BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
BANK SYARIAH
2.1.1
Pengertian Bank Syariah Bank Syariah merupakan bank yang dalam aktivitasnya baik dalam mobilisasi dan dana
maupun dalam peranan modalnya mendasarkan atas prinsip jual beli dan bagi hasil. Dengan ditetapkan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang beberapa pasalnya mengatur tentang perbankan Islam di Indonesia. Serta mengacu pada pasal – pasal terkandung di dalamnya yang mengatur perbankan dengan sistem bagi hasil, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah no.72 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Peraturan ini akan menjadi petunjuk operasional atau lebih menjelaskan beberapa hal penting yang berkaitan dengan bank dengan prinsip bagi hasil yang tidak dijelaskan di dalam Undang – Undang no.7 dan penjelasan undang – undang tersebut. Pada pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah no.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan tentang Prinsip Bagi Hasil menegaskan bahwa Bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah : “Bank Umum atau Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha semata – mata berdasarkan prinsip bagi hasil”
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (7) undang – undang no.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pengertian bank syariah di uraiankan sebagai berikut : “Bank yang menjelaskan kegiatan usahanya tentang berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri dan Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah”
Dari beberapa pengertian yang didapat, maka disimpulkan bahwa pengertian tentang bank syariah tidak berjauh beda dengan pengertian bank konvensional pada umumnya perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada prinsip operasional yang digunakan. Bank syariah merupakan prinsip bagi hasil pada operasionalnya, sedangkan bank konvensional menerapkan prinsip bunga. 2.1.2 Produk Produk Bank Syariah Pada bank syariah, secara garis besarterdapat tiga kelompok produk perbankan Muhammad dan Dwi Suwiknyo menjelaskan pada bukunya yang berjudul tentang “ Akuntansi Perbankan Syariah, 13:2009”. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut : 1. Produk Penghimpun Dana Dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat, bank syariah pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional, hanya saja perbedaannya terletak pada prinsip yang mendasarinya yaitu, prinsip syariah. Penghimpunan dan pada bank syariah dalam bentuk tabungan, deposito dan giro diselenggarakan dengan akad yang sesuai dengan prinsip yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. Prinsip Wadi’ah Prinsip ini implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah berlaku sebagai peminjam. Merupakan titipan murni dari penitip yang harus dijaga dan dikembalikan kapan pun sesuai kehendak penitip. Prinsip wadi’ah dalam produk syariah dapat dikembangkan menjadi 2 jenis, yaitu wadi’ah yad amanah (bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan harta titipan) dan wadi’ah yad dhamanah (pemilik dana yang tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian).
b. Prinsip Mudharabah Prinsip dari prinsip mudharabah ini adalah penyimpanan atau deposan yang berlaku sebagai shahibul maal dan bank berlaku sebagai mudharib. Kemudian dana tersebut akan digunakan bank untuk melakukan akad jual beli ataupun syirkah. Jika mengalami kerugian dalam kegiatannya maka bank yang akan bertanggung jawab atas kerugian yang telah terjadi. Yang merupakan prinsip mudharabah dalam produk penghimpunan dana yaitu tabungan berjangka dan deposito berjangka. Pembiayaan mudharabah dapat dikembangkan menjadi mudharabah mutlaqh (investasi tidak terikat dimana nisbah disepakati untuk bagi hasilnya) dan mudharabah muqayaddah (simpanan khusu atau investasi terikat dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat yang harus dipatuhi oleh bank). 2. Produk Penyaluran Dana Dalam penyaluran dana oleh bank syariah atas dana yang telah dihimpun dari masyarakat, terdapat beberapa produk perbankan yang ditawarkan yaitu atas prinsip jual beli (murabahah), prinsip sewa (ijarah), dan prinsip bagi hasil (syirkah). Penjelasan sebagai berikut : a. Prinsip jual beli atau Murabahah Mekanisme dalam prinsip ini adalah upaya yang dilakukan untuk transfer of property dan tingkat keuntungan akan ditentukan di awal yang akan nantinya akan menjadi harga jual barang. Bentuk – bentuk pembiayaan sebagai berikut :
Pembiayaan Murabahah Pembiayaan dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang akan diserahkan dengan syarat – syarat tertentu, dimana bank berlaku
sebagai pembeli. Barang akan diserahkan dengan segera dan pembayaran dilakukan secara menangguh atau dicicil.
Salam Merupakan jual beli barang dengan pemesanan dan pembayaran secara tunai dilakukan terlebih dahulu dengan syarat – syarat tertentu, dimana bank berlaku sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesenan atas barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati di awal, namun pembayaran dilakukan secara tangguh atau dicicil.
b. Prinsip Sewa atau Ijarah Merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dalam pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Adapun Ijarah Mutahiyah Bi Tamlik yang merupakan akad yang sama dengan ijarah,perbedaannya hanya terletak pada adanya hak opsi untuk memindahkan kepemilikan atas barang tersebut. c. Prinsip Bagi Hasil atau Syirkah Basis pola pada prinsip ini adalah kemitraan dalam produk pembiayaan pada bank syariah, yang dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut:
Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, kedua pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan maupun resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Mudharabah, adalah akad kerjasama dimana satu pihak yang memberikan seluruh dananya (shahibul maal) dengan pihak yang memiliki keahlian (mudharib) .
3. Produk Jasa a. Al – Hiwalah (alih utang –piutang ) Adalah akad yang berpindahan yang berhubungan dengan utang piutang atau transaksi pengalihan utang piutang antara pihak satu dengan pihak lainnya. b. Rahn (gadai) Digunakan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan, atau dengan kata lain adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang telah diterima. c. Al – Qardh (pinjaman kebaikan) Adalah pemberian harta kepada orang lain (muqtaridh) dalam rangka membantu keuangannya secara tepat dan berjangka pendek, yang dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. d. Wakalah Merupakan pelimpahan kuasa atau wewenang dari nasabah selaku pemberi kuasa kepada bank syariah selaku pihak kedua untuk melaksanakan jasa tertentu dan nasabah yang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas terjadinya sesuatu atas kegiatan yang dilakukan. e. Kafalah (bank garansi)
Merupakan jasa perbankan yang bertugas untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran dilakukan antara penjamin yang diberikan oleh penanggung (Kafil) kepada pihak ketiga dalam rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung (Mahfulanhu) apabila pihak yang ditanggung cidera janji atau wanprestasi. Secara teknis perbankan dapat dikatakan bahwa pihak bank syariah dalam hal ini memberikan jaminan kepada nasabahnya sehubungan dengan kontrak kerja/perjanjian yang telah disepakati antara nasabahnya sehubungan dengan pihak ketiga. 2.1.3.
Deposito Syariah (Mudharabah) Menurut Undang – Undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah , definisi atas
deposito adalahsebagai berikut : “ Investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad yang lainnya tidak bertentangan dengan prinsip yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpanan dan bank syariah dan/atau UUS”
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, deposito yang dibenarkan menurut Dewan Syariah Nasional MUI menurut fatwanya adalah deposito yang berdasarkan mudharabah, bahwa bank syariah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) atau pengelola dana (mudharib), serta dapat pula bank syariah bertindak sebagai pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak diberikan jaminan , tetapi agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari
pengelola dana atau pihak ketiga dan jaminan tersebut hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran atas hal – hal yang telah disepakati bersama dalam akad. Prinsip pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan bagi hasil atau bagi laba, yang menjadi dasar pembagiannya adalah laba bruto (gross profit). Adapun dalam prinsip bagi laba, dasar pembagiannya adalah laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
2.1.4 Bagi Hasil Deposito Dalam sistem ekonomi Islam, bunga dapat dinyatakan riba yang haram menurut hukumnya syariah Islamiyah. Sebagai gantinya, bank syariah menerapkan Nisbah bagi hasil yang dihalalkan oleh syariah Islamiyah berdasarkan Al – Qur’an dan Al – Hadist yaitu terhadap produk – produk pembiayaan yang berdasarkan pada akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik segi jumlah, maupun waktu, seperti mudharabah dan musyarakah. Pengertian dari bagi hasil itu sendiri adalah angka perbandingan (porsi) pembagian pendapatan antara shahibul maal dengan mudharib yang telah disepakati pada awal kontrak/kontrak usaha yang disepakati. Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Dalam skema investasi di perbankan syariah dikenal konsep bagi hasil, yang berarti akad kerjasama antara dua pihak dimana shahibul maal (penyedia dana) menyediakan modal secara keseluruhan, sedangkan mudharib (pengelola dana) dengan tujuan dapat menghasilkan nilai tambah berupa kenaikan dari jumlah kenaikan dari jumlah yang diinvestasikan.
Menurut Fatwa DSN no. 14, pada prinsipnya bank boleh menggunakan sistem accrual bassis maupun cash bassis dalam administrasi keuangan. Apabila dilihat dari segi kemaslahatan (al ashlah), dalam pencatatan sebaiknya digunakan sistem accrual bassis, akan tetapi didalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan atas dasar penerimaan yang benar – benar terjadi (cash bassis). Penetapan sistem yang digunakan harus disepakati dalam akad. Dalam prosesnya bagi hasil dilakukan pada setiap akhir bulan dimana dari pendapatan yang diperoleh ditampung terlebih dahulu dipendapatan operasi utama bank syariah, yaitu gabungan yaitu pendapatan bagi hasil, pendapatan margin dan pendapatan sewa. Hasil proses bagi hasil didistribusikan ke bank dan nasabah sesuai nisbah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam akad, jumlah bagi hasil setiap bulan yang dibagikan kepada nasabah secara kumulatif tercatat dilaporan laba rugi (income statement). Bagi hasil bagi hak investor tersebut bukan merupakan beban bagi bank syariah. Konsep bagi hasil pada bank syariah jelas sangat berbeda dengan konsep yang diterapkan pada bank konvensional. Konsep bagi hasil pada bank syariah adalah sebagai berikut : a. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana. b. Pengelola/bank syariah yang mengelola dana tersebut menggunakan sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut kedalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. c. Kedua belah pihak mennandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah, dan jangka waktu sesuai dengan kesepakatan tersebut.
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi bagi hasil
Bagi hasil merupakan faktor yang sangat penting bagi aktivitas utama bank syariah. Terdapat pada beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya bagi hasil yang ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak pihak yang berkerjasama dan dipengaruhi oleh : 1. Kontribusi masing – masing pihak dalam kerjasama (share-in partnership) dan penentuan nisbah (profit sharing ratio).
Nisbah harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian
Nisbah antara satu bank lain dengan bank lainnya dapat berbeda.
2. Proyeksi perolehan keuntungan (expected return) dan jenis usahanya. 3. Perkiraan resiko yang akan dihadapi (expected risk). 4. Saldo pembiayaan atau jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan. 5. Seberapa besarnya asumsi return yang akan diberikan kepada nasabah deposan. 6. Jangka waktu yang dipilih 7. Persaingan harga pasar, baik bunga pada bank konvensional maupun bagi hasil pada bank syariah. 2.2
Bank Konvensional
2.2.1 Pengertian Bank Konvensional Pengertian dalam kehidupan sehari – hari bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat yang khususnya dinegara maju. Perbankan dikenal sebagai lembaga keuangan yang merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara, serta mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi disuatu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Kegiatan umumnya seperti menerima dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian juga bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang dijadikan untuk memperoleh dana untuk pihak – pihak yang membutuhkan seperti perusahaan, badan
pemerintah dan swasta, serta perorangan. Hal inilah yang membuat bank menjadi suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian bangsa Indonesia. Pengertian atas bank yang diuraikan oleh pakar pada dasarnya tidak berbeda satu sama lainnya. Diantaranya Kasmir menguraikan definisi bank didalam bukunya “Bank dan Lembaga lainnya, 2008 : 25” yaitu, “Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan , artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.”
Menurut Undang – undang No. 10 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah sebagai berikut : “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari kedua definisi diatas dapat dijelaskan lebih luas bahwa bank pada dasarnya merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang keuangan yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan rakyat. 2.2.2 Produk – produk Bank Konvensional Pada bank konvensional, secara garis besar terdapat tiga kelompok produk perbankan yang ditawarkan, yaitu Produk Penghimpunan Dana, Produk Penyaluran Dana, dan Produk Pelayanan Jasa. Ismail menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Perbankan, 24 : 2010”,. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut :
1. Produk Penghimpunan Dana Kegiatan penghimpunan dana merupakan salah satu fungsi utama dari bank umum. Kegiatan ini dilakukan dengan membeli dana dari pihak ketiga melalui beberapa simpanan yang ditawarkan, diantaranya adalah : a. Simpanan Giro (Demand Deposito) Merupakan simpanan yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan saran penarikan berupa cek dan biylet giro, serta sarana penarikan lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Tabungan (saving deposit) Merupakan simpanan dana pihak ketiga yang dapat ditarik setiap saat, sesuai perjanjian antara bank dan nasabah pemegang rekening tabungan. c. Deposito Merupakan jenis simpanan yang penarikannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dan nasabah. 2. Produk Penyaluran Dana (Financing) Pada umumnya, penyaluran dan bank diberikan dalam bentuk pemberian kredit kepada nasabah yang membutuhkan dana. Sedangkan, kredit itu sendiri merupakan kegiatan penyaluran dana dari bank kepada nasabah (debitur), dimana nasabah tersebutwajib mengembalikan dana pinjaman sesuai jangka waktu yang telah diperjanjikan. Jenis produk yang diberikan oleh bank dapat dilihat dari segi tujuan penggunanya, dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Kredit Produktif Merupakan jenis kredit yang diberikan kepada nasabah, baik perorangan atau badan usaha dengan tujuan untuk melakukan usaha dan/atau mengembangankan usaha. b. Kredit Konsumtif Merupakan jenis kredit yang diberikan kepada perorangan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif. 3. Produk Pelayanan Jasa Kegiatan umum selain menghimpun dana pihak ketiga dan menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan, juga menawarkan jasa perbankan. Berbagai macam produk jasa perbankan yang ditawarkan antara lain : a. Kiriman uang (Transfer) Jasa kiriman uang merupakan bentuk pelayan jasa yang diberikan oleh bank atas permintaan nasabah dalam rangka mengirimkan uang. b. Kliring Merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam rangka penagihan warkat antar bank yang berasal dari wilayah kliring yang sama. Warkat yang ditagihkan tersebut seperti cek,biylet giro, dan sarana lain yang dipersamakan dengan keduannya. c. Inkaso Jasa penagihan yang diberikan oleh bank terhadap warkat kliring dan/atau surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berada diluar wilayah kliring. d. Save Deposito Box
Merupakan jasa yang diberikan oleh bank dalam bentuk penyewaan box atau kotak pengaman yang dapat digunakan untuk menyimpan barang – barang berharga atau surat – surat berharga milik nasabah. e. Bank Garansi Merupakan jasa yang diberikan oleh bank dalam rangka memberikan jaminan kepada nasabah untuk mengerjakan sesuatu untuk kepentingan pihak lain. f. Kartu Kredit Yaitu jenis jasa yang ditawarkan bank kepada nasabah untuk dapat memperoleh kredit atau pinjaman dari bank untuk pembelian barang dagangan dan uang. g. ATM Anjungan Tunai Mandiri (ATM) adalah sistem pelayanan diberikan kepada nasabah secara elektronik dengan menggunakan komputer untuk mengupayakan penyelesaian secara otomatis dari sebagian fungsi yang biasanya dilakukan oleh teller. h. Letter of Credit Merupakan salah satu cara pembayaran atas transaksi perdagangan luar negeri. i. Foreign Exchange Jenis pelayanan ini diberikan oleh bank devisa, yaitu dengan memberi pelayanan jasa dalam jual beli mata uang, baik mata uang asing dengan mata uang asing lainnya maupun jual beli mata uang rupiah dengan mata uang lainnya. j. Bank Draft Merupakan surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan oleh bank kepada bank korespondennya untuk dibayarkan kepada seseorang atau badan usaha/perusahaan. k. Travelers Cheque
Merupakan jasa yang diberikan kepada nasabah berupa cek wisata, yang berfungsi uang tunai. 2.2.3
Deposito Deposito merupakan jenis produk simpanan pokok ketiga yang ditawarkan oleh bank.
Berbeda dengan simpanan lainnya, simpanan simpanan deposito ini mempunyai jangka waktu dalam penarikannya, dimana waktu penarikannya sesuai dengan kesepakatan antara nasabah dan bank pada awal pembukuannya. Balas jasa atas deposito yang diberikan oleh bank kepada nasabah lebih tinggi disbanding produk dana lainnya sperti giro dan tabungan. Oleh kaena itu bagi bank, deposito dianggap sebagai dana mahal. Definisi atas deposito diungkapkan oleh Muhammad dan Dwi suwiknyo dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Perbankan Syariah, 2009 :98”, yaitu : “Simpanan pihak ketiga yang pengambilan atau pencairannya baru dapat dilakukan jika telah melewati jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan antara nasabah dengan bank yang bersangkutan.”
Dijelaskan pula oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dalam surat edarannya, bahwa yang dimaksud dengan deposito adalah : “Simpanan berjangka dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukandalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa deposito merupakan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
antara bank dengan nasabah, yang artinya apabila deposito diperjanjikan jangka waktu 1 bulan, maka deposito tersebut dapat dicairkan dalam jangka waktu 1 bulan setelah deposito ditempatkan. 2.2.4 Bunga Bank Menurut Kasmir dalam bukunya “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 2000:121”, pengertian bunga sebagai berikut: “Bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).”
Ismail juga menjelaskan pengertian atas bunga dalam bukunya “Manajemen Perbankan, 2010 : 131” yaitu : “ Harga yang harus dibayar oleh bank dan/atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah.” Penerapan bunga yang terdapat pada bank konvensional dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu : a.
Bunga Simpanan Merupakan tingkat harga tertentu dibayarkan oleh bank kepada nasabah atas simpanan yang dilakukannya, bunga diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan atau bunga deposito. Beberapa bank merupakan tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan dananya dalam bentuk deposito dengan jumlah tertentu, agar nasabah akan senantiasa meningkatkan simpanan dananya.
b.
Bunga Pinjaman Adalah harga tertentu yang harus dibayar oleh nasabah (peminjam) kepada bank atau pinjaman yang diperolehnya. Contohnya adalah bunga kredit. Bunga pinjaman dan bunga simpanan merupakan pendapatan dan beban utama bagi bank. Keduanya akan mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi dalam industri perbankan.
Dalam bunga deposito, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, mencoba menjelaskan didalam surat edarannya, yang dimaksud dengan bunga deposito (Depobri) adalah : “Bunga yang diberikan kepada deposan oleh bank berdasarkan jangka waktu dan tingkat
suku bunga yang besarnya ditetapkan oleh Kanpus.”
Besarnya suku bunga ditetapkan oleh divisi treasury setiap periode tertentu serta dapat diberikan berdasarkan counter rate ataupun suku bunga negoisasi apabila mendapatkan putusan dari penjabat yang berwenang. Bunga dibayarkan pada setiap tanggal jatuh tempo bunga pada setiap bulan atau pada tanggal jatuh tempo pokok. Pembayaran bunga dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai perjanjian pada saat pembukaan deposito, anatara lain : a.
Diambil secara tunai
b.
Overbooking ke buku tabungan atau giro dalam mata uang yang sama atau berbeda
c.
Dikliringkan kepada bank lain
d.
Ditambahbukukan ke pokok (add-on)
e.
Kombinasi a, b, dan c
2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam aktivitas utama bank, baik suku bunga kredit, maupun simpanan, dan keduanya mempengaruhi satu sama lain. Selain adanya keterkaitan antara suku bunga simpanan dan kredit, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya suku bunga seperti yang dikemukakan oleh Ismail yang dalam bukunya “Manajemen Perbankan, 2010 : 133”, antara lain :
a.
Kebutuhan Dana Besarnya suku bunga dapat dipengaruhi oleh kebutuhan dana bagi pihak yang memerlukannya. Sifat kebutuhan dana tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Keharusan Merupakan kebutuhan dana yang mendesak dan tidak mungkin ditunda. Apabila pihak yang membutuhkan dana tersebut pada kondisi yang sangat memerlukannya, maka akan berpengaruh pada tingkat bunga dan pihak kreditor dapat meminjamkan dananya dengan bunga yang lebih tinggi dibanding market rate.
Kebutuhan Merupakan kebutuhan dana yang harus ada, tetapi kebutuhan yang tersebut masih dapat ditunda untuk beberapa waktu . Oleh karena itu, suku bunga yang diperoleh akan sama dengan market rate.
Keinginan Merupakan kebutuhan dana yang tidak harus ada, akan tetapi merupakan tambahan dana untuk memperluas usaha nasabah, yang nantinya akan
meningkatkan keuntungan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pihak debitur akan memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah disbanding suku bunga dipasar.
b.
Persaingan Antarbank Bank dapat menentukan suku bunga sesuai dengan keinginan bank, tetapi ada faktor lain yang diperhatikan, yaitu suku bunga yang diberikan oleh pesaing. Pada umumnya bank akan membeli dan menjual bunga tidak jauh berbeda dengan tingkat suku bunga dipasar.
c.
Kebijakan Pemerintah Bank yang harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga.
d.
Jangka Waktu Merupakan faktor penting dalam menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka waktu yang diperjanjikan, maka akan semakin besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market rate. Sehingga makin lama jangka waktunya, semakin tinggi pada tingkat bunganya.
e.
Kualitas Jaminan Dalam menentukan besarnya bunga kredit yang akan diberikan kepada debitur, bank juga melihat pada jaminan yang diberikan. Ada beberapa kekayaan yang dapat digunakan sebagai
agunan atau jaminan. Apabila agunan tersebut marketable, mudah
diperjualbelikan, serta nilainya stabil atau meningkat, maka bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih rendah, karena resiko tidak tertagihnya kredit debitur dapat ditutup dengan adanya agunan yang layak.
f.
Reputasi Nasabah Bank akan terasa aman jika memberikan kredit kepada nasabah yang mempunyai reputasi usaha yang baik. Hal tersebut akan berpengaruh pada terjaminannya pembayaran atas kredit yang diberikan, kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif lebih kecil dan yang berlaku juga sebaliknya.
g.
Produk Produk yang ditawarkan oleh bank sangat bervariasi, sehingga bunga yang akan diberikan kepada nasabah peminjam dana tergantung kepada jenis produknya. Semakin banyak fasilitas yang diberikan dalam produk tertentu, maka akan semakin menarikpada bunga yang ditawarkan.
h.
Hubungan Bank Hubungan bank antara nasabah juga akan mempengaruhi besarnya bunga. Bank akan melihat apakah nasabah tersebut termasuk nasabah prima, yang tidak menjalin hubungan baik dengan bank dan selama itu pula tidak pernah wanprestasi., maka atas dasar pertimbangan tersebut bank akan memberikan bunga yang lebih rendah kepada nasabah tersebut.
i.
Risiko Merupakan faktor penting yang digunakan oleh bank untuk menentukan besarnya suku bunga. Terdapat beberapa aspek risiko antara lain, tujuaan penggunaan, sektor usaha, dan jangka waktu
2.3
Perbedaan Antara Bagi Hasil Deposito dan Bunga Deposito
Bank syariah dan bank konvensional keduannya sama – sama member keuntungan bagi pemilik dana, namun keduannya memiliki perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam table berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Bagi Hasil Deposito dan Bunga Deposito Bagi Hasil Deposito a. Penentuan besarnya rasio/nisbah
Bunga Deposito a. Penentuan bunga di buat pada
bagi hasil dibuat pada waktu akad
waktu akad dengan asumsi harus
dengan berpedoman pada
selalu untung.
kemungkinan untung rugi. b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah
pada uang (modal) yang
keuntungan yang diperoleh.
dipinjamkan.
c. Bagi hasil bergantung pada
d.
b. Besarnya persentase berdasarkan
c. Jumlah tetap seperti yang
keuntungan proyek yang
dijanjikan tanpa pertimbangan
dijalankan. Bila usaha merugi,
apakah proyek yang dijalankan
kerugian akan ditanggung oleh
oleh pihak nasabah untung atau
kedua belah pihak.
rugi.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
dengan
peningkatan jumlah pendapatan
d. Jumlah pembayaran pada bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
e. Tidak ada keraguan keabsahan
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau
bagi hasil.
tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam
Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio 2001 : 61. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.
Tabel 2.2 Perbedaan Perhitungan Bagi Hasil Deposito dan Bunga Deposito Perhitungan Bagi Hasil Deposito Bank
Nominal x E.Q Rate x Jangka Waktu
Perhitungan Bunga Deposito
x
80% 365
Teori
Nominal x E.Q Rate x Jangka Waktu
%
x 80
Nominal x Bunga x Jangka Waktu x 80% 365
365 x 100
Sumber : BRI Konvensional , Bri Syariah dan Rizal Yaya, “Akuntansi Perbankan Syariah”, Salemba Empat