BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:43) pengertian analisis dapat diartikan sebagai berikut: “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahannya bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman dan keseluruhan” Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:189) pengertian analisis, sebagai berikut: "Analisis adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil" Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen kecil sehingga dapat diketahui ciri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain secara fungsi masing-masing bagian dalam suatu keseluruhan.
2.2 Akuntansi Pada awalnya, akuntansi adalah bagian dari matematika. Ilmu ini dikembangkan oleh seorang ilmuwan matematika dari Perancis bernama Luca Pacioli. Oleh karena itu, Luca pacioli dikenal sebagai Bapak Akuntansi. Pada tahun 1914, Luca Pacioli menerbitkan buku yang berjudul, “Summa de Arithmatica, geometri, Propotioni et Proportionalita” yang didalamnya terdapat dua bab yang membahas tentang pembukuan double entry (de computis et Scripturis). Apabila mengkaji sejarah, ilmu yang berhubungan dengan proses pencatatan dalam dunia bisnis sudah dimulai sejak zaman Babilonia dengan ditemukannya catatan para perdagangan yang mereka lakukan. Walaupun telah dimulai sejak zaman dahulu, tetapi sistem pembukuan seperti yang ada saat ini (double entry) merupakan praktik yang ada di Venesia. Sehingga dalam bukunya, Luca Pacioli menyebut metode ini sebagai Metode Venesia. Dalam perjalanannya, ilmu akuntansi telah berkembang pesat sejak dimulainya revolusi industri di inggris yang mengakibatkan tumbuhnya banyak perusahaan. Pada masa itu, banyak pemilik modal yang menyerahkan jalannya perusahaan pada kaum profesional sehingga pelaksaan wewenang tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada pemilik modal dalam bentuk informasi tentang usaha. Sejak itulah, akuntansi berkembang sebagai alat informasi tentang keuangan perusahaan.
9
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengetahui apa itu akuntansi, kita bisa melihat definisi dari akuntansi. Salah satu definisi dikeluarkan oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA=Ikatan Akuntan Publik Amerika Serikat) bahwa “Akuntansi adalah seni tentang pencatatan, penggolongan, dan peringkasan, dengan cara yang informatif dan bentuk uang, transaksi atau kejadian keuangan perusahaan, dan interprestasi atas hasilnya’’. Sedangkan menurut Kieso et al (2005:4) akuntansi didefinisikan sebagai berikut : “Accounting is an information system that identifies, record, and communicates the economic event of an organization to interested users.” Perkembangan teknologi yang semakin canggih menyebabkan proses pengolahan data akuntansi tidak melalui pencatatan tetapi melalui optik, keybord sehingga dikenal sistem pencatatan yang berbasis komputerisasi. Melihat perubahan ini maka Accounting Principle Board (APB) Statement No.4 yang telah dialihbahasakan dan dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2002:4) memberikan definisi terbaru dari akuntansi sebagai berikut: "Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif." Dari pengertian di atas, dapat dikatakan akuntansi memberikan informasi kuantitatif tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja perusahaan seperti yang tercermin dalam laporan keuangan khususnya laporan arus kas.
2.2.1 Dasar Pencatatan Akuntansi Akuntansi mengenal dua dasar pencatatan transaksi yang diungkapkan oleh Al. Haryono Jusup (2001:174), yaitu sebagai berikut: "a. Dasar akrual (Accrual Basis) Akuntansi mengakui pengaruh transaksi pada saat transaksi terjadi yang akan dicatat sebagai pendapatan atau biaya, tanpa memandang kas sudah diterima atau dikeluarkan. Dasar akrual dapat dikatakan lebih adil (saat terjadi suatu kegiatan baik kas/ kredit tetap dicatat), digunakan pada perusahaan besar yang banyak melakukan hutang dan piutang, lebih rinci, dan lebih sulit. b. Dasar Kas (Cash Basis) Akuntansi melakukan pencatatan bila telah terjadi penerimaan dan pengeluaran kas. Dasar kas dapat dikatakan lebih sederhana (istilah yang digunakan dikenal oleh non akuntan), lebih mudah (hanya untuk keluar masuknya kas), sedikit hutang dan piutang, tidak adil (mencatat transaksi secara tunai saja), tanpa ada taksiran subjektif dari akuntan." Standar akuntansi keuangan menghendaki perusahaan menggunakan dasar akrual. Dasar akrual menghasilkan informasi yang lebih lengkap daripada dasar tunai. Semakin lengkap data yang disajikan, akan semakin baik informasi yang diterima
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
pengambilan keputusan dalam menilai kesehatan keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
2.2.2 Perkembangan Dasar Akuntansi dalam Penyusunan Laporan Arus Kas Kebanyakan perusahaan
maupun organisasi
nirlaba
menggunakan dasar
akuntansi akrual seperti yang dikehendaki oleh SAK. Laporan arus kas disusun dengan dasar kas, tetapi akuntansi arus kas harus dibedakan dengan laporan arus kas. Laporan arus kas yang akan dibahas adalah laporan yang diolah dari dasar akrual menjadi dasar kas. Dasar akrual mewajibkan pendapatan dan beban dicatat ketika terjadi. Pendapatan dan beban masih mencakup transaksi-transaksi secara kredit. Jadi laba bersih dengan dasar akrual tidak akan menunjukkan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Untuk itu perlu melaporkan pendapatan dan beban atas dasar kas. Ini dilakukan dengan menghilangkan pengaruh transaksi perhitungan laba rugi tidak menghasilkan kenaikan atau penurunan setara dalam kas.
2.3 Kas Kas merupakan jantung perusahaan untuk menjamin aktivitas-aktivitas perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Kemudian menghasilkan arus masuk kas untuk membayar kreditur, membayar, gaji karyawan, investasi, menyisihkan untuk penggantian harta, dan penyisihan untuk pertumbuhan. Kas sebagai aktiva lancar moneter merupakan media standar pertukaran dan dasar untuk mengukur perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan. Kas bersifat relevan, sederhana untuk pertukaran barang dan jasa serta menunjang dalam keberhasilan dan kegagalan kinerja organisasi.
2.3.1 Pengertian Kas dan Setara Kas Hampir semua transaksi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan kas. Dalam laporan arus kas, arus kas mencakup kas dan ekuivalen kas. Perusahaan menginvestasikan kelebihan kas sementara pada aktiva yang sangat likuid (dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku), investasi sementara di pasar uang untuk jangka waktu satu atau dua hari agar perusahaan tidak mempunyai kas yang mengganggur (iddle money) karena kondisi tersebut tidak baik
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dibandingkan apabila diinvestasikan agar menghasilkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pengertian kas menurut Soemarso S.R (2004:296) sebagai berikut: "Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya." Sedangkan Kieso, Weygandt, dan Warfield
yang dialih bahasakan oleh Emil Salim
(2003:380) menyatakan kas adalah: "Kas yaitu aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya." Menurut PSAK No.2 (2002:2.2) kas didefinisikan sebagai berikut: "Kas terdiri saldo kas (cash on hand) dan rekening giro." Dengan memperhatikan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan elemen aset yang tinggi likuiditasnya terdiri dari uang tunai kertas dan logam yang ada di tangan serta saldo rekening koran di bank termasuk surat berharga atau deposito berjangka dan dapat segera dipergunakan untuk pembayaran-pembayaran yang dikehendaki. Setara kas menurut PSAK No.2 (2004:2.2) diartikan sebagai berikut: "Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan yang signifikan." Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:29) berpendapat bahwa : "Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan." Setiap perusahaan mempunyai kebijakan tersendiri mengenai setara kas karena tidak semua investasi jangka pendek adalah setara kas yang penting setara kas harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1)
Dapat dipertukarkan dengan kas setiap saat.
2)
Tanggal jatuh tempo yang sangat singkat (tidak lebih dari tiga bulan) dengan resiko perubahan nilai yang kecil.
2.3.2 Pengertian Arus Kas Berdasarkan PSAK No.2 (2004:2.2), pengertian arus kas adalah sebagai berikut : "Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas." Arus kas dalam
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
organisasi dapat bersifat kontinyu dan tidak kontinyu. Arus kas ke luar, misalnya: pembayaran upah dan gaji karyawan, pembiayaan dana pensiun (Dana Pensiun) dan sebagainya. Sedangkan yang tidak kontinyu antara lain seperti: pembayaran bunga, dividen, dan angsuran hutang, pajak penghasilan, pembelian aktiva dan sebagainya. Arus kas yang masuk kontinyu adalah pendapatan penjualan, deposito,dan lainnya. Apabila arus kas terhambat maka aktivitas perusahaan akan terganggu, tidak berjalan lancar. Untuk menyikapi hal tersebut analisis terhadap laporan arus kas dilakukan guna menunjang efektiftas kinerja keuangan perusahaan.
2.4 Laporan Arus Kas Laporan arus kas sebagai salah satu komponen laporan keuangan wajib yang dibuat oleh setiap perusahaan harus menyajikan ikhtisar terinci semua sumber-sumber utama arus kas masuk dan penggunaan utama arus kas ke luar selama periode tertentu. Dari mana kas datang dan bagaimana dibelanjakan serta menjelaskan sebab-sebab dari perubahan nilai sisa kas dari perusahaan tersebut.
2.4.1 Perkembangan Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang relatif baru, tidak menjadi keharusan hingga tahun 1988. Dimulai tahun 1971, laporan yang diminta adalah "Statement of Change in Financial Position." Laporan yang menggambarkan aliran dana mulai dikenal sejak awal tahun 1862 di Inggris dan tahun 1863 di USA. Laporan ini muncul setelah neraca dan laporan laba rugi, sehingga relatif baru meskipun telah muncul selama ratusan tahun, dengan nama "Fund Statement." Pada tahun 1910 hingga akhir tahun 1920, H.A Finney mendorong penyajian fund statement dengan menggunakan format yang menunjukkan perubahan modal kerja. Konsep ini berhasil dan banyak dipakai. Pada tahun 1963, Acounting Principle Board menerbitkan opinion no.3 merekomendasikan setiap perusahaan menyusun fund statement dengan nama "Statement of source and aplication funds" bersama dengan neraca dan laporan laba rugi. Pada tahun 1971 diterbitkan APB opinion no. 19, mengharuskan setiap perusahaan menyusun fund statement dengan nama "Statement of Changes in Financial Position" bersama dengan neraca dan laporan laba rugi. Konsep dana yang dapat digunakan yaitu modal kerja dan ekuivalen kas. Tahun 1971 konsep modal kerja menjadi dominan sedangkan ekuivalen kas menjadi dominan sejak tahun 1980. Pergeseran dari format modal kerja menjadi kas, dimulai sejak tahun 1973, AICPA menerbitkan "Report of study group on objective of financial statement" menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
bermanfaat bagi para investor dan kreditur dalam rangka melakukan prediksi, pembandingan, dan evaluasi aliran kas potensial untuk kepentingannya. Tahun 1978, FASB menerbitkan “statement of business enterprise" menekankan pentingnya konsep kas untuk kepentingan para investor dan kreditur. Tahun 1980 FASB menerbitkan Discuission Memorandum dengan judul "Reporting Funds Flows, Liquidity, and Financial Flexibility", melaporkan bahwa banyak responden memilih fund statement dengan format kas. Pada tahun 1984 FASB menerbitkan SFAC no.5 "Recognition and Measurument in Financial Statement of Business Enterprise" merekomondasikan bahwa suatu laporan keuangan yang lengkap harus menyajikan arus kas selama periode tersebut. Tahun 1984 FASB menerbitkan exposure draft dengan judul Proposed Statement of Financial Accounting Standards "Statement of Cash Flow". Exposure draft ini diikuti dengan FASB Statement No.95 tahun 1987 "Statement of Cash Flow” yang menggantikan APB Opinion No. 19 tanggal 1 Oktober 1994. Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan. Salah satu isinya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 tentang Laporan Arus Kas, yang mengharuskan perusahaan menyusun laporan arus kas sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
2.4.2 Pengertian Laporan Arus Kas Pada dasarnya laporan arus kas memberikan informasi arus kas masuk dan ke luar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan arus kas, berikut dikemukakan
pengertian
laporan
arus
kas.
Menurut
PSAK
No.2
(2004:2.1),
mendefinisikan sebagai berikut: "Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas terebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya." Sedangkan Soemarso S.R (2005:320) menjelaskan laporan arus kas sebagai berikut: "Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan pokok yang memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas sehingga memungkinkan pemakai laporan keuangan mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan." Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2001:1310), Laporan arus kas adalah : "The Statement of cash flows therefore report cash recepits, cash payments, and net change in cash resulting from operating, investing, and financing activities of an
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
enterprise during a period, in a format that reconciles the beginning and ending cash balances." Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan arus kas dilaporkan selama periode tertentu dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Pemakai laporan keuangan dapat mengetahui dan menilai kondisi perusahaan dari ketiga aktivitas tersebut.
2.4.3 Tujuan Laporan Arus Kas Laporan arus kas dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan likuiditas perusahaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu. Berdasarkan PSAK No.2 (2004:2.1) tujuan laporan arus kas sebagai berikut: "Memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi" Sedangkan Kieso et al yang dialih bahasakan oleh Emil Salim (2002:237) menyatakan tujuan laporan arus kas adalah: "Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode.” Sedangkan menurut Harahap (2004:243): "Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu."
2.4.4 Manfaat Laporan Arus Kas Laporan arus kas bermanfaat menyediakan informasi keuangan mengenai suatu badan usaha atau organisasi yang akan dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam SAK yang dikeluarkan oleh IAI, dapat dilihat dari tujuan PSAK No. 2 (2004:2.1) adalah: "Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.Tujuan pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi." Dan lebih lanjut disebutkan manfaat laporan arus kas dalam kaitannya dengan laporan-laporan lainnya dalam laporan keuangan, seperti yang disebutkan dalam PSAK No.2 (2004:2.1) sebagai berikut: "Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam meghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas ke masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga." Laporan arus kas bermanfaat dalam mengevaluasi fleksibilitas keuangan perusahaan. Daya tahan perusahaan akan semakin kuat untuk menahan perubahanperubahan buruk dalam kondisi ekonomi, apabila memiliki arus kas yang baik.
2.4.5 Penyajian Laporan Arus Kas Perusahaan dalam menyajikan laporan arus kas harus mempertimbangkan kebutuhan informasi pemakai. Laporan arus kas disajikan dalam laporan keuangan pada suatu periode tertentu berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum diantaranya standar
akuntansi
keuangan.
Penyajian
laporan
arus
kas
dimulai
dengan
mengklasifikasikan transaksi arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Sedangkan pelaporan arus kas dapat menggunakan salah satu dari kedua metode, yaitu: metode langsung atau metode tidak langsung.
a. Klasifikasi Laporan Arus Kas Laporan arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan akan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
pengaruh tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan PSAK No.2 (2004:2.4) Laporan arus kas diklasifikasikan menjadi aktivitas, penjelasan ketiganya sebagai berikut: “1. Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasilan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; b. penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. pembayaran kas karyawan; e. penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya; f. pembayaran kas dan pembayaran penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diindentifikasikan secara khusus sebagai dari aktivitas pendanaan dan investasi; g. penerimaan dan pembayaran kas dari kontak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukan dalam perhitungan laba atau rugi bersih. Arus kas yang menyangkut transaksi semacam itu merupakan arus kas dari aktivitas operasi. 2.
Aktivitas Investasi Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi. a. pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasikan dan aktiva tetap yang dibangun sendiri; b. penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak bewujud, dan aktiva jangka panjang lain; c. perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain; d. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan) e. pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracs, option contract, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk menangkal (hedge) suatu posisi yang dapat diindentifikasi, maka arus kas dari konrak tersebut diklsifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang ditangkalnya. 3. Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perudahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: a. penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya;
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b. c. d. e.
pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan; penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; pelunasan pinjaman; pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lesse) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).”
Dalam organisasi nirlaba terdapat perbedaan dalam aktivitas pendanaannya. Diantaranya menurut PSAK No. 45 (2004:45.9) sebagai berikut: “Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan sebagai berikut: (a) Aktivitas pendanaan: (1) penerimaan dari penyumbang dan penghasilan investasi yang penggunaannya untuk jangka panjang; (2) penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment); dan (3) bunga atau deviden yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. (b) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.”
b. Metode Pelaporan Arus Kas Perusahaan harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh Ikatan Akuntansi Indonesia mengenai metode pelaporan arus kas karena hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan laporan keuangan yang akan dipergunakan oleh pemakai laporan keuangan. Perusahaan tertutup pun harus menyesuaikan dengan standar ini kelak di kemudian hari apabila perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan tidak akan menerima pendapat tidak wajar dari auditornya. Oleh karena itu hal ini sangatlah penting. Menurut PSAK No.2 (2004:2.5), perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi menggunakan salah satu dari kedua metode berikut ini: “1. Metode Langsung: kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau 2. Metode Tidak Langsung: laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (defferal) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan”. Dalam Penyusunan laporan arus kas perusahaan diperbolehkan untuk memilih mempergunakan metode penyususunan laporan arus kas ini.
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini contoh dari kedua metode di atas berdasarkan PSAK No.2 (2004:2.5):
Laporan Arus Kas Metode Langsung PT ABC Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2 (dalam jutaan rupiah) Aliran Kas dari Aktivitas Operasi : Penerimaan kas dari pelanggan ………………………………….. Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan ……………... Kas yang dihasilkan operasi ………………………………………. Pembayaran bunga ………………………………………………… Pembayaran pajak penghasilan …………………………………... Arus kas sebelum pos luar biasa …………………………………. Hasil dari asuransi karena gempa bumi ………………………….
30.150 (27.600) 2.550 (270) (900) 1.380 180
Arus kas bersih dari aktivitas operasi ……………………………. Aliran Kas dari Aktivitas investasi: Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Catatan A) ………. Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (Catatan B) ……….. Hasil dari penjualan peralatan …………………………………….. Penerimaan bunga …………………………………………………. Penerimaa deviden ………………………………………………….
1.560
(550) (350) 20 200 200
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi ……… Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan : Hasil dari penerbitan modal saham ………………………………. Hasil dari punjaman jangka panjang ……………………………... Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan ……………… Pembayaran deviden*……………………………………………….
(480)
250 250 (90) (1.200)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan …...
(790)
Kenaikan bersih kas dan setara kas …………………………... Kas dan setara kas pada awal periode ………………………... Kas dan setara kas pada akhir periode ………………………..
290 120 410
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung PT ABC Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2
dalam rupiah Aliran Kas dari Aktivitas Operasi : Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa ……………………… Penyesuaian untuk : Penyusutan …………………………………………………………… Kerugian selisih kurs ………………………………………………… Penghasilan investasi ……………………………………………….. Beban bunga ……………………………………………………….....
3.350 450 40 (500) 400
Laba operasi sebelum perubahan modal kerja ……………………… Kenaikan piutang dagang dan piutang lain ………………………... Penurunan persediaan ………………………………………………. Penurunan hutang dagang
3.750 (500) 1.050 (1.740)
Kas dihasilkan dari operasi ……………………………………………. Pembayaran bunga …………………………………………………….. Pembayaran pajak penghasilan ………………………………………. Arus kas sebelum pos luar biasa ……………………………………... Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi ……………………… Arus kas bersih dari aktivitas operasi …………………………………
2.550 (270) (900) 1.380 180
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Catatan A) …………… Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan (Catatan B) …………... Hasil dari penjualan peralatan ………………………………………… Penerimaan bunga ……………………………………………………... Penerimaan dividen …………………………………………………….. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi ………….
1.560
(550) (350) 20 200 200 (480)
Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan : Hasil dari penerbitan modal saham …………………………………... Hasil dari pinjaman jangka panjang …………………………………... Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan ………………….. Pembayaran dividen*…………………………………………………... Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan ………. Kas bersih kas dan setara kas ……………………………………… Kas dan setara kas pada awal periode (catatan C) ……………... Kas dan setara kas pada akhir periode ……………………………
250 250 (90) (1200) (790) 290 120 410
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.6 Penyusunan Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat disusun dengan meringkas penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu dengan menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumbernya atau dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara yang terjadi dua waktu atau akhir periode. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2001:1313) terdapat tiga sumber informasi yang diperlukan dalam menyiapkan laporan arus kas, yaitu: “1. Comparative balance sheet provide the amount of changes in assets, liabilities, and equities from the beginning to the end of period. 2. Current income statement data help the reader determine the amount of cash provided by or used by operations during the period. 3. Selected transaction data from the general legder provide additional detailed information needed to determine how cash provided or used during the period." Menurut Kieso, Weygandt , dan Warfield (2001:1313) terdapat tiga langkah yang diperlukan dalam menyusun laporan arus kas, yaitu: "1. Determine the change in cash This procedures is straight forward because the diference between the beginning and the ending of the comparative balance sheets. 2. Determine the net cash flow from operating activities This procedure is complex: it involes analyzing not only the current year's income statement but also comparative balance sheets as well as selected transaction data. 3. Determine net cash flows from investing and financing activities. All other changes in the balance sheet accounts must be analyzed to determine their effect on cash."
2.5 Analisis Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang penting apabila tidak hanya dilihat secara sepintas saja akan tetapi dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut dapat diperoleh informasi berhubungan dengan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan. Informasi arus kas dapat menjadi jauh lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, apabila dapat diprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan selain menyusun laporan arus kas juga harus dapat memanfaatkan laporan tersebut sebagai alat dalam memberikan informasi melalui analisis laporan arus kas. Analisis laporan arus kas ini tidak menggantikan analisis laporan keuangan perusahaan yang sudah ada tetapi dapat menjadi pelengkap dalam menunjang efektivitas kinerja perusahaan. Perusahaan lebih mempunyai banyak pertimbangan melalui analisis laporan arus kas dalam pengambilan keputusan ekonomi baik keputusan operasi, investasi dan pendanaan sehingga resiko kegagalan dapat diminimalisasi.
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Arus Kas Analisis laporan arus kas sebenarnya sejalan dengan penyusunan laporan arus kas atau disebut juga Cash Flow Statement. Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk mengetahui kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang. Dengan meihat beberapa pengertian di atas maka analisis laporan arus kas adalah analisis laporan arus kas adalah suatu proses membedah laporan arus kas ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan perusahaan untuk meng”generate” kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas ke luar.
2.5.2 Kegunaan Analisis Laporan Arus Kas Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:257) kegunaaan analisis laporan arus kas sebagai berikut: “Dengan menganalisis arus kas kita dapat mengetahui: 1. Kemampuan perusahaan meng”generate” kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan ke luar perusahaan pada masa lalu. 2. Kemungkinan keadaan arus kas dan ke luar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang. 3. Informasi bagi investor, kreditor, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. 5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. 6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu’” 2.5.3 Prosedur Analisis Laporan Arus Kas Analisis laporan arus kas tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, perlu beberapa prosedur yang harus diikuti. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty ( 2002:54) ada berpendapat bahwa : “Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Memahami latar belakang perusahaan Mamahami latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut.
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak; dan perubahan yang terjadi yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan meriview laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis laporqan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 4. Menganalisis laporan keuangan Setelah profil perusahaan dan meriview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan mengintepretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai rekomendasi).” Dengan demikian prosedur analisis harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan pada waktu menganalisis, karena mengetahui lebih jelas perusahaan yang akan dianalisis akan memudahkan dalam melakukan interpretasi.
2.5.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Arus Kas Dalam menganalisa laporan arus kas perlu diperhatikan beberapa metode dan teknik analisis. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:54) mengemukakan metode analisis laporan keuangan sebagai berikut: “Secara umum metoda laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi analisis horizontal (dinamis) dan metoda analisis vertikal (statis). Metoda analisis horizontal (dinamis) adalah metoda analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecendurangannya. Disebut metode horizontal karena metoda ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metoda ini antara lain teknik analisis perbandingan analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana analisis perubahan laba kotor. Metoda analisis vertikal (statis) adalah metoda analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan yang sama, maka disebut metoda vertikal. Disebut metoda statis karena metoda ini hanya membandingkan pos-pos laporan tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metoda ini antara lain teknik analisis prosentase per-komponen (Common Size), analisis ratio, dan analisis impas.”
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pahala Nainggolan (2005:1419) mengemukakan beberapa teknik analisis Laporan keuangan sebagai berikut: “1. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dengan cara membandingkan komponen-komponen laporan keuangan dalam satu tahun atau satu periode. Rasio ini kemudian ditafsirkan atau dibandingkan kembali dengan rasio yang sama pada tahun yang lalu. 2. Analisis Bugjet dengan aktual Perbandingan secara periodik antara jumlah yang dianggarkan dengan jumlah yang aktual terjadi merupakan salah satu metode penting dalam menganalisis laporan keuangan. Dengan adanya analisis secara periodik diharapkan dapat diketahui tingkat pencapaian suatu anggaran serta perbedaan-perbedaan berupa pelampauan budget (over-budget) dan sisa anggaran. 3. Analisis Vertikal dan Horizontal (Common Size Analyses) Analisis vertikal dan horizontal merupakan suatu teknik analisis yang coba membandingkan antara komponen terhadap nilai keseluruhan aktiva atau pendapatan. Perbandingan dilakukan dengan memperlakukan setiap komponen sebagai entitas yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, komponen pendapatan dan komponen biaya akan dibagi menjadi beberapa subkomponen yang lebih kecil. Seperti pendapatan dari usaha komersial, sumbangan, pendapatan lain dan sebagainya. Demikian pula biaya program A, program B dan sebagainya. Sub komponen ini kemudian akan dibandingkan dengan sub komponen lain dalam satu periode untuk kemudian didapatkan suatu gambaran mengenai kontribusi sub komponen tadi terhadap keseluruhan organisasi. 4. Analisis Pulang Pokok (Break Even Point) Analisis Pulang Pokok berangkat dari pemahaman bahwa akuntansi, biayabiaya yang terjadi memiliki karakteristik yang dapat digolongkan ke dalam biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost). Teknik analisis ini hendak menghitung berapa besar sebenarnya biaya tetap suatu organisasi dengan dasar pikiran bahwa suatu pendapatan minimum harus diusahakan dalam satu periode untuk menutupi biaya tetap ini. Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan di mana laporan arus kas menjadi acuan utama bagi penulis sebagai alternatif baru dalam menganalisis atas kinerja keuangan perusahaan. Setiap metode dan teknik analsis bertujuan untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dihasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.5.5 Analisis Rasio Arus Kas Analisis arus kas dapat menunjukan pergerakan arus kas dari mana sumber kas diperoleh dan ke mana dialirkan. Biasanya dalam laporan arus kas sumber dan penggunaan kas yang diperoleh dari tiga sumber: operasi, pembiayaan dan investasi. Dari struktur dana operasi yang dipakai, dan disedot untuk modal kerja arus kas dapat juga memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Oleh karena itu analisis laporan
25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
arus kas menjadi sesuatu yang penting untuk pengambilan berbagai macam keputusan khususnya keputusan bisnis. Terlebih analisis laporan arus kas merupakan intregasi dari analisis laporan keuangan. Menurut Plewa (1995:232-41) ada beberapa rasio arus kas dalam menganalisis laporan arus kas, diantaranya: “A. Liquidity Ratio Liquidity refers to the company's ability to relay its short-term debt as they come due. common ratio relating to liquidity are the current ratio, the quick ratio and account receivable, and investor turn over. Although these ratio can be helpful in measuring a company's liquidity, they may give a distorted picture. This can occur if the balances used to calculate the ratio do not represent the balances caried during year. Which can happen if the year end account with balance maintaned the rest of year. 1.) Current Cash Debt Coverage The ratio of cash flow from operation to average current liabiities attemps to overcome the aforementioned problem, because it copares amounts over a period of time rather than considering a balance at a point in time. Formula:
Cash Flow from operation Average Current Liabilities
x 100% ---- A.1
Average current liabilities is computed by taking the beginning balance plus the ending balance in the current liabilities and dividing by 2. its good sign, that the ratio should be about 40 % or more for company. 2.) Cash Dividen Coverage The cash dividend coverage ratio provides evidence about a company's ability to meet current dividend payments with cash flows from operations. His ratio can be modified to reflect dividend payment to all stockholders or only to common stockholders. To reflect coverage only common stockhlders, prefered dividens are sub tracted from the numenator and denominator is common stock dividends. The higher the ratio the better company's ability for dividend payment Formula:
Cash Flow from Operations Dividen Paid
x 100% ---- A.2
B. Solvency ratios Solvency refers to a company's ability to meet booth its short-term an long term obligation. For decades solvency has been measured by the debt ratio and the times interest earned ratio. But now two cash flow ratios have been developed that measure solvency. 1.) Cash Long-Term Debt Coverage Several analyst believe the traditional debt ratio (debt divided by total assets) overlooks the differing degrees of liquidity of assets that will be used to repay to company's debt. The cash long-term debt coverage ratio overcomes that limitation by focusing directly on cah. All thing being equal, the higher the ratio the better. Current literature suggests that 20% is a reasonable measure for this ratio. Formula:
Cash Flow from Operations x 100% ---- B.1 Average Total Liabilities
26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.) Cash Interest Coverage The times interest earned ratio normally is calculate by talking income before interest and taxes and dividing that amount by interest expense. A better measure of interest coverage is CFO (plus interest paid and taxes paid) divided by interest actually paid rather than interest expense. This is a more pramatic approach, because interest is paid in cash and reduces cash form operations. We use taxes actually paid rather than taxes accrued as expense in the numenator. The higher the ratio the better. Formula:
Cash Flow from Operation + Interest Paid + Taxes Paid ---- B.2 Interest paid
C. Capital Expenditure and Investing Ratio To be succesful and competitive a company must meet all of its obligations. In addition, a company must maintain its existing capital assets and finance expenditures to increase that assets base. 1.) Capital Aqcuisition Ratio The Capital acquisition ratio reveals whether a company can currently pay for its capital expenditures. Again, we subscact dividend paid from CFO to approximate the amount of cash retained by the company and available for reinvsment. The higer the ratio the better, should be about more 100%. Formula:
Cash Flow Operation - Total Dividend Paid Capital Expenditure
x 100% ---- C.1
2.) Invesment Cash Flow Operation (CFO) plus Finance Ratio A user can assess how invesment are financed by comparing flows from investing activities to net cash flows from operating and financing activities. One new ratio that does this is meet cash flows from investing activities by net cash flows from financing ratio. x 100% ---- C.2 Formula: Net Cash Flow from Investing (CFI) Net Cash Flow from Operation + Finance activities 3.) Operation Investment Ratio To asses a company's potential for funding expansion from internally generated funds, we compute the ratio of cash flow from operations to cash flow from investing activities. All things being equal, the higher ratio, the less company mush rely on external financing. Formula:
Cash Flow from Operations Net Cash Flow from Investing
x 100% ---- C.3
4.) Cash Reinvesment Ratio This Ratio is a useful measure of the percentage of the cash flow available to be used to replace existing assets and provide for expansion. Again, all things being equal, the greater reinvesment, the greater is the expectation that CFO will increase. A reinvesment ratio between 7% and 11% is reasonable. Formula:
Cash Flow from Operation - Dividens Paid Non Current Assets (gross) + Working Capital
x 100% ---- C.4
D. Cash Return Ratios As stated earlier, cash flow ratios are counterparts to accrual-based ratios, which are expressed in the general from: Return on invesment=Income/ Invesment
27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Cash flow returns on invesment can be computed in the same manner accrual + based profitability measures. 1.) Overall Cash Flow Ratio The overall cash flow ratio measure the extent to which internally generated CFO supplies the cash required for investing and financing actiivities. The higher the ratio the better a company ability to generate CFO. Formula:
Cash Flow from Operations Financing + Investing Cash Outflows
x 100% ---- D.1
2.) Cash Return on Sales Ratio Cash return on sales is a measure similar to the traditional return on sales (net Income divided by sales). This ratio and the ratio on CFO to net income seeks to determine whether the company's sales and net income are macthed by its cash flows. Formula:
Cash Flow from Operations Sales
x 100% ---- D.2
Cash return on sales is sometimes called cash flow margin and measures the percentage cash flow per dollar of sales (or any type of revenue). This ratio measures the ability of the company to translate dollar of sales (revenue) into cash, and the higher the ratio the better. 3.) Cash Flow to Net Income Ratio Total revenue could have been used instead of sales. This ratio used to measures the rate of acquistion from CFO if compared with net income. Formula:
Cash Flow from Operations Net Income
x 100% ---- D.3
4.) Quality of Sales Ratio Among the assesment analysis must take in examining the statement of cash is a determination of the reasons for differences between net income and cash receipts and payment. This assesment is the basis for evaluating quality of earnings. Formula:
Cash from Sales Sales
x 100% ---- D.4
Cash collection from costumers (cash fom sales) is available only if a company prepares its statement of cash flow using the direct method. If there is not much difference between sales and cash received, indicating high quality of earning. 5.) Quality of Income Ratio When a company does not use the direct method in presenting its statement of cash flows, the quality of earnings can be examined by using the quality of income ratio. Operating is the same as income before interest expense and income taxes. The higher ratio the better. Formula:
Cash Flow from Operations x 100% ---- D.5 Operating Income
The ratio provides information about the difference between accrual based income and cash from operations. 6.) Cash Return on Asset Ratio Cash return on invesment ratio can also be useful in evaluation company performance. Cash return on total assets is the counterpart to return on total invesment ratio.
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Formula:
CFO before Interest Paid and Taxes Paid Average Asset Total
x 100% ---- D.6
This ratio would have to be compared with an industry average and with previous periods to determine whether there is a strong correlation between cash return and invesment. The higher the ratio the more efficiency a company to organize assets.” 7.) Cash Retun on Stockholder's Equity Ratio The cash return on stockholders equity reveals whether the company is able to generate a suficient cash return for stockholder Formula:
Cash Flow from Operation x 100% ---- D.7 Average Stockholders Equity
8.) Cash Flow per Share Ratio Althougt the accounting profession prohibits presentation of cash flow pershare in financial statements, analysts normally do calculate this ratio. The ratio is useful in tracking changes in cash flows over time. A comparison can also be made with the accrual-based ratios, such as earning per share, devidend yield, and the payout ratio. Formula:
CFO-Preffered Dividend ---- D.8 Average Number of Shares of Common Stock Outstanding “
Dari teknik analisis rasio arus kas di atas dapat diketahui bahwa rasio arus kas membagi menjadi empat kelompok pokok rasio, yaitu liquidity, solvency, capital expenditure and investing, dan cash flow return. Analisis ini harus digunakan dengan baik. Rasio menyediakan informasi yang diperoleh dengan melakukan perbandingan dua periode atau lebih. Analisis rasio ini dapat diinterpretasikan dengan perbandingan rasio tahun lalu pada suatu organisasi atau dengan membandingan dengan organisasi lainnya. Terdapat keterbatasan yang mempengaruhi di antaranya nilai dasar akrual, perbedaan metode akuntansi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam analisis rasio ini
2.5.6 Keunggulan dan Keterbatasan Rasio Keuangan Menurut sofyan syafri Harahap (2002:289) : “Analisa rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan prusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah : 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yanhg dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti : a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai biasa atau subjektif. b. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. c. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.”
2.6 Kinerja 2.6.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:570) menyatakan: "Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperhatikan atau kemampuan." Menurut Indra Bastian (2001:329), kinerja adalah: "Gambaran Mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dan mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi." Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan pengertian kinerja adalah suatu kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu. Menurut Mulyadi (2001:415) penilaian kinerja didefinisikan sebagai berikut : "Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan menurut HiroTugiman (1999:1): "Penilaian Kinerja (performance measurument) mengandung makna suatu proses atau sistem pengukuran mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu organisasi."
30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dengan demikian dapat disimpulkan, penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan untuk mengevaluasi hasil-hasil dari aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan dan diperbandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.6.2 Tujuan Penilaian Kinerja Menurut Hiro Tugiman (1999:1) tujuan penilaian kinerja sebagai berikut: 1. Langkah awal penilaian kinerja adalah memilih alat ukur yang cocok, dimana alat ukur yang cocok adalah yang dipilih sesuai dengan perhatian manajemen pada semua aktivitas perusahaan (Brandon dan Drina (1997:731)) 2. Atkinson, Bangker, Kaplan dan Young (1995.51) mengatakan : "The role of performance measurument unhelping organization members to manage the value chain", sedangkan Hansen Mowen (1997:396) mengatakan: "activity performance measurument exist in both financial and non financial forms" Jadi pada prinsipnya penilaian kinerja bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui suatu proses yaitu cara atau tolak ukur kinerja perusahaan.
2.6.3 Ukuran dan Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Helfert (1998:69) terdapat tiga ukuran kinerja keuangan perusahaan menurut bidang dan sudut pandang: “1. Sudut pandang manajemen atau perusahaan Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kinerja keuangan, yaitu menilai eisiensi dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian atas operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan analisis laporan laba rugi, sedangkan efektifitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang baik neraca maupun laporan laba rugi. 2. Sudut pandang pemilik Pemilik adalah investor, yaitu kepada siapa manajemen harus bertanggungjawab. Daya tarik utama pemilik perusahaan-pemegang saham dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diivestasikan pemilik. Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menjadi haknya, yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen kepada mereka. 3. Sudut Pandang pemberi pinjaman Bila orientasi pokok manajemen dan pemilik mengarah pada kesinambungan perusahaan, pemberi pinjaman paling sedikit mempunyai dua kepentingan atas perusahaan. Pemberi pinjaman tertarik untuk meminjamkan dana kepada suatu perusahaan yang berhasil yang akan berjalan seperti yang diharapkan. Pada saat yang sama mereka harus mempertimbangkan konsekuensi negatif seperti kegagalan dan likuidasi. Meskipun tidak memperoleh imbalan apapun dari keberhasilan perusahaan, kecuali menerima pembayaran bunga dan pokok pinjaman secara teratur, pemberi pinjaman harus menilai dengan cermat risiko pengembalian dana tersebut awal yang diberikan, khususnya jika dana tesebut disediakan untuk jangka panjang.”
31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mulyadi (2001:434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu sebagi berikut: " a. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criteria) adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. b. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. c. Ukuran Kinerja Gabungan (Composite Criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masingmasing, dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran manyeluruh kinerja manajer.” Hiro Tugiman (1991:1) berpendapat, terdapat empat cara penilaian kinerja, yaitu: “1. Balance Scorecard Balance Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemajuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Balance Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu (scorecard), dan (2) brerimbang (balance). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kineja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. 2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 Mutu adalah istilah yang biasanya dikaitkan dengan harga, merek dagang atau indentik dengan kemewahan. Namun menurut standar KSO 8402, mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa. Dari standar ISO 8402 yang mempengaruhi persepsi organisasi terhdap mutu, antara lain sesuai dengan kebutuhan, harga, waktu penyerahan produk, dan kemudian pemilihan. 3. Malcom Baldrige National Quality Award (MBNQA) MBNQZA merupakan kriteria pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh yang mencakup seluruh fungsi manajemen, aspek-aspek pendekatan, penyebarluasan, dan hasil-hasil usaha, memperbandingkan pencapaian kinerja internal perusahaan dari waktu ke waktu dengan perusahaan terbaik dibidangnya. Kriteria ini sangat berguna untuk melakukan penilaian dari perusahaan sendiri dan pelatihan, serta alat untuk mengembangkan kinerja dari proses bisnis. 4. Penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah untuk meningkatkan daya saing. Dari beberapa pengukuran di muka seluruhnya dapat mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan baik tetapi penulis memfokuskan pengukuran kinerja berdasarkan laporan arus kas sehingga pengukuran kinerja didasarkan analisis rasio arus kas yang relevan dengan kinerja perusahaan.