BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Shift Kerja Shift kerja berbeda dngan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa,
pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadual 24 jam/hari. Biasanya pekerjaan yang berjalan secara continue menerapkan aturan shift kerja ini. Bekerja dalam perputaran waktu dapat diatur dalam banyak cara. Bagi industry manufaktur dan jasa,cara yang umu digunakan adalah sebanyak membagi 24 jam menjadi 3 shift dengan panjang yang sama. Menurut Lafranchi, pekerja shift sebahgai seseorang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi, pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam-jam yang tidak umum, minggu kerja yang tidak umum dan hari kerja yang diperpanjang (Nurmianto 2004).
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.1.1
Karakteristik Shift Kerja Shift kerja mempunyai dua macam bentuk yaitu shift berputar (rotation)
dan shift (permanent). Dalam merancang perputaran shift ada dua macam yang harus diperhatikan (Nurmianto 2004) yaitu: 1. Kekurangan istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan kontak sosial. Menurut Knauth dalam jurnalnya yang berjudul The Design of Shift System mengumumkan bahwa terdapat 5 faktor sistem yang harus diperhatikan dalam shift kerja, antara lain: 1. Jenis shift (pagi,siang,malam) 2. Panjang waktu tiap shift 3. Waktu dimulai dan diakhirinya shift 4. Distribusi waktu istirahat 5. Arah transisi shif Ada lima kriteria dalam mendesain suatu shift kerja,antara lain: 1. Setidaknya ada jarak 11 jam anatara permulaan dua shift yang beruntutan. 2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur). 3. Sediakan libur akhir pecan (setidaknya 2hari). 4. Rotasi shift menikuti matahari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja semi terus menerus (38).
2.1.2
Perputaran dan rekomendasi Shift Kerja Merancang perputaran shift kerja bisa dilakukan sembarangan, ada hal-hal
yang harus diperhatikan dan diingat, seperti yang dikemukakan oleh pribadi berikut ini (Nurmianto 2004): 1. Kekurangan tidur atau istirahat sebaiknya ditekan sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan kelelahan 2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluaraga dan kontak social. Pembuatan jadwal shift kerja tidak bisa mengabaikan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Beberapa saran yang harus diperhatikan dalam penyususnan jadwal shift kerja, yaitu: 1. Pekerja malam sebaiknya berumur 25-50 tahun 2. Pekerja yang cenderung mempunyai penyakit di perut dan usus, serta yang punya emosi tidak stabil disarankan tidak ditempakan di shift malam. 3. Yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang ramai tidak dapat bekerja malam. 4. Sistem shift 3 rotasi biasanya berganti pada pukul 6-14-22, lebih baik diganti pukul 7-15-23 atau 8-16-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
5. Rotasi pendek lebih baik dari rotasi panjang dan harus dihindarkan kerja malam secara terus menerus. 6. Rotasi yang baik 2-2-2 (metropolitan pola) atau 2-2-3 (continental pola) lihat di Tabel 2.1 dam 2.2 7. Kerja malam 3 hari berturut-turut harus diikuti istirahat paling sedikit 24 jam. 8. Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan 2 hari libur brurutan. 9. Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup makan Pola shift kerja yang direkomendasikan oleh (Grandjean, 1986) yaitu pola 2-2-2 dan pola 3-3-3 terdapat pada Tabel 2.1 dam 2.2. Tabel 2.1 Sistem Shift dengan Pola 2-2-2 (Metropolitan Pola) Minggu I
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu II Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu III Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu IV Senin Selasa Rabu
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐
Minggu V
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu VII Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu VII Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu Senin VIII Selasa Rabu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore
12
Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pagi Pagi Sore Sore
Kamis Jumat Sabtu Minggu
Malam Malam ‐ ‐
Sumber: Grandjean (1986) dalam buku Nurmianto (2004)
Tabel 2.2 Sistem Shift dengan Pola 2-2-3 (Continental Pola) Minggu I Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Minggu Senin II Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Sore Sore Sore
Minggu III
Minggu IV
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Malam Malam ‐ ‐ Pagi Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam ‐ ‐ ‐
Sumber: Grandjean (1986) dalam buku Nurmianto (2004)
2.1.3
Efek Shift Kerja Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan kerja dan kesehatan tenaga
kerja. Hal ini berhubungan dengan irama sirkadian.Fungsi tubuh seperti suhu tubuh, kemampuan mental denyut nadi dan lain-lain pada siang hari meningkat dan pada malam hari untuk pemulihan. Tingkat sejauh mana irama sirkadian tenaga kerja menyesuaikan diri mempengaruhi penampilan kerja tenaga kerja. Penampilan kerja menyebabkan menurunnya produktifitas khususnya pada shift malam. Adapun akibat dari shift kerja tersebut adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
1.
Efek Shift Kerja terhadap Performa Shift kerja berputar adalah fakta kehidupan bagi banyak pekerja dalam industry manufaktur dan proses lainnya. Shift kerja merupakan kombinasi dari fase sirkadian ritme dan kurang tidur (waktu siang atau malam) yang mengakibatkan seseoarang mengantuk sehingga mempengauhi semua aspek kinerja. Ketika kita berada dalam keadaan mengantuk, kita mengalami peningkatan jumlah berkedip dalam durasi pendek yang mengakibatkan seseotrang menjadi terkantuk-kantuk. Selain itu dalam melakukan tugas yang tergantung pada masukan visual akan sangat terpengaruh. Selain itu pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan dan tugas monoton lainnya juga kan
terpengaruh,
karena
seseorang
tidak
dapat
mempertahankan
kewaspadaan dan perhatian. Situasi yang dipengaruhi oleh keadaan mengantuk dapat melibatkan tugas yang membutuhkan yaitu pengambilan keputusan penilaian, pengolahan informasi dan memori, seperti belajar atau mnyimpan informasi baru, dan memulai aktifitas koqnitif, seperti menjaga kesadaran dan perencanaan situasi. Tugas dan gairah tinggi melibatkan bahan menarik dan menyenangkan dan tugas yang membutuhkan kegiatan fisik tidak terpengaruh oleh keadaan mengantuk,kinerja secara umum diukur dalam tiga variable yaitu sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
a.
Produktifitas. Temuan umum literatur menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan produktifitas sebagai fungsi dari shift kerja (siang hari vs malam hari)
b.
Jumlah Keadaan. Jumlah tertinggi tingkat kesalahan terdeteksi dalam jangka waktu 1.00-4.00 pagi. Selain itu, sebuah puncak peningkatan tingkat kesalahan yang terjadi disekitar pukul 03.00 pagi dan puncak yang lebih rendah sekitar jam 15.00 sore.
c.
Jumlah Kecelakaan. Literatur laporan bahwa kecelakaan mngemudi menunjukkan dua puncak yang berbeda,puncak pertama terjadi pada pembalap muda 18-20 tahun antara tengah malam dan 06.00 pagi ,puncak kedua terjadi pada pengemudi 56 tahun dan lebih tua selama jam sore hari.
2.
Efek Shift Kerja Terhadap Kesehatan Sebenarnya penyebab panyakit di kalangan pekerja malam ini terkait dengan dua alasan utama yaitu sirkadian ritme dan gangguan sehari-hari akibat dari perubahan kerja siang hari ke malam hari. Penyakit tersebut disebabkan kebiasaan makan yang sehat dan kelelahan kronis dan gejala terkait gangguan psikomatik (tabel 2.3). Namun penting untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
menambahkan bahwa penelitian ini juga merumuskan kecenderungan pada bagian pekerja shift malam dalam penyalahgunaan obat-obatan, seperti mengambil stimulun pada malam hari dan pil tidur pada siang hari. Ini menambah angka kesakitan.
Tabel 2.3 Gejala dan Gangguan Psikomatik Berkaitan dengan Kelelahan Kronis Gejala Keletihan Fisik dan Mental Sifat lekas marah dan Kebingungan Hilangnya Motivasi Perubahan Suasana Hati dan Depresi
3.
Gangguan Psikosomatik Rendahnya kualitas dan kuantitas tidur Masalah pencernaan Hilangnya nafsu makan Sakit perut dan masalah usus Gangguan gugup
Efek Shift Kerja terhadap Kehidupan Psykosocial Studi selama bertahun-tahun telah menunjukan bahwa isu-isu utama dan gangguan yang timbul dari shift kerja berkaitan dengan faktor-faktor psikososial
(psikologis
dan
social).
Faktor-faktor
psikososial
dapat
mempengaruhi performansi kerja dengan kepuasan kerja. Masalah dan gangguan pada umumnya terkait dengan tiga factor yaitu jadwal shift kerja, perbedaan individu, dan kehidupan pribadi serta social pekerja. a. Pergeseran Jadwal bekerja Jenis jadwal shift kerja dapat mempengaruhi apa yang dapat dilakukan seseorang ketika mereka diluar pekerjaan. Misalnya, pekerja di shift pertama memiliki antara sore hari sampai malam hari untuk mengurus kebutuhan mereka sendiri. Para pekerja di shift kedua memiliki antara pagi hari sampai tengah hari. Para pekerja di shift ketiga biasanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
memiliki waktu dari sore sampai tengah malam. Pada kenyataannya waktu
istirahat
tidak
hanya diperlukan
pada
waktu
luang
atau
waktu bebas, seperti membeli dan seperti membeli dan menyiapkan makanan, melakukan pekerjaan rumah, kegiatan anak-anak, dan tidur adalah merupakan kebutuhan sehari-hari. Hal ini secara langsung dapat mempengaruhi peristiwa pribadi, rekreasi, dan acara sosial, seperti teman, keluarga dan waktu lenggang. b. Perbedaan Individu Perbedaan individu memiliki dampak signifikan pada berbagai pergeseran dimensi kehidupan pekerja Misalnya, individu tidak dapat mentoleransi shift malam baik permintaan perubahan hari atau keluar dari pekerjaan ketika mereka menemukan jadwal kerja yang lebih dapat dirterima. Berikut daftar dari beberapa perbedaan individu : 1)
Age. Orang tua, lebih dari 40 tahun, kurang toleran terhadap perubahan jadwal, memakan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan gangguan
pergeseran tidur,
perubahan, kurang
lebih
memiliki
gangguan sirkadian, dan sering
rentan
terhadap
ketahanan
terhadap
mengeluh
akan kesakitan
mereka. 2)
Individual Susceptibility. Tingkat gejala, sakit, atau penyakit mempengaruhi orang yang berbeda-beda. Bahkan dengan usia, ada orang yang cukup fleksibel dan tahan terhadap perubahan dalam pekerjaan/jadwal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
istirahat, sementara yang lain menunjukkan efek dramatis dan memerlukan waktu lebih banyak untuk pulih. 3)
Gender Pada umumnya, pekerja shift perempuan, dibandingkan dengan pekerja laki-laki, memiliki tekanan untuk tingkatan yang sama sebagai pekerja, memerlukan tidur permalam, dan memerlukan jam kerja terbatas selama kehamilan.
4)
Morning versus evening types. Beberapa
penelitian
menunjukan
ada beberapa perbedaan
antara individu tipe pagi dan sore. Pada umumnya, tipe pagi tidak beradaptasi dengan shift kerja seperti shift malam. Untuk tipe shift malam lebih sering mengalami kesulitan dalam menyesuaikan irama sirkadian mereka. 5)
Others. Faktor lain yang mungkin menyebabkan perbedaan individu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan shift kerja dan beban kerja.
c. Personal dan Kehidupan Sosial Sejumlah studi secara jelas menunjukkan pengaruh shift kerja pada waktu liburan dan social seseorang, termasuk keluarga dan teman serta berpartisipasi dalm kegiatan rekreasi, pendidikan dan masyarakat misalnya, pekerja shift kedua dan ketiga kurang puas dengan jumlah waktu yang mereka dapat habiskan dengan keluarga dan teman-teman mereka. Dampak sosial shift kerja adalah melihat sumber utama ketidakpuasan, terutama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
ketika akhir pekan dijadwalkan untuk bekerja, pada umumnya, akhir pekan didentifikasi sebagai waktu untuk keagamaan dan keluarga, rekreasi serta bekerja disekitar rumah. Untuk orang tua tunggal, jadwal shift kerja disertai dengan kesulitan dalam hal membesarkan keluarga. Pengaturan khusus bagi anak-anak harus dibuat ketika orang tua sedang bekerja. Selain itu, ketika para pekerja adalah bagian dari sistem perputaran jadwal
shift, mereka
merasa
sulit
untuk
mengembangkan
dan
mempertahankan interaksi sosial dengan teman-teman yang kebetulan berada di pergeseran berbeda karena proses rotasi. Oleh karena itu, pekerja tersebut dapat mengalami isolasi sosial.
2.2
Circadian Ritme (Irama Tubuh) Bermacam-macam funsi tubuh manusia dan hewan berfluktuasi dalam
siklus 24 jam, dinamakan circadian rhythm (atau irama diurnal). Meskipun normal dari siang dan malam diabaikan, contohnya di Artic, atau dalam sebuah ruangan tertutup dalam sebuah ruangan pencahayaan buatan, sejenis jam internal dimainkan, atau biasa juga disebut endogenous rhyrtm. Dalam keadaan normal endogenous rhyrhm disamakan menjadi siklus 24 jam dengan bermacam-macam “pemeliharaan waktu”. 1. Perubahan dari siang ke malam dan semacamnya 2. Kontak social 3. Pekerjaan, dan 4. Pengetahuan waktu jam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Circadian rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperature tubuh, yang menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,5˚C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 37˚C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai menungkat lagi sekitar pukul 06.00 (umumnya seseorang sebelum bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat sesudahnya. Terperatur puncak dicapai di titik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling banyak pada pukul 18.00 dan 21.00. Mulai 20.00 dan seterusnya, temperature mulai menutrun secara tajam.,enurut Minors dan Waterhous (1985), terfdapat perubahan siklus yang hamper sama dalam jantung, pernafasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan darah, sekresi endokin yang bermacam-macam dan sebagainya, meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu yang berbeda. Selama malam, fungsi fisiologi benilai rendah, sebagai contoh suhu inti dan detak jantung mengawali irama diurnal tubuh. Yang didukung oleh ketidak aktifan pada malam hari dan puasa. Selama siang aktivitas puncak biasanya bertepatan dengan nilai tinggi dari fungsi internal. Biasanya pengamatan irama diurnal diperoleh berdasarkan hasil internal (endogenous) dan eksternal (exogenous) yang terjadi. Jika terjadi ketidak seimbangan antara keduanya tersebut dapat muncul permasalahan kesehatan. Pada Gambar 2.1 sampai dengan Gambar 2.4 menunjukan grafik perubahan variasi dalam fungsi-fungsi tubuh berdasarkan dengan perubahan waktu siang sampai malam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Gambar 2.1 Variasi dalam fungsi –fungsi suhu tubuh (Colligan and Tepas, 1986).
Gambar 2.2 Variasi dalam fungsi –fungsi tekanan darah tubuh (Colligan and Tepas, 1986).
Gambar 2.3 Variasi dalam fungsi – fungsi pengeluaran cairan tubuh (Colligan and Tepas, 1986).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 2.4 Variasi dalam fungsi denyut nadi tubuh (Colligan and Tepas, 1986).
2.3
Stress
2.3.1
Definisi Stress Stress bukanlah hanya hal-hal yang membuat cemas melainkan meliputi
semua keadaan, baik sedih maupun bahagia, alergi, sakit fisik, keadaan yang tidak diharapkan dan sebagainya. Tubuh mempunyai definisi stress lebih luas. Bagi tubuh, stress identik dengan perubahan. Apa pun yang membuat perubahan dalam kehidupan bisa menyebabkan stress baik itu perubahan baik ataupun buruk. Adapun jika perubahan itu tidak nyata (masih ada dalam pikiran) disebut kecemasan. Terdapat beberapa macam stress antara lain: 1. Stress Emosional Bila pertengkaran, pertentangan pendapat, dan konflik menyebabkan perubahan dalam kehidupan yang dijalani, itulah stress. 2. Stress Fisik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Sekedar flu, atau patah tulang, infeksi kulit, nyeri punggung semuanya adalah perubahan pada tubuh yang menyebabkan stress. Penyebab utama stress fisik adalah terlalu memaksakan diri dalam segala hal. Jika tubuh dipaksa bekerja (atau berpesta) 16 jam per sehari, maka dapat mengurangi waktu istirahat. Cepat atau lambat, persediaan energy akan habis, tidak sesuai dengan energi yang didapat. Hal ini mengakibatkan tidak adanya waktu yang cukup bagi tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, menggantikan neorotransmiter otak yang sudah digunakan. 3. Stress Lingkungan Lingkungan yang terlalu panas (AC mati) atau dingin(Ac terlalu dingin) juga dapat mengakibatkan stress 4. Stress Asap Rokok Asap rokok adalah racun yang sangat kuat.Asapnya menghancurkan sel-sel yang bertugas membersihkan kerongkongan, saluran nafas, sampai paru-paru serta dapat menyebabkan enfisema dan bronkitsis kronis. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah sehingga pasokan darah ke otak, jangtung dan organ vital lainnya berkurang. Penggunaan tembakau dengan cara lain, termasuk mengunyah sirih juga sama bahayanya. 5. Perubahan Stress Hormonal Perubahan hormonal seperti pubersitas dan sindroma premenstrual juga menybabkan stress. Hal lainnya
seperti kondisi setelah melahirkan dan
menopause.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
6. Stress Tanggung Jawab Bila seseorang harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, perubahan dalam hidup menyebabkan ia tidak mempunyai control. Misalnya teman kerja tidak masuk, ia harus menggantikan tugasnya. 7. Stress Alergi Reaksi alergi adalah bagian dari usaha tubuh untuk mengamankan diri. Bila dikonfrontasi dengan zat asing, tubuh akan berusaha melenyapkannya. Kalau zat asing itu di hidung, mungkin dapat menyebabkan hidung jadi pilek yang tak kunjung sembuh. Alergi, itu termasuk stress yang ditunjukkan oleh tubuh. Stress itu dapat diukur. Besar kecilnya skor yang diperoleh menunjukkan tingkat stress yang ditanggung oleh tubuh. Berarti pula menunjukkan tingkat resiko terhadap penyakit. Tabel 2.4 Skala Stress Holmes No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Stress Kematian pasangan hidup Perceraian Berpisah tempat tinggal dengan pasangan Dipenjara Kematian anggota keluarga selain pasangan hidup Menopause Sakit serius Menikah Dipecat Rujuk Pensiun Perubahan kondisi kesehatan Kerja lebih 40 jam seminggu Gangguan seks Ada tambahan anggota keluarga Kehamilan Perubahan tugas/peran di tempat kerja Perubahan kondisi keuangan Kematian teman dekat (bukan keluarga) Bertengkar dengan pasangan Dapat kredit dalam jumlah besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Skor 100 60 60 60 60 60 45 45 45 40 40 40 35 35 35 35 35 35 30 30 25
24
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kredti jatuh tempo Tidur kurang dari 18 jam seminggu Masalah dengan keluarga atau anak Mencapai prestasi luar biasa Pasangan mulai atau berhenti bekerja Mulai atau luls sekolah Perubahan di rumah (tamu menginap, renovasi rumah) Perubahan kebiasaan hidup (diet, puasa dll) Alergi kronis Masalah dengan bos Perubahan jam kerja Pindah rumah Menjelang mens Perubahan di sekolah Perubahan aktivitas religius Perubahan aktivitas sosial Utang kecil‐kecilan Perubahan frekuensi bertemu keluarga Liburan
25 25 25 25 20 20 20 20 20 20 20 15 15 15 15 15 15 10 10
Sumber: Weiten (1992) dalam buku Nurmianto (2004)
2.3.2
Makna Kata Stress Banyak orang sekarang ini lebih membatasi definisi stress dalam istilah
transaksional, dengan menganggap stress adalah kondisi psikologis yang muncul ketika ada persepsi dari ketidakkeseimbangan anatara keinginan seseorang dan kemampuannya dalam memnuhi keinginan tersebut. Hal ini mempunyai keuntungan dari penekanan bahwa penghargaan seseorang dari keadaannya yang menetukan pengalaman dan perilakunya. Secara sepintas, stress dipandang sebagai tanda cognitive dari respon stress yang mempunyai komponen subyektif, psikologis dan yang berkaitan dengan perilaku manusia. Model lima tahap sederhana dari stress dapat dilihat pada Gambar 2.5 (Nurmianto, 2004).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.5 Model Sederhana dari Stress (Pheasant, 1996)
2.4
Kelelahan Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja yang dapat disebabkan oleh: 1. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual) 2. Kelelahan fisik umum 3. Kelelahan syaraf 4. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton 5. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai factor secara menetap (Suma’mur, 1999) Menurut Nurmianto (2004), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industry. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Infuries) yaitu nyeri otot tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Pengelompokan kelelahan terbagi 3 jenis dan dapat dilihat pada Gambar 2.6 : 1. Menurut proses terjadinya otot: kelelahan umum dan otot 2. Menurut terjadinya: akut dan kronis 3. Menurut penyebabnya: faktor nonfisik (psikososial) dan lingkungan fisik
Kelelahan otot adalah tremor/perasaan nyeri pada otot berarti menurunnya kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai menurunya kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai dengan menurunya kekuatan dan kelambanan gerak. Sedang kelelahan umum bisa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monoton, intensiatas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, kesehatan dan gizi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Gambar 2.6 Pengelompokan kelelahan (Nurmianto, 2004)
2.4.1
Penyebab Kelelahan Kerja Menurut Grandjean
(1991) penyebab kelelahan bervariasi dan untuk
mempertahankan kesehatan harus dilakukan efisiensi proses penyegaran diluar tekanan. Penyegaran terjadi selam tidur malam, periode istirahat dan waktu berhenti kerja. Faktor penyebab kelelahan menurut Tarwaka (2004) : 1. Intensitas lama kerja fisik dan mental 2. Lingkungan kerja 3. Circadian rhythm 4. Problem fisik,tanggung jawab,kekhawatiran konflik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
5. Kondisi kesehatan 6. Nutrisi
Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan banyak hal yaitu: 1. Penyebab modis: flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, hypothyroidism, TBC 2. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup: kurang/terlalu banyak tidur, alcohol minuman keras, diet yang buruk, kurang olah raga, gizi 3. Penyebab yang terjadi dengan tempat kerja: kerja shift, pelatihan tempat kerja yang buruk, stress kerja, workaholic, suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, monotomi pekerjaan dan kebosanan, beban kerja. 4. Faktor psykologis: depresi, kecemasan dalam stress, kesedihan
2.4.2
Penanggulangan Kelelahan Kerja Penaggulangan kelelahan kerja dapat dilakukan melalui :
1. Ligkungan kerja yang nyaman bebas kebisingan dan pengaturan udara 2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek maupun makan 3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor 4. Pemberian gizi kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja 5. Beban kerja berat tidak berlangsung lama. 6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja 7. Pembinaan mental secara teratur dalam rangka stabilitasi kerja dan kehidupan 8. Cuti dan libur diselenggarakan sebaik-baiknya 9. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.4.3
Beberapa Langkah Mengatasi Kecelakaan Kesalahan disebabkan banyak faktor sangat kompleks saling terkait, perlu
penanganan agar tidak kronis. Pada Gambar 2.7 terdapat skematis faktor penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah.
Gambar 2.7 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko
2.5
Denyut Nadi
2.5.1 Pengertian Denyut Nadi Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu (Depdikbud, 1996). Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
diastole dan diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan systole. Kekuatan darah masuk ke dalam aorta selama sistolik tidak hanya menggerakkan darah dalam pembuluh ke depan tetapi juga menyusun suatu gelombang tekanan sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong dinding arteri seperti berjalan dan pendorongnya teraba sebagai nadi. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim) waktu istirahat jantung berdenyut kirakira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya (Guyton, 1997). Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja (Siswanto, 1978). Menurut
Grandjean
dalam
buku
Nurmianto
(1986)
mengatakan
bahwa meningkatnya denyut nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling yang tinggi; (2) Tingginya pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Berdasarkan berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut nadi dapat dipakai sebagai
Index beban kerja. Menurut Suma’mur (1989)
beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja dibagi atas beban kerja sangat ringan, ringan, agak berat, berat, sangat berat dan luar biasa berat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Tabel 2.5 Frekuensi Denyut Nadi Menurut Tingkat Beban Kerja Energi Expenditure
Detak jantung
Konsumsi
Tingkat pekerjaan Kkal/menit
Kkal/8jam
Detak/menit
Sangat Berat Sekali Sangat Berat Berat Sedang
> 12.5 10.0 – 12.5 7.5 – 10.0 5.0 – 7.5
> 6000 4800 – 6000 3600 – 4800 2400 – 3600
> 175 150 – 175 125 – 150 100 – 125
Liter/menit >oksigen 2.5 2.0 – 2.5 1.5 – 2.0 1.0 – 1.5
Ringan
2.5 – 5.0
1200 – 2400
60 – 100
0.5 – 1.0
Sangat Ringan
< 2.5
< 1200
< 60
< 0.5
Sumber : Suma’mur (1989)
2.5.2 Jenis Denyut Nadi Jenis Nadi menurut Depdikbud (1996). 1. Nadi Istirahat yaitu rata-rata denyut nadi sebelum kerja. 2. Nadi Sedang Kerja yaitu rata-rata denyut nadi selama kerja. 3. Nadi Kerja yaitu selisih antara denyut nadi selama kerja dengan denyut nadi sebelum kerja 4.
Nadi Pemulihan yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa pulih tercapai.
2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, kehamilan, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, rokok dan kafein, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor fisik dan kondisi psikis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
1. Usia Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia. Tabel 2.6 Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia
Sumber : Pearce (1999)
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit (Astrand and Rodahl, 1986).
3. Ukuran Tubuh Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus:
4. Kehamilan Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil (Ganong, 1983).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
5. Keadaan Kesehatan Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung meningkat menurut Delp & Manning 1994 dalam (Mahawati, 1999).
6. Riwayat Kesehatan Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi. Menurut Pusat Diknakes Depkes RI 1996 dalam (Mahawati, 1999).
7. Rokok dan Kafein Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per menit dibanding dengan arang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolic kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal (Astrand and Rodahl, 1986).
8. Intensitas dan Lama Kerja Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Astrand and Rodahl, 1986).
9. Sikap Kerja Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk (Ganong, 1983).
10. Faktor Fisik Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang Penerangan
dapat
yang
menurunkan
kemampuan
buruk menimbulkan
dalam
ketegangan
kerja
mata,
hal
fisik. ini
mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja (Suma’mur,1989). Cuaca kerja baik cuaca kerja panas atau dingin juga akan mempengaruhi sistem sirkulasi dan denyut nadi. Cuaca kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada jantung dan sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja. Di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun
akan
lebih
banyak lagi
atau meningkat
(Santoso, 1985). Peningkatan denyut nadi sebagai akibat dari pekerjaan fisik di lingkungan kerja panas dapat menyebabkan kelelahan otot statis, dapat menyebabkan perubahan fungsional pada organ tubuh dan dapat meningkatkan kecelakan kerja. Tingginya angka kesalahan dan kecelakan kerja dapat menimbulkan penurunan efisiensi dan produktivitas kerja (Budiono, 2003).
11. Kondisi Psikis Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan
dapat
mempercepat
frekuensi
nadi
seseorang.
Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang (Guyton, 1990).
2.5.4 Pengukuran Denyut Nadi Tempat meraba denyut nadi menurut (Depdikbud, 1996:) adalah: (1) Pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis); (2) Dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis); (3) Dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (Arteri temparalis); (4) Di pelipis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Metode pengukuran denyut nadi menurut Nurmianto (1996)
1.
Metode palpasi Metode palpasi dilakukan terhadap subyek dalam keadaan diam atau istirahat.
Perabaan
untuk
menghitung
denyut
nadi
dapat
dilakukan dengan meletakkan ujung jari 3 jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada pergelangan tangan bagian luar arah ibu jari, atau juga didaerah leher kiri/kanan, dibawah sudut dagu. Arah keiga jari membentuk garis lurus sesuai dengan panjang sumbu tubuh. Perhitungan menggunakan stopwatch/jam henti.
2.
Metode Auskultasi Metode
ini
menggunakan
stetoskop
(alat
dengar)
untuk
mendengarkan denyutan jantung. Tinggal menghitung berapa denyut dalam waktu 5 detik, 10 detik atau dalam 15 detik. Hasil dikalikan dengan 12, 6,4 seperti diatas sesuai lamanya mendengarkan detikan tadi. Metode ini baik digunakan bila subyek diam tak bergerak.
3.
Pulsemeter Ada 2 jenis pulsemeter yaitu pulsemeter dengan pegas dan pulsemeter digital. Pulsemeter dengan pegas akan menunjukkan simpangan kekiri dan kanan sedangkan pulsemeter digital akan langsung menunjukkan pada satu angka. Sensornya diletakkan dekat daun telinga / pada ujung telunjuk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
4.
Electrocardiografi (ECG) ECG merupakan alat rekam jantung sehingga gravik aktifitas listrik jantung dapat terekam. Dari gambar grafik tersebut dapat dihitung berapa denyut jantung / menit. Alat ini mahal dan tidak praktis dilapangan. ECG tidak bisa dipakai untuk subyek yang bergerak dan biasanya dipakai untuk euduasi di bangsal perawatan.
5.
ECG Nirkabel ECG nirkabel menggunakan alat sensor yang dipasang di dada, lalu secara telemetri rekaman dapat diterima penerima dan langsung digambar listrik jantungnya. Alat ini dapat digunakan pada subyek yang bergerak aktif tanpa mengganggu aktifitas yang dilakuakan.
6.
Sport Tester Merupakan alat rekam yang dipasang didada yang kemudian merekam denyut jantung dan selanjutnya ditampilkan dalam monitor komputer. Dalam penelitian ini pengukuran denyut nadi menggunakan metode Palpasi
dan
perhitungan menggunakan stopwatch/jam henti.
2.6
Beban Kerja Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental.Akibat beban kerja yang
terlalu berat dan kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau peyakit akibat kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat-zat kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian status pekerjaan dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan dilingkungan kerja tetapi juga oleh faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya. Menurut Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksernal. 1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal Beban kerja eksternal adalah tugas itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja 2. Beban Kerja karena Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor sebagai akibat adanya reaksi beban kerja eksternal, yang mana reaksi tubuh tersebut strain. Berat ringan strain dapat dinilai: a. Secara objektif malalui perubahan reaksi psikologis dan perilaku, b. Secara subjektif melalui harapan,keinginan, dan kepuasan kerja. Secara ringkas faktor internal meliputi: 1) Faktor somatic (kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, gizi). 2) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan). Menurut Astrand et al (1989) penilaian beban kerja fisik dapat dilakukandengan dua metode yaitu metode penilaian langsung dan tidak langsung. Metode penilaian langsung yaitu mengukur energy yang dilakukan (energy
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak energi yang di konsumsi. Meskipun metode yang menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. 2.7
Nordic Body Map Metode untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang merupakan
indikasi keluhan fisik adalah dengan menggunakan skala nordic body map. Melalui nordic body
map
dapat
diketahui
bagian-bagian
otot
yang
mengalami keluhan. Untuk menekan bisa yang mungkin terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (tarwaka, 2004). Gambar 2.8 memperlihatkan gambar nordic body map yang sering dirasakan sakit oleh pekerja. Keterangan Gambar :
Gambar 2.8 Nordic Body Map
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
2.8
Uji Validitas Data yang telah terkumpul dari hasil quesioner terlebih dahulu harus
diuji, teknik pengujian yang digunakan salah satunya teknik uji validitas. Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut memiliki taraf kesesuaian atau ketepatan dalam melakukan pengukuran. Langkah yang harus ditempuh dalam melakukan uji validitas antara lain sebagai berikut : 1.
Mendefinisikan secara
operasional
konsep
yang
digunakan
dalam
penelitian sebagaimana diketahui behwa konsep itu memiliki konstruk dimana konstruk tersebut harus dicari, salah satu diantaranya yaitu dengan mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur.
2.
Memasukan
data kedalam tabulasi kemudian
menghitung korelasi
masing-masing item dalam skor total, yaitu dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu (Singarimbun, 1995) :
2.9
Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Semakin semakin kecil,
tinggi dan
reliabilitas begitu
menunjukkan
pula
sebaliknya,
kesalahan makin
besar
pengukuran kesalahan
pengukuran, semakin menunjukan ketidak-andalan alat ukur tersebut. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis koefisien reliabilitas ini berkisar 0,00-1,00; tetapi pada kenyataannya koefisien 1,0 tidak pernah dicapai dalam pengukuran aspek – aspek walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien positif. Koefisien Alpha Cronbach merupakan koefisien reliabilitas yang paling umum digunakan. Koefisien Alpha Cronbach adalah metoda perhitungan reliabilitas yang dikembangkan oleh Cronbach pada tahun 1979. Koefisien Alpha Cronbach (a) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Singarimbun1995):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2.10
Analysis of Variance (ANOVA) ANOVA merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menguji
apakah ada persamaan nilai rata-rata dari satu atau lebih populasi. ANOVA dibedakan menjadi 2 yaitu One way ANOVA dan Two Way ANOVA. Perbedaan One way ANOVA dan Two Way ANOVA terletak pada faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya nilai rata-rata tersebut. Pengujian yang digunakan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah One way ANOVA dikarenakan pengujian dilakukan untuk 1 faktor (aktivitas). Hipotesa yang digunakan dalam pengujian ANOVA adalah sebagai berikut: H0: µ1 = µ2 = µn H1: minimal ada satu µ yang berbeda Pengujian ANOVA dapat dilakukan dengan perhitungan manual atau denganmenggunakan software SPSS. Perhitungan manual dapat dilakukan dengan rumus (Battacharya, 1977):
F hitung kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel yang dilihat pada tabel distribusi F.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Jika
F hitung ≤ F tabel maka terima H0 F tabel ≥ F hitung maka tolak H0
Untuk memudahkan
perhitungan ANOVA, kita dapat membuat tabel
ANOVA, sebagai berikut: Tabel 2.7 Tabel Anova
Cara pengambilan keputusan → bandingkan F hitung dengan F tabel.
Tabel 2.8 Tabel Anova 1 Arah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/