BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-Undang, memberikan
definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
15
16
2.1.1. Usaha Mikro
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
b. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
c. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha mikro, antara lain : a. Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti. b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah. f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank. g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
17
Contoh usaha mikro, antara lain :
a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya.
b. Industri makanan dan minuman, industri meubel pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat.
c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, dan lain
lain.
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan. e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi). Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang. b. Tidak sensitif terhadap suku bunga. c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter . d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang
18
sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik
pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
2.1.2. Usaha Kecil Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan hak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil, antara lain : a. Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap atau tidak gampang berubah. b. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap atau tidak berpindahpindah.
19
c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.
d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
e. Sumber
daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha.
f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh usaha kecil, antara lain : a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja. b. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel, kayu dan rotan, industry alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan. d. Peternakan ayam, itik dan perikanan. e. Koperasi berskala kecil.
2.1.3. Usaha Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, usaha menenengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
20
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau
usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). Ciri-ciri usaha menengah, antara lain : a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas, antara lain bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi. b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan, termasuk oleh perbankan. c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain. d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas, antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dan lain-lain. e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan. f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
21
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari
hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu :
a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah.
b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor.
c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa
transportasi taxi dan bus antar proponsi.
d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam.
e. Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
2.2.
Konsep Akuntansi Akuntansi dapat memberikan suatu keteraturan dari penyusunan informasi
keuangan yang diperlukan oleh perusahaan yang disusun berupa suatu laporan keuangan.
2.2.1. Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi keuangan yang berguna baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel (2007:4-5) “Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan”. Pernyataan tersebut juga didukung oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2008:5) yang menyatakan bahwa “Akuntansi
22
adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”. Pernyataan yang
hampir sama juga diungkapkan oleh Soemarso S.R (2009:3) yang dikutip dari
American Accounting Association (AAA) yang mendefinisikan akuntansi sebagai mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk proses memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut. Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu proses mengolah data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan dalam periode tertentu.
2.2.2. Pengguna Informasi Akuntansi Soemarso menghasilkan
S.R
informasi
(2009:3) yang
menyatakan berguna
baik
bahwa
“…akuntansi
akan
bagi
pihak-pihak
yang
menyelenggarakannya maupun pihak luar”. Firdaus A. Dunia (2008:4) menyatakan ada 7 (tujuh) pihak yang berkepentingan menggunakan informasi akuntansi, yaitu : 1. Individu 2. Pemodal atau Calon Pemodal 3. Kreditur 4. Badan Pemerintah 5. Karyawan 6. Kelompok Konsumen
23
7. Manajemen (Pemimpin Perusahaan)
Sistem Akuntansi 2.2.3.
Kegiatan akuntansi merupakan suatu kegiatan yang saling terkait dan
membentuk suatu sistem seperti yang diutarakan oleh Mulyadi (2001:3) bahwa sistem akuntansi adalah organisasi antara formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaannya. Mulyadi (2001:4-5) juga menerangkan satu persatu mengenai unsur sistem akuntansi, diantaranya : 1. Formulir/dokumen merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya suatu transaksi. 2. Jurnal adalah pencatatan akuntansi yang pertama kali dilakukan untuk mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya. 3. Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah tercatat di jurnal. 4. Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalm buku besar. 5. Laporan merupakan output dari sistem akuntansi. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis, dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi :
24
1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu
pengambilan keputusan.
2. Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang
dihasilkan.
3. Pengomunikasian informasi kepada pemakai laporan.
Kegiatan-kegiatan tadi perlu dirangkai dalam suatu sistem yang disebut
sistem akuntansi. (Soemarso S.R, 2009:4)
Accounting Information System is a specialized subsystem of the management information system its purpose is to collect, process, and report information related to the financial aspect of business events. (Gellinas, 2005:15) Dari beberapa sumber di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah serangkaian sub sistem yang terdiri dari formulir, catatan, dan laporan yang kemudian melalui beberapa tahap proses sehingga menghasilkan suatu informasi yang bertujuan untuk membantu pengguna informasi untuk mengambil keputusan.
2.3.
Konsep Akun Akun merupakan catatan yang digunakan untuk menggolongkan transaksi.
Menurut Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel (2007:65) akun (account) adalah catatan akuntansi tersendiri dari kenaikan dan penurunan aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik tertentu. Menurut Soemarso S.R (2009:64) akun
25
atau perkiraan (account) merupakan formulir khusus yang digunakan untuk mencatat dan menggolong-golongkan transaksi sejenis.
2.3.1. Bentuk Akun Menurut Soemarso S.R (2009:64-66) ada tiga bentuk akun, yaitu :
1. Bentuk Akun T (T-Account)
Bentuk ini merupakan bentuk akun yang paling sederhana yang digunakan dalam pencatatan akun. Bentuk ini terdiri dari dari tiga bagian, yakni: (1) Nama akun, yang menjelaskan tentang jenis aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, atau beban yang dicatat dalam akun tersebut, (2) Tempat untuk mencatat penambahan yang terjadi pada akun yang bersangkutan, (3) Tempat untuk mencatat pengurangan. Bentuknya menyerupai huruf T sehingga bentuk ini disebut akun bentuk T atau TAccount. Sisi sebelah kiri akun disebut sisi debit dan sisi sebelah kanannya disebut sisi kredit. Tabel 2.1 Contoh Akun Bentuk T (T-Account) Nama Akun Sisi sebelah kiri
Sisi sebelah kanan
(debit)
(kredit)
2. Akun Dua Kolom Bentuk akun dua kolom dapat terlihat dalam contoh tabel di bawah ini.
26
Tabel 2.2 Contoh Bentuk Akun Dua Kolom
Nama Akun:
Tanggal Keterangan Ref Debit
Tanggal
Nomor Akun: Keterangan Ref Kredit
Total Debit
Total Kredit
2.3.2. Klasifikasi Akun
Akun dalam buku besar biasanya diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya sebagai aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, atau beban. Sebagai tambahan, akun-akun tersebut dapat dikelompokkan lagi dalam kategori-kategori yang lebih luas. Soemarso S.R (2009:68) memberikan contoh pengklasisfikasian akun sebagai berikut : 1. Akun Neraca Sesuai dengan unsur-unsur dalam persamaan akuntansi, akun dapat diklasifikasikan menjadi akun-akun aktiva, kewajiban, dan modal. Akunakun ini sering disebut dengan akun-akun neraca atau akun riil oleh karena aktiva, kewajiban, dan modal merupakan unsur-unsur dari neraca. Contoh akun aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, dan macam-macam beban dibayar di muka. Tanah, gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan juga termasuk contoh-contoh akun aktiva. Akun kewajiban diantaranya utang wesel, utang usaha, utang bank, utang gaji, utang pajak, dan utang bunga. Akun modal mencakup modal X dan Prive X. akun prive digunakan untuk mencatat pengambilan-pengambilan uang yang dilakukan oleh pemilik dan digunakan untuk keperluan pribadinya.
27
2. Akun Laba Rugi
Dalam persamaan akuntansi dijelaskan bahwa transaksi-transaksi pendapatan dan beban dicatat sebagai penambahan dan pengurangan
modal. Dalam sistem pencatatan dengan menggunakan akun, transaksi-
transaksi tersebut dicatat dalam akun-akun yang terpisah. Akun-akun
pendapatan dan beban sering disebut dengan akun-akun laba rugi atau
akun nominal. Pendapatan dapat berasal dari macam-macam kegiatan, misalanya penjualan barang, pemberian jasa atau kegiatan-kegiatan lain dalam rangka usaha dan dengan tujuan memeperoleh laba. Akun-akun yang termasuk dalam pendapatan antara lain penjualan, pendapatan jasa, dan pendapatan sewa. Beban yang terjadi untuk memperoleh pendapatan juga dapat bermacam-macam. Contoh akun beban adalah beban gaji, beban perlengkapan, beban penyusutan, beban bunga, beban sewa, dan beban serba-serbi.
2.3.3. Bagan Akun Kumpulan akun-akun dalam sebuah perusahaan pada umumnya saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan mengingat jumlah akun yang banyak maka diperlukan suatu bagan akun yang berguna untuk memudahkan proses pencarian dan pencatatan serta pelaporan saldo akun ataupun untuk keperluan penyusunan laporan keuangan.
28
2.3.4. Sistem Pengkodean Akun
Pengkodean ini biasanya dilakukan untuk memudahkan pencarian data
dan memastikan bahwa data yang dimasukkan sesuai dengan akun yang
seharusnya. Ada beberapa sistem pengkodean menurut Gellinas (2005:160) dalam
bukunya Accounting Information System yaitu : 1. Sequential Coding
Sequential coding merupakan pengkodean secara berurutan, sistem ini tidak memungkinkan akun baru ditempatkan pada tempat yang seharusnya, namun meneruskan pengkodean. Misalnya akun aktiva lancar baru bisa saja berada di bawah akun aktiva tetap. Padahal dalam laporan keuangan urutan aktiva haruslah diurut berdasarkan yang paling likuid. Contoh pengkodean berdasarkan sequential coding : 1. Aset 2. Kas 3. Piutang 4. Kewajiban 5. Ekuitas
2. Block Coding Dalam block coding, sedikit mengatasi masalah dalam sequential coding. Block coding ini memberikan grup nomor untuk satu kelompok yang sama atau range nomor. Dengan pengelompokan ini apabila ada penambahan akun baru pada satu kelompok maka akun tambahan yang baru muncul akan berada pada kelompok yang seharusnya.
29
Contoh sistem pengkodean block coding:
001 – 100 Aset Lancar 101 – 200 Aset Tetap
201 – 300 Kewajiban Jangka Pendek
301 – 400 Kewajiban jangka Panjang
401 – 500 Ekuitas
3. Significant Digit Coding
Sistem pengkodean ini lebih baik dari pada 2 sistem sebelumnya. Sistem ini memberikan kode yang lebih spesifik pada item atau akun dimana mengandung digit yang berarti atas pengelompokan item atau akun tersebut. Biasanya digunakan dalam pengkodean pesediaan atau barang. Misalnya pemberian nomor berdasarkan tipe barang, kelompok barang dan letak penempatan barang. Contoh Significant Digit Coding : 01 1 100 Mobil Avanza 01 2 100 Mobil APV 01 3 200 Mobil Pregio Penjelasan : untuk mobil avanza 1 X XXX = tipe akun mobil X 1 XXX = kelompok mobil avanza X X 100 = tempat mobil misalnya di kantor
30
4. Hierarchical Coding
Sistem hierarchical coding kurang lebih sama dengan sistem significant digits coding mengandung urutan kode lebih spesifik. Dalam
hierarchical coding pengkodean terjadi berdasarkan urutan dimana tingkat
pengkodean dilakukan dari yang paling luas menjadi lebih spesifik. Sistem
ini yang biasanya digunakan dalam pengkodean akun. Pengkodean yang dilakukan pada kelompok aktiva biasanya diawali angka 1, kelompok kewajiban diawali nomor 2, kelompok aktiva bersih diawali nomor 3, kelompok Pendapatan diawali nomor 4 dan kelompok biaya diawali nomor 5. Contoh pengkodean akun atau perkiraan : 1-0-000 Aset 1-1-000 Aset Lancar 1-1-001 Kas di tangan 2-0-000 Kewajiban 3-0-000 Ekuitas 4-0-000 Pendapatan 5-0-000 Beban Penjelasan : Digit pertama menunjukkan nomor kelompok akun Digit kedua menunjukkan jenis dari kelompok akun 3 digit selanjutnya menunjukkan nomor urut akun
31
5. Mnemonic Coding Sistem ini tidak hanya mengandung unsur angka namun juga
mengandung unsur huruf sehingga memudahkan pemakainya untuk
mengingat kode akun tersebut.
Contoh penggunaan Mnemonic Coding AK
Aset AKL – 100
Aset Lancar
AKT – 100 001
KW
Kewajiban
AB
Ekuitas
PD
Pendapatan
BB
Beban
Kas
2.3.5. Saldo Normal Akun Jumlah penambahan yang dicatat dalam suatu akun biasanya sama atau lebih besar daripada jumlah pengurangannya. Oleh karena itu, saldo normal semua akun adalah positif. Aturan debit-kredit dan saldo normal untuk tiap-tiap jenis akun menurut Soemarso S.R. (2009:72) diikhtisarkan sebagai berikut : Tabel 2.3 Saldo Normal Akun Jenis Akun
Penambahan
Pengurangan
Saldo Normal
Aset
Debit
Kredit
Debit
Kewajiban
Kredit
Debit
Kredit
Modal
Kredit
Debit
Kredit
Prive
Debit
Kredit
Debit
Pendapatan
Kredit
Debit
Kredit
Beban
Debit
Kredit
Debit
32
2.4.
Siklus Akuntansi Akuntansi
merupakan
suatu
kegiatan
yang
bergerak
secara
berkesinambungan, berkaitan dan membentuk suatu siklus yang disebut sebagai
siklus akuntansi. Siklus akuntansi (accounting cycle) adalah proses akuntansi
yang diawali dengan menganalisis serta menjurnal transaksi dan diakhiri dengan
mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi tersebut. (Carl S. Warren; James M.
Reeve; Philip E. Fees, 2005:174)
Proses pembuatan laporan akuntansi berjalan terus-menerus dan berulang kembali sehingga merupakan suatu arus berputar (siklus). Tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya disebut siklus akuntansi (accounting cycle). Siklus akuntansi terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Tahap Pencatatan : 1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi. 2. Pencatatan dalam jurnal (buku harian). 3. Pemindahbukuan (posting) ke buku besar. Tahap Pengikhtisaran : 4. Pembuatan neraca saldo (trial balance). 5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian (adjustment) 6. Penyusunan laporan keuangan. 7. Pembuatan jurnal penutup (closing entries). 8. Pembuatan neraca saldo penutup (post closing trial balance).
33
9. Pembuatan jurnal balik (reversing entries).
(Soemarso S.R, 2009:90) Dari penjelasan di atas, kegiatan akuntansi dapat digambarkan sebagai
sebuah arus siklus seperti berikut :
Transaksi
Jurnal Pembalik
Jurnal
Neraca Saldo Penutup
Buku Besar
Jurnal Penutup
Neraca Saldo
Laporan Keuangan
Penyesuaian
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
2.4.1. Transaksi Transaksi yang dilakukan perusahaan merupakan suatu kegiatan awal yang mendasari kegiatan akuntansi berikutnya. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan haruslah memiliki suatu bukti transaksi yang dapat dijadikan
34
dasar keabsahan transaksi tersebut. Kegunaan bukti transaksi adalah untuk memastikan keabsaan transaksi yang dicatat. Bukti transaksi dapat berasal dari
(dibuat oleh) perusahaan sendiri (bukti intern) atau diperoleh dari pihak luar (buki
ekstern).
Jurnal 2.4.2.
Jurnal (buku harian) merupakan formulir khusus yang digunakan untuk
pencatatan ayat jurnal secara kronologis. Jurnal umum (general journal) merupakan bentuk standar jurnal dua kolom. Adapun bentuk dari jurnal umum adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Contoh Jurnal Umum Hal : 1 Tanggal 2012 Jan 2
Nomor Bukti 001
Keterangan
Ref
Kas Modal A (Setoran Modal Awal)
Debit
Kredit
1.000 1.000 (Soemarso S.R S.R, 2009:94-95)
2.4.3. Pemindahbukuan ke Buku Besar Bukti transaksi yang telah selesai dicatat dalam jurnal, tahap selanjutnya adalah memindahkan data yang terdapat dalam jurnal ke dalam akun-akun yang bersangkutan di buku besar. Tahap ini disebut pemindahbukuan (posting) ke buku besar. Pemindahbukuan ayat jurnal ke masing-masing akun yang dipengaruhinya di buku besar dapat digambarkan seperti di bawah ini :
35
Tabel 2.5 Contoh Pemindahbukuan ke Buku Besar
Nama Akun : Kas Tanggal
2012 Jan 2
Keterangan
Ref
Saldo Awal Setoran Modal A
JU 1
Debit
1.000
Kredit
Nomor Akun : 11 Saldo Debit Kredit
1.000 (Soemarso S.R S.R, 2009:96)
2.4.4. Neraca Saldo Pada akhir periode akuntansi, hasil pemeriksaan kesamaan debit dan kredit dalam buku besar diperlihatkan dengan membuat neraca saldo (trial balance). (Soemarso S.R S.R, 2009:108)
2.4.5. Penyesuaian Saldo akun dalam buku besar harus mencerminkan atau mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk beberapa akun memerlukan penyesuaian agar dapat mencerminkan nilai riil. Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entries) yang dibuat untuk akun-akun tertentu pada hakikatnya adalah untuk mengoreksi akun-akun tersebut sehingga mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, beban, pendapatan, dan modal yang sebenarnya. Ada dua macam keadaan di mana jurnal penyesuaian (adjustment) perlu dibuat, yaitu : 1. Keadaan di mana suatu transaksi telah terjadi, tetapi belum dicatat dalam akun. Contohnya adalah beban gaji yang terjadi antara hari pembayaran terakhir dan tanggal laporan keuangan. Beban ini biasanya belum dicatat
36
dalam akun Gaji. Beban ini pada umumnya dicatat pada waktu dibayar.
Walaupun demikian, gaji yang belum saatnya dibayar ini, sudah merupakan beban untuk periode laporan keuangan, sebab jasanya telah
diberikan dalam periode itu. Keadaan ini menunjukkan adanya utang gaji
dan beban gaji yang belum dicatat. Pada saat akan dibuat laporan
keuangan, akun beban gaji dan utang gaji perlu disesuaikan. Untuk itu
perlu dibuatkan jurnal penyesuaian.
2. Keadaan di mana suatu transaksi telah dicatat dalam suatu akun, tetapi saldonya perlu dikoreksi untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Misalnya, perlengkapan yang telah dibeli dan dicatat dalam akun aktiva. Pada akhir periode, sebagaian dari perlengkapan sudah dipakai dalam kegiatan perusahaan. Dalam keadaan demikian suatu ayat jurnal penyesuaian akan membuat saldo akun aktiva mencerminkan keadaan sebenarnya. (Soemarso S.R, 2009:124-125)
2.4.6. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari siklus akuntansi, hal ini senada dengan pernyataan Soemarso S.R (2009:130) bahwa “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi. Neraca lajur dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan”.
37
2.4.7. Jurnal Penutup
Pada akhir periode, efek akhir (net effect) dari akun-akun sementara yang
digunakan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan perubahan-perubahan
yang terjadi pada akun modal selama satu periode akuntansi (akun-akun
pendapatan, beban, dan prive) harus dipindahkan ke akun tetap. Dengan demikian, akun-akun tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data periode berikutnya. Untuk melakukan hal ini, perlu dibuatkan satu seri ayat jurnal yang
disebut jurnal penutup (closing entries). Ada empat tahap yang diperlukan untuk melakukan jurnal penutup. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penutupan akun pendapatan Semua akun pendapatan di debit sebesar masing-masing saldo akhirnya. Akun ikhtisar laba rugi di kredit dengan jumlah saldo akhir akun-akun tersebut. Dengan pendebitan ini, akun-akun pendapatan akan menjadi nol (saldo normal akun pendapatan adalah kredit). 2. Penutupan akun beban Semua akun beban di kredit sebesar masing-masing saldo akhirnya dan akun ikhtisar laba rugi di debit sebesar jumlah saldo akhir akun-akun tersebut. Dengan pengkreditan ini semua akun beban akan bersaldo nol (saldo normal akun beban adalah debit). 3. Penutupan akun Ikhtisar Laba Rugi Selisih antara jumlah sisi kredit dengan jumlah sisi debit pada akun Ikhtisar Laba Rugi dipindahkan ke akun modal. Apabila memperoleh laba, sisi kredit akun Ikhtisar Laba Rugi akan lebih besar dibandingkan dengan
38
sisi debitnya. Untuk memindahkan laba ke akun modal, akun ini di debit
dengan jumlah yang sama. Apabila perusahaan menderita rugi pemindahan berlaku sebaliknya.
sebesar selisih antara jumlah sisi kredit dan sisi debit, akun modal di kredit
4. Penutupan akun prive
Akun prive di kredit sebesar saldo akirnya dan akun modal di debit dengan
jumlah yang sama.
(Soemarso S.R S.R, 2009:134-135)
2.4.8. Neraca Saldo setelah Penutupan Tujuan dibuatnya neraca saldo penutup adalah memastikan bahwa buku besar telah seimbang sebelum memulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya. Perlu diperhatikan bahwa neraca saldo penutup hanya akan terdiri dari akun neraca saja. Akun-akun sementara (pendapatan, beban, dan prive) telah ditutup dan bersaldo nol. Neraca saldo penutup dapat dibuat dengan mengambil saldo-saldo akun di buku besar setelah ayat jurnal penutup dibukukan. Saldo-saldo tadi juga dapat diambil dari kolom neraca di neraca lajur. (Soemarso S.R S.R, 2009:140)
2.4.9. Jurnal Pembalik Jurnal pembalik merupakan suatu cara untuk menyesuaikan saldo akun agar siap untuk melakukan pencatatan pada periode berikutnya. Empat macam jurnal penyesuaian yang memerlukan jurnal pembalik, yaitu :
39
1. Beban masih harus dibayar (accrued expense). 2. Beban dibayar di muka (prepaid expense) apabila beban tersebut mula-
mula dicatat pada akun beban (bukan akun aktiva).
3. Pendapatan masih harus diterima (accrued revenues).
4. Pendapatan diterima di muka (unearned revenues) apabila pendapatan
tersebut mula-mula dicatat pada akun pendapatan (bukan akun utang).
(Soemarso S.R, 2009:253)
2.5.
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi.
Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai infromasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. (Sofyan Syafri Harahap, 2008:201)
2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
40
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (Ikatan Akuntan
2009:1-2) Indonesia,
Menurut Zaki Baridwan (2004:17) laporan keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
2.5.2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang
41
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup,
misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:3) Komponen Laporan Keuangan 2.5.3.
Laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : a. Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. b. Laporan laba rugi, yaitu laporan yang menunjukan hasil usaha dan biayabiaya selama suatu periode akuntansi. c. Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode. d. Laporan arus kas (cash flow statement), menunjukan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kaas investasi, dan arus kas pendanaan. e. Catatan atas laporan keuangan. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1.2)
42
2.5.4. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok, yaitu :
1. Dapat dipahami 2. Relevan 3. Keandalan
4. Dapat diperbandingkan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1.3) Sedangkan James Hall (2004:15-16) menuliskan karakteristik kualitatif informasi sebagai berikut : Useful information has this followimg characteristics : a. Relevance. The content of aq report or document must serve a pupose. b. Timelines. Information must be no older than the time priod of the action it supports. c. Accuracy. Information must be free from material errors. d. Completeness. No piece of information essential to a decision or task should be missing. e. Summarization. Information should be aggregated in accordance with the user’s need.
43
2.5.5. Keterbatasan Laporan Keuangan
Selain memiliki keunggulan, laporan keuangan juga memiliki keterbatasan
seperti yang dikemukakan oleh Munawir (2004:9-10), bahwa keterbatasan
laporan keuangan meliputi : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara
(interim report) dan bukan laporan final. Karena itu, semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan didalamnya tidak termasuk menunjukkan nilai likuiditas atau penilaian pribadi atas sebuah analisis yang telah dilakukan oleh pihak lain yang bersangkutan atau oleh pihak manajemen perusahaan.
2. Laporan keuangan menujukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berubah-ubah bahkan mungkin bisa berbeda. Anggapan ini sesuai dengan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan terus berjalan sehingga angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang tentunya tidak selalu sama persis dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, jika suatu
44
analisis dilakukan dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga maka akan didapatkan kesimpulan yang keliru.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang, contohnya reputasi
dan prestasi peusahaan.
Jadi dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, bagi yang tidak memahami akuntansi atau pembukuan secara baik tentu akan menganggap bahwa laporan keuangan itu merupakan suatu daftar pencatatan berdasarkan fakta-fakta atau bukti-bukti yang memperlihatkan nilai perusahaan secara keseluruhan dengan pasti dan tepat sesuai dengan kondisi ekonomi pada saat itu.
2.5.6. Pengguna Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: a. Investor. Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
45
tersebut.
Pemegang
saham
juga
tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
46
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat
membantu
kecenderungan
masyarakat
(trend)
dan
dengan
menyediakan
informasi
perkembangan
terakhir
kemakmuran
Standar
Akuntansi
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:3)
2.6.
Laporan
Keuangan
berdasarkan
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang : a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
47
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika :
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
2.6.1. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
48
2.6.2. Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan, antara lain :
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai
dengan
informasi
yang
relevan
harus
diabaikan
dengan
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Materialitas Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
49
sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk
menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar mencapai
penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas
suatu entitas.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu. 5. Substansi Mengungguli Bentuk Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan. 6. Pertimbangan Sehat Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat
dalam
menyusun
laporan
keuangan.
Pertimbangan
sehat
50
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang
diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih
rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak
memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah
atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya,
pertimbangan sehat tidak mengijinkan bias.
7. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi. 8. Dapat Dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi
51
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan
kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.
9. Tepat Waktu
Agar
mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu
relevan,
informasi
dalam
laporan
keuangan
harus
dapat
meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu
pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relative antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai
keseimbangan
antara
relevansi
dan
keandalan,
maka
pertimbangan utama adalah bagaimana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. 10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
52
2.6.3. Posisi Keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada
suatu waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung
dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-
unsur ini didefinisikan sebagai berikut : a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. c. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Beberapa pos mungkin memenuhi definisi aset atau kewajiban namun tidak dapat diakui sebagai aset atau kewajiban dalam neraca karena tidak memenuhi kriteria pengakuan. Khususnya, harapan bahwa manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke atau dari dalam entitas harus cukup pasti untuk memenuhi kriteria probabilitas sebelum suatu aset atau kewajiban diakui.
2.6.4. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat
53
pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.
dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut : Penghasilan
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam modal. Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban.
2.6.5. Pengakuan dan Pengkuruan Unsur-Unsur Laporan Keuangan Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
54
Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak
dapat digantikan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau
catatan atau materi penjelasan.
Pengakuan dalam laporan keuangan, yaitu : 1. Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
2. Kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. 3. Penghasilan Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
55
4. Beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. 5. Laba atau Rugi
Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan. SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang
tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut merupakan hasil dari penerapan “matching concept”. Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP. a. Pengukuran nilai aset secara neto dari penilaian penyisihan bukan merupakan saling hapus, misalnya penyisihan atas keusangan persediaan dan penyisihan atas piutang tak tertagih. b. Jika aktivitas entitas yang biasa tidak termasuk membeli dan menjual aset tidak lancar (termasuk investasi dan aset operasional), maka entitas melaporkan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset dengan mengurangi hasil penjualan dengan jumlah tercatat aset dan beban penjualan yang terkait.
56
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan.
Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang
umum adalah biaya historis dan nilai wajar : a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
2.6.6. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan entitas meliputi : a. Neraca; b. Laporan laba rugi; c. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan: i. Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau ii. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; d. Laporan arus kas; dan
57
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Jika entitas hanya mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba
atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi selama periode laporan keuangan disajikan maka entitas
dapat menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba sebagai pengganti laporan laba
rugi dan laporan perubahan ekuitas. Karena SAK ETAP mensyaratkan jumlah komparatif terhadap periode sebelumnya untuk semua jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan (apakah pada laporan keuangan atau pada catatan atas laporan keuangan), suatu laporan keuangan lengkap berarti bahwa suatu entitas harus menyajikan minimum dua periode dari setiap laporan keuangan yang disyaratkan dan catatan atas laporan keuangan yang terkait. Dalam suatu laporan keuangan lengkap, suatu entitas menyajikan setiap laporan
keuangan
dengan
keunggulan
yang
sama.
Entitas
harus
mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam laporan tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan : a. Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan periode terakhir;
58
b. Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang
lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
c. Mata uang pelaporan;
d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan
keuangan :
a. Domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar; b. Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya.
2.6.7. Neraca 1. Informasi yang Disajikan dalam Neraca Neraca minimal mencakup pos-pos berikut : a. Kas dan setara kas; b. Piutang usaha dan piutang lainnya; c. Persediaan; d. Properti investasi; e. Aset tetap; f. Aset tidak berwujud; g. Utang usaha dan utang lainnya; h. Aset dan kewajiban pajak; i. Kewajiban diestimasi; j. Ekuitas.
59
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca
jika penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan.
2. Klasifikasi Aset dan Kewajiban
Entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya.
3. Urutan dan Format Pos dalam Neraca SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang akan disajikan. SAK ETAP hanya menyediakan daftar pos-pos yang berbeda baik sifat atau fungsinya untuk menjamin penyajian yang terpisah dalam neraca. Sebagai tambahan : a. Pos yang terpisah akan dibentuk jika ukuran, sifat, atau fungsi dari pos atau agregasi terhadap pos-pos yang serupa membuat penyajian terpisah menjadi relevan untuk memahami posisi keuangan entitas; dan b. Uraian yang digunakan dan urutan pos-pos atau agregasi terhadap pospos yang sejenis mungkin diubah sesuai dengan sifat entitas dan
60
transaksinya, untuk menyediakan informasi yang relevan dalam rangka
Pertimbangan atas pos-pos tambahan yang disajikan secara terpisah berdasarkan pada penilaian :
memahami posisi keuangan entitas.
a. Sifat dan likuiditas aset; b. Fungsi aset dalam entitas; dan c. Jumlah, sifat dan waktu kewajiban.
2.6.8. Laporan Laba Rugi 1. Informasi yang Dijadikan dalam Neraca Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut : a. Pendapatan; b. Beban keuangan; c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; d. Beban pajak; e. Laba atau rugi neto. Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
61
2. Analisis Beban
Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan
informasi yang lebih andal dan relevan.
Analisis Menggunakan Sifat Beban a. Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas. Misalnya: Pendapatan
xxx
Pendapatan operasi lain
xxx
Perubahan persediaan barang jadi
dan barang dalam proses
xxx
Bahan baku yang digunakan
xxx
Beban pegawai
xxx
Beban penyusutan dan amortisasi
xxx
Beban operasi lainnya
xxx
Jumlah beban operasi
(xxx)
Laba operasi
xxx
62
Analisis Menggunakan Fungsi Beban
b. Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas
distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurang-kurangnya, entitas
harus mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah
dari beban lainnya.
Misalnya: Pendapatan
xxx
Beban pokok penjualan
(xxx)
Laba bruto
xxx
Pendapatan operasi lainnya
xxx
Beban pemasaran
(xxx)
Beban umum dan administrasi
(xxx)
Beban operasi lain
(xxx)
Laba operasi
xxx
Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis diatas pada laporan laba rugi.
Entitas
yang mengklasifikasikan beban berdasarkan
fungsi
mengungkapkan informasi tambahan berdasarkan sifat beban, termasuk penyusutan dan beban amortisasi dan beban imbalan kerja.
63
2.6.9. Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba 1. Laporan Perubahan Ekuitas
Tujuan
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk
suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut. Informasi yang Disajikan di Laporan Perubahan Ekuitas Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan : a. Laba atau rugi untuk periode; b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui; d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari : i. Laba atau rugi; ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; iii. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham
64
treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
perubahan
kepemilikan
dalam
entitas
anak
yang
tidak
mengakibatkan kehilangan pengendalian.
2. Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Tujuan Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan. SAK ETAP mengijinkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi. Informasi yang Disajikan di Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Entitas menyajikan di laporan laba rugi dan saldo laba pos-pos berikut sebagai tambahan atas informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP : a. Saldo laba pada awal periode pelaporan; b. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode; c. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu; d. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi; dan e. Saldo laba pada akhir periode pelaporan.
65
2.6.10. Laporan Arus Kas 1. Setara Kas
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang
dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya
diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo
dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.
2. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Arus Kas Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
66
b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;
d. Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan; e. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
dari aktivitas
pendanaan dan investasi; f. Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi. Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari aktivitas investasi. Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah : a. Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya;
67
b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lainnya; c. Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas
lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek
yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk
diperdagangkan); d. Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan
sebagai
setara
kas
atau
dimiliki
untuk
diperdagangkan); e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain; f. Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain. Aktivitas Pendanaan Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah : a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain; b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas; c. Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya; d. Pelunasan pinjaman; e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
68
2.6.11. Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Struktur Catatan atas laporan keuangan harus :
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan SAK
ETAP; b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan c. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk-silang ke informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK ETAP; b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan; c. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos tersebut. d. pengungkapan lain.
69
2. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Dalam
ringkasan
kebijakan
akuntansi
yang
signifikan
harus
diungkapkan : a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
b. Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami laporan keuangan.
3. Informasi tentang Pertimbangan Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari halhal yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan keuangan lainnya yang digunakan manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.
4. Informasi tentang Sumber Utama Ketidakpastian Estimasi Entitas harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan sumber-sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan yang menyebabkan adanya suatu penyesuaian yang material terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban dalam laporan keuangan tahun berikutnya. Terkait aset dan
70
kewajiban tersebut, catatan atas laporan keuangan harus memasukkan
rincian tentang : a. Sifat; dan b. Jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.
Dari uraian teori yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa tidak terlalu
banyak perbedaan antara laporan keuangan umum dengan laporan keuangan
untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Keduanya sama-sama menghasilkan informasi yang andal dan akurat. Kemudian yang menjadi sorotan disini adalah keterbatasan dana yang dimiliki para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menambah tenaga kerja atau untuk memperluas usahanya. Dengan melakukan penyusunan dan penyajian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), perusahaan dapat mempertanggungjawabkan laporan keuangan tersebut kepada pihak penyandang dana.