4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Sawi Hijau Menurut Rukmana (2002) tanaman sawi hijau dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Angiospermae
Ordo
: Brassicales
Familia
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Species
: Brassica rapa L. var. Parachinensis L. H Bailey
Tanaman sawi hijau merupakan herba atau terna semusim (annual) berakar serabut yang tumbuh dan menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, tidak membentuk krops. Perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm.Tanaman sawi hijau memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah (Cahyono 2003). Daun tanaman sawi hijau berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki
tulang-tulang
daun
yang
menyirip
dan
bercabang-cabang
(Kurniadi 1992). Tanaman sawi hijau umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi hijau tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi hijau terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana 2002). 4
5
Buah sawi hijau termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji yang berbentuk bulat dengan permukaan yang licin, mengkilap, agak keras dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono 2003). B. Syarat Tumbuh Sawi Hijau Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter diatas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl (Fahmi 2013). Tanah yang cocok ditanami sawi hijau adalah tanah yang gembur, mengandung humus dan subur. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2003). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang harinya 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Beberapa varietas sawi ada yang tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang suhunya antara 27°C-32°C (Rukmana 2002). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar antara 80-90%. Tanaman sawi hijau tergolong tahan terhadap hujan. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Meskipun demikian tanaman sawi hijau tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono 2003). C. Teknik Budidaya Sawi Hijau 1. Pengolahan tanah Kegiatan pengolahan tanah secara umum sebelum penanaman sayuran adalah penggemburan tanah serta pembuatan bedengan. Pada tahap penggemburan tanah untuk jenis semua tanaman akan mempunyai perlakuan yang relatif hampir sama, tetapi dalam hal pembuatan bedengan mempunyai perlakuan yang berbeda-beda (Haryanto et al 1995).
6
Pengolahan tanah dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam. Tanah dicangkul sedalam 30 cm, dibersihkan dari gulma dan tanahnya diratakan. Bedengan yang digunakan sebaiknya berukuran lebar 100-120 cm dan tinggi 30 cm. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha diberikan merata diatas bedengan dan diaduk merata. Hal tersebut dilakukan 3 hari sebelum tanam (Alex 2010). 2. Persemaian Benih dapat langsung disebar ditempat tanam permanen (direct seeding) atau mula-mula dalam tempat dimana tanaman muda dapat dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum penanaman permanen. Penyemaian atau pembibitan ditujukan untuk menanam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat selama tahap perkecambahan yang gawat dan awal pertumbuhan bibit. (Oschse 2003). Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media semai setebal 7 cm dan disiram. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan. Media semai dibuat dari pupuk kandang dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1:1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Bibit sawi berumur 7-8 hari setelah semai dipindahkan kedalam bumbunan dan bibit siap ditanam di kebun pada saat berumur 2-3 minggu setelah semai (Alex 2010). 3. Penanaman Pemindahan bibit dan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Apabila dilakukan siang hari maka tanaman akan mudah layu karena sengatan sinar matahari. Selain itu tanaman akan mengalami dehidrasi. Penanaman pada pagi hari juga cukup beresiko karena periode penyesuaian tanaman di pagi hari hanya sebentar dan langsung terkena panas siang hari yang panas. Tanaman muda yang stres karena pemindahan langsung ke lapang bisa mengalami kematian. Periode
7
peralihan sore-malam-pagi menuju siang memungkinkan tanaman menyesuaikan diri lebih kuat dengan kondisi lapang (Nazaruddin 1998). Penanaman dengan jarak tanam rapat dapat meningkatkan serangan penyakit dan jumlah benih yang dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan pengaturan jarak tanam yang tepat. Jarak tanam dalam bedengan 40x40 cm, 30x30 cm dan 20x20 cm (Rubatzky dan Yamaguchi 1998). Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20-30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Memilih bibit yang baik, pemindahan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 x 6-10 cm (Fahrudin 2009). 4. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman tanaman perlu dilakukan apabila ditanam pada musim kemarau atau di lahan yang sulit air. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman sampai waktu panen (Alex 2010). Penyiraman yang teratur akan sangat membantu tanaman, terutama tanaman muda. Sore hari adalah waktu melakukan penyiraman yang tepat. Penguapan yang berlangsung karena pengaruh panas matahari sudah dapat dihindarkan. Namun bila tanah kering, penyiraman dilakukan pagi dan sore hari (Nazaruddin 1998). b. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Kemudian dilakukan penyiangan dan pendangiran susulan setiap dua minggu sekali, terutama pada musim hujan (Alex 2010). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek. Akar-akar tanaman yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering kemudian dibakar (Duljapar 2000).
8
c. Penyulaman Pada penanaman sawi hijau, selalu ada saja beberapa tanaman yang mati. Hal ini dapat disebabkan karena kegagalan adaptasi tanaman pasca transplanting maupun oleh serangan hama. Pada umur 7 HST periksa seluruh tanaman. Jika ditemukan ada tanaman yang mati, segera sulam dengan bibit yang baru (Wahyudi 2010). d. Pengendalian OPT Tanaman sawi banyak diserang oleh hama dan penyakit utama diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua), dan penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae). Spodoptera litura berwarna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam disetiap ruas buku badannya. Ulat ini berukuran sekitar 15-25 mm. Spodoptera exigua mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama di daun muda. Agar tanaman tidak terserang maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik. Apabilla tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang tepat (Fahmi 2013). Penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan berupa tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas. Namun sebelumnya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Tanaman terhambat pertumbuhannya. Jika dicabut akan tampak benjolan benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Pada tingkat serangan yang parah, tanaman sama sekali tidak bisa berproduksi. Lakukan pencegahan secara ketat agar usaha tani berhasil. Hindari menanam di lahan bekas caisim dan pakchoy serta familinya (kol, sawi putih, brokoli, bunga kol, kailan) yang terindikasi serangan penyakit ini (Wahyudi 2010).
9
e. Pemupukan Pada umur 2 minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman. Pemakaian pupuk yang tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman sawi dapat memperburuk kondisi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama dan penyakit (Margiyanto dan Eko 2007). Penggunaan pupuk daun dengan konsentrasi berlebih akan menyebabkan gejala daun-daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur. Hal ini tentunya sangat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Adapun anjuran dari pupuk Gandasil D untuk tanaman sayur-sayuran adalah 1-3 g/liter air dengan interval waktu pemberian 8-10 hari sekali (Lingga dan Marsono 2005). 5. Panen dan Pascapanen Panen sawi hijau dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30-35 HST, tergantung pada ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat panen, umur panen akan bertambah. Tanaman sawi hijau dapat dipanen dengan kriteria diantaranya bentuk daun oval agak bulat, tebal dan agak berserat. Warna daun hijau sedangkan tangkai daun hijau muda (Wahyudi 2010). Cara untuk memanen ada 2 macam, yaitu dengan mencabut seluruh tanaman beserta akarnya atau dengan memotong bagian pangkal batang yang berada diatas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi dilakukan dengan pencucian terlebih dahulu. Sawi dicuci dan dibersihkan dari segala kotoran agar terlihat lebih bersih dan fresh sebelum dipasarkan. Sawi hijau kemudian disimpan ditempat dengan sirkulasi udara yang baik dan terhindar dari virus yang dapat menyerang tanaman sawi (Fahmi 2013). 6. Pemasaran Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
10
barang dan jasa kepada kelompok pembeli. Perusahaan harus memadukan keputusan-keputusan pemasarannya dengan fungsi pemasaran yang lain. Biasanya bagian pemasaran mengkoordinasikan tugas-tugas pada bagian dalam perusahaan secara informal. Hal ini menyebabkan semakin pentingnya bagian pemasaran bagi perusahaan (David 2004). D. Pupuk Daun Gandasil D Pemupukan dapat diartikan memberikan suatu bahan atau material tertentu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tanaman akan nutrisi. Pupuk jika dilihat dari cara aplikasinya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar merupakan pemupukan yang diberikan ke akar. Pupuk daun biasanya berbentuk cair dan aplikasinya dilakukan dengan cara penyemprotan langsung ke daun dengan dosis tertentu (Azzamy 2015). Pemupukan melalui daun dapat memenuhi semua kebutuhan N, P, dan K untuk menghasilkan panenan yang tinggi secara terus menerus dari kebanyakan tanaman yang bernilai ekonomis. Konsep ini telah dihidupkan oleh beberapa pakar tetapi cara peningkatan produksi masih sedikit diketahui. Di lain pihak prosedur ini menawarkan beberapa harapan untuk memperbesar atau memperkuat tingkatan unsur hara tanaman. Keuntungan lain pemupukan lewat daun dapat mengatasi kekurangan unsur hara mikro karena bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas mengandung unsur hara makro maka tidaklah cukup bagi pertumbuhan tanaman (Shoper and Baird 1982). Peranan utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terutama batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono 2010). Kemungkinan
kehilangan
nitrogen
perlu
diperhatikan
dalam
waktu
pemberiannya. Pemupukan dapat lebih berhasil jika dilakukan bersamaan pada saat tanaman membutuhkan (Tisdale et al 1985). Pupuk yang diberikan melalui daun segera diadsorbsi dan tanggap tanaman akibat perlakuan dapat dilihat dalam satu atau dua hari. Pemberian melalui daun untuk N dan unsur
11
unsur mikro seperti Boron dan Mangan ternyata lebih praktis daripada seluruhnya diberikan lewat tanah (Harjadi 1991). Ada satu hal yang mencolok dari pupuk daun yaitu penyerapan haranya lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar. Masuknya pupuk ini karena ada proses difusi dan osmosis pada lubang mulut daun yang lazim disebut stomata. Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor meningkat, stomata akan membuka. Sementara jika tekanan turgor menurun maka stomata akan menutup (Sutedjo 1995). Penyemprotan pada siang hari tidak dianjurkan. Pada siang hari stomata (lubang-lubang kecil pada daun) yang merupakan jalan masuknya pupuk ke dalam tanaman dalam keadaan menyempit untuk mencegah penguapan air terlalu banyak. Lubang lubang ini hanya terbuka lebar pada pagi dan sore hari, apabila penguapan berkurang. Selain itu pada siang yang terik biasanya juga disertai dengan bertiupnya angin. Dalam cuaca seperti ini maka butiranbutiran pupuk yang disemprotkan akan banyak hilang menguap dan tersapu angin panas (Nyai 2014). Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut dalam air tanpa menyisakan endapan. Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal dengan istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam berat pupuk daun yang
harus dilarutkan ke dalam satuan volume air
(Novizan 2002). Pupuk daun Gandasil D yaitu pupuk daun anorganik makro dan mikro berbentuk kristal, yang pemakaiannya dilarutkan dalam air. Pupuk daun Gandasil D digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. Keuntungan menggunakan Gandasil D antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Kandungan unsur makro pupuk
12
daun Gandasil D yaitu, N: 20 % P2O5: 15 % K2O5: 15% MgSO4 : 1% dan mengandung unsur mikro seperti tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), dan kobalt (Co) (Lingga dan Marsono 2010). E. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan dalam usahatani (Soekartawi 1995). Biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : (a) biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi 1996). R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dituliskan : a = R/C Keterangan: a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya R = penerimaan C = Biaya Kriteria uji: jika R/C > 1, layak untuk diusahakan. Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi 2002).