BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasisme dan Sejarah Perkembangannya Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior serta memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Kata rasis atau rasime sendiri berasal dari kata rasial yang berarti bedasarkan ciri-ciri fisik ras, bangsa atau suku (warna kulit, rambut, dan lain sebagainya)8. Rasisme juga merupakan pembedaan sikap maupun perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan sosial. Istilah rasis ini juga sudah lama digunakan dan mempunyai konotasi yang buruk sejak 1940-an. Rasisme sudah menjadi faktor pendorong utama diskriminasi sosial, segregasi (pemisahan kelompok ras/ etnis secara paksa) dan kekerasan rasial, termasuk juga genosida (pembantaian besar-besaran terhadap suatu ras secara sistematis). Politisi sering kali menggunakan isu rasial untuk memangkan suara. Rasisme sangat di tolak oleh setiap manusia yang mempunyai akal dan hati nurani. Karena dia (rasisme) lahir dari perpecahan antar umat manusia yang membedakan warna kulit, ras, bangsa, kedudukan, bahkan sampai menyentuh hal yang sangat pribadi yang dimiliki semua umat manusia yaitu agama. ______________________________ 8. Wikipedia.(2009, Agustus). Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia www.id.wikipedia.org/wiki/rasisme diakses 19 Agustus 2009
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rasisme adalah sebuah ideologi mengenai kesuperioran dari satu ras terhadap ras yang lain. Konsep ini seringkali dikaitkan dengan suatu tindakan negatif dari satu ras yang berkuasa terhadap ras yang lain sehingga menimbulkan kesenjangan dan dapat mengakibatkan efek psikologis yang sangat kuat. Rasisme di dunia diyakini dimulai oleh identifikasi bangsa barat terhadap orang-orang Yahudi yang berkaitan dengan setan dan sihir pada abad ketiga belas dan keempat belas. Masa itulah yang diperkirakan sebagai titik awal pandangan rasis di dunia. Sejak saat itu pun rasisme terus berkembang hingga pada akhirnya Eropa datang dan mengalami kontak dengan orang-orang yang memiliki kulit gelap di Afrika Asia dan Amerika dan memberi mereka label buruk 9. Banyak hal yang membentuk atau mengkonstruksi persepsi mengenai rasisme, beberapa di antaranya adalah agama dan ilmu pengetahuan. Agama digunakan untuk memecah belah ras-ras tersebut. Kendati agama dan ras adalah dua hal yang berbeda namun agama memiliki efek yang sangat kuat terhadap konstruksi rasisme di dalam masyarakat. Setiap orang diberikan kebebasan dalam memilih kepercayaan atau agama yang diyakininya. Tetapi jika dihubungan dengan rasisme tentu akan menimbulkan suatu masalah. Bukan tidak mungkin jika setiap agama akan saling menjatuhkan. Agama “A” akan menganggap bahwa nilai-nilai yang berada di dalamnya lebih baik dari pada agama “B” dan begitu juga sebaliknya. ____________________________ 9.
Fredrickson
M.John.2003.The
Historical
Origins
and
Development
http://www.pbs.org/race/000!bout/0020"background0201.html pada (15 oktober 2013)
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
of
Racism
Diakses
melalui
Rasisme tumbuh menjadi salah satu kejahatan internasional, hal ini dilihat dari segi ideologi serta instalasi diskriminasi. Rasisme juga di lihat sebagai suatu sistem kepercayan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia. Hal ini menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Istilah Rasis sendiri muncul dan digunakan sekitar tahun 1930-an. Pada masa itu istilah tersebut di perlukan untuk menggambarkan teori – teori rasis yang dipergunakan oleh orang-orang nazi melakukan pembataian terhadap orang yahudi. Namun demikian bukan berarti jauh-jauh sebelum masa itu bentuk rasisme tidak ada 10. Dengan kata lain hal ini menyangkut persoalan identitas, biologis dan optimasi fisik yang di pandang lewat kacamata perspektif diri sendiri. Nantinya disini akan muncul diskriminasi sosial, kekerasan rasial segregasi (pemisahan kelompok rasa tau etnis secara paksa), termasuk genosida. Salah satu ahli mengungkapkan sejarah awal rasisme setidaknya bisa di telusuri dari spanyol. Pada abad 12 sampai dengan abad 13 pemeluk agama Islam, Kristen, dan Yahudi bisa hidup berdampingan. Tapi di akhir abad 14 sampai dengan akhir abad 15, timbulnya konflik dengan orang moor (orang muslim yang tinggal di abad pertengahan di Spanyol dan juga Portugis) lalu memercikan diskriminasi terhadap Islam dan Yahudi 11. _____________________________ 10. Ester Jusuf I. 2001. Rasisme: Dokumentasi Dokumen-Dokumen Internasional tentang Rasisme. (Jakarta: Solidaritas Nusa Bangsa), hlm. 35 11. .
George M. Frederickson, Rasisme: Sejarah Singkat (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2003), hlm.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Disini tampak kebencian yang bersifat diskriminasi atau kebencian yang muncul akibat perbedaan di antara suatu kelompok di akibatkan perbedaan agama, hal ini menjadi kebencian bersifat rasial dalam pembentukan pengusiran. Namun sikap rasisme kepada pemeluk agama islam sudah ada sejak pertama kali kepercayaan ini berkembang dimuka bumi ini. Rasisme adalah sebuah keyakinan yang meyakini suatu ras lebih unggul atau lebih rendah di bandingkan dengan rasras lainya. Hal ini adalah sebuah keyakinan bahwasanya ras yang berbeda harus tetap terpisah dan terpisah satu sama lain. Islam dengan konsep Islam universal persaudaraan sangat menolak adanya pengelompokan-pengelompokan dalam kehidupan bermasyarakat 11. Karena itu sejatinya rasisme tidak mempunyai tempat atau bahkan kedudukan di dalam islam. Perkembangan rasisme juga mempunyai andil besar dalam pertumbuhan stereotip di masyarakat. Stereotip merupakan pendapat dari seseorang terhadap seseorang ataupun dari seseorang terhadap suatu kelompok untuk kemudian di kategorikan ke dalam status sosial tertentu, misalnya orang Afrika di nyatakan lahir sebagai seorang budak karena hal tersebut sudah menjadi tradisi sejak lama ataupun agama Islam sebagai agama teroris. Dalam hal ini stereotip tidak perlu bersifat aneh ataupun menyimpang. Stereotip bisa menjadi destruktif bila mengabaikan bukti realitas serta di generealisasikan terhadap semua anggota kelompok 12. ____________________________________
George M. Frederickson, Rasisme: Sejarah Singkat (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2003), hlm. 56. 11.
12. .
Sears & Freedman, Psikologi Sosial (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), hlm. 148.
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Perilaku-Perilaku Rasisme Didalam kehidupan bermasyarakat yang beraneka ragam, rasisme akan selalu muncul kepermukaan baik itu yang di lakukan secara individu ataupun kelompok. Hal tersebut tidak dapat di pungkiri karena adanya perbedaan antara seseorang dengan seseorang lainnya. Orang yang rasis adalah orang yang meyakini bahwa karakteristik yang dibawa sejak lahir ataupu di sebut juga sebagai keturunan mentukan perilaku manusia. Doktrin rasisme menegaskan bahwa darah adalah penanda identitas bangsa-etnis. Rasisme termasuk dalam golongan antisemitisme rasial (prasangka atau kebencian terhadap yahudi atas dasar teori biologis yang salah), selalu merupakan bagian intergral dari sosialisme internasional Jerman (nazisme). Nazi menganggap semua sejarah manusia sebagai sejarah perjuangan yang di tentukan secara biologis antara orang-orang dengan berbagai macam ras yang berbeda 13. Contoh tindakan yang mencerminkan rasisme di beberapa Negara misalnya, di Amerika Serikat sejak pertegahan tahun 1980-an ketidakadilan kepada bangsa kulit hitam yang tinggal disana yang adapat disebut apartheid. kemudian adanya perilaku tidak menyenangkan kepada etnis Timur Tengah setelah terjadinya serangan teroris yang mengakibatkan runtuhnya gedung WTC pada tanggal 11 september 2011, yang dinyatakan pemerintah aksi terror ini di pimpin oleh Osama Bin Laden. _________________________ 13.
United States Holocaust Memorial Museum, “Ensiklopedia Holocaust: Rasisme (Artikel
singkat)” Diakses dari: https://www.ushmm.org/wlc/id/article.php?ModuleId=10007876”
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bahkan terjadi pula serangan terhadap keturunan Arab dan Iran yang berdasar pada agama dan etnis mereka. Di lain hal ada pula beberapa kelompok orang yang memunculkan suatu simbol, simbol tersebut mendeskreditkan suatu golongan tertentu baik itu berupa gambar maupun berupa tulisan ataupun media Film. Seperti munculnya gambar kartun nabi Muhammad SAW yang merupakan salah satu nabi kepercayaan umat muslim sebagai panutan. Salah satu media surat kabar di Denmark Jyllands-Posten menggambarkan karikatur, nabi Muhammad SAW yang tentu saja hal ini menyulut berbagai reaksi dari umat muslim maupun pandangan masyarakat lainnya. Karikatur-karikatur tersebut, pada mulanya dimaksudkan untuk mengilustrasikan secara satir artikel yang membahas penyesoran diri (selfcensorship) dan kebebasan berpendapat (freedom of speech). Jyllands-Posten memesan dan menerbitkan karikatur nabi Muhammad SAW setelah mendengar dari pengarang Denmark, Kare Bluitgen, bahwa ia tidak dapat menemukan orang bersedia menggambarkan nabi Muhammad SAW untuk digunakan di buku yang di karang olehnya
13
. Mereka tidak berani menggambar
nabi Muhammad SAW karena takut akan terancam oleh serangan dari ekstrimis muslim. Di dalam ajaran Islam sangat di larang untuk menggambarkan rupa nabi Muhammad SAW, hal ini di lakukan untuk mencegah penyembahan terhadap nabi Muhammad SAW. ______________________________ 13.
Wikipedia, “Kontroversi kartun Nabi Muhammad Jyllands-Posten” Diakses Dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kontroversi_kartun_Nabi_Muhammad_Jyllands-Posten#Kontroversi.
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Walaupun seperti itu ada pula kaum muslim yang tidak setuju oleh pandangan ini dan mempulikasikan gambar nabi Muhammaf SAW, akan tetapi tidak dalam bentuk satir (gaya bahasa untuk menyampaikan sindiran terhadapa suatu keadaan atau ditunjukan kepada seseorang). Meskipun Jyllands-Posten menyatakan penerbitan gambar-gambar ini dibuat untuk menunjukan bahwa kebebasan berbicara berlaku bagi siapapun. Sebagai orang (baik Muslim maupun non-Muslim) menganggap gambar-gambar tersebut adalah penghinaan terhadap islam dan menunjukan Islamophobia di Denmark. Setelah beredarnya gambar kartun tersebut kaum muslimin kembali di sudutkan dengan munculnya film Fitna yang berdurasi 15 menit 48 detik, di buat oleh warga Belanda yang dalamnya mengkisahkan bahwa agama islam merupakan agama yang menghalalkan segala cara terutama budaya kekerasan untuk mempertahankan idiologinya. Dinegara kita sendiripun hal yang menyangkut masalah rasisme sangat sering di munculkan diantaranya konflik yang terjadi antar etnis, pertikaian etnis seperti Madura, Makassar, Banten, Dayak, Melayu (kalbar) dan suku-suku di irian (papua), penyebab utamanya adalah komunikasi antar budaya yang tersumbat. Kemudian di masa orde baru dimana etnis Tionghua merupakan etnis yang dikesampingkan padahal mereka juga merupakan warga penduduk Indonesia.
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3 Berkembangnya Islamophobia Islamophobia atau Islamfobia mengacu pada pengertian ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap agama Islam dan kaum Muslim 14. Pasca Perang Dunia II yang telah meluluh lantakkan sebagian besar negara di Eropa memaksa bangsa di Eropa mengimpor para pekerja dari luar untuk membangun kembali negara mereka yang telah hancur setelah Perang Dunia II. Sebagian besar negara di Eropa mengimpor para pekerja dari negara yang mayoritas penduduk dan budayanya berdasarkan ajaran Islam, seperti Aljazair, Marokko, India, dan Turki. Sebagian besar pekerja asing beserta keluarga dirasa kurang bisa membaur dengan kebiasaan dan kebudayaan asli negara tempat mereka bekerja (mereka hidup berkelompok di wilayah-wilayah tertentu yang di lingkungan itu hanya orang-orang dari asal negara yang sama yang bermukim). Tidak sedikit di antara mereka juga berselisih dalam kehidupan bermasyarakat di negara tempat mereka bekerja, hal ini tidak jarang menyebabkan konflik di masyarakat yang berujung pada kerusuhan dan kekerasan. Kejadian-kejadian seperti ini memupuk stigma negatif terhadap Islam yang lambat laun berkembang menjadi ketakutan terhadap Islam atau yang lebih dikenal dengan istilah Islamophobia 15. _______________________________ 14. (2016, 21 november). Diakses pada tanggal 11 november 2016 dari http://www.dw.com/id/islamophobia-di-amerikachristianophobia-di-indonesia/a-36437865. 15. Muhammad Fajar Nugraha.(2012, oktober). Latar Belakang Munculnya Islamophobia di Kalangan Masyarakat Eropa. diakses pada tanggal 17 oktober 2012 dari http://nederindo.com/2012/10/latar-belakang-munculnya-islamophobia-dikalangan-masyarakat-eropa/
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4 Film 2.4.1
Pengertian Film Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
menyampaikan sesuatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu16. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan atau informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan lain sebagainnya. Film juga di anggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadapa masyarakat yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang mempunyai audio visual, yaitu berupa gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara yang hidup ini film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Saat menonton film penonton seakan akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Pada zaman seperti sekarang ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya ke audiens berbeda-beda. Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Ilusi dan rangkaian tersebut mengasilkan gerakan berupa video. _______________________ 16.
Effendy Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remadja Karya CV), hal. 134.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Film merupakan sebuah karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Ilusi dan rangkaian tersebut mengasilkan gerakan berupa video. Film juga sering disebut sebagai movie atau moving picture, film juga merupakan bentuk seni modern dan populer untuk kepentingan bisnis dan hiburan. Pembuatan film kini sudah menjadi sebuah industri besar yang cukup popular di seluruh dunia, dimana film film layar lebar selalu dinantikan kehadirannya di bioskop. Berbagai industry perfilman terbesar antara lain yaitu film Hollywood, Hongkong, maupun Bollywood. Film dibuat dengan dua cara utama, yang pertama yaitu melalui teknik pemotretan dan perekaman melalui kamera film, cara ini dilakukan dengan memotret gambar atau objek. Yang kedua menggunakan teknik animasi tradisional, cara ini dilakukan melalui animasi grafis komputer. Kedua pembuatan film tersebut bisa juga dikombinasikan dengan teknik dan visual efek lainnya. Pembuatan film biasanya memakan waktu yang tidak sebentar dan relatif lama. Selain itu produksi film juga memerlukan crew dan juga job desknya masingmasing, mulai dari sutradara, produser, editor, wardrobe, sinematografer, visual effect, penata music dan lain-lain. Sedangkan para pemain yang berperan dalam film disebut actor (pria) dan juga aktris (wanita). Selain itu juga ada istilah actor figuran yang digunakan sebagai pemeran pembantu dengan peran yang tidak terlalu banyak dalam film. Hal ini berbeda dengan aktor utama yang memiliki peran lebih besar dan lebih banyak. Film juga dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan tertentu dari sipembuat film itu sendiri.
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beberapa
studi
juga
perusahan
juga
menggunakan
film
untuk
menyampaikan dan mempresentasikan simbol dan budaya mereka. Pembuatan film juga merupakan bentuk ekspresi, pemikiran, ide, konsep, perasaan dan suasana hati dari seorang manusia yang di visualisasikan dalam film. Film sendiri kebanyakan mengandung cerita fiksi di dalamnyamataupun based on a true story. Meskipun begitu film yang di adaptasi dari kisah nyata juga terkadang dirubah sedemikian rupa sehingga akan mengandung unsur yang lebih mendramatisir. Ada juga film documenter yang gambarnya diambil secara asli dan nyata, atau film biografi yang menceritakan kisah seorang tokoh. Ada banyak juga genre film popular lainya mulai dari film action, horror, komedi, romance, fantasi, thriller, drama, sciene fiction, crime, documenter dan lain lain. Semuanya memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing yang membedakan satu sama lain. 2.4.2
Jenis-jenis Film
Film telat menjadi tontonan hiburan yang paling di tunggu saat ini. Keberadaan filmpun sudah menjadi semacam industri dan bisnins yang mengiurkan bagi para pelakunya. Film juga mempunya banyak genre utma yang lebih menonjol yang menjadi sebuah identitas bagi film tersebut. Ada banyak genre-genre film yang memiliki karakteristik dan ciri khas yang tentu berbeda-beda. Beberapa yag paling umum dan paling diminati antara lain film action, drama, komedia, horror. Ada juga beberapa subgenre film yang berasal dari genre utama tersebut dengan karakteristik yang lebih khusus.
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Action: Film yang menghadirkan aksi laga dan pertarungan 2. Adventure: Film tentang pentualangan dan penjelajahan ke suatu tempat atau lokasi 3. Animation: Film kartun yang pembuatannya menggunakan tehnik animasi 4. Biography: Film yang menceritakan sebuah biography tokoh nyata 5. Komedia: Film komedia bertujuan untuk membuat audience tertawa atau bertujuan untuk meghibur. 6. Crime: Film dengan tema criminal sebagai cerita utama. 7. Documentary: Film yang mendokumentasikan kenyataan, istilah documenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai pendidikan dan perjalanan. 8. Drama: Film yang menghadirkan konflik drama dari beberapa tokoh yang ada. 9. Family: Film yang mengandung pesan moral keluarga. 10. Fantasy: Film dengan setting dan karakter yang bersifat fantasi dan imajinatif. 11. History: Film yang menceritakan sebuah kejadian sejarah. 12. Horror: Film horror dengan tujuan membuat penonton ketakutan. 13. Musicals: Film yang berkaitan dengan music dan tarian. 14. News: Adalah jenis film yang memberikan banyak informasi tetang suatu hal yang bersifat informatif. 15. Sci-Fi: Aalah jenis film fantasi imajinasi pengetahuan, khususnya yang bersifat exact yang dikembangkan untuk mendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitik beraktna pada penelitian dan penemuan-penemuan teknologi.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
16. Western: Western adalah jenis film yang berkaitan dengan suku di Amerika dan kehidupan pada zaman kebudayaan suku indian masih ada. Biasanya dalam jenis film western ini menampilkan koboi berkuda, sheriff dan aksi khas duel menembak.
2.4.3
Sejarah Film Di Indonesia Perfilman di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi
raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film di Indonesia merajai bioskopbioskop lokal. Tahun 1900-1942 awal perfilman di Indonesia ini di awali dengn berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 desember 1900 di daerah tanah abang, Batavia dengan nama “Gambar Idoep” yang menanyangkan berbagai macam film bisu. Film pertama yang di buat pertama kalinya di Indoenesia adalah film bisu pada tahun 1926 yang berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang di buat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini di buat dan di rilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan kerajaan Belanda. Film ini di buat dengan di dukung oleh aktor-aktor lokal. Aktor-aktor ini bernaung di perusahaan film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 desember 1926 di teater elite and majestic, Bandung. Setelah sutradara Belanda memproduksi film lokal, berikutnya dating Wong bersaudara yang hijrah dari industry perfilman Shanghai. Awalnya hanya Nelson Wong yang datang dan menyutradarai Lily Van Java pada tahun 1928 pada perusahaan south sea film co. Kemudian kedua adiknya Joshua dana Otnieal Wong menyusun dan mendirikan perusahaan halimoen film.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sejak tahun 1931, pembuat film lokal mulai membuat film bicara. Percobaan pertama antara lain di lakukan oleh Theng Theng Chun dalam film perdananya Boenga Roos dari Tcikembang pada tahun 1931, akan tetapi film yang dihasilkan sangat buruk. Beberapa film bicara lain pada saat itu antara lain film yang di buat oleh halimoen film yaitu Indonesia Malaise pada tahun 1931. Pada awa tahun 1934, Albert Balink seorang wartawan belanda yang tidak pernah terjun ke dunia perfilman dan hanya mempelajari film lewat bacaan-bacaan dan mengajak Wong bersaudara utuk membuat film Pareh dana mendatangkan tokoh film Belanda yaitu Manus Franken, untuk membantu pembuatan film tersebut. Oleh karena latar belakang Franken yang sering membuat film dokumenter, maka banyak dari adegan film pareh yang menampilakan keindihan alam india belanda (Indonesia). Film seperti ini rupanya tidak mempunyai daya tarik untuk penonton film lokal, karena dalan kesehariannya mereka sudah sering melihat gambar-gambar tersebut. Balink tidak menyerah dan kembali membuat perusahaan film ANIF (gedung ANIF kini menjadi gedung PFN yang terletak di kawasan jatinegara) dengan dibantu oleh Wong bersaudara dan seorang wartawan pribumi yang bernama saroen. Akhirnya tidak menunggu waktu lama mereka memproduksi film Terang Boelan yang berhasil menjadi film cerita lokal pertama yang mendapatkan sambutan yang luas dari kalangan penonton kelas bawah. Pada periode 1942-1949 produksi film di Indonesia dijadikan alat propaganda politik jepang, pemutaran film di bioskop di batasi untuk penampilan film-film propaganda jepang dan film-film Indonesia yang sudah ada sebelumnya.
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sehingga bisa dikatakan bahwa era ini bisa disebut sebagai surutnya produksi film nasional. Pada tahun 1942 perusahan film jepang yang beroperasi di Indonesia hanya dapat memproduksi 3 film yaitu Pulo Inten, Bunga Semboja, dan 1001 malam. Lenyapnya usaha swasta di bidang perfilman dan sedikitnya produksi yang dihasilkan oleh studio yang dipimpin oleh jepang dengan sendirinya mempersulit ruang gerak dan kesempatan hidup para artis dan juga karyawan film dan pembentukan bintang-bintang baru hampir tidak ada. Namun mereka yang sudah dilahirkan sebagai artis tidak dapat begitu saja meninggalkan profesinya sebagai artis. Salah satunya jalan keluar untuk tetap mengembangkan memelihara vakat serta mempertahankan hidup adalah dengan cara melakoni peran dipanggung sandiwara.
2.4.4 Fungsi Film Film sebagai hasil seni budaya mempunyai fungsi dan manfaat yang luas dan besar baik dibidang ekonomi, sosial, maupun budaya dalam rangka menjaga dan mempertahankan keanekaragaman nilai-nilai dalam penyelangeraan berbangsa dan bernegara. Film juga berfungsi sebagai sarana perberdayaan masyarakat luat, film juga sebagai pengeskpresian dan perkembangan seni, budaya, pendidikan, dan hiburan. Selain itu film juga berfungsi sebagai sumber penerangan dan informasi, dan juga berfungsi sebagai bagian dari komoditas ekonomi. Sebuah film hidup dari bentukan teknologi rekaman gambar dan suara, dan termasuk ada di dalamnya berbagai unsur kesenian seperti sastra, teater, seni rupa dan juga musik. Film saat ini menjadi salah satu pilihan hiburan bagi masyarakat di seluruh dunia ini.
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fungsi film juga bukan hanya sekedar sebagi hiburan namun juga sebagai media penyampaian pesan yang lebih mudah di terima oleh masyarakat. Selain fungsinya sebagai sarana hiburan, alur cerita dalam sebuah film juga bisa menyampaikan berbagai pesan dari berbagai strereotype kehidupan, tergantung genre film itu sendiri. Namun biasanya film lebih bersahabat dengan masyarakat. Pasalnya film banyak mengangkat kehidupan sosial masyarakat yang bertentangan dengan kehidupan realistis problematika yang terjadi dalam kehidupan. Apalagi saat ini banyak film yang mengangkat realistas penentangan masyarakat akan suatu system yang di terapkan atau di suarakan pemerintah. Saat ini banyak generasi muda yang tertarik berkecimpung di dunia perfilman, geliat tersebut di respon positif oleh para penikmat film. Dalam film pasti juga mengandung fungsi informatif, maupun edukatif, bahkan juga persuasif.
2.4.5
Karakter Film Film secara sederhana di definisikan sebagai cerita yang secara sederhana
di tuturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Dari definisi tersebut kini mendapatkan empat elemen penting yaitu salah satunya adalah cerita, sebernarnya bisa dikisahkan dari berbagai macam media seperti novel, drama panggung, dan sebagainya. Namun, karakteristik film menggunakan unsur gambar sebagai sarana untuk menyampaikan informasi.Sebagai yang kita ketahui,dalam sejarahnya,film adalah kesinambungan dari fotografi,pada mula nya film masih bisu,baru kemudian unsur suara melengkapi unsur gambar.
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar
dan
suara,keduanya
bersama-sama
menceritakan
pada
penonton,keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara. Bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberika kita kepada satu pengertian,gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan demikian apabila kita ingin menuturkan cerita suatu film ,maka kita harus berfikir visual. Artinya ,berfikir bagaimana suatu informasi akan disampaikan dalam bentuk gambar. Unsur suara dialog music dan efek merupakan sarana penunjang. Namun unsur suara ini di pergunakan apa bila gambar sudah tidak sanggup menjelaskan, gambar tidak efektif dan efesien, suara di pergunakan untuk menunjang mood, suasana dan perasaan, suara juga di pergunakan sebagai kebutuhan realita.
2.4.6
Pemahan Film dan Makna Pesan di Dalamya.
Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke 19. Film juga merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya dimana didalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi atau membentuk suatu pandangan dimasyarakat dengan muatan pesan di dalamnya. Hal ini di dasarkan argument bahwasannya film adalah potret dari realitas yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat lalu kemudiam memproyeksikannya di dalam gambar 17. Film sebagai bentuk suatu karya seni, banyak maksut serta tujuan yang terkandung di dalam suatu film. Hal ini dipengaruhi juga oleh pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut. Meskipun cara pendekatannya berbeda, dapat dikatakan setiap film mempunyai suatu sasaran, yaitu menarik perhatian orang-orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung oleh suatu film tersebut. Selain itu film juga dirancang untuk melayani keperluan pubik terbatas maupun keperluan public tidak terbatas 18. Film merupakan transformasi dari kehidupan manusia dimana nilai yang ada didalam masyarakat sering kali di jadikan bahan utama pembuatan film. Seiring dengan bertambah majunya seni pembuatan film dan lahirnya seniman film yang makin handal, banyak film kini telah lahir menjadi suatu narasi dan kekuatan besar dalam membuat klise mahal. Film juga dapat dijadikan sebagai media propaganda oleh pihak-pihak tertentu dalam menarik perhatian masyarakat dan membentuk kecemasan ketika di pertontonkan, contohnya seperti kekerasan seperti film tentang psikopat atau pembunuhan, anti sosial rasisme dan lain sebagainya. Kecemasan ini muncul berasal dari keyakinan bahwa isi pesat dari film tersebut mempunyai efek moral, psikologis, serta masalah sosial yang merugikan. Memahami makna pesan dalam suatu film merupakan suatu hal yang sangat kompleks. ______________________ 17
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 126-127.
Irawanto, Film Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer Dalam Sinema Indonesia (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), hlm. 88.
18
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hal ini dapat di telaah telebih dahulu dari arti kata makna yang merupakan istilah yang sangat membingungkan. Menurut beberapa ahli linguis dan filusuf, makna dapat di jelaskan seperti menjelaskan makna secara ilmiah, mendeskripsikan makna secara ilmiah, dan menjelaskan makna dalam proses komunikasi
19
.
Sedangkan definisi makna yang dikemukan oleh salah satu ahli yaitu Brown makna adalah sebagai kecenderungan untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa
20
. Wendell Jhonson menambahkan pandangannya terhadap ihwal
teori dalam konsep makna di antaranya seperti makna ada di dalam diri manusia, makna tidak terletak hanya pada kata-kata tetapi pada diri seorang manusia. Dalam hal ini kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin di komunikasian. Kata-kata tidak secara lengkap dan sempurna menggambarkan makna yang kita maksut
21
. Demikian pula makna yang didapat
pendengar dari pesan-pesan kita amati berbeda dengan makna yang inin kita komunikasikan. Ada pula makna berubaha-ubah, kata- kata relatif statis namun makna dari kata-kata terus berubah, hal ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna. Makna lainnya adalah makna yang membutuhkan acuan seperti makna yang mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bila mana dia mempunyai kaitan dengan dunia atau juga lingkungan eksternal. ____________________ Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 23.
19
20
Brown H. D, Principles of language learning and teaching (London: Printice-Hall Inc, 1987)
21
Wendell Jhonson, Productivity through Human Resources Development (jornal: 2003)
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun ada pula makna yang bila disingkatkan secara berlebihan maka makna tersebut akan berubah. Berkaitan dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah adalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan yang berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang kongkrit dan dapat diamati. Pada suatu saat tertentu jumlah kata dalam suatu makna juga sangat terbatas, namun maknanya luas dan tidak terbatas. Maka dari itu satu kata mempunyai banyak makna, hal ini tentu saja dapat menimbulkan suatu masalah jika sebuah kata di artikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. Makna hanya di komunikasikan sebagian, makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar dan dapat di jelaskan. Teori yang bisa di gunakan dalam memecahkan makna ungkapan dengan cara mengidentifikasi sesuatu adalah dengan teori ideasonal (The Ideational Theory) ini adalah teori tentang makna. Menurut Alston teori ideasonal menghubungkan makna dengan suatu idea representasi psikis yang di timbulkan kata atau ungkapan tersebut kepada kesadaran atau bisa dikatakan teori ini mengidentifikasi makna dengan gagasan yang ditimbulkan oleh suatu ungkapan. Teori ini melatar belakangi pola pikir orang mengenai bahasa sebagai suatu instrument atau alat bagi komunikasi pikiran, sebagai gambaran fisik dan eksternal dari suatu keadaan internal, bila mana orang meletakan suatu kalimat sebagai suatu rangkaian kata-kata yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap. Bahasa yang di pandang sebagai alat atau gambaran lahiriah dara gagasan atau pemikiran manusia.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tak kala media dikendalikan oleh kepentingan ideologis, media sering di tuduh sebagai perumus realitas sesuai dengan ideology yang melandasinya. Yang di maksutkan dalam hal ini adalah sebuah ideology itu menyusup dan menanamkan pengaruhnya lewat media secara tersembunyi dan mengubah pandangan setiap orang secara tidak sadar. Media bukan hanya menentukan realitas hal seperti apa yang dikemukakan namun media juga harus bisa memilah siapa yang layak dan tidak layak masuk dalam bagian dari realitas itu. Dalam hal ini media juga bisa menjadi control hal yang mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan di dalam masyarakat.
2.4.7
Film Sebagai alat Komunikasi Film merupakan seni mutahkir yang muncul pada abad ke- 20 fil sendiri
merupaka perkembangan dari dari fotografi yang di temukan oleh Joseph Nicephore Niepce dari perancis pada tahun 1826. Penyempurnaan dari fotografi yang berlanjut dan akhirnya mendorong rintasan penciptaan film itu sendiri. Namanama penting dalam sejarah penemuan film ialah Thomas Alva Edison dan Lumiere bersaudara
22
. Dari awal munculnya film sampai sekarang banyak bermunculan
sineas-sineas, sinesas yang dimaksut disini adalah istilah umum yang merujuk seseorang yang memiliki keahlian yang memiliki keahlian tentang cara dan tehnik pembuatan film. _________________________ 22.
Sumarno Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Grasindo, 1996), hlm. 2.
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Makin terampil dalam membuat, meramu segala unsur untuk membentuk suatu film. Dari berbagai pemikiran seorang pembuat film yang di tuangkan dalam karyanya maka film dapat di golongkan sebagai film cerita dan non cerita. Film cerita sendiri memiliki berbagai genre atau jenis film dengan durasi waktu yang berbeda-beda pula ada yang berdurasi beberarapa menit hingga hitungan jam. Genre sendiri dapat di artikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk atau isi film itu sendiri. Ada yang menyebutkan film drama, film horror, film klasikal, film laga atau action, film fiksi ilmiah, dan lain-lain. Film yang juga merupakan media komunikasi, tidak mencerminkan atau bahkan merekam realistas seperti medium representasi yang lain film hanya mengskonstruksi dan mengadirkan kembali, gambaran dari realitas melalui kode-kode, konvensikonvensi, mitos dan ideologi-ideologi dari kebudayannya sebagai cara praktik signifikasi yang khusus dari medium. Dalam pembuatan cerita sebuah film cerita di perlukan proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan di kerjakan sedangkan proses teknis berupa ketrampilan artistic untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadim sebuah film yang siap di tonton. Oleh karena itu semua film terutama film cerita dapat dikatakan sebagai wahana penyebaran nilai-nilai. Jika dalam film cerita memiliki ragam jenis demikian juga yang tergolong pada film no cerita, namun pada mulanya hanya ada dua tipe film non cerita ini yakni film documenter dan film faktual.
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Film faktual umumnya hanya menampilkan fakta, kamera ada hanya sekedar merekan peristiwa sedangkan film documenter selain mengandung fakta dia juga mengandung subyekfitas di artikan sebagai tugas atau opini terhadap peristiwa. Film documenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah dokumenter pertama di gunakan dalam resesi film moana (1926) oleh Robert Flaherty, di tulis oleh The Moviegoer, nama samara John Grierson di New York pada tanggal 8 februari (1926). Di perancis istilah documenter dipergunakan untuk semua film non fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, semua film pertama adlah dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun, dan pada dasarnya pula film documenter mempresentasikan kenyataan.
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5 Semiotika 2.4.1. Pengertian Semiotika Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari yunani “semeion” yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yng terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.23. sedangkan secara terminologis semiotika dapat di defisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.24 semiotik sebagai mana dijelaskan oleh Ferdinand de Sausure dalam course in general linguistics, adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotic adalah ilmu yang memepelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaan di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, serta relasi antara komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya 25. Berikut adalah tipologi tanda: Pertama tanda sebenarnya (proper sign). Tanda sebenarnya adalah tanda yang mempunyai
relative simetris
dengan
konsep atau realitas
yang
mempresentasikannya.
___________________________________________________
23. Alex Sobur. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis wacana, Analisis semiotika, Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, hal 95. 24. Ibid. 25. Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika Yogyakarta: Jalasutra, 2003, hal 47.
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kedua, tanda palsu (pseudo sign). Tanda palsu adalah tanda yang bersifat tidak tulen, tiruan, berpresentasi, gadungan, yang didalamnya berlangsung semacam reduksi realitas, lewat reduksi penanda dan pertanda. Ketiga, tanda dusta (false sign). Tanda dusta adalah tanda yang menggunakan penanda yang salah (false sign) untuk menjelaskan sebuah konsep yang, demikian, juga salah. Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya. Cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaanya oleh mereka yang menggunakannya
26
.
Pada dasarnya, analisis semiotika merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu di pertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/ wacana tertantu. Analisisnya bersifat paragmatik dalam arti berupaya dalam menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah teks. Maka orang sering megatakan semiotika adalah upaya menemukan makna “berita dibalik berita”27. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis yang mempelajari hakikat keberadaan suatu tanda, bagaimana kemanusian (humanity) menggunakan hal-hal (things). Suatu tanda menandai sesuatu selain dirinya sendiri, maka adalah hubungan antara suatu objek atau ide suatu tanda. Dengan semiotika kita lantas berhubungan dengan tanda. _________________________ 26. Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi Komunikasi, Jakarta: Kencada Perdana Media Group, 2006, hal. 265. 27. Indiwo Seto Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, hal. 5-6.
38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Seperti yang di ungkapkan oleh segers, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda (signs) dan bedasarkan pada system tanda (sign system) 28. Pandangan tersebut di dukung oleh Preminger yang mengemukakan bahwa, fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, kenvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti
29
. Menurut Fiske dalam bukunya Cultural and
Communication yang di salur oleh Burhan Bungin mengemukakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi, yaitu: 1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tandatanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. 2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode di kembangkn guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksplotasi saluran komunikasi yang tersedia untuk menstramisikannya. 3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri 30.
_____________________________ 28. Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003, hal. 15-16. 29. Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Jakarta, 2008, cet ke-3, hal. 263.
30. M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 167.
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.2. Semiotika Film Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis structural atau semiotika. Seperti yang dikemukan oleh Van Zoest yang dikutip oleh sobur mengatakan film dibangun oleh tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk beberapa efek yang diharapkan. Berbeda denagn fotografis statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan system penandaan. Karena itu menurut Van Zoest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama
yang
digunakan
tanda-tanda
ikonis,
yakni
tanda-tanda
yang
menggambarkan sesuatu. Film umunya dibangun oleh banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yang di ucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiri gambar-gambar) dan music film 31. Seperti dikatakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Sobur film menuturkan ceritanya dengan cara khususnye sendiri, kekhusussan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan petunjuknya dengan proyek dan layar. Semiotika film untuk membuktikan hak keberadaanya yang dalam halhal penting menyimpang dari sintakmatis dan semantic teks dalama arti harfiah, harus memberikan perhatian khusus pada kekhusussan tersebut.
_________________________________ 31. Opcit, Alex Sobur, hal. 182.
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Semiotika berkatain dengan komunikasi dan juga pemaknaan akan pesan yang di dapat lewat proses berkomunikasi, salah satunya adalah media massa. Seperti yang di ungkapkan oleh Roaland Barthes dalam salah satu perspektif semiologis (semiotika): “Sistem-sistem yang paling penting yaitu yang berasal dari semiology komunikasi massa, merupakan sistem-sistem yng kompleks yang didalamnya melibatkan beberapa subtansi yang berbeda-beda.”32 Media massa sudah menjadi kebutuhan primer saat ini bagi masyarakat, masyarakat sudah tidak dipisahkan dengan media massa, karena adanya sifat ketergantungan kepada media dimana kebutuhan akan teknologi sudah tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu media massa yaitu film juga saling berkaitan dengan lingkup semiotika, karena film merupakan proses pertrasferan informasi dari pada produser film kepada target marketnya, dan dalam proses trasmisi informasi tersebut film melibatkan tanda-tanda, kode-kode, dan makna-makna yang nantinya dapat diteliti secara lebih mendalam makna dari pesan-pesan yang disampaikan tersebut, dengan menggunakan metode semiotika. Penggunaan bidan studi semiotika dalam memahami film banyah faedahnya, selain menganalisis film dan isisnya, juga untuk menganalisis apakah film yang dibuat telat tepat dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis naskah.
_____________________________
32. Roland Barthes, Setualang Semiologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007, hal, 30.
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penggunaan semiotika dalam menganalisis film adalah untuk mencari keefektifan film yang dibuat, sehingga akan tercipta relasi (satu atau dua arah) yang tepat antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasikan lewat film. Komunikasi semiotika dan kebudayaan dalam hal ini adalah hal-hal yang berkaitan, dimana budaya berkaitan erat dengan komunikasi dan juga simbol-simbol yang dipakai dalam budaya tersebut yang akan mempengaruhi komunikasi yang berlangsung nantinya dan semiotikalah yang di gunakan untuk mengkaji ketertarikan dalam komunikasi dan kebudayaan tersebut melalui simbol-simbol.
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.3. Teori Roland Barthes Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Semiotik pada perkembangannya menjadi perangkat teori yang digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia.33 Roland Barthes dalam karyanya menggunakan pengembangan teori tanda de Saussure (penanda dan petanda) sebagai upaya menjelaskan bagaimana kita dalam kehidupan bermasyarakat di dominasi oleh konotasi. Konotasi adalah pengembangan segi petanda (makna atau isi suatu tanda) oleh pemakai tanda deduai dengan sudut pandangnya. Jika konotasi sudah menguasai masyarakat, akan menjadi mitos. Roland Barthes mencoba menguraikan betapa kejadian keseharian dalam kebudayaan kita menjadi seperti “wajar”, padahal itu mitos belaka akibat konotasi yang menjadi mantap di masyarakat.34 Salah satu contoh yang di berikannya adalah “olahraga” gulat di prancis. Ternyata menurutnya, “gulat bukan olahraga, tetapi tontonan.35 Gulat adalah olahraga yang di rekaya, namun penonton tidak mempersoalkannya.
__________________________________ 33. Benny Hoed, Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, Pengantar: Tommy Chirstomy (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hal. 3. 34. Roland Barthes, the semiotics challenge, (New York: Hill & Wang, 1988), hal. 13. 35. Benny Hoed, Semiotik & Dinamika Sosial Budaya, Pengantar: Tommy Chirstomy (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hal. 5.
43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Yang penting adalah bagaimana perilaku dan tampilan pegulat sebagai penanda bahwa dirinya adalah seorang pegulat, dalam kognisi penonton di beri makna atau petanda sesuai dengan kengininan penonton yang menjadi favorit harus menang. Inilah konotasi, yakni perluasan petanda oleh pemakai petanda, dalam kebudayaan. Roland Barthes adalah penerus pemikiran da Saussure, Saussure tertarik pada kompleks pembentukan kalimat dan cara-cara bentuk kalimat menetukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Kancah penelitian semiotika tak bisa begitu saja melepaskan nama Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental struktulisme kepada semiotika teks.32 Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisanya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model glossematic sign (tanda-tanda glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah system yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan konten (atau signified) (C): ERC. Sebuah system tanda primer (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah system tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula.
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Barthes menulis: Such sign system can become an element of a more comprehensive sign system. If the extention in one of content, the primary sign (E1R1C1) become the expression of a secondary sign system:
E2 =
(E1 R1 C1) R2 C2 “ 36
Dengan begitu, primary sign adalah denotative sedangkan secondary sign adalah denotative sedangkan sign adalah satu dari connotative semiotics. Konsep connotative inilah yang menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes. Fiske menyebut model ini sebagai signifikasi dua tahap (two order of signification)
37
. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier (ekpresi) dan signified (content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang di sebutkan oleh Barthes sebagai denotasi yaitu makna yang paling nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah istilah yang di gunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari beduyaanya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.
____________________________ 36. Winfriend Noth, Hand Book Of Semiotics, (Indiana University Press, 1990), hal. 310-313. 37. Indiwan Setyo Wahyu, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Penelitian Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wancana Media, 2013), hal. 21.
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotative.38 Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotika adalah untuk menyediakan metode analisis dan kerangka berpikir dan mengatasi terjadinya salah baca (misreading) atau salah dalam mengartikan makna suatu tanda. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya
mengenai
feiminimitas,
maskulinitas,
ilmu
pengetahuan
dan
kesuksesan.39 Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya.
_____________________________________ 38. little John Dalam Alex Sobur, hal. 128. 39. Fiske, John. 1990, Introduction To Communication Studies. (London: Second Edition: 1990). hal, 88.
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/