4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Usia Lanjut 1. Pengertian usia lanjut Usia lanjut merupakan masa atau tahap hidup manusia : bayi, kanakkanak, dewasa, tua, usia lanjut ( Nugroho W, 1992 ). Manusia
dalam
proses
pertumbuhan
dan
perkembangannya
berlangsung sepanjang masa hidup sejak bayi hingga dewasa sampai masa tua.
Didalam stuktur anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran dalam sel.Proses ini berlangsung secara alami, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh secara keseluruhan. Umur manusia sebagai makhuk hidup terbatas maksimal sekitar 120 tahun, namun pada kenyataannya banyak faktor yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai usia tersebut (Depkes. RI, 2003). Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan sel dan non sel. Berbagai perubahan fisik dan psikologi akan terjadi sebagai akibat proses menua. Telah banyak teori yang menjelaskan proses menua, salah satunya adalah teori kerusakan akibat radikal bebas.
Kerusakan acak di jaringan akibat
terbentuknya radikal bebas pada metabolisme aerob normal dianggap penyebab proses menua. Radikal bebas juga menyebabkan disfungsi sel yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit degeneratif. Tubuh sebenarnya telah menyiapkan pertahanannya, pertahanan berupa antioksidan terhadap serangan radikal bebas di tingkat sel, membran dan ekstra sel, sehingga akan ada keseimbangan antara akibat produksi radikal bebas dan antioksidan (Istanti.R, Ardinal.H dan Rochimah.S, 2002). 4
5
2. Batasan –batasan usia lanjut Usia lanjut yerbagi dalam 3 kelompok : a. Kelompok Pra Usia Lanjut 45 -59 tahun b. Kelompok Usia Lanjut 60 tahun – 69 tahun c. Kelompok Usia Lanjut dengan risiko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003 ). B. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi tersebut. Status gizi juga didefinisikan sebagai keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh (Setiati.S dan Istanti.R,2002). 2. Faktor yang mempengaruhi status gizi a. Penyebab langsung 1.
Asupan gizi Makanan yang beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar. Sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan,akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Makanan hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang ( Depkes RI,1996 ).
2. Infeksi penyakit Penyakit Diare, campak dan infeksi saluran pernafasan kerap menghilangkan nafsu makan. Penyakit saluran pencernaan yang sebagian muncul dalam bentuk muntah dan gangguan penyerapan menyebabkan kehilangan zat-zat gizi dalam jumlah yang besar ( Arisman.I. 2004 ).
6
b. Penyebab tidak langsung 1. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga Dewan Ketahanan Pangan (DKP) telah menyepakati suatu kebijaksanaan nasional “Pemantapan Ketahanan Pangan”.
Tujuan
utama kebijaksanaan Nasional tersebut adalah menjamin setiap rumah tangga untuk mampu mengatasi pangan dan gizi yang cukup dalam menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Kebijaksanaan pemantapan ketahanan pangan tidak lepas dari muatan keragaman pangan baik dari sisi penyediaan maupun konsumsi pangan (Suryana A, 2002). 2. Perilaku Perilaku atau cara hidup meliputi pola makan, pola tidur, pola kerja, pola rekreasi, pola spiritual dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan gizi usia lanjut (Dinkes Prop. Jateng, 2005). 3. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan antara lain pelayanan gizi di posyandu adalah upaya pelayanan gizi yang dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan dasar lainnya (Depkes RI,1995). 3. Penilaian status gizi Penilai status gizi pada usia lanjutdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Anamnesis Hal-hal yang perlu diketahui antara lain : Identitas, orang terdekat yang dapat dihubungi, keluhan dan riwayat penyakit, riwayat asupan makanan, riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan, riwayat penyakit keluarga, aktivitas sehari-hari, riwayat buang air besar atau buang air kecil, kebiasaan lain yang mengganggu asupan makanan.
7
b. Pemeriksaan tanda vital Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tanda vital adalah : Derajat penurunan atau perubahan kesadaran, pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi jantung/nadi, pemeriksaan frekuensi nafas. c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dan kondisi kesehatan usia lanjut serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi : Tandatanda klinis gizi kurang atau lebih, sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem grastrointestinal, sistem genitourinarius. d. Pengukuran Antropometri Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapt dilakukan sesuai dengan kondisi usila yaitu dengan mengukur tinggi lutut (knee high). 1.
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempumyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh (Kusuma M, 2002). IMT digunakan hanya untuk orang dewasa, karena mempunyai nilai yang sama untuk kelompok orang yang pendek, sedang dan tinggi, dan orang dewasa pada umumnya mempunyai komposisi tubuh yang tidak berubah. ( Depkes RI, 1995 ). Untuk menilai status gizi usia lanjut seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT dihitung dengan cara : Berat badan IMT = Tinggi badan (m) 2
8
Pengukuran berat badan dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. Pengukuran
dilakukan
pada
posisi
berdiri
lurus
dan
tanpa
menggunakan alas kaki. Status gizi ditentukan bila IMT : Katagori wanita Normal 17 -23 Kegemukan 23-27 Obesitas > 27 Sumber :Depkes RI, 2003.
laki-laki 18 -25 25 -27 > 27
2. Menggunakan Rumus Brocca Cara ini digunakan untuk menukur berat badan ideal dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BB Ideal : ( TB – 100 ) – 10 % ( TB – 100 ) Sumber : Depkes RI, 2003 3. Menghitung Tinggi Lutut Menghitung tinggi lutut digunakan pada usia lanjut yang tulang punggungnya terjadi osteoporosis (keropos), sehingga terjadi penurunan tinggi badan. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus : Tinggi Badan (laki-laki)
= 59,01+(2,08 x TL)
Tinggi Badan (perempuan)
= 75,00+(1,91 x TL)
Catatan : TL = Tinggi Lutut. Cara mengukur tinggi lutut : a) Untuk orang sehat ( dapat duduk ) 1. Orang yang diukur duduk pada kursi 2. Posisi duduk empurna (badan tegak, tangan bebas kebawah dan muka menghadap kedepan) 3. Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (90°) 4. Telapak kaki kiri yang diukur juga membentuk sudut siku (90º)
9
5. pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lulut 6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama 7. Catat angka hasil pengukur b) Untuk orang sakit (tidak dapat duduk) 1. Pasien tidur terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur /kasur rata/horisontal). 2. Tempatkan alat penyaga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk sudut siku (90º). 3. Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi. 4. Telapak kaki kiri pasien membentuk sudut (90º). 5. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian lumit dan lutut. 6. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama 7. Catat angka hasil pengukuran. e.
Pemeriksaan Laboratorium Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit
serta
untuk
menentukan
intervensi
gizi.
Pemeriksaan
laboratorium antara lain : Pemeriksaan darah, urine, faeces. f. Pengkajian Asupan Makanan Perhari. Untuk menghitung konsumsi makanan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui pola makan dan metode kuantitatif untuk mengetahui jumlah asupan makanan perhari. Secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode food recall, food record, serta food weighing.
Metode kulitatif dilakukan
dengan menanyakan frekuensi makan dan riwayat makanan. ( Depkes 2003 ).
10
C. Kelompok usia lanjut Kelompok Usia Lanjut adalah tempat atau suatu wadah pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di suatu kelompok masyarakat yang memberikan pelayanan promotif – preventif dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan gizi, olah raga,pengembangan hobi dan ketrampilan serta rekreasi, deteksi dini kondisi kesehatan dan pemeriksanaan berkala dengan menggunakan KMS usia lanjut atau buku pedoman pemantauan kesehatan. a. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan di Kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut di kelompok sebagai berikut : 1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan metode dua menit (lihat KMS usia lanjut). 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT). 4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta menghitung denyut nadi selama 1 menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
11
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilaman ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. 9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau Kelompok Usia Lanjut. 10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Usia Lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing). Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat: 11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. 12. Kegiatan olahraga antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. b. Pelayanan Gizi Pelayanan gizi di Posyandu usila meliputi : 1. Penyuluhan atau promosi gizi Dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lain. Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah yang ada pada usia lanjut. 2.
Pemantauan status gizi Pemantauan status gizi secara berkala (sebulan sekali) bersamasama dengan pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan oleh kader yang dibimbing oleh tenaga kesehatan.
12
3.
Konseling gizi Merupakan serangkaian kegiatan penyampaian pesan – pesan gizi yang tujuan membuat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan klien. Metode yang digunakan adalah wawancara, diskusi dengan menggunakan alat bantu Food model, Poster dan leaflet.
c.
Sarana kegiatan Posyandu Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kelompok Usia Lanjut, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain : 1.Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka) 2.Meja dan kursi 3.Alat tulis 4.Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu) 5.Kit Usia Lanjut, yang berisi: timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer. 6.Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut. 7.Buku Pedoman Pemeliharan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut
d. Mekanisme kegiatan Posyandu Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakanadalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut : 1. Tahap pertama : Pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan. 2. Tahap kedua : Pencatatan kegiatan suhari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3. Tahap ketiga : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental. 4. Tahap keempat : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana).
13
5. Tahap kelima : Pemberian penyuluhan dan konseling. Untuk lebih jelasnya mekanisme kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1 KEGIATAN KESEHATAN DIKELOMPOK USIA LANJUT DENGAN SYSTEM 5 MEJA/TAHAPAN
Tahap Kegiatan Pendaftaran 1
Pelaksana Kader
2
Kader (IMT perlu bantuan petugas)
3
4 5
Sarana yang dibutuhkan Meja, kursi Alat tulis Buku register & buku pencatatan kegiatan KMS, BPPK Usia Lanjut Meja, kursi a) Pencatatan kegiatan sehari- Alat tulis KMS hari BPPK Usia Lanjut b) Penimbangan berat badan dan Timbangan Meteran pengukuran tinggi badan a. Pengukuran • Meja,kursi tekanan Darah • Alat tulis b. Pemeriksaan • KMS kesehatan • Stetoskop c. Pemeriksaan • Tensi meter Status • BPPK Usia Lanjut mental HB Talquist, Sahli, a. Pemeriksaan Cuprisulfat hemoglabine Combur test b. Pemeriksaan urine a. Penyuluhan Meja,kursi b. Konseling KMS Leaflet Poster BPPK Usia Lanjut
Petugas (bisa dibantu kader)
Petugas kesehatan Petugas kesehatan
14
Sesuai dengan perkembangan dan kondisi masing-masing daerah, kelompok dapat saja menggunakan model “ mekanisme pelaksanaan kegiatan” selain sistim 5 tahapan antara lain : 1.Terintegrasi dengan kelompok yang sudah ada (majelis taklim, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan,dll). 2. Kegiatan khusus di sarana pelayanan kesehatan (hari khusus untuk pelayanan usia lanjut di Puskesmas, RSU) e. Strata Kegiatan Posyandu Usila Perkembangan usia lanjut dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu, penentuan tingkat perkembangan kelompok usia lanjut didasarkan indikator terendah yang terdiri dari Pratama, Madya, Purnama, Mandiri. 1. Kelompok Usia Lanjut Pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah. 2. Kelompok Usia Lanjut Madya adalah kelompok yang telah berkembang dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan
(paling sedikit 8 X
setahun), jumlah kader aktif lebih dari tiga dengan cakupan program ≤ 50 % serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah. 3. Kelompok Usia Lanjut Purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 X setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupanan lebih tinggi ( ≥ 60 % ). 4.Kelompok Usia Lanjut Mandiri adalah Kelompok Purnama dengan kegiatan tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri ( Depkes RI. 2003).
15
D. Kerangka Teori
Kemiskinan, pendidikan rendah, ketersedian pangan,kesempat an kerja
Ketersediaan Pangan rumah tangga Perilaku • Kunjungan ke Posyandu
Asupan Gizi
Kesehatan
Status Gizi
Pelayanan Kesehatan Krisis politik dan ekonomi
Sumber: Depkes RI, 2002. E. Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Frekuensi kunjungan di Posyandu
Status gizi
F. Hipotesa : Ada hubungan frekuensi kunjungan di posyandu dengan status gizi usia lanjut.