work Measurement) Work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan performansi yang telah didefinisikan (www.1mu.ac.uk/lis/ mgtserv/ tools/ workmeas.htm, Tools, Tips & Technique, 2004) Pengukuran waktu kerja (work measurement) ini akan berhubungan dengan usaha – usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki kemampuan rata – rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk : o Man power planning ( perencanaan kebutuhan tenaga kerja ) o Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan/pekerja o Penjadwalan produksi dan penganggaran o Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan berprestasi o Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja Secara umum teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan menjadi 2 (Wignjosoebroto, 2000) yaitu : 1. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran langsung 2. Pengukuran waktu kerja dengan metode tidak langsung
8 2.2 Stop Watch Time Study Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang – ulang (repetitive). Secara sistematis langkah – langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti dapat dilihat pada gambar. Langkah Persiapan - Pilih & definisikan pekerjaan yang akan diukur & akan ditetapkan waktu standarnya - Informasikan maksud & tujuan pengukuran kerja pada supervisor / pekerja - Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem operasi kerja yang akan diukur waktunya
Elemental Breakdown Bagi siklus kegiatan yang berlangsung ke dalam elemen - elemen kegiatan sesuai dengan aturan yang ada
Pengamatan dan Pengukuran - Laksanakan pengamatan & pengukuran waktu sejumlah N' pengamatan untuk setiap siklus/ elemen kegiatan - Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukkan operator
N' = N + n
Cek Keseragaman dan Kecukupan Data - Keseragaman data Common Sense (subjektif) Batas Kontrol Buang data ekstrim - Kecukupan data
Tidak N' <= N Ya
Waktu normal = waktu observasi rata2 x performance rating
Waktu standar = waktu normal x (100%/(100%-%allowance)) Output Standar = 1 / waktu standar
Gambar 2.1 Langkah – langkah Stopwatch Time Study (Wignjosoebroto, 2000) Untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya, banyak faktor yang harus diperhatikan seperti yang berkaitan
9 dengan kondisi kerja, kerjasama yang ditunjukkan operator untuk mau bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur dan lain- lain. Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi menjadi elemen – elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Aturan tersebut adalah: 1. Elemen – elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti 2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari machining time 3. Elemen – elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang variabel. Pengukuran waktu kerja untuk masing – masing elemen kerja yang telah ditentukan biasanya dilakukan berulang – ulang untuk mendapatkan data yang valid. Untuk menetapkan jumlah pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut : N’ =
k / S N x 2 ( x) 2 x
2
(1)
Dimana : k = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan ( convidence level ) Tingkat kepercayaan 98 %, k = 1 Tingkat kepercayaan 95 %, k = 2 Tingkat kepercayaan 99 %, k = 3 S = Derajat ketelitian (degree of accuracy) x = Data hasil pengamatan Selain kecukupan data dengan menggunakan persamaan (1) yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang diperoleh selama pengamatan haruslah seragam sebelum data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan waktu standar. Tes keseragaman data dapat dilakukan dengan cara visual dan/atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Cara visual dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat, dapat
10 dilakukan dengan hanya melihat data yang terkumpul dan mengidentifikasikan data yang terlalu “ekstrim”, data ini untuk selanjutnya tidak dapat digunakan. Untuk penggunaan peta kontrol ,aka terlebih dahulu kita menentukan batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) dari data yang ada. Data yang nilainya diluar area BKA dan BKB sebaiknya tidak digunakan dalam perhitungan waktu standar. Batas kontrol = X 3 (2) 1 / N N x 2 ( x) 2 Dimana : x : Rata – rata dari data pengamatan N : Jumlah pengamatan yang telah dilakukan : Standar deviasi Selain menggunakan persamaan di atas, uji keseragaman data ini dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS. 2.3 Perhitungan Waktu Standar Langkah – langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menentukan waktu standar yaitu : 1. Menentukan performance rating operator 2. Menentukan waktu normal 3. Menentukan allowance 2.3.1 Performance Rating Performance rating adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel, 1976 dalam Anggraini 2004). Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan performance rating, Berikut merupakan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya digunakan (Wignjosoebroto, 1995): o Skill and Effort Rating
11
o
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka “Bs”. Prosedur pengukuran kerja meliputi penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha – usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standard yang harus dicapai oleh seorang operator dan pemberian intensif dilakukan pada tempo kerja rata – rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam. Westing House System’s Rating Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westing House menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan keajegan (consistency) dari operator di dalam melakukan kerja. Untuk ini, westing house telah membuat suatu tabel performance rating yang berisikan nilai – nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing – masing faktor tersebut sesuai dengan yang tertera pada tabel (2.1)
Tabel 2.1 Tabel Performance Rating Sistem Westinghouse (Sumber : Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu) +0.15 A1 +0.13 A2 +0.11 B1 +0.08 B2 +0.06 C1 +0.03 C2 0.00 D -0.05 E1 -0.10 E2 -0.16 F1
Skill Superskill Excellent Good Average Fair Poo
+0.16 A1 +0.12 A2 +0.10 B1 +0.08 B2 +0.05 C1 +0.02 C2 0.00 D -0.04 E1 -0.08 E2 -0.12 F1
Effort Superskill Excellent Good Average Fair Poor
12 Lanjutan Tabel 2.1 Tabel Performance Rating dengan Sistem Westinghouse +0.06 A +0.04 B +0.02 C 0.00 D -0.03 E -0.07 F
Condition Ideal Excellent Good Average Fair Poor
+0.04 A +0.03 B +0.01 C 0.00 D -0.02 E -0.04 F
Consistency Ideal Excellent Good Average Fair Poor
Synthetic Rating Merupakan metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined time value). Rasio untuk menghitung indeks performance dapat dirumuskan sebagai berikut : R=P/A R = indeks performance atau rating faktor P = predetermined time (menit) A = rata – rata waktu dari elemen kerja yang diukur o Performance Rating atau Speed Rating Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam prosentase atau angka desimal dimana performance kerja normal akan sama dengan 100 % atau 1.00. Nilai performance rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu normal dari waktu pengamatan. 2.3.2 Waktu Normal Waktu normal untuk suatu operasi kerja adalah semata – mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang normal. Dalam menentukan waktu normal, digunakan persamaan sebagai berikut: o
13 Wn = waktu pengamatan x performanc erating % (3) 100 %
2.3.3 Allowance Pada kenyataannya operator tidak mampu untuk bekerja secara terus menerus, ia akan memerlukan waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat dan alasan – alasan lain yang diluar kontrolnya. Waktu khusus ini disebut sebagai waktu longgar atau allowance. Allowance ini dapat diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue allowance, dan delay allowance. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tidak ada operator yang mampu bekerja terus menerus, maka pada saat menentukan waktu standar akan diperhitungkan juga allowance yang diperlukan oleh operator. Dengan demikian, waktu standar dapat ditentukan dengan persamaan : 100% Ws = waktu normal x (4) 100% % allowance 2.4 Sistem Pemberian Insentif (Bonus) Kerja Apabila waktu atau output standar telah berhasil ditetapkan, maka manajemen akan memiliki kemudahan di dalam membuat evaluasi mengenai performance kerja operator (wignjosoebroto, 1995). Bagi pekerja yang mampu bekerja melebihi standar yang telah ditetapkan harus diberi penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan. Tujuan utama dari pemberian insentif adalah untuk meningkatkan dan menjaga motivasi pekerja dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan produktivitas kerjanya (wignjosoebroto, 1995). Dasar penetapan besarnya insentif yang dibayarkan adalah efisiensi kerja operator yang diukur menurut output yang dihasilkan dibandingkan dengan standar output yang dihasilkan. Selain itu ada beberapa faktor tidak langsung yang
14 dapat digunakan sebagai dasari penetapan besarnya insentif, seperti kehadiran (absensi), disiplin kerja, kreativitas dll. 2.4.1 Tata Cara Pembayaran Insentif Beberapa cara perhitungan dan pembayaran insentif menurut Wignjosoebroto, 1995 antara lain adalah : A. Berdasarkan Hari Kerja Pekerja dibayar menurut upah dasar yang tergantung pada jumlah jam kerja dan besarnya ditentukan berdasarkan evaluasi pekerjaan tidak peduli efisiensi yang dicapai. Pekerja menerima upah yang besarnya akan didasarkan pada jumlah jam kerja B. Berdasarkan Output yang Dihasilkan Pemberian insentif dengan cara ini akan memenuhi konsep “operator bussiness of himself”. Pada perencanaan pemberian insentif berdasarkan unit hasil kerja didasarkan pada ide dasar pembayaran upah, yaitu semua pembayaran upah operator secara langsung terkait proporsional dengan unit output kerja yang dihasilkan. C. Berdasarkan Jam Kerja Standar yang Dicapai Pemberian insentif dengan metodel ini sangat berbeda dengan pemberian insentif berdasarkan ouput yang dihasilkan. Perbedaan terletak pada adanya jaminan kepada pekerja untuk tetap memperoleh upah dasar pada suatu tingkat kepada pekerja untuk tetap memperoleh upah dasar pada suatu tingkat output kerja tertentu dan pemberian insentif untuk performance yang bisa melampaui standar kerja tersebut. D. Berdasarkan Prestasi Kerja Kelompok Metode pemberian insentif yang telah disebutkan di atas ditujukan untuk kerja individu. Program insentif yang lebih menitikberatkan pada pemberian insentif per individu akan memiliki kekurangan dalam bentuk persaingan individu dan mengakibatkan semangat kerja kelompok menjadi sulit tercapai.
15 Pemberian insentif berdasarkan kelompok, akan didasarkan pada seluruh output yang dihasilkan oleh kelompok. Output kelompok bisa diukur dengan berbagai cara seperti berdasarkan output produksi yang dihasilkan kelompok, safety record, product’s quality record atau berbagai macam kriteria tolak ukur lain yang ditetapkan oleh manajemen. 2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Insentif Beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing – masing metode pemberian insentif adalah : Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Insentif Jenis Insentif Berdasarkan Hari Kerja
Berdasakan Output
Berdasarkan Jam Keja Standar Berdasarkan Prestasi Kerja Kelompok
Kelebihan Tidak ada pemaksaan mengikuti standar Sederhana, mudah diaplikasikan dan bersifat langsung Memaksimalkan performance kerja individu.
Kekurangan Kecepatan produksi cenderung lambat. Jadwal produksi dan evaluasi sulit ditetapkan
Memerlukan persiapan yang lebih lama.
Memaksimalkan performance kerja individu.
Memerlukan persiapan yang lebih lama
Kerja kelompok akan terjaga. Ketegangan akibat persaingan individu bisa dihindari.
Individu yang memiliki performance lebih, merasa tidak puas Untuk kelompok kurang dari 20 org
2.5 Sistem dan Model 2.5.1 Sistem Pada buku karangan Simatupang (1995), Geoffrey Gordon (1987) mendefinisikan sistem sebagai suatu agregasi atau kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Sedangkan Schmidt dan Taylor (1970) memberikan definisi yang lebih luas lagi. Mereka menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan komponen – komponen (entiti) yang berinteraksi dan bereaksi antar atribut komponen atau entitinya untuk mencapai suatu akhir yang logis.
16 Dengan demikian sistem dapat berupa kesatuan yang terdiri atas jaringan kerja kausal dari bagian – bagian yang saling bergantungan. Secara garis besar, sistem adalah kumpulan obeyk – obyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Obyek – obyek yang dimaksud di sini adalah bagian – bagian dari sistem, seperti input proses, output, pengendalian umpan balik dan batasan – batasan dimana setiap bagian ini mempunyai beberapa nilai atau harga yang bersama – sama menggambarkan keadaan sistem pada saat tertentu. Beberapa klasifikasi sistem menurut Simatupang (1995) 1. Sistem alamiah dan Sistem Buatan Sistem alamiah adalah sistem yang telah terbentuk dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Sedangkan sistem buatan adalah sistem yang diciptakan dan dikendalikan dengan tujuan tertentu. 2. Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup Sistem terbuka adalah sistem yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya di mana dimungkinkan adanya pertukaran materi, energi maupun informasi dengan lingkungannya. Sedangkan sistem tertutup tidak memiliki relasi atau interaksi terhadap lingkungannya. 3. Sistem Statis dan Sistem Dinamis Sistem statis adalah sistem yang tidak dipengaruhi atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Sistem dinamis adalah sistem yang dipengaruhi oleh perubahan waktu. 4. Sistem Adaptif dan Sistem Nonadaptif Sistem adaptif memberikan reaksi terhadap lingkungannya sedemikian rupa sehingga dapat memperbaiki fungsi, prestasi atau kemungkinannya bertahan hidup. Sedangkan sistem non adaptif tidak memberikan reaksi terhadap lingkungannya.
17 2.5.2 Model Menurut Ackoff, et al (1962) pengertian model dapat dipandang dari tiga jenis kata yaitu kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Sebagai kata benda berarti sebuah representasi (gambaran, perwakilan), misalnya : miniatur sepeda motor yang merupakan gambaran dari sepeda motor yang sebenarnya. Dalam proses permodelan, model dirancang sebagai penggambaran operasi dari suatu sistem nyata secara ideal guna menjelaskan atau menunjukkan hubungan – hubungan penting yang terkait. Pada dasarnya literatur tentang model sepakat untuk mendefinisikan kata “model” sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati) dari suatu sistem nyata. Dengan demikian permodelan adalah proses pembangun atau membentu sebuah model dari sistem nyata. Tujuan dari permodelan sistem antara lain : 1. Memperkecil biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan 2. Mempersingkat waktu percobaan 3. Memperkecil resiko 4. Model dari suatu sistem dapat berguna dalam menggambarkan, memahami dan memperbaiki sistem tersebut 5. Dapat mengetahui performansi dan informasi yang ditunjukkan oleh suatu sistem Klasifikasi model menurut Forrester (1961) adalah sebagai berikut : Model Fisik atau Abstrak Model fisik adalah model yang paling mudah dimengerti. Model ini biasanya berbentuk replika. Model abstrak adalah sebuah model yang lebih banyak menggunakan simbol daripada bentuk fisik. Model abstrak dibagi menjadi 3 macam, yaitu mental bahasa/verbal dan
18
matematik. Model mental merupakan model yang dimiliki oleh semua manusia yang ada di dalam benaknya untuk mewakili proses atau kejadian yang terjadi di sekitarnya. Model bahasa atau verbal adalah model komunikasi yang dilakukan oleh manusia. Model matematik sebenarnya model khusus dari model verbal, perbedaan terletak pada penggunaan bahasa yang lebih tepat yang diwakili oleh simbol – simbol atau lambang. Model Statis atau Dinamis Kedua jenis model merupakan jenis model yang mewakili situasi yang berhubungan terhadap waktu Model Linear atau Non Linear Pada sistem linear, pengaruh luar pada sistem adalah murni penjumlahan. Sedangkan pada sistem non linear pengaruh luar pada sistem tidak hanya penjumlahan saja. Model Stabil atau Tidak Stabil Sistem stabil adalah sistem yang cenderung akan kembali ke kondisi semula setelah mengalami gangguan atau sengaja diganggu. Sedangkan sistem tidak stabil adalah sebuah sistem jika telah mengalami gangguan tidak akan kembali ke kondisi semula Model Steady State atau Transient Model dapat dibagi lagi berdasarkan perilaku mereka, apakah steady atau transient. Pada kondisi steady state sebuah model yang mengalami perulangan terhadap waktu akan memperlihatkan pola perilaku yang sama dari waktu ke waktu. Sedangkan perilaku transient adalah fenomena sesaat yang tidak dapat terulang lagi.
19 2.6 Simulasi Simulasi adalah salah satu sistem pendukung keputusan yang menawarkan pada pengambilan keputusan suatu kemampuan untuk menghadapi adanya perubahan. Simulasi dapat didefinisikan sebagai teknik analisa yang mengimitasi performance dari sistem yang sebenarnya dalam suatu lingkungan yang dikontrol untuk mengestimasi performance yang sesungguhnya dari sistem (Hitler, Frederick S. Lieberman, Gerald J. 1990 dalam Anggraini,2004) Secara definisi sistem adalah kumpulan obyek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan logis dalam suatu lingkungan yang kompleks. Ada pula yang mendefinisikan sistem adalah kumpulan dari elemen – elemen yang saling berinteraksi dan ada sesuatu yang mengikatnya menjadi satu kesatuan, terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir dan terdapat dalam suatu lingkungan yang kompleks dan sistem merupakan kondisi nyata yang dapat kita amati secara langsung (Simatupang, 1994). Simulasi dapat digunakan sebagai alat yang dapat memberikan informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. Simulasi ini sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan karena dapat mempersingkat waktu untuk pengambilan keputusan, baik dengan bantuan simulasi secara manual maupun dengan menggunakan software Pada umumnya, simulasi dapat dipandang sebagai aktivitas yang memiliki tiga fase (Pidd 1992, dalam Anggraini 2004) 1. Permodelan Fase ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : o Formulasi Masalah dan Rencana Studi Setiap studi dimulai dengan pernyataan yang jelas akan tujuan studi. o Pengumpulan Data dan Pendefinisian Model Analisis simulasi mengumpulkan informasi tentang prosedur urutan operasi dari kontrol
20 logika sistem. Aktivitas ini termasuk yang tidak mudah dilakukan, karena informasi ini tidak hanya tersedia di satu tempat atau satu orang, tetapi seluruh elemen dari sistem tersebut. o Permodelan Sistem Adanya proses untuk mempresentasikan sistem nyata menjadi sebuah model yang berperilaku, bentuk fisik dan karakteristik lain yang mirip sistem nyata, berupa model matematisnya, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Model yang baik adalah model yang efisien dan dapat diaplikasikan dalam perangkat lunak komputer. o Validasi Validasi merupakan suatu proses perbandingan antara model simulasi dengan sistem yang disimulasikan. Sebuah model dapat diterima apabila model tersebut memenuhi uji validasi. 2. Komputasi Terdiri dari beberapa langkah berikut : o Membuat Program atau Model Komputer Setelah sebuah model yang mewakili sistem yang diperhatikan dan akan disimulasikan dibuat, maka disusun program komputer yang dapat mensimulasikan perilaku model sistem. Program simulasi yang telah dibuat harus cukup fleksibel sehingga dapat mengakomodasikan alternatif – alternatif yang mungkin akan dipertimbangkan. Salah satu masalah penting dalam penggunaaan model simulasi adalah mengetahui apakah model merupakan representasi yang akurat dalam memodelkan sistem yang menjadi obyek studi. o Verifikasi Verifikasi adalah proses mentransformasikan simulasi model dengan program komputer apakah telah benar, dengan kata lain apakah
21 model simulasi berjalan sesuai dengan keinginan pembuat model. Teknik – teknik yang digunakan dalam melakukan verifikasi program komputer adalah sebagai berikut (Law & Kelton, 1983) : - Menulis dan “debug” program komputer untuk tiap modul atau sub-program. Pertama, lebih baik dibuat suatu model yang sederhana dan kemudian secara bertahap dibuat lebih kompleks sesuai kebutuhan - Melakukan tracing sehingga dapat menelusuri sistem yang disimulasikan secara jelas - Menjalankan model dengan melakukan penyederhanaan asumsi pada karakteristik model yang sudah diketahui - Membuat suatu display grafis yang mampu menampilkan output simulasi pada saat simulasi sedang berjalan o Running Percobaan Tujuan running percobaan ini adalah untuk mengetahui atau mencari kesalahan dalam program model simulasi yang telah dibuat dan juga untuk tujuan validasi. Hasil yang berupa angka dan animasi harus diperiksa dengan cermat untuk mendeteksi kesalahan dalam asumsi model dan dapat diperbaiki 3. Eksperimentasi Tahap setelah dilakukannya pemrograman adalah eksperimen, yaitu tahap menjalankan simulasi sistem dengan berbagai kebijakan dalam bentuk parameter sistem yang dirancang sebelumnya.