BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ante Natal Care (ANC)
2.1.1 Pengertian Ante Natal Care (ANC) Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Pelayanan ANC adalah pelayanan yang bersifat preventif untuk memantau kesehatan ibu dan mencegah komplikasi bagi ibu dan janin (Bartini, 2012). Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (Kemenkes, 2010). Menurut Kemenkes RI (2010) menyatakan bahwa standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yaitu : a.
Standar pelayanan umum (2 standar)
b.
Standar pelayanan Ante Natal Care (6 standar)
c.
Standar pelayanan persalinan (4 standar)
d.
Standar pelayanan nifas (3 standar)
8
Universitas Sumatera Utara
9
e.
Penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal (9 standar)
2.1.2 Tujuan, Manfaat dan Cara Ante Natal Care (ANC) Tujuan pengawasan wanita hamil adalah menyiapkan sebaik – baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi mental. Ini berarti dalam ante natal care harus diusahakan agar : a.
Wanita hamil sampai akhir persalinan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat,
b.
Kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sejak dini dan diobati,
c.
Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mentalnya (wiknjosastro, 2005)
1. Tujuan asuhan Ante Natal Care a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin,
b.
Meningkatkan dan mempertahankan fisik dan mental ibu,
c.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan),
d.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif,
Universitas Sumatera Utara
10
e.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal, serta mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin (Bartini, 2012).
2. Keuntungan Ante Natal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat di arahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 1998) 3. Cara pelayanan Ante Natal Care Cara pelayanan Ante Natal Caredisesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari : a.
Pada kunjungan pertama, yang harus dilakukan seorang bidan yaitu : Melakukan anamneses riwayat dan mengisi KMS ibu hamil / kartu ibu secara lengkap. Data yang dikaji dalam anamneses mencakup data : identitas ibu dan suami, keluhan yang dirasakan, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan ini (HTHP, siklus haid, masalah / kelainan pada kehamilan, riwayat imunisasi TT), riwayat obstetri lalu, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi, dan pola pemenuhan sehari – hari (Bartini, 2012). Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan luar terdiri dari pemeriksaan umum (keadaan umu ibu, keadaan gizi, tinggi badan, berat badan, dan pemeriksaan laboratorium
Universitas Sumatera Utara
11
sederhana (untuk kadar Hb, dan golongan darah). Serta pemeriksaan kebidanan yang terdiri dari inspeksi (melihat bagian kepala, dada, perut, dan vulva), palpasi leopold (besarnya rahim untuk menetukan tuanya kehamilan), auskultasi (mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim dan aorta dengan stetoskop / dopler). Pemeriksaan dalam dilakukan pada kunjungan awal dan diulangi pada trimester III untuk menetukan keadaan panggul (Bartini,2012). b.
Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang Selain standar 7T yang telah ada beberapa tahun sewbelumnya, Kemenkes
RI pada tahun 2010 mensosialisikan stabdar 10T yang harus dilakukan bidan pada setiap kunjunganuan ulang. Tabler Fe sering diberikan pada trimester kedua dan ketiga, karena pada trimester ini sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak ke janin serta untuk persiapan penambahan zat besi pada saat melahirkan (Bartini, 2012). 2.1.3 Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC) Terdapat enam standar dalam pelaksanaan pelayanan antenatal berikut ini: 1. Identifikasi Ibu Hamil Bidan melakukan kunjungan dan berinteraksi dengan masyarakat secar berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya untuk memeriksakan kehamilan secara dini dan teratur.
Universitas Sumatera Utara
12
2. Pemeriksaan dan Pemantauan Ante Natal Care (ANC) Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan aantenatal. Pemeriksaan meliputi anamneseis, dan pemantauan ibu dan janin, bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi,imunisasi, nasihat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. 3. Palpasi abdominal Bidan melakukan pemeriksaan abdominalsecara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. 4. Penyebab anemia pada kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku. 5. Pengolahan dini hipertensi pada kehamilan Bidan menmukan secara dini setiap kenaikkan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsilainnya, serta mengambil tindakan tepat dan merujuknya.
Universitas Sumatera Utara
13
6. Persiapan persalinan Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hami, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi serta biaya untuk merujuk. Bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat, bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini (Jannah, 2012). 2.1.4 Kebijakan Program Ante Natal Care (ANC) Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, serta dua kali pada trimester ketiga. Penerapan operasionalnya dikenal standar minimal (10 T) yang terdiri atas: 1.
(Timbang) Berat Badan Dan Pengukuran Tinggi Badan Pertambahan berat badan yang normalpada ibu hamilyaitu berdasarkan
massa tubuh (BMI: body mass Index) dimana metode ini untuk pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5 – 16 kg atau pertambahan berat badan setiap minggunya adalah 0,4 – 0,5 kg (Kusmiyati, 2008). Menurut Kemenkes RI (2010), mengukur tinggi badan adalah salah satu deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko, diamana bila tinggi badan ibu
Universitas Sumatera Utara
14
hamil kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang. 2.
Ukur (Tekanan) Darah Pada saat kehamilan, tekanan darah seorang ibu hamil merupakan faktor
penting dalam memberikan makanan pada janin pengaturan tekanan darah selama kehamilan sangat tergantung pada hubungan antara curah jantung dan tekanan atau resistensi pada pembuluh darah, yang keduanya berubah selama kehamilan. Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsia (Jannah, 2012). 3.
Ukur (Tinggi) Fundus Uteri Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuny kehamilan dan berat
badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi fundur uteri yang dapat dihitungdari tanggal haid terakhir yang menggunakan rumus. Apabila usiakehamiln dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai pengukuran mac.Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai centimeter dari atas simfisis
kefundus
uteri
kemudianditentukan
sesuai
rumunya.
Cara
menghitungnya adalah modifikasi spegelberg yaitu jarak fundus – sisfisis dalam centimeter dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan (Kusmiyati, 2008). 4.
Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap Imunisasi terutama pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorium, dengan cara pemberian suntik tetanus toksoid pada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali
Universitas Sumatera Utara
15
saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian (selang waktu 4 minggu). Apabila pernah menerima TT dua kali pada kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan tidak lebih dari dua tahun, maka hanya diberikan satu kali TT saja (Jannah, 2012). 5.
Pemberian (Tablet Besi), minimal 90 tablet selama kehamilan Wanita memerlukan zat besi lebuh tinggi dari laki – laki karena terjadinya
menstruasi dan perdarahan. Di mulai dengan memberikan 1 tablet zat besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mikrogram. Minimal masing – masing 90 tablet besi yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil (<11 gr%), berikan tablet zat besi 2 atau 3 kali sehari. Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan menggangu penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C karena vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh tubuh (Kusmiyati, 2008). 6.
(Tes) laboratorium sederhana (Haemoglobin (HB) dan protein urine) Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap
PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan janin yang dikandungannya.
Universitas Sumatera Utara
16
7.
(Temu) wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling) Temu wicara penting dilakukan sebagai media komunikasi antar sesama
ibu hamil dengan bidan yang membina, temu wicara ini di koordinir oleh kepala desa/kelurahan dan dilaksanakan oleh kader posyandu bersama puskesmas dan dilakukan pada saat hari posyandu. Temu wicara ini dilakukan setiap pasien pada saat melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. 8.
(Tentukan) presentasi janin dan hitung DJJ Menurut Kusmiyati (2008), tujuan pemantauan janin itu adalah mendeteksi
dini ada atau tidaknya faktor – faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/aspeksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulanan. Gambar DJJ : a. Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit b. Takikardi ringan : antar 160 – 180x/menit c. Normal :120 – 160x/menit d. Bradikardi ringan : antara 100 – 119x/menit
Universitas Sumatera Utara
17
e. Bradikardi sedang : antara 80 – 100x/menit f. Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit 9.
(Tetapkan) Status Gizi Menurut Kristiyana (2010), pada ibu hamil pengukuran lingkar lengan atas
LILA merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya kurang energi kronik (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Disebut KEK apabila ukuran LILA <23,5 cm, yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Cara melakukan pengukuran LILA : Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan meteran. Lingkarkan dan memasukkan ujung pita dilubang yang ada pada pita LILA, baca menurut tanda panah. Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita LILA. 10. (Tatalaksana) Kasus Menurut Kusmiyati (2008), bila dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan penyakit, ibu perlu dilakukan perawatan khusus.
Universitas Sumatera Utara
18
2.2
Kinerja
2.2.1 Defenisi Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menurut Torang (2012) kinerja merupakan kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasidalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah di tetapkan yang berlaku dalam organisasi. Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatanatau seluruh aktifitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakankombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dikerjakan. Agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan menghasilkan motivasi kemudian setelah adamotivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja (Gibson, 2008). Kinerja adalah kelakuan atau kegiatan yang berhubungan dengan tujuan organisasi, dimana organisasi tersebut merupakan keputusan dari pimpinan. Dikatakan bahwa kinerja bukan outcome, konsekuensi atauhasil dari perilaku atau perbuatan. Tetapi kinerja adalah perbuatan atauaksi itu sendiri, disamping itu kinerja adalah multidimensi sehingga untukbeberapa pekerjaan
spesifik
mempunyai beberapa bentuk komponen kerja,yang di buat dalam batas hubungan variasi dengan variabel lain. Kinerja dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja. Kinerja adalah hasil
Universitas Sumatera Utara
19
yang dicapai dalam melaksanakan sesuatu pekerjan dalam sutau organisasi. Penampilan kerja atau job performance sebagai bagian dari profisiensi kerja adalah menyangkut apa yang dihasilkan seseorang dariperilaku kerja. Tingkat sejauh mana seseorang berhasil menyelesaikan tugasnya disebut profesi (level of performance). Individu di tingkat prestasi kerja disebut produktif, sedangkan prestasi kerjanya tidak mencapai standar disebut tidak produktif. Job performance (penampilankerja) adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku dalam pekerjaan yang bersangkutan. Menurut teori atribusi atau Expectancy Theory, penampilan kerja dirumuskan sebagai berikut: P = Mx A, dimana P (Performance), M (Motivasi), A (Ability). Sehingga dapat dijelaskan bahwa performance adalah hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar). Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya, tetapi memiliki kemampuan dasar yang rendah akan menghasilkan performance yang rendah, begitu pula halnya dengan orang yang sebenarnya mempunyai kemampuan dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya. Penampilan kerja adalah suatu prestasi kerja yang telah dikerjakan atau ditunjukan atas produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan seseorang atau kelompok (Sudarmayanti, 2011). 2.1.2
Penilaian / Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja adalah proses penilaian pelaksanaan tugas (performance)
seseorang atau kelompok orang atau unit – unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Evaluasi kinerja disebut juga “performance evaluation” atau “performanc appraisal” yang berasal darikata latin “apparatiare” yang berarti memberikan
Universitas Sumatera Utara
20
nilai atau harga. Dengan demikian evaluasi kinerja berarti memberikan nilai atas pekerjaan yang dilakukan seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerjaan (Mangkunegara, 2014). Tujuan penilaian/evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Menurut Agus Sunyoto, tujuan penilaian/evaluasi kinerja adalah : a.
Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
b.
Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang – kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
c.
Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau pekerjaan yang sekarang.
d.
Mendefinisikan atau merumuskan kembali sarana masa depan, sehingga karyawan termotifasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. Beberapa metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja antara
lain : a.
Penilaian teknis essai (deskriptif tentang kelebihan dan kekurangan seorang personil yang meliputi prestasi, kerjasama dan pengetahuan personil tentang pekerjaannya).
b.
Penilaian komparasi (membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan seorang personil dengan personil yang lain melakukan pekerjaan sejenis).
Universitas Sumatera Utara
21
c.
Penilaian penggunaan daftar periksa (menggunakan daftar periksa/checklist yang telah disediakan sebelumnya diberi bobot “ya” atau “tidak”, “selesai” atau “belum”).
d.
Penilaian langsung ke lapangan (melihat langsung pelaksanaan pekerjaan ke lapangan).
e.
Penilaian berdasarkan perilaku (didasarkan pada uraian pekerjaan yang sudah disusun sebelumnya).
f.
Penilaian berdasarkan kejadian kritis (dilaksanakan oleh atasan melalui pencatatan atau perekam peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan perilaku personil yang dinilai dalam melaksanakan pekerjaan).
g.
Penilaian berdasarkan efektifitas menggunakan sasaran perusahaan sebagai indikasi penilaian kinerja, biasanya dilakukan oleh perusahaan – perusahaan besar yang mempekerjakan banyak personil dan menggunakan sistem pengelolaan perusahaan berdasarkan sasaran (Kajianpustaka, 2014).
2.2.3 Pengukuran Kinerja Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan pengukuran tersebut diperlukan adanya ukuran kinerja. Menurut Benardin dan Russel mengungkapkanada enam kriteria pokok yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
22
1. Kualitas (Quality), terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna / ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan kegiatan, 2. Kuantitas (Quantity), terkait dengan satuan jumlah yang dihasilkan / diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktivitas yang telah diselesaikan, 3. Ketepatan waktu (Timeliness), terkait dengan tingkatan dimana aktivitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentukandan memaksimalkanwaktu yang ada untuk katifitas lainnya, 4. Efektifitas biaya (Cost effectiveness), terkait dengan tingkat penggunaan sumber – sumber organisasi (orang, material, uang, teknologi) dalam mendapatkan atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan sumber – sumber organisasi, 5. Kebutuhan akan supervisi (Need for supervision), terkait dengan kemampuan individu dapat menyelesaikan pekerjaan atau fungsi – fungsi pekerjaan tanpa asistensi pemimpin atau intervensi pengawasan pimpinan, 6. Pengaruh hubungan personal (Interpersonal Impact), terkait dengan kemampuan individu dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik serta kerja sama diantara sesama pekerja maupun dengan atasan (Kajianpustaka, 2014). 2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personil dilakukan kajian terhadap teori kinerja. Menurut Gibson (1995) ada 3 variabel yang mempengaruhi perilaku kinerja yaitu variabel individu (keterampilan dan
Universitas Sumatera Utara
23
kemampuan, latar belakang, demografis), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan), dan variabel psikologi (persepsi, sikap, keperibadian, belajar, motivasi). Variabel – variabel tersebut adalah : a. Variabel individu 1. Umur Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Depkes (2015), umur dikategorikan sebagai berikut : Masa Balita
: 0 – 5 tahun
Masa Kanak – kanak
: 5 – 11 tahun
Masa Remaja Awal
: 12 – 16 tahun
Masa Remaja Akhir
: 17 – 25 tahun
Masa Dewasa Awal
: 26 – 35 tahun
Masa Dewasa Akhir
: 36 – 45 tahun
Masa Lansia Awal
: 46 – 55 tahun
Masa Lansia Akhir
: 56 – 65 tahun
Masa Manula
: 65 – sampai atas
Menurut Robbins (2003), bahwa kinerja akan merosot dengan bertambahnya usia karena pekerja tua dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Umur juga berpengaruh terhadap produktifitas, dimana makin tua pekerja makin merosot produktifitasnya karena keterampilan, kecepatan, kecekatan dan kekuatan menurun dengan berjalannya waktu.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Tingakat pendidikan Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2013) tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terordinisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan – tujuan umum. Menurut UU No. 10 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 14 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Adapun 3 tingkat pendidikan itu sebagai berikut: a.
Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibt’idaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain ynag sederajat.
b.
Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidiakan dasar. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekola Menegah Kejuruan (SMK) atau bentuk lain yang sederajat.
c.
Pendidikan Tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana dan Doktor yang diselenggarakan leh Peguruan Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
25
Jenis pendidikan Bidan di Indonesia yaitu pendidikan tingkat Diploma I, pendidikan tingkat Diploma III, pendidikan tingkat D IV/Sarjana. Pendidikan
berkelanjutan bagi
bidan berguna dalam
pemenuhan standar kemampuan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, salah satunya antenatal. Dalam hal ini seorang bidan harus mendeteksi secara dini penyebab yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, serta harus cepat dan tepat menanggapi kemungkinan yang akan berakibat buruk pada ibu dan janinnya. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar pula kemampuan seseorang dan semakin mudah dalam mengembangkan diri sesuai dengan pekerjaannya. 3. Masa kerja Masa kerja dalah lama kerja karyawan dimana karyawan tersebut bekerja atau melaksanakan kegiatan dinyatakan dalam tahunan. Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupkan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada
kinerja
dan
keuntungan
organisasi
ynag
menjadi
lebih
baik,sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikkan jabatan (Gibson, 1995). Menurut Robbins (2003), masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih dari seseorang dibandingkan rekan kerjanya yang lain.
Universitas Sumatera Utara
26
4. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan mempunya enam tingkatan yaitu : a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu (recall). b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempelajari suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan objek yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi secara real (sebenarnya). d. Analisi (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masi di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
27
e. Sintesis (synthesis), bekaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau
penilaian
terhadap
suatu
objek
atau
materi
(Notoadmojo, 2010). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. b. Variabel Organisasi 1. Sarana/prasarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana lebih ditunjukkan untuk benda – benda bergerak seperti komputer, mesin – mesin, sedangkan prasarana lebih ditunjukkan untuk benda – benda yang tidak bergerak seperti gedung. Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang bagi seseorang dalam menjalankan tugasnya. Dan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun institusi.
Universitas Sumatera Utara
28
Sarana perlengkapan dalam pelayanan Ante Natal Care (ANC) antara lain : 1. Peralatan tidak steril : timbangan BB, pengukur TB, tensi meter, stetoskop, thermometer, senter, reflek hammer, pita pengukur LILA, mitline (alat pengukur panggul), pengukur Hb, bengkok,
tabung
urine,
lampu
spritus,
reagen
untuk
pemeriksaan urine, dan tempat sampah. 2. Peralatan steril : bak instrumen, spatel lidah, sarung tangan (handscoon), spuit, jarum dan bidan kit. 3. Bahan – bahan habis pakai : kasa bersih, kapas, alkohol dan larutan klorin. 4. Formulir yang disediakan : buku KIA, kartu status, formulir rujukan, buku register, kartu penapisan dini, kohort ibu/bayi. 5. Obat – obatan : golongan roburantia (vit B6 dan B – compleks), vaksin TT, kapsul yodium, obat KB, tablet Fe. Prasarana dalam pelayanan Ante Natal Care (ANC) antara lain puskesmas induk, puskesmas pembantu, polindes, posyandu. 2. Imbalan Menurut Gibson (1995), penghargaan atau imbalan adalah suatu yang diberikan manejer kepada para karyawan setelah mereka memberikan kemampuan, keahlian dan usahanya kepada organisasi. Imbalan dapat berupa upah, alih tugas, promosi, pujian dan pengakuan.
Universitas Sumatera Utara
29
Jenis imbalan terdiri atas imbalan instrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan instrinsik adalah imbalan yang berasal dari pekerjaan itu sendiri yang meliputi rasa penyesalan, prestasi, otonomi, dan pertumbuhan. Sedangkan imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berasal dari pekerjaan yang meliputi uang, status, promosi, dan rasa hormat. Terdapat kesepakatan antara para ahli ilmu keprilakuan dan para manejer bahwa imbalan ekstrinsik dan intrinsik dapat digunakan untuk memotivasi prestasi kerja (Gibsom, 1995). Setiap perolehan mempunyai valensi atau nilai bagi orang yang bersangkutan. Perolehan seperti upah, promosi, teguran atau pekerjaan yang lebih baik mempunyai nilai yang berbeda bagi orang yang berbeda. Hal ini terjadi karena setiap orang mempunyai kebutuhan dan presepsi yang berbeda. Jadi, dalam mempertimbangkan imbalan mana yang akan di pakai, seseorang manejer harus arif mempertimbangkan untuk memotivasi, karyawan akan menggerahkan upaya untuk mencapai tingkat prestasi yang tinggi. c. Variabel Psikologi 1. Motivasi Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan tertentu pasti didorong oleh adanya motif tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin ingin dicapai atau adanya harapan yang diinginkan (Wibowo, 2014).
Universitas Sumatera Utara
30
Hezberg mengembangkan teori motivasi dengan “model dua faktor” (Two Factory Theory) motivasi, teori ini dikenal dengan teori motivator – higienis. Hezberg berpendapat bahwa ada faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor instrinsik adalah dorong berprestasi, pengenalan, kemajuan, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab. Yang termasuk
faktor
ekstrinsik
adalah
administrasi
dan
kebijakan
perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawasan, hubungan dengan subordinat, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status (Mangkunegara, 2014). 2.3
Landasan Teori
Variabel Individu 1. Kemampuan dan keterampilan 2. Latar belakang Tingkat sosial Pengalaman 3. Demografis Umur Etnis Jenis kelamin
Perilaku individu (apa yang dikerjakan) Kinerja (hasil yang diharapkan)
Variabel Psikologi 1. 2. 3. 4. 5.
Persepsi Sikap Kepribadian Belajar Motivasi
Variabel Organisasi 1. 2. 3. 4.
Sumber daya Kepemimpinan Imbalan Struktur dan desain pekerjaan
Sumber.Gibson dkk, 1995 Gambar 2.1 Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Kinerja
Universitas Sumatera Utara
31
2.4
Kerangka Konsep Variabel Indipenden
Variabel Dependen
Faktor Individu 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Masa kerja 4. Pengetahuan Kinerja Bidan dalam Faktor organisasi
Pelayanan Ante Natal
1. Sarana/prasarana
Care (ANC)
2. Imbalan
Faktor psikologi Motivasi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada teori – teori yang ada kaitannya terhadap kinerja. Teori tersebut antara lain teori Gibson (1995) mengatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Gibson juga menyampaikan model teori kinerjadan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel psikologis dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang (tingkat sosial, pengalaman), demografis (umur, jenis kelamin, etnis). Variabel organisasi
Universitas Sumatera Utara
32
digolongkan pada sub variabel sumber daya, imbalan, kepemimpinan, struktur dan desain pekerjaan. Variabel psikologis digolongkan pada sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Karena ada keterbatasan dari peneliti maka ada beberapa faktor yang tidak diteliti. Kerangka konsep berguna untuk melihat variabel mana saja yang diteliti dan membatasi variabel yang akan diteliti sehingga dapat memberi arah terhadap penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, menggambarkan apakah ada pengaruh variabel individu (umur, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan), variabel organisasi (sarana/prasarana, imbalan) dan motivasi terhadap kinerja bidan dalam pelayanan Ante Natal Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Aek Songsongan Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara