BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Landasan Teoritis
2.1.1. Konsep Pasar Modal yang Efisien Konsep pasar modal yang efisien memang bisa diartikan secara berbeda untuk tujuan yang berbeda pula. Untuk bidang keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang tersedia baik informasi di masa lalu (misalkan laba perusahaan di masa lalu), maupun informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan deviden di tahun ini),
serta informasi yang bersifat sebagai pendapat/opini
rasional yang beredar di pasar yang mempengaruhi perubahan harga (misal, jika banyak investor yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung naik) (Tandelilin, 2001:112). Sebagian orang berpendapat bahwa manajemen sering mempunyai informasi sampingan tentang perusahaan yang tidak bisa disampaikannya kepada investor. Perbedaan aksebilitas ke informasi antara manajer dan investor , yang disebut asimestri informasi ini bisa mengakibatkan harga saham lebih rendah ketimbang dalam kondisi pasti (Keown et all, 2010:210). Pembeli dan penjual saham yang rasional akan mempertimbangkan setiap informasi yang ada sebelum akhirnya memutuskan membeli/menjual suatu saham tertentu.
Mereka akan
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan return dan risiko dalam menilai suatu saham. Bagi pembeli, nilai saham merupakan harga maksimum yang berani dibayar untuk saham tersebut dan bagi penjual nilai saham merupakan harga minimal untuk melepas suatu saham. Dalam pasar modal yang kompetitif dimana banyak pemain yang aktif berdagang, interaksi antara banyak pembeli dan banyak penjual akan menghasilkan harga ekuilibrium atau nilai pasar dari tiap-tiap saham. Harga yang terbentuk merupakan cerminan dari tindakan kolektif pembeli dan penjual berdasarkan semua informasi yang mereka miliki. Ketika ada informasi baru muncul,
pembeli dan penjual (diasumsikan) akan menyerap dengan segera
informasi tersebut lewat aktivitas penjualan atau pembelian sehingga dengan cepat akan terjadi ekuilibrium harga yang baru.
2.1.2. Stock Split 2.1.2.1. Pengertian Stock Split Stock split merupakan tindakan memperkecil atau memperbesar nilai nominal saham.
Split (pemecahan) saham dilakukan dengan beberapa alasan,
tergantung pada tujuan split apakah untuk memperbanyak jumlah saham (split-up) atau memperkecil jumlah saham beredar yang biasa disebut dengan split-down (Samsul, 2006:190). Tindakan split-up akan meningkatan jumlah saham yang beredar dengan menurunkan nominal per lembar saham di pasar sehingga terjangkau oleh investor. Split 1:2 berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti
Universitas Sumatera Utara
dengan 2 saham baru tetapi nilai nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelum pemecahan saham. Sebaliknya, split-down atau reverse split adalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split-down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split-down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi akan tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split-down 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan 1 saham baru. Dengan pemecahan saham,
pemegang saham harus menukarkan
sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa (Halim, 2005:97). Hal ini menyebabkan, meskipun stock split menambah/mengurangi jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham dengan nilai nominal yang lebih kecil/besar, namun stock split tidak akan menyebabkan perubahan nilai kapitalisasi saham tersebut.
2.1.2.2. Tujuan Perusahaan Melakukan Stock Split Secara umum stock split bertujuan mengendalikan harga saham. Dengan demikian saham lebih mudah dimiliki oleh investor kecil serta adanya peningkatan likuiditas saham perusahaan di pasar modal. Sartono (2001:297) menyatakan bahwa, tujuan dilakukannya stock split adalah untuk menempatkan harga saham dalam trading range tertentu. Sementara
Universitas Sumatera Utara
Brigham dan Houston (2001) menyimpulakan bahwa, terdapat beberapa studi empiris yang menjadi alasan perusahaan melakukan stock split diantaranya adalah sebagai berikut: a. Secara rata-rata, harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan pemecahan saham atau dividen. b. Kenaikan harga merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor menganggap pemecahan saham/dividen itu sebagai isyarat laba dan dividen masa mendatang yang lebih tinggi. Hanya perusahaan yang manajemennya mempunyai anggapan bahwa prospeknya bagus yang cenderung memecah saham mereka, pengumuman pemecahan saham/dividen dianggap sebagai isyarat bahwa laba dan dividen tunai cenderung akan naik. c. Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu pemecahan atau dividen saham, harga sahamnya akan cenderung naik. Namun, jika dalam waktu beberapa bulan mendatang perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau dividen, harga sahamnya akan turun ke tingkat semula. d. Komisi pialang dalam satuan persentase umumnya lebih tinggi pada saham yang berharga rendah.
2.1.2.3. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Bagian integral dari kebijakan saham adalah penggunaan stock devidends (deviden saham) dan stock splits (pemecahan saham).
Keduanya melibatkan
penerbitan lembar saham baru secara pro rata terhadap pemegang saham yang ada sekarang. Menurut Keown et al (2010:221), pengumuman dividend dan stock
Universitas Sumatera Utara
split dipersepsi sebagai kabar yang baik. Para pendukung stock dividend dan stock split kerap menyatakan bahwa pemegang saham mendapatkan manfaat kunci karena harga saham tidak akan turun persis sesuai proporsi dengan kenaikan lembar saham. Samsul (2006:273) berpendapat bahwa apabila sebuah perusahaan telah merencanakan untuk melakukan split saham, yang akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mendatang, maka hasil RUPS akan diumumkan secara resmi melalui surat kabar dan pemberitahuan manajemen perusahaan kepada pihak Bapepam serta Bursa Efek. Pemberitahuan semacam ini pernah dilakukan pada tanggal 14 Desember 2004.
Ternyata reaksi pasar terhadap
pengumuman hasil RUPS ini sangat positif karena para investor menilai saham perusahaan ini sangat menguntungkan, yaitu memberikan return sebesar 20% per tahun yang jauh di atas bunga deposito yang hanya sebesar 7%. Pelaksanaan split itu sendiri membutuhkan waktu 16 hari setelah tanggal pengumuman. Karena investor memberikan reaksi positif terhadap split ini, maka harga saham naik selama menunggu pelaksanaan split dari tanggal 13 sampai dengan 29 Desember 2004.
2.1.2.4. Teori Stock Split Seiring dengan perkembangannya, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu muncul berbagai teori yang menjelaskan motivasi perusahaan melakukan stock split. Terdapat dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah signaling theory dan trading range theory (Yuliastari, 2008).
Universitas Sumatera Utara
1. Signaling Theory Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham perusahaan. Dalam bahasa teori signaling, kecenderungan ini disebut pooling equilibrium karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas jelek dimasukkan dalam ‘pool’ penilaian yang sama (Arifin, 2005:11-12). Menurut Griffin (2010), peristiwa stock split sering kali dipandang sebagai kejadian yang positif karena mengindikasikan kinerja perusahaan yang lebih baik di masa depan. Hal ini menyebabkan peristiwa stock split dapat mempengaruhi nilai perusahaan, yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi. Sehingga pengumuman stock split akan direspon pasar sebagai suatu sinyal yang mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham. 2. Trading Range Theory. Sartono (2010:297) berpendapat bahwa tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh trading range theory, bahwa manajemen menilai harga sahamnya terlalu tinggi (overpriced) menyebabkan kurang efektifnya saham tersebut diperdagangkan. Trading range theory ini sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar diakibatkan oleh pengaruh psikologis, karena investor dengan jumlah dana investasi terbatas akan lebih memilih untuk berinvestasi pada jumlah lembar saham yang lebih banyak ketimbang pada saham dengan jumlah lembar saham yang lebih sedikit, meskipun jumlah yang diinvestasikan sama (Griffin, 2010). Teori ini menyatakan bahwa dengan dilakukannya stock split akan mempengaruhi psikologis investor yang merasa harga suatu saham sudah terlampau mahal. Manajemen berharap stock split dapat meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
2.1.3. Pengertian Bid Ask Spread Menurut Bodie, Kane dan Markus (2006:94), bid-asked spread merupakan selisih antara harga penawaran dan permintaan dealer. Harga beli (bid price) merupakan harga yang ingin ditawarkan oleh dealer untuk sebuah sekuritas; harga jual (ask price) merupakan harga yang diminta oleh dealer yang ingin menjual sebuah sekuritas. Dealer yang menerima perintah jual/beli dari investor dapat memeriksa seluruh daftar harga jual beli terkini, menghubungi dealer yang memiliki harga terbaik, dan melakukan perdagangan. Besar kecilnya spread dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu order processing cost, inventory control cost dan adverse selection cost. Order processing cost berkaitan dengan biaya transaksi untuk memproses order jual dan order beli. Semakin tinggi biaya yang digunakan untuk memproses suatu order jual dan atau order beli maka spread saham akan semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Inventory control cost merupakan biaya penyesuaian posisi persediaan sekuritas market maker. Ho dan Stall dalam Arifin (2005:162) menyatakan market maker akan menaikkan harga beli atau harga jual ketika jumlah persediaan sekuritas menipis dan menurunkan harga jual dan atau harga beli ketika persediaan sekuritas
terlalu
banyak.
Peningkatan
spread
yang
digunakan
untuk
mengkompensasi market maker dari risiko karena bertransaksi dengan informed traders merupakan komponen adverse selection cost dari bid ask spread. Market maker biasanya akan menurunkan harga beli setiap kali selesai membeli sekuritas dan menaikkan harga jual setiap kali selesai menjual sekuritas. Menurut Nurmayanti (2009), bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156) menyatakan bahwa
bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang
dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid Ask Spread 2.1.4.1. Harga Saham Definisi harga saham menurut Sartono (2001:141) sekarang atau
merupakan nilai
present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu : nilai buku, nilai pasar dan nilai pasar. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong
murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini
investor biasanya membeli saham tersebut (Tandelilin, 2001:183-184). Meskipun stock split tidak memberikan manfaat ekonomis terhadap pemegang saham, namun stock split kerap kali dipandang memberikan manfaat kunci bagi pemegang saham karena harga saham tidak akan turun persis sesuai proporsi dengan kenaikan lembar saham. Untuk split dari satu menjadi dua, harga saham mungkin tidak turun persis 50 %.
Universitas Sumatera Utara
Keown et al (2010:376) berpendapat, spread akan lebih besar untuk mata uang yang jarang diperdagangkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya harga dapat mengurangi permintaan. Sama halnya dengan saham, ketika saham terlalu mahal maka akan jarang diperdagangkan/saham kurang likuid, sehingga menyebabkan spread membesar karena risiko untuk saham tersebut lebih besar. Artinya harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Ketika harga saham naik maka bersamaan dengan itu bid ask spread saham juga akan mengalami kenaikan.
2.1.4.2.Volume Perdagangan Menurut Arifin (2005:161-162), kompensasi yang diterima oleh market maker atas jasa likuiditas sekuritas adalah bentuk bid ask spread yaitu perbedaan antara harga beli dan harga jual sekuritas. Secara konseptual, bid ask spread pada pasar sekuritas merupakan kompensasi ekonomis yang diberikan kepada market maker untuk mendorong mereka agar tetap mau memberikan layanan likuiditas. Market maker diharapkan selalu siap menjual sekuritas ketika ada orang yang mau beli dan siap membeli ketika ada orang yang siap menjual sekuritas. Volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000). Nany
(2003)
menyatakan
volume
perdagangan
mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan.
yang
besar
Apabila suatu
saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham
Universitas Sumatera Utara
tersebut sebelum diperdagangkan sehingga, mengakibatkan menurunnya tigkat bid ask spread saham.
2.1.4.3. Return Saham Menurut
Tandelilin
(2001:47-48),
yang
menjadi
alasan
investor
berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya.
Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Sumber-sumber return
investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham bisa surat berharga jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Amihud dan Mendelson dalam Arifin (2005:156), menyatakan bahwa adanya hubungan negatif nonlinear antara likuiditas yang diukur dengan bid ask spread dengan ekspektasi return. Untuk menarik investor agar mau membeli saham yang kurang likuid, saham yang kurang likuid harus memberikan ekspektasi return yang lebih tinggi. Selain itu, kurang likuidnya suatu saham menandakan bahwa saham tersebut mengandung risiko yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
Variabel Penelitian Analisis Variabel Dependen : yang - Dividend yield Berpengaruh - Volume Terhadap Spread perdagangan Harga Saham - Varian return Pada Industri - Harga Manufaktur di - Lama terdaftar Bursa Efek Jakarta / Ady, Independen : Ubud dan Harry Spread (2010) Judul/ Peneliti
Pengaruh Return Dependen : Saham, - Return saham Earnings, dan Earning Volume - Volume Perdagangan perdagangan Saham Terhadap - Dummy Bid Ask Spread sebelum dan Sebelum dan sesudah Sesudah pengumuman Pengumuman laporan Laporan keuangan Keuangan / Nurmayanti Independen: (2009) - Bid ask spread sebelum pengumuman laporan keuangan - Bid ask spread setelah pengumuman laporan keuangan Pengaruh Return Dependen: Saham, Volume - Return saham Perdagangan - Volume Saham dan perdagangan Varian Return - Varian return Saham Terhadap BidIndependen: Ask Spread Bid-ask spread Saham sahan Pada Perusahaan
Metode Analsis Model Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
- Variabel dividend yield dan volume perdagangan mempunyai pengaruh negatif signifikan, varian return berpengaruh positif signifikan terhadap spread. - Harga saham berpengaruh negatif tidak signifikan dan lama terdaftar berpengaruh positif signifikan terhadap spread. - Terdapat multikolinier antara volume perdagangan dan kapitalisasi pasar sehingga kapitalisasi pasar dikeluarkan dari model spread. - Varian return adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap spread. Paired - Return saham mempunyai pengaruh Sample signifikan terhadap bid ask spread T-Test saham setelah pengumuman laporan keuangan. Analisis - Earning berpengaruh signifikan regresi terhadap bid ask spread sebelum linear pengumuman laporan keuangan baik berganda dalam kondisi good news maupun bad news. - Volume perdagangan mempunyai pengaruh signifikan terhadap bid ask spread pada masa sebelum maupun sesudah pengumuman laporan keuangan, baik dalam kondisi good news maupun bad news. - Tidak ada perbedaan pada bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news.
Analisis - Secara bersama-sama return saham, regresi volume perdagangan, dan varian return linear saham berpengaruh signifikan terhadap berganda bid ask spread saham. - Variabel return saham dan varian return secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005 - Variabel volume perdagangan secara
Universitas Sumatera Utara
4.
5.
Manufaktur yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 Periode Tahun 20032005/ Ambawti (2008) Analisis Pengaruh Harga Saham, Return Saham, Varian Return Saham, Earnings dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan/ Nany (2003)
Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta/ Sutrisno, Francisca dan Soffy (2000)
parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread saham yang tergabung dalam LQ 45 periode tahun 2003-2005
Dependen : - Harga saham - Return saham - Varian - Return Saham - Earnings - Volume perdagangan Independen: - Bid ask spread sebelum pengumuman laporan keuangan - Bid ask spread setelah pengumuman laporan keuangan
Dependen : - Harga saham - Volume perdagangan - Varian saham - Abnormal return Independen : Spread
- Tidak terdapat perbedaan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. - Harga saham berpengaruh negatif tetapi Analisis signifikan terhadap bid ask spread baik regresi sebelum dan sesudah pengumuman linear laporan keuangan. berganda - Return saham berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. - Varian return berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. - Earnings berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. - Volume perdagangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan - Harga saham, return saham, varian return, earnings dan volume perdagangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap bid ask spread baik sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan. Paired - Stock split hanya mempengaruhi harga, Sample volume perdagangan dan persentase T-Test spread, tetapi tidak mempengaruhi varians dan abnormal return baik Analisis ditinjau secara individual maupun regresi sebagai sebuah portofolio. linear - Harga, volume, dan varians saham berganda menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap spread. - Jika ditinjau sebagai sebuah portofolio, hanya harga yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap spread. Paired Sample T-Test
Sumber : Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Kerangka Konseptual Saham yang likuid merupakan saham yang mudah diperjualbelikan di
bursa. Semakin likuid suatu saham maka semakin aktif pula saham tersebut diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan sehingga, mengakibatkan menurunnya tigkat bid ask spread saham. Oleh karena itu, ketika suatu saham mulai tidak likuid karena harganya yang terlampau mahal menurut investor banyak perusahaan yang melakukan stock split untuk menjaga likuiditas saham mereka. Tujuannya adalah untuk menempatkan saham pada trading range tertentu (Sartono, 2010:297). Bid-ask spread saham merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari spread antara harga jual dan harga beli. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas saham yang tercermin dari harga saham, volume perdagangan dan return saham akan mempengaruhi bid ask spread suatu saham. Amihud dan Mandelson dalam Arifin (2005:156) menyatakan bahwa bid ask spread akan semakin besar apabila risiko yang dimiliki oleh suatu saham semakin besar, misalnya saham yang kurang likuid pasti memiliki risiko yang lebih tinggi. Adapun kerangka pemikiran teoritis yang diajukan penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Harga Saham Sebelum Stock Split
Volume Perdagangan Sebelum Stock Split ≠
Bid Ask Spread Sebelum Stock Split
Retun Saham Sebelum Stock Split
≠
Harga Saham Sesudah Stock Split
≠
≠ Volume Perdagangan Sesudah Stock Split Retun Saham Sesudah Stock Split
Bid Ask Spread Sesudah Stock Split
Ket: ≠ = Uji Beda
Sumber : Data Diolah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang ada, hipotesis dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel-variabel bebas, yaitu harga saham, volume perdagangan, dan return saham terhadap variabel terikat yaitu bid ask spread baik pada masa sebelum dan sesudah stock split.
Universitas Sumatera Utara
2. Terdapat perbedaan antara harga saham pada masa sebelum dan sesudah stock split. 3. Terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham pada masa sebelum dan sesudah stock split. 4. Terdapat perbedaan antara return saham pada masa sebelum dan sesudah stock split. 5. Terdapat perbedaan antara bid ask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split.
Universitas Sumatera Utara