BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Konsep Sistem Dari bebagai jenis sistem yang diidentifikasi di atas, cukup sulit untuk
memberikan definisi yang pas. Namun demikian secara umum menurut West Churchman, sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan. Sesuai dengan definisi tersebut, sebuah sistem memiliki tiga karakteristik, yaitu: (1) komponen, atau sesuatu yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan; (2) proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan komponen yang terlibat dalah sebuah sistem; dan (3) tujuan, yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai dari kegiatan koordinasi komponen tersebut. Meskipun proses dan tujuan sistem bersifat tidak kelihatan (intangible), namun kedua karakteristik tersebut juga merupakan elemen penting, sama pentingnya dengan elemen yang kelihatan (tangible). (Krismiaji, 2014 : 1).
II.1.1. Subsistem dan Supersistem Sebuah sistem terdiri atas beberapa bagian yang memiliki karakteristik sama dengan sistem induknya. Bagian dari sistem semacam ini disebut dengan subsistem. Dengan demikian subsistem juga memiliki juga memiliki ko mponen, proses, dan tujuan. Meskipun sebuah subsistem dapat memiliki tujuan yang berbeda dengan induknya, namun tujuan tersebut harus dikoordinasikan dengan tujuan sistem induk sehingga dapat tercapai kesesuaian dengan tujuan. Sebuah subsistem juga merupakan bagian dari sebuah sistem yang levelnya paling tinggi yang disebut dengan supersistem atau sistemnya sistem. Dengan demikian memyimpulkan bahwa sebuah sistem pada dasarnya merupakan
kumpulan dari beberapa subsistem, sedangkan supersistem merupakan kumpulan dari beberapa sistem. Meskipun ada tiga
istilah
yang terkait
dengan sistem, penyebutan atau
pengelompokkannya bersifat subyektif, artinya tergantung dari sudut pandang seseorang apakah akan menyebut sebuah sistem dengan sebutan sebuah sistem, subsistem atau supersistem. Sebagai contoh, seseorang mungkin menyebut sistem transportasi umum (publik) sebagai sebuah supersistem yang terdiri atas sistem transportasi darat, sistem transportasi laut, dan sistem transportasi udara. Tujuan sistem tersebut adalah memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan berbagai bentuk teknologi. Tujuan dari masing-masing subsistem konsisten dengan tujuan sistem yang lebih besar, yaitu memindahkan orang atau barang dari satu lokasi ke lokasi lainya. (Krismiaji, 2014 : 2).
II.1.2. Batas dan Penghubung Sistem Sebuah sistem harus memiliki batas, sehingga seseorang dapat membedakan antara sebuah sistem dengan sistem yang lain. Batas sistem juga membantu mengidentifikasi komponen-komponen sebuah sistem. Batas sistem ada yang mudah diidentifikasi dan ada yang mudah diidentifikasi. Contoh sistem yang mudah diidentifikasi batasnya adalah sistem transportasi darat, sistem transportasi udara dan sistem transportasi laut. Contoh sistem yang sulit diidentifikasi batasnya secara tepat adalah sistem ekonomi, sistem keuangan, dan sejenisnya. Dalam kaitannya dengan tugas perancangan sebuah sistem informasi, maka salah satu tugas yang sulit adalah mengindentifikasi batas sebuah sistem informasi baru. Jika batas sebuah sistem telah diidentifikasi, maka perlu ditentukan penghubung (interface). Penghubung berfungsi menghubungkan komponen-komponen sistem atau
menghubungkan sebuah sistem dengan sistem yang lain. Sebagai contoh, penghubung antara sistem transportasi darat dan sistem transportasi udara adalah bandara. Dengan adanya bandara, maka seseorang dapat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain secara lebih efisien. Penghubung sering pula dirancang untuk menciptakan kemandirian (decoupling) antara komponen atau subsistem. Dengan terciptanya kemandirian, maka komponen sistem dapat beroperasi secara independen tanpa tergantung proses yang dilakukan oleh komponen atau subsistem lain. Sebagai contoh, seseorang yang akan naik pesawat terbang dapat tiba di bandara dua atau tiga jam sebelum jadual keberangkatan. Dengan demikian, maka bandara tersebut merupakan penghubung sistem yang sekaligus menciptakan kemandirian antar subsistem atau komponen. (Krismiaji, 2014 : 2).
II.1.3. Jenis-Jenis Sistem Meskipun sistem memiliki bermacam-macam bentuk, sistem tersebut memiliki karakteristik yang universal. Konsep sistem mengelompokkan sistem ke dalam empat kelompok, seperti berikut : 1. Sistem tertutup (Closed systems), yaitu sistem yang secara total terisolasi dari lingkungannya. Tidak ada penghubung dengan pihak eksternal, sehingga sistem ini tidak memiliki pengaruh terhadap dan dipengaruhi oleh lingkungan yang berada di luar batas sistem. Sistem semacam ini hanya ada dalam teori saja, karena dalam kenyataan semua sistem berinteraksi dengan lingkungannya dengan caranya masing-masing. 2. Sistem relatif tertutup (Relatively closed systems), yaitu sistem yang berinteraksi dengan lingkungannya secara terkendali. Sistem semacam ini memiliki penghubung yang menghubungkan sistem dengan lingkungannya dan mengendalikan pengaruh lingkungan
terhadap proses yang dilakukan oleh sistem. Interaksinya berupa input jika input tersebut diperoleh dari lingkungan, dan output jika output tersebut ditujukan kepada pihak yang berada di luar batas sistem. Sistem yang dirancang dengan baik, akan membatasi, bukan mengeliminasi, pengaruh dari luar sistem. 3. Sistem terbuka (Open sistems), yaitu sistem yang berinteraksi dengan lingkunggan secara tidak terkendali. Disamping memperoleh input dari lingkungan, dan memberikan output bagi lingkungan, sistem terbuka juga memperoleh gangguan, atau input yang tidak terkendali yang akan mempengaruhi proses dalam sistem. Sistem yang dirancang dengan baik dapat meminimumkan gangguan ini, dengan cara melakukan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya gangguan dari lingkungan dan selanjutnya menciptakan proses dan cara menanggulangi gangguan tersebut. 4. Sistem Umpan Balik (Feedback control systems), yaitu sistem yang menggunakan sebagian output menjadi salah satu input untuk proses yang sama di masa berikutnya. Sebuah sistem dapat dirancang untuk memberikan umpan balik guna membantu sistem tersebut mencapai tujuannya. Salah satu contoh sistem yang dirancang untuk tujuan melakukan pengendalian adalah sistem pelaporan pertanggungjawaban, dimana sistem ini menghasilkan laporan pelaksanaan kegiatan yang berisi perbandingan antara target dengan realisasi kegiatan. Atas dasar informasi dalam laporan tersebut, manajemen dapat menggunakannya sebagai umpan balik guna membuat rencana yang lebih baik di masa mendatang. (Krismiaji, 2014 : 3).
II.1.4. Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akutansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis. Untuk dapat menghasilkan informasi yang
diperlukan oleh para pem buat keputusan, sistem informasi akutansi harus melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut : 1. Mengumpulkan transaksi dan data lain dan memasukkannya ke dalam sistem 2. Memproses data transaksi 3. Menyimpanan data untuk keperluan di masa mendatang 4. Menghasilkan informasi yang diperlukan dengan memproduksi laporan, atau memungkinkan para pemakai untuk melihat sendiri data yang tersimpan di komputer 5. Mengendalikan seluruh proses sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya. Jika dihubungkan dengan jenis-jenis sistem di atas, maka sistem informasi akutansi merupakan jenis sistem yang relatif tertutup, karena sistem ini mengolah input menjadi output dengan memanfaatkan oengendalian intern untuk membatasi dampak lingkungan. Input sebuah sistem informasi akuntansi adalah transaksi atau kejadian ekonomi, misalnya penjualan barang secara tunai penjualan barang secara kredit, pembayaran biaya-biaya, dan sebagainya. Transaksi-transaksi tersebut diproses dengan mencatatnya ke dalam jurnal, dipostingkan ke rekening-rekening buku besar, dan diikhtisarkan dalam berbagai macam laporan. Output dari sistem informasi akuntansi adalah berupalaporan keuangan dan laporan manajemen. (Krismiaji, 2014 : 4).
II.1.5. Sub Sistem Dari Sistem Informasi Sistem informasi akuntansi dapat diselenggarakan secara manual (tanpa alat bantu komputer), dapat sepenuhnya memanfaatkan teknologi komputer dan teknologi informasi terbaru, atau dapat berupa kombinasi antara keduanya. Meskipun demikian,
proses yang dilakukan oleh sistem informasi akuntansi pada dasarnya adalah sama, yaitu mengumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan, dan melaporkan, data dan informasi. Kertas, pena, perangkat keras komputer, dan perangkat lunak komputer pada dasarnya hanya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan informasi. Pada umumnya organisasi perusahaan melaksanakan serangkaian transaksi yang repetitif (berulang), seperti : 1.
Membeli dan membayar barang baku dan barang jadi
2.
Mengangkat dan menggaji karyawan
3.
Mengubah bahan baku dan tenaga kerja menjadi barang jadi atau jasa
4.
Menjual barang atau jasa dan menerima kas
5.
Memproses transaksi dan menghasilkan berbagai laporan untuk manajemen, pemegang saham, dan para kreditur. Kelima transaksi tersebut merupakan siklus pokok dalam sebuah sistem informasi
akuntansi, oleh karena itu, kelima transaksi tersebut disebut juga dengan subsistemdari sistem informasi akuntansi. (Krismiaji, 2014 : 5).
II.2.
Metode EOQ
Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu. Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidak teraturan penjadualan akan memberikan
dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan. Economic Order Quantity (EOQ) pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris pada tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis. Adapun defenisi Economic Order Quantity (EOQ) menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1. Defenisi Menurut Prof. Dr. Bambang Rianto Economic Order Quantity adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. 2. Defenisi Menurut Drs. Agus Ahyadi Economic Order Quantity adalah jumlah pembelian bahan baku yang dapat memberikan minimalnya biaya persediaan. Dari dua defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku (jumlah pembelian bahan yang paling ekonomis) yang dapat menekan biaya-biaya persediaan sehingga efisiensi persediaan bahan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. (Wiwik Wardaningsih, 2014 : 8). Rumus yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah sebagai berikut : Economic Order Quantity = Q = √2xCxR H Dimana : C = Biaya pemesanan setiap kali melaukan pemesanan R = Permintaan dalam satuan unit H = Biaya penyimpanan perunit
Contoh : SMEC Medan pada tahun yang akan datang membutuhkan obat-obatan sebanyak 240.000 Kotak. Harga obat-obatan per kotak Rp2.000. biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar Rp150.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar 25% dari nilai rata - rata persediaan. a. berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis ( EOQ ) ? b. berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam setahun ? c. berapa hari sekali perusahaan melakukan pemesanan ( 1 tahun = 360 hari ) ?
Solusi : a. EOQ = √2xCxR H EOQ = √2 x 240.000 x 150.000 500 EOQ = √144.000.000 EOQ = 12.000 Unit b. Pemesanan yang dilakukan dalam setahun = 240.000/ 12.000 = 20 Kali. c. Jika 1 tahun = 360 hari, maka pemesanan dilakukan = 360/ 20 = 18 Hari Sekali. II.3.
Basis Data Basis data dapat didefenisikan sebagai koleksi dari data-data yang terorganisasi
sedemikian rupa sehingga data mudah disimpan dan dimanipulasi (diperbarui, dicari, diolah dengan perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus). Secara teoritis, basis data tidak harus berurusan dengan komputer (misalnya, catatan belanja hari ini yang dibuat
oleh seorang ibu rumah tangga juga merupakan basis data dalam bentuk yang sangat sederhana). (Adi Nugroho, 2011 : 4).
II.4.
Kamus Data Kamus data merupakan sebuah daftar yang terorganisasi dari elemen data yang
berhubungan dengan sistem, dengan definisi yang tegar dan teliti sehingga pemakai dan analis sistem akan memiliki pemahaman yang umum mengenai input, output, komponen penyimpanan. (Joint ; Yusi Ardi Binarso, dkk, 2012 : 74).
II.5.
Normalisasi Normalisasi dapat dipahami sebagai tahapan-tahapan yang masing-masing
berhubungan dengan bentuk normal. Bentuk normal adalah keadaan relasi yang dihasilkan
dengan
menerapkan
aturan
sederhana
berkaitan
dengan
konsep
kebergantungan fungsional pada relasi yang bersangkutan. (Adi Nugroho, 2011, 199). Kita akan menggambarkannya secara garis besar sebagai berikut : 1. Bentuk Normal Pertama (1NF/ First Normal Form) Bentuk normal pertama adalah suatu bentuk relasi dimana atribut bernilai banyak (multivalues attribute) telah dihilangkan sehingga kita akan menjumpai nilai tunggal (mungkin saja nilai null) pada perpotongan setiap baris dan kolom. 2. Bentuk Normal Kedua (2ND/ Second Normal Form) Semua kebergantungan fungsional yang bersifat sebagian (particial functional dependency) telah dihilangkan. 3. Bentuk Normal Ketiga (3RD/ Thrid Normal Form)
Semua kebergantungan transitif (transitive dependency) telah dihilangkan. 4. Bentuk Normal Boyce-Codd (BCNF/ Boyce-Codd Normal Form) Semua anomaly yang tersisa dari hasil penyempurnaan kebergantungan fungsional sebelumnya telah dihilangkan. 5. Bentuk Normal Keempat (4NF/ Fourth Normal Form) Semua kebergantungan bernilai banyak telah dihilangkan. 6. Bentuk Normal Kelima (5NF/ Fifth Normal Form) Semua anomaly yang tertinggi telah dihilangkan. (Adi Nugroho, 2011 : 199).
II.6.
Hypertext Preprocessor (PHP) PHP (Hypertext Preprocessor) adalah sebuah bahasa scripting yang terpasang
pada HTML. Sebagian besar sintaksnya mirip dengan bahasa pemrograman C, Java, ASP, dan Perl, ditambah beberapa fungsi PHP yang spesifik dan mudah dimengerti. Pada awalnya PHP merupakan kependekan dari Personal Home Page (situs personal) dan PHP itu sendiri pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995, dan pada saat PHP masih bernama FI (Form Interpreter), yang wujudnya berupa sekumpulan script yang digunakan untuk mengolah data form dari web. Selanjutnya Rasmus merilis kode sumber tersebut untuk umum. (Andi, 2015 : 267). Hypertext Preprocessor adalah bahasa skrip yang dapat ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk memrogram situs web dynamos. PHP dapat digunakan untuk membangun sebuah CMS. Pada awalnya PHP merupakan kependekan dari Personal Home Page (Situs personal). PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada waktu itu PHP masih bernama Form Interpreted
(FI), yang wujudnya berupa sekumpulan skrip yang digunakan untuk mengolah data formulir dari web. Selanjutnya Rasmus merilis kode sumber tersebut untuk umum dan menamakannya PHP/FI. Dengan perilisan kode sumber ini menjadi sumber terbuka, maka banyak pemrogram yang tertarik untuk ikut mengembangkan PHP. (Jurnal Momentum ; Anisya, 2013 : 51). Berikut adalah contoh program dari bahasa Php : <TITLE>Latihan Pemasukan Data