Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENDAHULUAN Tanah asli di alam jarang sekali dalam kondisi mampu menggunakan beban berulang dari lalu-lintas kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar. Karena itu, dibutuhkan suatu struktur yang dapat melindungi tanah dari beban roda kendaraan. Struktur ini disebut perkerasan (pavement). Perkerasan berfungsi untuk melindungi tanah-dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak mengalami tegangan dan regangan yang berlebihan oleh akibat beban lalu-lintas. Perkerasan merupakan struktur yang diletakan pada tanah-dasar, yang memisahkan antara ban kendaraan dengan tanah-dasar yang berada di bawahnya. Perkerasan harus memberikan permukaan yang rata dengan kesekatan tertentu, dengan umur pelayanan yang cukup panjang, serta pemeliharaan yang minimum. Struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapis material yang diletakan pada tanah dasar (Gambar 2.1) komponen lapisan, terdiri dari beberapa macam bahan granular yang memberikan sokongan penting dari kapasitas struktural sistem perkerasan. Komponen material yang berkualitas II - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka tinggi diletakan di bagian atas, semakin ke bawah kualitas material semakin berkurang, Hal ini karena tegangan akibat beban roda lalu-lintas, disebarkan semakin ke bawah semakin mengecil. (Harry Christady, 2011)
Gambar 2.1: Tampang melintang perkerasan
Sumber : Trionohungkul.blogspot.com Perkerasan akan mempunyai kinerja yang baik, bila perancangan dilakukan dengan baik dan seluruh komponen-komponen utama dalam sistem perkerasan berfungsi dengan baik. Komponen-komponen perkerasan meliputi (FHWA, 2006) : 1. Lapis aus (wearing course) yang memberikan cukup kekesatan, tahanan gesek, dan penutup kedap air atau drainase air permukaan. 2. Lapis perkerasan terikat atau tersementasi (aspal atau beton) yang memberikan daya dukung yang cukup, dan sekaligus sebagai penghalang air yang masuk ke dalam material tak terikat dibawahnya. 3. Lapis Pondasi (base course) dan lapis pondasi bawah (subbase course) tak terikat yang memberikan tambahan kekuatan (khususnya untuk perkerasan
II - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka lentur), dan ketahanan terhadap pengaruh air yang merusak struktur perkerasan, serta pengaruh degradasi yang lain (erosi dan intrusi butiran hasil). 4. Tanah-dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang seragam dan merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material perkerasan di atasnya. 5. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari sistem perkerasan, sebelum air menurunkan kualitas lapisan material granular tak terikat dan tanah-dasar.
2.2
FUNGSI PERKERASAN Fungsi utama perkerasan adalah menyebarkan beban roda ke area permukaan tanah-dasar yang lebih luas di bandingkan luas kontak roda dan perkerasan, sehingga mereduksi tegangan maksimum yang terjadi pada tanah-dasar, yaitu pada tekanan di mana tanah-dasar tidak mengalami deformasi berlebihan selama masa pelayanan perkerasan. Secara umum, fungsi perkerasan jalan, adalah : 1. Untuk memberikan struktur yang kuat dalam mendukung beban lalu-lintas. 2. Untuk memberikan permukaan rata bagi pengendara. 3. Untuk memberikan kekesatan atau tahanan gelincir
(skid
resistance) di permukaan perkerasan. II - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 4. Untuk mendistribusikan beban kendaraan ke tanah-dasar secara memadai, sehingga tanah-dasar terlindung dari tekanan yang berlebihan. 5. Untuk melindungi tanah-dasar dari pengaruh buruk perubahan cuaca. Sistem perkerasan harus dirancang tahan-lama, sehingga tidak mengalami
kerusakan
prematur
akibat
pengaruh
lingkungan
(air, oksidasi, pengaruh tempratur). Material pembentuk perkerasan jalan, umumnya sangat di pengaruhi oleh faktor kelembapan di dalam struktur perkerasan, umumnya akan berakibat buruk pada kinerja perkerasan. Hal ini, karena kenaikan kelembapan atau kadar air akan meruduksi kekuatan dan kekakuan material granuler (tidak terikat), pengembangan tanah-dasar. Selain itu, material granuler (pondasi dan pondasi bawah) menjadi terkotori oleh butiran halus dari tanah-dasar yang berpompa ke atas bersama air. (Harry christady, 2011) Perancangan yang ditinjau dalam aspek geoteknik di fokuskan kepada : 1. Pemilihan material lolos air dari lapis pondasi dan pondasi bawah yang tidak sensitif terhadap kelembapan air. 2. Stabilisasi tanah-dasar yang sensitif terhadap perubahan kadar air. 3. Menyediakan pembuangan air (drainase) yang baik, terhadap air yang berinfiltrasi ke dalam sistem perkerasan.
II - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2.3
TIPE-TIPE PERKERASAN 2.3.1 Perkerasan kaku Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton (concrete pavement) banyak digunakan untuk jalan-jalan utama dan bandara. Perkerasan kaku pada umumnya terdiri dari tanah-dasar, lapis pondasi bawah dan pelat beton semen Portland, dengan atau tanpa tulangan. Komponen perkerasan kaku dapat ditunjukan pada Gambar 2.2 berikut (Harry christady, 2011)
Sumber : library.binus.ac.id Gambar 2.2 : Komponen perkerasan kaku
Fungsi lapis pondasi bawah pada perkerasan kaku : 1. Mengendalikan pengaruh pemompaan 2. Mengendalikan aksi pembekuan 3. Sebagai lapisan drainase 4. Mengendalikan kembang susut tanah dasar 5. Mengurangi terjadinya retak pada pelat beton
II - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2.3.2 Perkerasan Lentur Perkerasan lentur (flexibel pavement) atau perkerasan aspal (asphalt pavement)
terdiri dari tiga lapis utama yaitu : lapis
permukaan, lapis pondasi, lapis pondasi bawah. Komponen perkerasan lentur dapat ditunjukan pada Gambar 2.3 berikut. (Harry christady, 2011)
Sumber : library.binus.ac.id Gambar 2.3 : Komponen perkerasan lentur Fungsi lapis permukaan pada perkerasan lentur : 1. Lapisan
perkerasan
penahan
beban
roda,
dengan
persyaratan mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda kendaraan. 2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan yang dibawahnya. 3. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita akibat rem kendaraan.
II - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Fungsi lapis pondasi (base course) pada perkerasan lentur : 1. Penambah kekuatan dan kelelahan terhadap ketahanan 2. Pembentukan lapisan yang relatif lebih tebal 3. Sebagai dasar perletakan lapis permukaan 4. Stabilitas terhadap beban lalu-lintas 5. Ketahanan terhadap pelapukan Perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur dapat terlihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 : Perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur
Sumber : kardinanawassa.blogspot.com Salah satu perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur adalah pada ketahanan perkerasan, dimana pada perkerasan lentur bila terendam air maka akan mengalami kerusakan dan merambat sehingga menyebabkan lubang-lubang di jalan. Sementara pada perkerasan kaku bila terendam air maka perkerasan tersebut dapat menyerap air (permeability) sehingga pada umur rencana
II - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka perkerasan kaku dapat bertahan lama dibanding perkerasan lentur. Selain itu untuk biaya pemeliharaan, biaya untuk perkerasan kaku lebih murah dibandingkan dengan biaya pemeliharaan perkerasan lentur yang umunnya dua kali lebih besar dari pada perkerasan kaku.
2.4
MATERIAL 2.4.1. Beton Beton sement Portland umumnya digunakan pada perkerasan kaku. Kekuatan beton semen Portland bertambah dengan berjalannya waktu. Waktu pengerasan yang diambil untuk kuat tekan ultimate dalam perancangan, umumnya 28 hari setelah pengecoran, walaupun kekuatan 7 hari juga sering digunakan sebagai indikasi awal dari kekuatan ultimitnya. Pelat beton dalam perkerasan kaku, setelah mengeras harus memenuhi kriteria kekuatan, keawetan, kedap air dan kekesatan permukaan. Campuran beton harus mempunyai kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan pengerjaan dengan tanpa adanya pemisahan antar butiran. Beton dengan kualitas yang baik haruslah kedap terhadap air, tahan terhadap cuaca, tahan lama dan tidak retak. Admixture atau zat tambahan biasanya diberikan pada beton untuk memberikan karakteristik khusus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas beton, mulai dari proses pengerjaan seperti kemudahan II - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka pengerjaan
(workability),
waktu
pengerasan
sampai
dengan
meningkatkan nilai kuat tekan beton dan durabilitasnya. Nilai kuat beton sendiri sangatlah dipengaruhi oleh interaksi antara komponen-komponen penyusunnya, dimana semen, agregat halus dan air yang membentuk pasta cair yang berupa mortal mengikat agregat kasar satu sama lain, kemudian partikel-partikel dari agregat halus yang mengisi rongga-rongga pada beton. (Harry Christady, 2011) Menurut (Mulyono. T, 2004) secara umum beton dibedakan atas dua kelompok yaitu : 1. Beton berdasarkan kelas dan mutu. Beton berdasarkan klasifikasi dibagi menjadi tiga seperti yang tercantum dalam Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 : Klasifikasi beton berdasarkan kelas dan mutu
Sumber : ( Mulyono. T, 2004 ) a) Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil. Untuk pelaksanaanya tidak perlu dilakukan
II - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan
terhadap
mutu
bahan-bahan,
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan dengan Bo. b) Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil
secara umum. Pelaksanaannya diperlukan
keahlian yang cukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175 dan K 225, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pada pemeriksaan. Pada mutumutu K 125, K 175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinue dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. c) Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil yang lebih tinggi dari K 225. Pelaksanaan nya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan
tenaga-tenaga
ahli.
Disyaratkan
adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
II - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2. Berdasarkan jenisnya beton dapat dibagi atas 6 jenis yaitu
a. Beton Ringan Agregat yang dipergunakan untuk beton ringan merupakan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umunya merupakan hasil pembakaran shale, lempung, slates, residu sleg, residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan struktur berkisar antara 1440-1850 kg/m3, dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa. b. Beton Normal Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus dan kerikil sebagai agregat kasar dan mempunyai berat jenis beton antara 2200 kg/m3-2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15-40 Mpa. c. Beton Berat Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang mempunyai berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.
II - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka d. Beton Massa Dinamakan pekerjaan
beton beton
massa yang
karena
besar
dan
digunakan masif
untuk
misalnya
bendungan, kanal, pondasi, jembatan. e. Ferro-Cement Ferro-Cement
adalah
suatu
bahan
gabungan
yang
diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortal semen. f. Beton Serat Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil dari pada beton normal.
Beton sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu : Kelebihan Dapat
dengan mudah
dibentuk sesuai dengan
kebutuhan konstruksi Mampu memikul beban yang berat Tahan terhadap tempratur yang tinggi Biaya pemeliharaan yang kecil
II - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Kekurangan Bentuk yang dibuat sulit untuk dirubah Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi Berat Daya pantul suara yang besar (Mulyono. T, 2004)
2.4.1.1 Permeabilitas beton Permeabilitas beton adalah tingkat kejenuhan kerapatan konstruksi beton untuk dapat menembus zat cair (air misalnya). Permeabilitas beton ini sangat penting untuk konstruksi dan kekuatan serta lamanya beton untuk bertahan, terutama pada konstruksi-konstrusi yang dibangun di dekat dandi dalam air (misalnya konstruksi jembatan). Semakin kecil permeabilitas beton, maka akan semakin sedikit air yang dapat masuk ke dalam konstrusi beton. Itu artinya beton akan lebih awet dan umur pemakaiannya juga akan lebih panjang. (Mohamad Donie, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas beton antara lain : 1.
Faktor air semen
2.
Agregat yang digunakan II - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 3.
Pemadatan adukan beton
4.
Perawatan beton
5.
Umur beton
6.
Bahan adiktif
Permeabilitas beton adalah kemudahan beton untuk dapat dilalui air. Kata permeable berarti dapat dilalui air, sedangkan impermeable berarti
sebaliknya. Untuk mengetahui
dan
mengukur permeabilitas beton perlu dilakukan pengujian. Uji permeabilitas terdiri dari dua macam : Uji aliran (flow test) yaitu pengujian untuk mengukur permeabilitas beton terhadap air bila air dapat mengalir melalui sempel beton, dan Uji penetrasi (penetration test) yaitu pengujian permeabilitas beton tidak ada air mengalir terhadap sempel. Dari data pengujian permeabilitas ini dapat ditentukan koefisien permeabilitas yang menunjukan suatu angka kecepatan rembesan fluida dalam suatu zat. Koefisian permeabilitas untuk uji aliran dihitung dengan rumus Darcy (1)
II - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
K=
𝑝.𝑔.𝐿.𝑄 𝑃𝐴
( 2.1 )
Dimana : K = Koefisien permeabilitas (cm/dtk) P = Massa jenis air (kg/cm³) G = Percepatan gravitasi (cm/dtk²) L = Panjang atau tinggi sempel (cm) Q = Debit aliran air (cm³/dtk) P = Tekanan air (kg cm/det²/cm²) A = Luas penampang sempel (cm²) Pengujian permeabilitas beton untuk mengetahui pengaruh variasi semen dan agregat atau pengaruh banyaknya ragam operasi pencampuran beton, pencetakan dan perawatan, memperhitungkan informasi dasar pada bagian dalam porositas beton yang relatif berhubungan langsung dengan penyerapan, saluran kapiler, ketahanan terhadap pembekuan, penyusunan, daya angkat dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi kekedapan adalah material, metode persiapan beton, dan perawatan beton (Brook K.M, Murdock L.J.1991).
II - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Permeabilitas benda uji beton dihitung dengan rumus : Pr = (Aaw-Aak)/ 30 menit
( 2.2 )
Dimana : Pr = Nilai permeabilitas (gr/menit) Aaw = Massa awal (gr) Aak = Massa akhir (gr) Pengujian penetrasi permeabilitas beton sesuai SNI untuk beton kedap air disyaratkan bila air merembes ke dalam beton kurang dari 5 cm (syarat standar DIN 1045). Namun pada penelitian ini tidak dilakukan uji Penetrasi terhadap beton.
Sumber : tekmira.esdm.go.id Gambar 2.4 : Alat uji permeabilitas
II - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.1.2 Kuat Tekan Beton
Material beton digunakan sebagai pelat perkerasan dalam perkerasan kaku. Beton semen Portland merupakan campuran dari bahan-bahan agregat halus dan kasar, yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacamnya, dengan menambahkan air dan semen sebagai bahan perekat. Pelat beton harus mempunyai ketebalanyang cukup untuk menahan beban lalu-lintas supaya tidak terjadi keruntuhan prematur. Nilai kekuatan serta daya tahan beton bergantung pada banyak faktor, termasuk rasio campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan, tempratur, dan perawatan setelah pengecoran. (Mohamad Donie, 2011) Secara tipikal, kuat tekan beton umur 7 hari bisa mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton 28 hari. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara 10 – 65 Mpa. Untuk kebanyakan struktur beton bertulang, umumnya digunakan beton dengan kuat tekan (Sc’) antara 17 – 30 Mpa. Dalam uji tekan beton, umurnya kuat tekan beton maksimum tercapai pada regangan sekitar 0,002. Setelah regangan tersebut, kuat tekan akan menurun sampai benda uji runtuh pada regangan sekitar 0,003 – 0,005. Beton dengan kuat tekan tinggi akan bersifat lebih getas, dan akan hancur pada nilai regangan
yang
lebih
rendah.
SK
SNI
T-15-1991-03 II - 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka menyarankan regangan kerja maksimum yang diperhitungkan pada serat tepi beton terluar adalah 0,003 sebagai batas hancur.
Tabel 2.3: Ratio kuat tekan
Sumber : only-05.blogspot.com
Sumber : dc308.4shared.com Gambar 2.5 : Grafik perkembangan kekuatan beton (SNI T-15-1991-03)
II - 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus :
𝑭
P=𝑨
( 2.3 )
Dimana : F = Gaya maksimum dari mesin tekan, N A = Luas penampang yang diberi tekanan, cm² P = Kuat tekan N/cm²
Pada mesin uji tekan benda diletakan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja seperti pada Gambar 2.6 berikut ini .
Sumber : tssp.semenpadang.co.id Gambar 2.6 : Uji kuat tekan beton
II - 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.1.2.1 PROSES MIX DESAIN
Setelah memenuhi syarat-syarat material campuran beton, maka rancangan beton (Mix Desain) dapat dilakukan. Perancangan campuran beton cara Inggris (The British Mix Design Method) ini tercantum dalam Design of Normal Mixes
di
Indonesia
(Departement
of
dikenal
Enviroment,
dengan
nama
Building
DOE
Research
Establishment Britain). Perancangan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standar perancangan oleh Departemen Pekerjaan Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI. T – 15 – 1990 – 03 dengan judul bukunya : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran beton Normal. Proses mix desain terdiri dari beberapa tahapan seperti dibawah ini: a. Penetapan Kuat Tekan Beton Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan (f’c) pada umur tertentu, (f’c = … Mpa pada umur 28 hari). Kuat tekan beton yang diisyaratkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan
struktur
dan
kondisi
setempat. b. Penetapan Nilai Deviasi Standar (s) Deviasi Standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu II - 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka pelaksanaan campuran di lapangan. Makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil nilai deviasi standarnya. Penetapan nilai deviasi standar (s) ini berdasarkan atas hasil perancangan pada pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan dasar yang sama pula. Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :
( 2.4 )
Dengan : fc
= Kuat tekan masing – masing hasil uji, Mpa
fcr = Kuat tekan beton rata – rata, Mpa N = Jumlah hasil Uji Kuat Tekan (minimum 30 benda uji)
Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali, seperti pada tabel berikut :
II - 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Tabel 2.4 : Faktor pengali deviasi standar
Sumber : Gunawan, 2004 *) Untuk nilai antara dipakai interpolasi
Jika dalam pelaksanaan tidak mempunyai catatan / pengalaman hasil pengujian beton pada masa lalu (termasuk data hasil uji kurang dari 15 buah), maka nilai deviasi standar diambil 7,5 Mpa.
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat mutu pekerjaan beton, disini diberikan pedoman sebagai berikut :
II - 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Tabel 2.5 : Nilai deviasi standar TINGKAT
PENGENDALIAN
MUTU
PEKERJAAN
s ( Mpa )
Sangat memuaskan
2,8
Memuaskan
3,5
Baik
4,2
Cukup
5,0
Jelek
7,0
Tanpa kendali
8.4 Sumber : Gunawan, 2004
c.
Menghitung Nilai Tambah (“margin”), (m) Nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar (s) dengan rumus berikut : m = k.s
( 2.5 )
dimana : m = nilai tambah (Mpa) 5
k = 1,64 s = deviasi standar (Mpa)
d.
Menetapkan Kuat Tekan Rata – Rata yang direncanakan. II - 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Kuat Tekan Rata – Rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + m
( 2.6 )
dimana: f’cr
= kuat tekan rata – rata (Mpa)
f’c
= kuat tekan yang diisyaratkan (Mpa)
M
= Nilai tambah (Mpa)
2.4.1.3. Agregat
Kandungan Agregat dalam campuran beton biasannya sangat tinggi. Komposisi agregat tersebut berkisar 60% - 70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat ini pun menjadi penting. Sifat yang penting dari suatu agregat ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan dan agresi kimia serta ketahanan terhadap penyusutan : (Brook, K.M, Murdock L.J, 1991).
II - 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Berdasarkan ukuran butir nominal yang diisyaratkan oleh SNI T-15-1991-03 agregat dibagi 2 yaitu :
Agregat Kasar Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya tertinggal diatas ayakan 4,8 mm (ASTM C33,1982). Agregat kasar yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan aspal beton harus mempunyai sifat-sifat seperti, agregat kasar untuk beton dapat berupa krikil sebagai hasil desintegrasi alami untuk batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud pecahan batu adalah : (Mohamad Donie, 2011) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar memiliki butir-butir pipih hanya dapat
dipakai,
apabila
jumlah
butir-butir
pipihtersebur tidak melampau 20% dari berat agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 m. Apabila kadar lumpur melalui 1% maka agregat kasar harus dicuci. II - 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan
beban penguji 20t. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
Sumber : lauwtjunnji.weebly.com Gambar 2.7 : Ageregat kasar
Agregat Halus Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan berlubang 4,8 mm (ASTM C33, 1982). Agregat halus yang baik memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus mempunyai sifat-sifat yaitu (Mohamad Donie, 2011) :
II - 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintgrasi alami dari batuanbatuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dam keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaru-pengaruh
cuaca,
seperti
terik
matahari dan hujan. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus dicuci. Ageragt halus tidak boleh mengandung bahanbahan
organis
terlalu
banyak
yang
harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari AbramsHarder (dengan laruran NaOH). Pasir laut tidak boleh dipakai oleh agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
II - 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Sumber : lauwtjunnji.weebly.com Gambar 2.8 : Ageregat halus
Tabel 2.6 : Saringan agregat kasar dan halus
Sumber : www.ilmusipil.com
2.4.1.4. Semen
Semen ( cement ) adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu kapur / gamping sebagai bahan utama lempung atau tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir
II - 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya yang mengeras dan membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur / gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calsium Oksida ( CaO ), sedangkan lempung / tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida ( SiO2 ), Alumunium Oksida ( Al203 ), Besi Oksida
( Fe203 ) dan magnesium Oksida (MgO). Untuk
menghasilkan semen bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klikernya yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gibs ( gypsum ) dalam jumlah yang sesuai (Mulyono.T,2004). a) Semen
Non-hidrolik
tidak
dapat
mengikat
dan
mengeras di dalam air tetapi dapat mengikat dan mengeras di udara. Contoh: Kapur. b) Semen Hidrolik mempunyai kemampuan mengikat dan mengeras di dalam air. Conton : Semen Portland, Semen Terak. c) Hidrasi dari Semen d) Jenis-jenis Semen Portland Semen Portland dapat dibagi atas 5 tipe yaitu : Tipe I, Semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerluka persyaratan khusus sepertijenisjenis lainnya.
II - 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Tipe
II,
Sement
Portland
yang
dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Tipe
III,
Sement
Portland
yang
dalam
penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Tipe IV, Sement Portland yang dalam pengunaannya memerlukan panas hidrsi yang rendah. Tipe
V,
Sement
Portland
yang
dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
2.4.1.5. Air
Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang dipergunakan. Air yang digunakan untuk campuran beton memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Tidak boleh mengandung minyak, asam alakali, bahan padat sulfat, klorida dan bahan lainnya, yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan air yang dapat diminum.
II - 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Air
yang
keruh
sebelum
digunakan
harus
diendapkan minimal 24 jam atau jika tidak dapat disaring terlebih dahulu.
2.4.1.6. Tulangan
Baja tulangan digunakan sebagai bahan alat transfer beban (dowel, tie-bar), maupun sebagai tulangan pada perkerasan kaku. Sifat baja yang penting diketahui adalah tegangan luluh (yield streangth, fy) pada modulus elastisitasnya (Es). Tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat kenaikan tegangan tidak lagi disertai dengan kenaikan regangan secara proporsional. Dalam perancangan, nilai tegangan luluh (fy) biasanya ditentukan lebih dulu. SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa modulus elastisitas baja (Es) adalah 200.000 Mpa. (Hary Christady, 2011) Tabel 2.7 : Jenis dan kelas baja tulangan menurut SII 0136-80
Sumber : Hary Christady,2011
II - 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Kuat tarik ijin tulangan bervariasi bergantung pada mutu baja. Umumnya direkomendasikan, kuat tariktulangan ijin diambil 2/3dari kuat luluh (yield streangth) baja. SII 0136-80 mengelompokan jenis baja tulangan, untuk struktur beton bertulang, seperti yang ditunjukan dalam Tabel 2.7, Tabel 2.8 menunjukan nilai kuat luluh dan kuat tarik baja menurut ASTM. Daftar dimensi, luas dan berat tulangan tipe tertentu ditunjukan dalam Tabel 2.9 Tabel 2.8 : Kuat luluh dan kuat tarik baja menurut ASTM
Sumber : Hary Christady,2011
Tabel 2.9 : Daftar dimensi, luas dan berat satuan tulangan baja ulir
Sumber : Hary Christady,2011 II - 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2.5
STUDY TERDAHULU
1. Judul : Analisis Porositas dan Permeabilitas Beton dengan Bahan Tambah Fly Ash Untuk Perkerasan Kaku ( Riggid Pavement )
Penyusun : Eko Hindaryanto Nugroho, Jurusuan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Latar Belakang : Penggunaan beton sebagai salah satu pilihan konstruksi bangunan sipil lebih dikenal luas dibandingkan dengan bahan konstruksi lain seperti kayu dan baja. Pilihan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi ini dikarenakan beton mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan lain, diantaranya beton relatif murah karena bahan penyusunnya didapat dari bahan lokal, mudah dalam pengerjaan dan perawatannya, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap api dan korosi. (Krisbiyantoro, 2005) Selain itu kelebihan beton yang menonjol dibandingkan bahan lain adalah beton memiliki kuat desak tinggi yang dapat diperoleh dengan cara pemilihan, perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan penyusunnya. II - 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Salah satu penggunaan beton pada bangunan teknik sipil yaitu perkerasan jalan beton semen portland atau yang biasa disebut perkerasan kaku (rigid pavement) yang terdiri dari plat beton semen portland dan lapis pondasi diatas tanah dasar. Lapis pondasi ini bisa juga tidak ada karena perkerasan kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi sehingga kapasitas struktur perkerasan hanya diperoleh dari lapisan slab beton itu sendiri, sedangkan beban akan didistribusikan ke area tanah yang cukup luas di bawah slab beton. Bahan tambah mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi temperatur akibat reaksi hidrasi, megurangi bleeding atau menambah kelecakan pada beton. M ineral
pembantu
yang
digunakan
umumnya
mempunyai
sifat
pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen pada proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air. Pada pembuatan perkerasan kaku (rigid pavement), tegangan pada pelat beton dengan berbagai ukuran panjang akan melebihi kekuatan tarik materialnya. Oleh karena itu, retak pada pelat yang panjang pasti akan terjadi secara acak tak terkendali, tak terlihat atau pada lokasi yang memang ditetapkan sebelumnya. (Oglesby & Hicks, 1996) Untuk itu diperlukan adanya penulangan baja pada konstruksi perkerasan kaku. Karena kondisi Indonesia yang ekstrim dengan curah hujan, intensitas cahaya matahari dan kelembaban yang tinggi maka II - 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka diperlukan beton yang memiliki koefisien permeabilitas yang kecil, sehingga akan melindungi tulangan yang ada pada beton dari reaksi perkaratan karena rembesan senyawa kimia yang terkandung dalam air dan komponen beton akan terhindar dari kerusakan karena bereaksi dengan sulfat yang ada dalam air. Bahan mineral tambahan pozzolan berupa abu terbang (fly ash) digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan abu terbang (fly ash) terhadap porositas dan permeabilitas beton untuk perkerasan kaku (rigid pavement).
Metode Penelitian : Pada penelitian ilmiah diperlukan langkah-langkah kerja yang runtut dan teratur supaya didapat suatu hasil ataupun jawaban yang sangat rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah kerja secara ilmiah tersebut biasa juga disebut dengan metode penelitian. Dengan kata lain metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, fenomena atau lainnya dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental untuk mendapatkan hasil ataupun data-data yang akan menegaskan hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Metode ini dapat dilaksanakan di dalam laboratorium ataupun di luar laboratorium. Dalam penelitian ini eksperimen dilaksanakan di dalam laboratorium. II - 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Tahapan dan Prosedur Penelitian : Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap penelitian mulai dari pemilihan material beton, pengujian material, pembuatan benda uji, pengujian benda uji, analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam sistematika dan urutan yang jelas dan teratur sehingga nantinya diperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi dalam bebarapa tahap, yaitu:
1. Tahap I Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar p enelitian dapat berjalan dengan lancar. 2. Tahap II Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap material penyusun beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak.
II - 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 3. Tahap III Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut: a.
Penetapan rancang campur (mix design) adukan beton.
b.
Pembuatan adukan beton.
c.
Pemeriksaan nilai slump.
d.
Pembuatan benda uji.
4. Tahap IV Disebut tahap perawatan (curing). Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan dilakukan dengan merandam benda uji setelah dilepas dari cetakannya. 5. Tahap V Disebut tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian porositas dan permeabilitas. Pengujian porositas dilakukan
terhadap
50x50x50
mm,
sampel
sedangkan
kubus
beton
pengujian
berukuran
permeabilitas
dilakukan dengan sampel silinder dengan Ø 75 mm dan tinggi 150 mm. 6. Tahap VI Disebut tahap analisa data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian. II - 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 7. Tahap VII Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang telah
dianalis
dibuat
suatu
kesimpulan
yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Tahapan penelitian secara skematis dalam bentuk bagan alir ditunjukkan dalam Flow chart
Gambar 2.9 : Flow chart II - 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pengaruh penambahan fly ash pada campuran beton terhadap porositas beton berdasarkan analisis regresi didapatkan rumus: ( 2.7 ) Dengan, P
= Porositas beton (%)
FA = Kadar penggantian semen dengan fly ash (%) dengan harga, R
2
= 0,994
2. Pengaruh penambahan fly ash pada campuran beton terhadap koefisien permeabilitas beton berdasarkan analisis regresi didapatkan rumus: ( 2.8 ) Dengan, = koefisien permeabilitas (m/dt)
k
FA = kadar penggantian semen dengan fly ash (%) Dengan harga, 2
R = 0,984
II - 39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Komposisi campuran beton dengan abu terbang fly ash yang optimum untuk perkerasan kaku (rigid pavement) diperoleh pada kadar penggantian semen dengan fly ash sebesar 16,89% yang menghasilkan -8
koefisien permeabilitas beton yang minimum sebesar 1,11454.10 m/dt
2. Judul : Kajian Kuat Tekan Terhadap Karakteristik Aspal Beton Pada Campuran Hangat dengan Modifikasi Agregat Baru – Rap dan Aspal Residu Oli
Penyusun : Eka Ambarwati, Jurusuan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Latar Belakang : Pertimbangan ekonomi dan lingkungan telah mendorong daur ulang dari baja, aluminium, plastik dan material lain. Teknologi daur ulang di bidang konstruksi sudah mulai diterapkan di benua Amerika (USA) dan Eropa sejak tahun 1962 yang kemudian disusul oleh Asia khususnya Jepang pada sekitar tahun 1982. Sedangkan Indonesia mulai melakukan studi atau pengkajian tentang potensi penerapan teknik daur ulang di bidang konstruksi jalan pada tahun 1985. Penelitian-penelitian menyangkut perkerasan jalan raya dengan II - 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka menggunakan bahan daur ulang telah banyak berkembang. Contohnya seperti penggunaan serbuk ban karet, fly ash, aspal daur ulang (RAP), dan residu oli bekas sebagai campuran dalam perkerasan jalan. Namun sebelum dikeluarkan ke publik, penemuan-pemuan tersebut harus diuji sesuai standar yang ditetapkan Dinas Pekerjaan Umum (DPU).. Salah satunya pengujian kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strength). Pengujian ini dilakukan dengan maksud mengetahui seberapa besar kekuatan daya dukung benda uji terhadap deformasi atau tekanan jika diaplikasi ke lapangan. Karena bila dirunut, banyak kondisi jalan yang rusak diakibatkan rapuhnya konstruksi jalan akibat tidak sesuai standar yang ditentukan. Oleh karena itu pengujian beban tekan pada penelitian ini perlu dilakukan Penelitian ini lebih difokuskan dengan menggunakan bahan daur ulang mengingat pertimbangan ekonomi dan lingkungan. Teknik daur ulang konstruksi jalan (perkerasan) itu sendiri adalah pengolahan dan penggunaan kembali konstruksi perkerasan lama (eksisting), baik dengan ataupun tanpa tambahan bahan baru, untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan maupun peningkatan konstruksi perkerasan jalan. Penelitian menggunakan Reclimed Asphalt Pavement sebagai bahan tambahan agregat dan Minyak Pelumas Bekas (MPB). Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) merupakan sisa dari lapis permukaan jalan yang sudah tidak terpakai, cara mendapatkanya adalah dengan mengeruk lapis perkerasan jalan yang lama dengan menggunakan alat penggaruk aspal (milling). Reclaimed Aspahalt II - 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Pavement (RAP) masih terselimuti oleh kandungan aspal. Hal ini dapat menguntungkan karena kandungan aspal dapat diolah kembali sehingga menghemat penggunaan bitumen pada campuran. Penelitian ini menggunakan kandungan 30% Reclaimed Aspahalt Pavement (RAP) untuk mendapatkan nilai gradasi campuran. (Hengky, 2009) Penelitian ini menggunakan asphalt concrete (AC) karena sebagian besar pembangunan jalan di Indonesia menggunakan asphalt concrete (AC), sehingga jumlah limbah AC pun juga banyak. Asphalt concrete (AC) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (Well Graded), dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara panas dalam suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan butiran pengisi (filler).
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data. Data tersebut diolah untuk mendapatkan suatu hasil perbandingan dengan syarat-syarat yang ada. Penyelidikan eksperimental dapat dilaksanakan didalam ataupun diluar laboratorium. Dalam penelitian ini akan dilakukan di laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai kuat tekan dari campuran aspal beton dengan menggunakan RAP 30% dan residu oli 0%, 10% dan 20%. II - 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.10 : flow chart
II - 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Hasil Penelitian : Dari hasil pengujian serta analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pola hubungan linear yang sangat kuat antara variasi residu oli dengan suhu pencampuran dan suhu pemadatan seperti terlihat pada persamaan berikut ini :
(r² = 0.947)
( 2.9 )
(r² = 0.954)
( 2.10 )
Keterangan: o
Tpc : suhu pencampuran ( C) o
Tpm : suhu pemadatan ( C) C
2.
: variasi residu oli (%)
Terdapat pola hubungan polynomial yang sangat erat kaitannya antara kadar aspal dengan kuat tekan bebas untuk variasi residu oli 0%, 10% dan 20 % adalah: 2
a. Pada kandungan 0 % residu oli (r = 0,627) terdapat korelasi yang kuat terlihat dari persamaan: nilai UCS sebesar 3826,142 KPa pada 5,791 % obc II - 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 2
b. Pada kandungan 10 % residu oli (r = 0,818) terdapat korelasi yang sangat kuat terlihat dari persamaan berikut: nilai UCS sebesar 2345,93 KPa pada 5,768 % obc. 2
Pada kandungan 20 % residu oli (r = 0,092) terdapat korelasi yang lemah terlihat dari persamaan : UCS sebesar 1260,256 KPa pada 5,706 % obc.
3.
Terdapat pola hubungan linear yang sangat kuat antara kadar residu oli dengan kuat tekan bebas terjalin terlihat pada persamaan berikut:
2
(r = 0,990)
( 2.11 )
Keterangan UCS
: nilai kuat tekan bebas (KPa)
obc
: optimum bitumen content (%)
Penambahan
kandungan
residu
oli
pada
campuran
menyebabkan penurunan nilai kuat tekan bebas yang signifikan.
II - 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 3. Judul Penelitian : Studi Penelitian Hubungan Kekuatan Tekan Beton dengan Slump
Penyusun : Gunawan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara
Latar Belakang : Beton adalah bahan yang diperoleh dari mencampur semen, pasir, agregat kasar atau batu pecah, air, yang mengeras menjadi benda padat. Sebagai bahan konstruksi, beton saat ini lebih banyak digunakan dibandingkan bahan kayu dan bahan lainnya. Bahan kayu sebagian besar untuk bekisting dalam pembuatan konstruksi beton Perkembangan teknologi beton saat ini telah mengalami kemajuan pesat dengan adanya bahan tambahan yang dapat mendukung sifat – sifat beton, menambah dan memperbaiki sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan. Sifat – sifat beton dapat bervariasi, hal ini tergantung pada pemilihan bahan – bahan dan campuran yang digunakan. Berdasarkan sifat – sifat beton yang bervariasi maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk memperoleh hubungan antara slump dan kekuatan tekan beton dengan tujuan agar dapat memperoleh slump yang ideal yang dapat dipakai dalam mix desain untuk menentukan kekuatan tekan beton sesuai yang direncanakan. II - 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka Metode Penelitian : Pekerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Riset Kepustakaan. Kepustakaan dilakukan dengan pengumpulan informasi dari buku, diktat, dan bacaan – bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan – bahan ilmiah untuk mendukung skripsi. 2. Metode Hipotesa. Bertujuan untuk mengkaji hubungan antara variabel – variabel yang diteliti berdasarkan teori untuk merumuskan hipotesa penelitian. 3. Praktikum Dilakukan di Laboratorium untuk mendapatkan data – data yang diperlukan dan analisa secara statistik. Kegiatan ini meliputi : • Pemilihan dan pengujian material. • Pembuatan benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm. • Pengetesan benda uji.
Hasil Penelitian : Kekuatan tekan beton secara umum mengalami penurunan dengan semakin tingginya slump yang di peroleh dalam pengecoran. Pengaruh slump terhadap kekuatan beton adalah sebagai berikut : II - 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka 1.
Dengan diperoleh slump yang semakin tinggi, grafik fungsi kuat tekan terhadap slump 8, slump 12, slump 14 dan slump 16 semakin lama mengalami penurunan kuat tekan dan mencapai titik terendah pada slump 16 ± 2 cm yaitu : ™ - 23,791 Mpa untuk umur 7 hari ™ - 28,91 Mpa untuk umur 28 hari - 29,324 Mpa untuk gabungan umur 7 hari dan 28 hari
2. Pada slump 12 ± 2 cm dan slump 14 ± 2 cm diperoleh kekuatan tekan yang sesuai dengan kekuatan tekan yang direncanakan (30 Mpa). Pada slump 8 diperoleh kekuatan tekan melebihi kekuatan tekan yang diinginkan tetapi pada slump 8 jarang dipakai karena susahnya pengerjaan.
II - 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/