BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Tinjauan Umum Bank Syariah
Bank Syariah
Bank Syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya
disesuaikan
dengan
syariat
Islam.
Antonio
dan
Perwataatmadja (1997)8 membedakan antara Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Syari’ah adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam; (2) bank yang tata cara operasionalnya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih lanjut dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsurunsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan (Antonio dan Perwataatmadja, 1997). Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 130 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berkelipatan ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan.”
8
Perwataatmaja, Karnaen dan Muhammad Syafe’i Antonio. 1997. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.
11
2.1.2
Prinsip Bank Syariah Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 13 Undang-Undang
Perbankantentang prinsip syariah yaitu:
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank untuk pihak lain (ijarah wa iqtina).” Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati. a. Shiddiq (jujur) Memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang menjungjung tinggi nilai kejujuran.Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram). b. Amanah (dipercaya) Menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib). c. Fathanah (pandai) Memastikan bahwa pengelolaan bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat 12
risiko yang ditetapkan oleh bank.Termasuk didalamnya adalah pelayanan
yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa
tanggung jawab (mas’uliyah).
d. Tabligh (komunikasi)
Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat
mengenai
prinsip-prinsip,
produk
dan
jasa
perbankan
syariah.Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan
pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi
masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah. 2.1.3
Tujuan Bank Syariah Bank syariah mempunyai tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan bank
konvensional, hal ini terkait dengan keberadaannya sebagai institusi komersial serta kewajiban moral yang disandangnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan, bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut: 1.
Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima konsep bunga.
2.
Membuka peluang bagi pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan.
3.
Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect) membatasi kegiatan spekulasi
13
yang tidak produtif, pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih
memperhatikan unsure moral.
Sedangkan menurut Sumitro (1996:17-18)9 menyatakan selain bertujuan
meraih keuntungan sebagaimana layaknya bank konvensional pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari
praktek-praktek
riba
atau
jenis-jenis
usaha/perdagangan
lain
yang
mengandung unsure tipuan (gharar).
2.
Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi. Hal ini dilakukan dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3.
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat. Hal ini dilakukan dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama bagi kelompok miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).
4.
Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah.
9
Sumitro, Warkum., 1996, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI & Takaful), PT.Raja Grafindo, Jakarta.
14
5.
Untuk menyelamatkan umat islam terhadap bank konvensional yang menyebabkan umat islam berada di bawah kekuasaan bank konvensional, sehingga umat islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh
terutama dibidang kegiatan bisnis dan perekonomian.
2.1.4
Fungsi Bank Syariah
Adanya bank Syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank
Syariah. Melalui pembiayaan ini bank Syariah dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank Syariah dengan nasabah tidak lagi hanya sebagai kreditur dan debitur saja tetapi menjadi hubungan kemitraan. Fungsi bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan Standar Akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOFI(Accountingand Auditing Organization For Islamic Financial Institusio), sebagai berikut: 1.
Manajer Investasi, bank syariah dalam mengelola investasi nasabah.
2.
Investor, Bank syariah menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun nasabah yang dipercayakan kepadanya .
3.
Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
4.
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat
serta dana-dana sosial lainnya.
15
2.2
Pembiayaan Musyarakah
2.2.1 Pengertian Pembiayaan Musyarakah Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan islam (syari’ah) dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al – musyarakah, al – mudharabah, al –
muzara’ah, dan al – musaqah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al – musyarakah dan al – mudharabah, sedangkan al – muzara’ah dan al – musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan oleh beberapa bank islam. pertanian
Menurut M. Syafi’i Antonio (2001;90), pengertian al – musyarakah adalah : Al – Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Menurut Sutan Remy Sjahdeini (1999;57) , pengertian Al - Musyarakah, adalah : “ Musyarakah adalah kemitraan antara pihak bank dan pihak nasabah untuk bersama – sama memberikan modal dengan cara membeli saham untuk membiayai investasi ”.
2.2.2
Ketentuan Umum Akad Musyarakah Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut :
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti : 16
i.
ii.
Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya.
Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
iii.
Memberi pinjaman kepada pihak lain
iv.
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan
oleh pihak lain v.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama, apabila : 1. Menarik diri dari perserikatan.
2. Meninggal dunia.
3. Menjadi tidak cakap hukum. vi.
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama.
vii.
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad
Mekanisme operasional Al – Musyarakah dapat digambarkan pada gambar dibawah ini. Nasabah
Bank Syari’ah
Sebagian modal
Sebagian modal Proyek / Usaha
Pendapatan
Nisbah X %
Bagi Hasil sesuai dengan nisbah
Nisbah Y %
Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Musyarakah Sumber : Drs. Muhamad, M. Ag, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2002; 96
17
2.2.3
Jenis - jenis Musyarakah Ada dua jenis musyarakah, yaitu :
1.
Syirkah Al – milk
Adalah kepemilikan bersama ( Co – Ownership) dan keberadaannya muncul
apabila dua atau lebih orang secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama
(Joint Ownership) atas suatu kekayaan (Asset) tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
2.
Syirkah Al – ‘Uqud (Contractual Partnership) Adalah kemitraan yang sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan yaitu pihak bank dan pihak nasabah secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian bersama dan berbagi untung dan resiko.
Musyarakah Al – ‘Uqud terbagi menjadi : a.
Syirkah Al – ‘Inan. Syirkah al – ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka. Akan tetapi, porsi masing – masing pihak baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis musyarakah ini.
b.
Syirkah Mufawadah. Syirkah Mufawadah adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagikan keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis dari jenis al – musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing – masing pihak.
18
c.
Syirkah A’maal. Al – musyarakah ini adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama – sama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan tersebut. Al – musyarakah ini kadang disebut dengan musyarakah
abdan atau sanaa’i.
d.
Syirkah Wujuh. Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi
dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit
dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis al – musyarakah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut. Kontrak ini pula lazim disebut sebagai musyarakah piutang.
2.2.4
Manfaat dan Resiko Musyarakah
2.2.4.1 Manfaat Musyarakah 1.
Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2.
Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative speard.
3.
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
4.
Bank akan lebih selektif dan hati – hati ( Prudent ) mencari usaha yang benar – benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar – benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5.
Prinsip bagi hasil dalam Musyarakah ataupun Mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembayaran nasabah 19
satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan oleh nasabah,
bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.2.4.2 Resiko Musyarakah
1.
Side Streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.
2.
Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3.
Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur.
2.3
Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah Pada pengertian pembiayaan musyarakah di atas disebutkan bahwa
musyarakah adalah kemitraan antara pihak bank dan pihak nasabah untuk bersamasama memberikan modal untuk menjalankan suatu usaha yang dikelola secara bersama-sama dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimana nasabah menyeiadakan 50% modal dan 50% lagi oleh pihak Bank. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi diantara mitra musyarakah berdasarkan kesepakatan awal sedangkan kerugian musyarakah dibagi diantara mitra musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan. Pendapatan bagi hasil musyarakah adalah pendapatan yang diterima oleh Bank Syariah dari nisbah keuntungan atas usaha yang telah dijalankan dari pembiayaan musyarakah. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pendapatan bagi hasil musyarakah diperoleh dari pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh bank syariah, dimana besarnya pendapatan bagi hasil musyarakah ini akan berkontribusi membantu Bank dalam memperoleh laba atau profitabilitas.
2.4
Produk Jasa Perbankan Lainnya Produk jasa-jasa
perbankan lainnya ini sangat berperan besar dalam
memperlancar transaksi simpanan dan pinjaman yang ada di dunia perbankan. 20
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang ketiga setelah penghimpunan dan penyaluran dana. Tujuan pemberian jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan lainnya.Semakin lengkap jasa bank
yang diberikan, maka semakin baik, dalam arti jika nasabah hendak melakukan suatu
transaksi perbankan, cukup disuatu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan. Jasa produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia cukup banyak
dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha maupun pribadi, baik untuk urusan dalam negeri maupun luar negeri. Jasa perbankan itu sendiri terdiri dari jasa produk, jasa operasional, dan jasa investasi. Pada dasarnya jasa yang ditawarkan perbankan syariah Indonesia tidak berbeda dengan yang ditawarkan oleh perbankan konvensional, tetapi perbedaannya pada penggunaan akad-akad syariah. Akad yang digunakan pada produk perbankan ini sebagian besar menggunakan akad ujr, wakalah, kafalah dan mudharabah muqayyadah.
Adapun produk-produk jasa yag ditawarkan perbankan syariah yaitu :
Tabel 2.1 Akad-akad Jasa Perbankan Syariah Jasa Perbankan
Akad
1) Jasa Produk : a)Kartu ATM
Ujr
b)Kartu Talangan Syariah (Syariah
Kafalah wal Ijarah (pembelian
Charge Card)
barang),
Al-Qardh
wal
Ijarah
(penarikan tunai) c) Kartu Haji / Umrah
Al-Qardh wal Ijarah (penarikan tunai)
21
d)SMS Banking
e)Pembayaran Tagihan
Ujr
f)Pembayaran Gaji Elektronik
Ujr
g)Jual Beli Valuta Asing
Sharf
h)Bank Garansi
Ujr
i)L/C Dalam Negeri
j)L/C
Kafalah Wakalah Wakalah
Operasional : 2.Jasa
a)Setoran Kliring
Wakalah
b)Kliring Antar Kota
Wakalah
c)RTGS
Wakalah
d)Inkaso
Wakalah
e)Transfer
Wakalah
f)Transfer Valuta Asing
Wakalah
g)Pajak Online
Wakalah
h)Pajak Impor
Wakalah
i)Referensi Bank
Surat Keterangan
3)Jasa Investasi : a)Investasi Khusus
Mudharbah Muqayyaddah
b)Reksadana
Mudharabah Muqayyaddah
2.4.1 Keuntungan Jasa-jasa bank (Pandapatan Berbasis Fee) Bank mendapatkan keuntungan selain dari kegiatan penyaluran dan penghimpunan dana yaitu dari transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank ini yang disebut juga fee based (Kasmir 2004:135)10. Keuntungan dari jasa bank dewasa ini 10
Kasmir, (2004).Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
22
semakin dibutuhkan,bahkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu semakin banyak bank yang mencari keuntungan lewat jasa-jasa bank.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank ini antara lain :
1. Biaya adminstrasi
2. Biaya kirim
3. Biaya tagih
4. Biaya provisi dan komisi 5. Biaya sewa
6. Biaya iuran 7. Biaya lainnya. (Kasmir 2004:137)
2.4.2
Kontribusi Pendapatan Berbasis Fee Dimana besarnya pendapatan berbasis fee ini akan berkontribusi membantu
Bank dalam memperoleh laba yang nantinya akan mendongkrak profitabilitas. Perolehan keuntungan dari jasa-jasa bank ini walaupun relatif kecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan resiko terhadap jasa-jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan kredit. Disamping faktor resiko, ragam penghasilan dari jasa ini pun cukup banyak, sehingga pihak perbankan dapat lebih menigkatkan jasajasa banknya.
2.5
Profitabilitas Bank Syariah (ROA) Setiap perusahaan atau lembaga usaha termasuk bank memiliki tujuan untuk
dapat meningkatkan nilai perusahaannya, salah satunya adalah dengan berusaha meningkatkan profitabilitas. Adapun pengertian profitabilitas menurut Munawir (1990:33)11 yaitu “rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan 11
Munawir.(1990). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
23
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”.Tingkat laba yang dihasilkan bank dikenal dengan istilah profitabilitas, yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank untuk menghasilkan laba dari aset yang diragukan. Ada
banyak ukuran-ukuran profitabilitas, hal ini sesuai dengan analisis rasio yang
digunakan. Menurut Lukman Dendawijaya (2003:119)12 “analisis rasio rentabilitas atau profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”. Menurut Surat Lampiran SE BI, tahun 2007 : 22 yang mengatur tentang
penilaian terhadap faktor rentabilitas (profitabilitas) didasarkan pada rasio Return On Asset (ROA). Demikian halnya dengan Nogi S. Tangkisilah (dalam jurnal Asti Robianti, 2008:40) mengemukakan bahwa : ”ROA merupakan ukuran profitabilitas yang lebih baik dari rasio profitabilitas lainnya karena rasio ini dapat mengukur efesiensi operasi.” Begitupun dalam jurnal Meythi (2005:254) mengemukakan bahwa ”Rasio profitabilitas diproksikan dengan ROA yang paling baik dalam memprediksikan pertumbuhan laba.” Dimana Return On Assets (ROA), adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets) atau perbandingan dari laba sebelum pajak dan zakat terhadap total asset yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
× 100%
12
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia
24
Mahmoedi (2004 : 20)13, mengungkapkan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi rentabilitas atau profitabilitas bank adalah :
1. Kualitas pembiayaan yang diberikan dan pengembaliannya.
2. Jumlah modal.
3. Mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah. 4. Manajemen pengalokasian dana dalam aktiva likuid. 5. Efisiensi dalam menekan biaya operasional.
2.6
Kajian Penelitian Terdahulu Menurut penelitian “Pengaruh pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia” yang dilakukan oleh Devis Elina (2009)14. Objek penelitian ini adalah Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri periode 2002-2009.Penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel bebas (mudharabah dan musyarakah) dengan variabel terikat (profitabilitas). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan dari pendapatan bagi hasil mudharabah terhadap tingkat profitabilitas di Perbankan Umum Syariah, dan terdapat pengaruh positif signifikan dari pendapatan bagi hasil musyarakah terhadap tingkat profitabilitas di Perbankan Umum Syariah. Secara simultan juga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan bagi hasil musyarakah terhadap tingkat profitabilitas di Perbankan Umum Syariah.
13
Ali Mahmudi. (2004) MYOB Accounting Plus Versi 13. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta
14
Devis Elina .(2009). “Pengaruh pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”.
25
Dan penelitian Sapta LirantiaPurnamasari (2009)15, “pengaruh pembiayaan
Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Murabahah terhadap laba Bank
Umum
Syariah”.
Penelitian
ini
bertujuan
mengetahui
perkembangan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan laba pada
bank syariah, menguji pengaruh besarnya pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah baik secara parsial maupun simultan terhadap laba pada bank syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah berpengaruh
positif terhadap laba pada bank syariah.Sedangkan pembiayaan musyarakah dan
murabahah tidak berpengaruh terhadap laba pada Bank Umum Syariah. Pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah secara simultan berpengaruh terhadap laba pada bank syariah. 2.7
Kerangka Pemikiran Tujuan fundamental dari bisnis perbankan adalah memperoleh keuntungan
optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat.Bagi pemilik saham menanamkan modalnya pada bank bertujuan untuk memperoleh penghasilan berupa deviden atau mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya harga saham yang dimilikinya (Mudrajad Kuncoro, 2002:539)16. Menurut Muhammad (2005:340)
17
pendapatan adalah “kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang yang dipilih”. Sedangkan keuntungan atau laba adalah kenaikan bersih dari asset sebagai akibat dari pengelolaan aset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan.
15
Sapta Lirantia Purnamasari. (2009), “pengaruh pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan Murabahah terhadap laba Bank Syariah”. 16
Kuncoro, Mudrajad (2002). Manajemen Perbankan:teori dan Aplikasi. BPFE.Yogyakarta.
17
Muhammad, 2005.Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta.UPP AMP YKPN
26
Perolehan keuntungan bagi bank dapat diperoleh melalui penciptaan aktiva produktif, yaitu melalui dana yag telah dihimpun oleh bank syariah kemudian disalurkan kembali melalui penciptaan aktiva produktif. Aktiva produktif merupakan
semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiiki bank dengan maksud untuk
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsnya.
Komponen aktiva produktif tersebut meliputi :
1. Pembiayaan atau pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
2. penempatan dana pada bank lain yang antara lain dalam bentuk giro atau tabungan mudharabah atau wadiah, deposito berjangka atau tabungan mudharabah, serta bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah, dan surat-surat berharga yang terdiri dari obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah. 3. surat-surat berharga yang terdiri dari obligasi syariah, sertifikat reksadana syariah. 4. penyertaan modal berupa dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. Salah satu kegiatan utama bank syariah adalah penyaluran dana, yaitu salah satunya adalah melalui pembiayaan musyarakah. Musyarakah itu sendiri merupakan perjanjian atas satu jenis perkongsian atau kemitraan, dimana Bank dan nasabah menggabungkan modalnya untuk menjalankan sebuah usaha. Pendapatan dari usaha tersebut dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati pada awal akad antara bank syariah dan nasabah. Seperti telah disebutkan diatas bahwa dalam pembiayaan musyarakah maka bank syariah akan memperoleh pendapatan dari bagi hasil musyarakah, yang besarnya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada awal akad musyarakah. Selain pendapatan bagi hasil musyarakah, pendapat berbasis fee pun dapat dijadikan alternatif untuk memperoleh keuntungan, dimana resiko pada pendapatan berbasis
fee
ini
relatif
kecil
dari
pembiayaan.
Hal
ini
sejalan
dengan
27
Kasmir,(2004:136)18 “Perolehan kentungan dari jasa-jasa ini walaupun relatifkecil, namun mengandung suatu kepastian, hal ini disebabkan resiko terhadap jasa bank ini lebih kecil jika dibandingkan dengan pembiayaan. Disamping faktor resiko, ragam
penghasilan dari jasa ini pun cukup banyak, sehingga pihak perbankan dapat lebih
meningkatkan jasa-jasa banknya”. Pendapat ini diperoleh dari seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara garansi, kliring, inkaso, jasa, transfer,dll. Pendapatan berbasis fee yang lain bank didapatkan ditawarkan oleh perbankan syariah Indonesia pun cukup banyak dan
berfariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha maupun pribadi, baik untuk urusan dalam negri maupun luar negri. Jasa produk yang ditawarkan perbankan syariah Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dengan jasa produk yang ditawarkan konvensional, tetapi dengan menggunakan akad-akad syariah. Akad yang digunakan oleh jasa produk ini sebagian besar menggunakan akad Ujr, Wakalah dan Kafalah. Jasa perbankan itu sendiri terdiri dari jasa produk, jasa operasional dan jasa investasi. Sehubungan dengan usaha manajemen dalam mempertinggi profitabilitas maka bank dituntut untuk mengalokasikan dananya ke dalam aktifa produktif dimana aktiva tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Menurut Muhammad (2005:278).19 “Tingkat keuntungan bersih (net income) yang diperoleh bank salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, pendapatan fee atas jasa yang diberikan dan lainnya).Keuntungan tersebut bagi pemilik bank adalah merupakan hasil dari tingkat profitabilitas”. Berdasarkan uraian di atas maka besarnya kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee ini akan membuat semakin besarnya peluang peningkatan laba yang akan diperoleh bank, sehingga tentunya profitabilitas bank pun meningkat. Namun bila kontribusi pendapatan tersebut kecil maka laba bersih yang diperoleh bank syariah pun akan berpeluang menjadi kecil atau
18
Kasmir, (2004).Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
19
Muhammad, 2005.Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta.UPP AMP YKPN
28
menurun sehingga profitabilitas bank syariah pun akan mengalami penurunan juga. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Henry Simamora (2000:25) 20yaitu : “Laba bersih atau rugi bersih (net income ataunet loss) adalah perbedaan
antara pendapatan dengan beban. Jikalau pendapatan melebihi beban, maka
hasilnya adalah laba bersih. Di sisi lain manakala beban melampaui pendapatan
maka yang akan muncul adalah rugi bersih. Pendapatan akan mengdongkrak aktiva perusahaan atau ekuitas pemegang saham, sedangkan beban mengkonsumsi aktiva perusahaan”. bersih
Dengan demikian maka, apabila pendapatan yang diperoleh bank meningkat
maka peluang memperoleh laba pun akan meningkat, dengan asumsi beban yang terjadi lebih kecil dibandingkan pendapatannya. Laba yang meningkat tersebut dapat mendongkrak profitabilitas bank. Dimana profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Maka semakin tinggi laba semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Sehingga kontribusi dari pendapatan yang diperoleh bank akan mendongkrak laba dan mempertinggi tingkat profitabilitas bank pula. Salah satu sasaran manajemen bank adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank. Peningkatan nilai perusahaan dapat terlihat dari peningkatan perolehan laba bank syariah yang mengindikasikan kinerja perbankan syariah yang semakin membaik. Rasio pengukuran kinerja perbankan salah satunya dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Profitabilitas menurut Munawir (1990:33)21 yaitu
“kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba
selama
periode
tertentu”.Indikator rasio yang dapat digunakan untuk menilai profitabilitas adalah return on assets. Hal ini sejalan dengan Lukman Dendawijaya (2005: 119)22 bahwa “dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan
20
Henry Simamora. 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jakarta: Salemba Empat
21
Munawir.(1990). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
22
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta.
29
penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat”.
Berdasarkan ungkapan tersebut dapat diambil kesimpulan, bila kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee besar maka laba bersih pun akan berpeluang menjadi besar atau meningkat sehingga profitabilitas bank akan menigkat juga, dengan pertimbangan beban yang terjadi lebih kecil dari
pendapatan. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan, maka dapat dikembangkan kerangkapemikiran yang merupakan alur proses berpikir dari penelitian ini yaitu : Aktiva Produktif Pendapatan Berbasis fee
Bagi Hasil Musyarakah
(Resiko rendah)
(Resiko tinggi) LABA Profitabilitas (ROA)
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran
30
Berdasarkan kerangka penelitian diatas diperoleh paradigma penelitian,
dimana pada penelitian ini meneliti tentang pengaruh kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas. Dan pengaruh
yang paling besar antara kontribusi pendapatan musyarakah dan kontribusi
pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas. Penulis merumuskan paradigma penelitian sebagai berikut :
Berpengaruh /tidak & besar / kecil
Kontribusi Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah
Profitabilitas (ROA) Berpengaruh /tidak & Besar /Kecil
Kontribusi Pendapatan berbasis Fee
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
2.8
Hipotesis Penelitian Hipotesis
adalah
jawaban
sementara
terhadap
satu
masalah
yang
kebenarannya harus di uji kembali. Secara statistika, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Hipotesis pada penelitian ini :
31
1. Kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah dan kontribusi pendapatan berbasis fee baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri.
2. Pengaruh kontribusi pendapatan bagi hasil musyarakah lebih besar dibanding
kontribusi pendapatan berbasis fee terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
32