BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Karakteristik Arus Lalu Lintas R. J. Salter, 1976 dalam bukunya “Highway traffic analysis and Design”, menyatakan Analisis arus kendaraan sepanjang ruas jalan dipengaruhi oleh tiga parameter yang sangat signifikan, yaitu kecepatan, kepadatan dan arus (volume) kendaraan. Kepadatan kendaraan menggambarkan ukuran kualitas pelayanan ruas yang ditunjukkan melalui aliran kendaraan. Arus atau volume kendaraan merupakan ukuran kuantitas dari aliran kendaraan dan permintaan pada suatu ruas jalan. Arus lalu lintas merupakan interaksi yang unik antara pengemudi, kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada keadaan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi. Walaupun demikian diperlukan paramater yang dapat menunjukkan kondisi ruas jalan atau yang akan dipakai untuk desain. Parameter tersebut adalah volume, kecepatan, dan kepadatan, tingkat pelayanan dan derajat kejenuhan. Adalah hal yang sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan sistem-sistem transportasi dengan tingkat effisiensi dan keselamatan yang paling baik. Alamsyah (2005) menyatakan bahwa arus lalu lintas merupakan interaksi antara pengemudi, kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada keadaan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat menunjukkan
24 Universitas Sumatera Utara
kondisi ruas jalan. Parameter tersebut adalah volume, kecepatan dan kerapatan, tingkat pelayanan (level of service) dan derajat kejenuhan (degree of saturation). Karakteristik dasar arus lalu lintas digolongkan dalam dua kategori, yaitu : II.1.1 Volume Lalu Lintas (q) Volume adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu ruas jalan pada periode waktu tertentu diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu. Manfaat data (informasi) volume adalah: •
Nilai kepentingan relatif suatu rute
•
Fluktuasi dalam arus
•
Distribusi lalu lintas dalam sebuah sistem jalan
•
Kecenderungan pemakai jalan
Data volume dapat berupa: a. Volume berdasarkan arah arus: •
Dua arah
•
Satu arah
•
Arus lurus
•
Arus belok baik belok kiri ataupun belok kanan
b. Volume berdasarkan jenis kendaraan, seperti antara lain: •
Mobil penumpang atau kendaraan ringan.
•
Kendaraan berat (truk besar, bus)
•
Sepeda motor
25 Universitas Sumatera Utara
Pada umunya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai komposisi kendaraan, sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan standart, yaitu mobil penumpang, sehingga dikenal istilah satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume dalam smp, maka diperlukan faktor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi mobil penumpang, yaitu faktor ekivalen mobil penumpang atau emp (ekivalen mobil penumpang). c. Volume berdasarkan waktu pengamatan survei lalu lintas, seperti 5 menit, 15 menit, 1 jam. d. Rate of flow atau flow rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan yang lebih kecil
dari satu jam, akan tetapi kemudian dikonversikan menjadi volume 1
jam secara linear. e. Peak hour factor (PHF) adalah perbandingan volume satu jam penuh dengan puncak dari flow rate pada jam tersebut, sehingga PHF dapat dihitung dengan rumus berikut: =
..................................................................................... (2-1)
Pada penelitian ini yang digunakan adalah besaran arus (flow) yang lebih spesifik untuk hubungan masing-masing penggal jalan yang ditinjau dengan kecepatan dan kerapatan pada periode waktu tertentu.
26 Universitas Sumatera Utara
II.1.2 Kecepatan Kecepatan menentukan jarak yang akan dijalani pengemudi kendaraan dalam waktu tertentu. Pemakai jalan dapat menaikkan kecepatan untuk memperpendek waktu perjalanan, atau memperpanjang jarak perjalanan. Nilai perubahan kecepatan adalah mendasar, tidak hanya untuk berangkat dan berhenti tetapi untuk seluruh arus lalu lintas yang dilalui. Kecepatan didefinisikan sebagai suatu laju pergerakan, seperti jarak per satuan waktu, umumnya dalam mil/jam atau kilometer/jam. Karena begitu beragamnya kecepatan individual dalam aliran lalu lintas, maka kita biasanya menggunakan kecepatan rata-rata. Sehingga jika waktu tempuh t1, t2, t3,…..,tn diamati unuk n kendaraan yang melalui suatu raus jalan sepanjang l, maka kecepatan tempuh rataratanya adalah : =
∑
=∑
....................................................................................................... (2-2)
v = kecepatan tempuh rata-rata atau kecepatan rata-rata ruang (km/jam) l = panjang ruas jalan (km) ti = waktu tempuh dari kendaraan i untuk melalui pajang jalan l (jam) n = jumlah waktu tempu yang diamati Kecepatan tempuh rata-rata yang telah dihitung disebut kecepatan rata-rata ruang (space mean speed). Disebut kecepatan rata-rata ruang karena penggunaan waktu tempuh rata-rata pada dasarnya memperhitungkan rata-rata berdasarkan panjang waktu yang digunakan setiap kendaraan di dalam ruang.
27 Universitas Sumatera Utara
II.1.3 Kepadatan Kepadatan (density) atau konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer atau satuan mobil penumpang per kilometer (smp/km). Jika panjang ruas yang diamati adalah l, dan terdapat n kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung sebagai berikut, = .......................................................................................................................... (2-3)
keterangan : k = kepadatan n = jumlah kendaraan pada panjang l l = panjang ruas jalan Kepadatan sukar diukur secara langsung (karena diperlukan titik ketinggian tertentu yang dapat mengamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas jalan tertentu), sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan kecepatan, yang mempunyai hubungan sebagai berikut: = .......................................................................................................................... (2-4)
keterangan : k = kepadatan rata-rata (kend/km atau smp/km) q = volume lalu lintas (kend/jam atau smp/jam) v = kecepatan rata-rata ruang (km/jam) 28 Universitas Sumatera Utara
kepadatan merupakan parameter penting dalam menjelaskan kebebsan bermanuer dari kendaraan. II.2 Komposisi Lalu Lintas Didalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, Nilai arus lalu lintas mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan berikut : Tabel 2.1. Tabel Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi Kendaraan
Definisi
Jenis-jenis kendaraan
Kendaraan
Kendaraan ringan
Mobil pribadi, mikrobis, oplet,
Ringan
(LV=Light Vehicle)
pick-up, truk kecil, angkutan
Kendaraan bermotor dua
penumpang dengan jumlah
as beroda empat dengan
penumpang maksimum 10 orang
jarak as 2-3 m
termasuk pengemudi
Kendaraan
Kendaraanumum
Bus, truk 2 as, truk 3 as, dan
Umum
(HV=HeavyVehicle)
truk kombinasi sesuai sistem
Kendaraanbermotor
klasifikasi Bina Marga, angkutan
dengan lebih dari 4 roda
penumpang dengan jumlah tempat duduk 20 buah termasuk pengemudi.
29 Universitas Sumatera Utara
Sepeda Motor
Sepeda motor
Sepeda motor dan kendaraan
(motorcycle) Kendaraan
beroda tiga sesuai sistem
bermotor dengan dua atau
klasifikasi Bina Marga
tiga roda Kendaraan tak (UM=unmotor cycle) Bermotor Kendaraan beroda yang
Sepeda, becak, kereta kuda, kereta dorong
menggunakan tenaga manusia atau hewan Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) Ekivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp untuk kendaraan yang berbeda ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Nilai Emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi Tipe jalan: Jalan satu arah dan jalan terbagi
Arus lalulintas per lajur (kend/jam)
Dua-lajur arah(2/1) dan Empat-lajur terbagi(4/2)
satu-
Tiga-lajur (3/1) dan Enam-lajur (6/2D)
satu-arah
emp HV
MC
0
1,3
0,40
≥ 1050
1,2
0.25
0
1,3
0,40
≥ 1100
1,2
0.25
terbagi
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997
30 Universitas Sumatera Utara
II.3.
Karakteristik Kendaraan Karakteristik kendaraan berdasarkan fisiknya dibedakan berdasarkan pada
dimensi, berat, dan kinerja. Dimensi kendaraan mempengaruhi : lebar lajur lalu lintas, lebar bahu jalan yang diperkeras, panjang dan lebar ruang parkir. Dimensi kendaraan adalah : lebar, panjang, tinggi, radius putaran, dan daya angkut. Tabel 2.3. Karakteristik kendaraan Dimensi Jenis kendaraan
Definisi
Lebar
Panjang
2,1
5,8
2,4
9,0
1,2
1,5
Kendaraan ringan (LV=Light Vehicle) Kendaraan Ringan
Kendaraan bermotor dua as beroda empat Kendaraan berat (HV=HeavyVehicle)
Kendaraan Berat
Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda
Becak
Kendaraan bermotor dengan tiga roda
II.4. Kecepatan Arus Bebas Kecepatan arus bebas (FV) didefenisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan.
31 Universitas Sumatera Utara
Untuk jalan tak terbagi semua analisa ( kecuali analisa – kelandaian khusus) dilakukan pada kedua arah, sedangkan untuk jalan terbagi dilakukan pada masing– masing arah dan seolah-olah masing-masing arah adalah jalan satu arah yang terpisah. Kecepatan arus bebas diklasifikasikan berdasarkan tipe jalan seperti pada tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Kecepatan arus bebas untuk jalan perkotaan Tipe Jalan
Enam-lajur terbagi (6/2 D) atau Tiga-lajur satu-arah (3/1) Empat-lajur terbagi (4/2 D) atau Dua-lajur satu-arah (2/1) Empat-lejur tak-terbagi (4/2 UD) Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD)
Kecepatan Arus Kendaraan Ringan LV 61
Kendaraan Sepeda Berat Motor HV MC 52 48
Semua Kendaraan (rata-rata) 57
57
50
47
55
53
46
43
51
44
40
40
42
Sumber : Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) Dalam pengukuran kecepatan setempat, panjang jalan diambil sesuai dengan perkiraan kecepatan, seperti direkomendasikan sebagai berikut : Tabel 2.5 Rekomendasi panjang jalan untuk studi kecepatan setempat
32 Universitas Sumatera Utara
Perkiraan kecepatan rata-rata
Penggal jalan
Arus lalu-lintas (km/jam)
(m)
<40
25
40 – 65
50
>65
75
Sumber : Panduan survai dan perhitungan waktu perjalanan lalu lintas Bina marga 1990 II.5 Cara Mencari Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor konversi yang digunakan untuk menseragamkan nilai hitung kendaraan, agar pengaruh tiap kendaraan terhadap lalu lintas secara keseluruhan dapat diketahui. Ada beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai ekivalensi mobil penumpang, tergantung dari karakteristik dan kondisi lalu lintasnya. Adapun cara atau metode yang dapat digunakan untuk mencari atau memperkirakan ekivalen mobil penumpang (emp).
II.5.1 Basis Kecepatan Van Aerde and Yagar (1984) mengembangkan metode penghitungan emp dengan basis kecepatan. Untuk mencari emp dengan basis kecepatan adalah dengan mengetahui hubungan kecepatan (v) dan volume lalu lintas (q) dengan menggunakan regrsi multi linier. Model linier hubungan kecepatan dan volume dipilih karena dalam prakteknya hubungan antar volume dan kecepatan mendekati linier. Model regresi berganda dari hubungan kecepatan dan volume adalah : v = c1 (qlv) – c2 (qhv) – c3 (qmc) – c4 (qbck) ………………….........................(2-5) 33 Universitas Sumatera Utara
keterangan : v = kecepatan rata-rata c = koefisien qlv = jumlah lv qhv = jumlah hv qmc = jumlah sepeda motor qbck = jumlah becak bermotor Untuk menentukan emp kendaraan selain mobil penumpang maka koefisien tiap jenis kendaraan dibagi dengan koefisien dari mobil penumpang (lv) dan dapat diformulasikan : =
................................................................................................................... (2-6)
ci = koefisien jenis kendaraan i c1 = koefisien mobil penumpang (lv)
II.5.2 Basis Kapasitas Eko Supri Martiono dalam penelitianya tentang Pengaruh sepeda motor di persimpangan jalan dengan pengatur lampu lalu lintas di Kendal, menyatakan bahwa untuk menghitung emp dapat digunakan metode kapasitas dengan regressi linier berganda yang diformulakan sebagai berikut :
34 Universitas Sumatera Utara
Q = b1 qlv + b2qhv + b3qmc + b4qbck
.....................................................(2-7)
keterangan : Q= besarnya arus lalu lintas (smp/jam) c = koefisien lv = mobil penumpang /kendaraan ringan hv = mobil besar mc = sepeda motor bck = becak bermotor karena c1 = emp untuk lv = 1 maka : b1 qlv = Q - b2qhv - b3qmc - b4qbck .......................................................(2-8)
dari persamaan 2-8 maka koefisien yang dihasilkan pada setiap jenis kendaraan adalah merupakan nilai emp dari jenis kenderaan tersebut.
II.6 Penelitian Sejenis yang Pernah Dilakukan Beberapa penelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian ini antar lain : 1. Windarto Koeswando (2007), Pengaruh Kendaraan tidak bermotor pada jalan 2 lajur dua arah tanpa median, meneliti pengaruh ratio
35 Universitas Sumatera Utara
kendaraan tidak bermotor terhadap kecepatan lalu lintas. Dari penelitian diperoleh bahwa pengaruh kenderaan tidak bermotor tidak terlalu signifikan pada jalan 2 lajur 2 arah tanpa median. Namun terdapat perbedaan nilai emp di lapangan dengan nilai emp pada MKJI karena terdapat perbedaan volume dan komposisi tiap jenis kendaraan. Nilai emp yang diperoleh adalah MC = 0,57 ; HV= 1.91; Sepeda =0.5 ;Becak =1.53 2. Eko Supri Murtiono, Pengaruh Sepeda Motor Di Persimpangan Jalan Dengan Pengatur Lalu Lintas di Kendal. Meneliti karakteristik sepeda motor pada 2 persimpangan bersinyal (simpang . Raya Kendal - Jl. Masjid dan Simpang Jl. Pemudan – Jl. Pahlawan) dan harga nyata arus jenuh serta dengan menggunakan regresi liner berganda untuk hubungan kapasitas dengan volume tiap jenis kendaraan didapatkan nilai emp sepeda motor pada persimpangan. Nilai emp sepeda motor rata-rata pada simpang Jl. Raya Kendal – Jl. Masjid adalah 0.44 dan pada simpang Jl. Pemuda dan Jl. Pahlawan sebesar 0.369. 3. Agus wahyudi, Pengaruh Angkutan Umum Penumpang Jenis Bus Sedang pada Lalu lintas di simpang dengan lampu Pengatur Lalu Lintas(2005).Meneliti karakteristik bus penumpang di persimpangan jalan bersinyal (persimpangan Jl.Yos Sudarso - Jl.Veteran Surakarta) dan mementukan nilai emp kenderaam angkutan umum bus penumpang pada lalu lintas di kaki simpang. Dari penelitian diperoleh nilai emp rata-rata untuk bus penumpang sedang adalah 1,079, sehingga mendekati nilai emp pada MKJI yaitu 1,0.
36 Universitas Sumatera Utara
II.7. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression) Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variabel yaitu : - Variabel tergantung disebut juga variabel dependent yaitu variabel yang keberadaannya diperngaruhi oleh variabel lainnya yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri dan dinotasikan dengan Y. - Variabel bebas disebut juga variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi variable lain yang sifatnya berdiri sendiri dan dinotasikan dengan X. Analisis regresi linier berganda memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memasukkan lebih dari satu variabel prediktor hingga p-variabel prediktor dimana banyaknya p kurang dari jumlah observasi (n). Sehingga model regresi dapat ditunjukkan sebagai berikut: Y= a0 + b1 x1 + b2x2+...+ bn xn .....................................................(2-9) Keterangan : Y
= variable dependent ( nilai yang diprediksikan)
x1, x2,… xn
= variable independent
a
= konstanta ( nilai Y apabila X1, X2,… Xn = 0
b1, b2,… bn
= koefisien regresi ( nilai peningkatan ataupun penurunan )
37 Universitas Sumatera Utara
Nilai bo, b1, b2, bp dapat dihitung dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Nilai bo, b1, b2, bp bisa didapat dengan menyelesaikan persamaan linear simultan dengan determinan: Nbo + b1 ∑
X + b2∑
bo ∑
X + b1∑
bo ∑
X + b1 ∑
bo ∑
X + b1∑
X + ...+ bp ∑
(X )2+ b2∑
X
=∑
Y
X X + ...+ bp ∑
X X =∑
X Y
X X + b2∑
(X )2+ ...+ bp ∑
X X =∑
X Y
X X + b2 ∑
X X + ...+ bp ∑
(X )2= ∑
X Y
II.7.1. Analisis Korelasi Ganda (r) Hubungan antara variabel independent terhadap variabel dependent dapat dilihat dengan menghitung nilai korelasi. Tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu kofisien yang disebut angka korelasi yang disimbolkan dengan r. Nilai koefisien korelasi didapat dari :
r=
(
)
(
)
.( (
)( )
)(
)
...…......................................( 2-10)
keterangan : r
= korelasi variable x1 dengan x2 secara bersama-sama
ryx1
= korelasi sederhana antara x1 dengan Y
ryx2
= korelasi sederhana antara x2 dengan Y 38 Universitas Sumatera Utara
ry1x2
= korelasi sederhana antara x1 dengan x2 Harga r berkisar antara -1< 0 <+1, jika harga r = -1 menyatakan korelasi
antara kedua variabel tersebut negatif dan arah korelasi berlawanan arah yang artinya terdapat pengaruh negatif antara variabel bebas ataupun sebaliknya. Harga r = +1, menyatakan korelasi antara kedua variabel tersebut positif dan arah korelasi satu arah yang artinya terdapat pengaruh positif antara variabel bebas. Untuk harga r = 0, tidak terdapat hubungan linier antara variabel-variabelnya. II.7.2. Analisis determinasi (R2) Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan variable independent ( x1, x2,… xn ) secara serentak terhadap variable dependent (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variable dependent. R2 sama sengan 0, maka tidak ada sedikit pun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variable independent terhadap dependent, atau variasi independent yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun variasi variable dependent. Sebaliknya R2 sama sengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variable independent terhadap nariabel dependent adalah sempurna, atau variasi variable independent yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi dependent. Nilai koefisien dterminasi didapat dari : R2 =
(
)
(
)
.( (
)( )
)(
)
...................................................(2-11)
Keterangan:
39 Universitas Sumatera Utara
R2
= korelasi variable x1 dengan x2 secara bersama-sama
ryx1
= korelasi sederhana antara x1 dengan Y
ryx2
= korelasi sederhana antara x2 dengan Y
ry1x2
= korelasi sederhana antara x1 dengan x2.
II.7.3. Pengujian Signifikasi Pengujian ini digunakan untuk menentukan linier tidaknya hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebas. Yang biasa digunakan istilah uji F (variance ratio/the F test) dan uji t (student’s t test).
II.7.3.1. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial ( Uji T ) Uji T digunakan untuk menentukan apakah terdapat pengaruh (tingkat signifikasi) antar peubah bebas dengan peubah tidak bebas. Sebagai tolak ukur dalam pengujian ini adalah membandingkan antara nilai T hasil hitungan dengan nilai T dari tabel distribusi t pada taraf signifikasi keberartian yang dipilih. Nilai T dapat dihitung dengan rumus :
t=
= r.
²
.................................................................(2-12)
Keterangan : t
= test t-student 40 Universitas Sumatera Utara
bi
= koefisien regresi variabel
sbi
= standar eror variabel
r
= koefisien korelasi parsial
n
= jumlah pengamatan
n-i-1
= derajat kebebasan
i
= jumlah variabel
r2
= koefisien determinasi
II.7.3.2. Uji Koefisien Regresi Secara bersama-sama ( Uji F ) Pengujian nilai F adalah untuk memilih model yang paling naik diantara model yang didapat dan menentukan apakah suatu model layak digunakan, dimana varians itu sendiri merupakan kuadrat dari simpangan baku dari data-data yang ada dalam variable. Nilai F dikatakan memenuhi syarat apabila nialai dari hasil perhitungan lebih besar dari nilai F table untuk traf signifikasi yang dipilih. Nilai F diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ²
F=
( (
) )
.................................................................(2-13)
Dimana : F
= test F
n
= jumlah pengamatan
41 Universitas Sumatera Utara
i
= jumlah variabel
R2 = koefisien determinasi Hasil uji signifikasi selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang terdapat di dalam tabel, yaitu dengan menetapkan taraf signifikasinya.
42 Universitas Sumatera Utara