BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Komunikasi Pada hakekatnya, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa gagasan, informasi, opini melalui media sehingga dapat menimbulkan efek atau umpan balik dari penyampain pesan tersebut. Pengertian kata komunikasi berasal dari perkataan bahasa latin: communication yang berarti: pemberitahuan”, atau pertukaran pikiran. Menurut Katz dan Robert Kahn seperti yang dikutip Rosady Ruslan, manajemen humas dan manejemen komunikasi yaitu: “Komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna yang merupakan hal utama dari suatu system sosial atau suatu organisasi, Jadi komunikasi sebangai suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain yang merupakan satu- satu nya cara manejemen aktivitas dalam suatu organisasi adalah melalui proses komunikasi”9
9
Rusady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, hal.92
Secara umum, komunikasi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1. Lisan atau tertulis 2. Verbal atau non verbal 3. Vertikal atau horijontal 4. Sepihak dan dua pihak Komukasi selalu melibatkan pengertian seperti sumber, menyandi (encode= memasukkan dalam sandi) – pengiriman pesan – saluran – mengurai sandi dan (decode) – gangguan penerima dan hasil. 1. Sumber adalah pikiran yang timbul dan menjadi muatan pesan. 2. Encode memberikan bentuk pikiran dalam sandi yang dapat dikirimkan. 3. Pengirim adalah pelaku yang melaksanakan pengiriman. 4. Pesan adalah hal yang disampaikan kepada penerima. 5. Saluran adalah sarana pendukung pesan sehingga menjangkau panca indera. 6. Decode adalah pengurai sandi agar dipahami penerima. 7. Gangguan dapat terjadi dalam saluran proses intern dan ekstern. 8. Penerima adalah mereka yang menjadi tujuan muatan pesan untuk dipahami. 9. Hasil yang diharapkan ialah penerima memahami pesan dengan penuh perhatian, minat dan melaksanakan nya.
Langkah- langkah yang harus ditempuh dalam komunikasi yaitu : 1. Menentukan sasaran yang harus dicapai, 2. Menentukan siapa orang yang harus menjadi sasaran komuikasi, 3. Menentukan siapa orang yang harus menjadi pelaku kegiatan komunikasi, 4. Menentukan cara berkomunikasi ( encode= menjadikan ), 5. Menentukan hal yang harus dimanfaatkan, 6. Menetukan cara pelaksanaanya, dan 7. Mengevaluasi hasil- hasil yang dicapai.10 Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ( source, communicator, sender ) ditujukan pada penerima pesan ( receiver, communicator, atau audiens )dengan maksud mencapai kebersamaan (commonness). Komunikasi merupakan inti semua hubungan sosial, apabila manusia telah mengadakan hubungan tetap maka, system komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah system tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau meleyapkan persengketaan apabila muncul.11
10 11
John Tondowidjojo, Dasar dan Arahan Public Relations, Grasindo, 2004, hal.2 H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, 2002, hal. 1
2. 2
Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Sebelum terjadinya suatu jaringan komunikasi informal di dalam
organisasi didasari oleh komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang mengalir diantara individu-individu secara langsung dalam kelompok. Hampir setiap saat manusia bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar kegiatan komunikasi berlangsung dalam situasi komunikasi antar pribadi. Situasi komunikasi antar pribadi ini dapat ditemukan dalam konteks kehidupan dua orang, kelompok, keluarga, maupun organisasi.12 Komunikasi merupakan dasar dari suatu hubungan, suatu hubungan yang terbentuk akan menggunakan konteks-konteks komunikasi yang berbeda. Sebab itu komunikasi terdiri dari dengan tujuan yang berbeda. Komunikasi merupakan proses pertukaran pesan, oleh Raymond S.Ross disebut sebagai proses menyotir, memilih, mengirimkan beberapa bidang symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membanatu mendengar untuk membangkitkan makna atau respon dari pikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.13 Penyingkapan diri balasan cendrung bertahap. Tampaknya hal ini hanya terjadi setelah dua oaring individu mencapai suatu tingkat kepercayaan yang mendasar atau solidaritas (Wheeless dan Grotz). Jadi kita mengharapkan bahwa
12
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 1997, hal. 31 - 32 13 Dedy Mulyana Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung, Rosda, 2000 hal : 107
pada awal hubungan, penyingkapan antara dua orang atau kurang akrab dan dengan terjalinnya kepercayaan bersama, mereka menjadi lebih berterus terang.14 Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima cirri, sebagai berikut: 1.
Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antar pribadi;
2.
Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain;
3.
Dukungan (Supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif;
4.
Rasa Positif (Positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk untuk interaksi yang efektif;
5.
Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam – diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai suatu yang penting untuk disumbangkan.15 Melalui komunikasi individu berusaha menyampaikan gagasan, ide-ide
dengan maksud agar komunikasi menerima dan menyetujui pesan-pesan yang disampaikan, sehingga dalam komunikasi manusiawiterdapat empat empat sisi yakni dari isi pesan yang disampaikan, komunikasi menggunakan sesuatu mengenal diri pembaca, tentang relasinya dengan penerima pesan dan tujuan dari komunikasi.
14
Stuart L. Tubbs & Sylvia Moss, Human Communications Konteks-Konteks Komunikasi Buku Kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 16-17 15 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004, hal.36
Ketika seseorang berkomunikasi, isi pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi kadar hubungan diantaranya. Pengaruh yang ditampilkan ialah hubungan yang rendah atau tinggi. Hubungan yang rendah dapat disebabkan antara individu sebelumnyatidak memiliki keterlibatan, sehingga informasi yang dipertukarkan merupakan informasi yang bersifat umum. Hubungan yang tinggi dapat disebabkan daya tarik yang tinggi terhadap individu tersebut. Ini berarti dalam setiap komunikasi terutama dalam komunikasi antar pribadi tidak hanya melihat isi pesan dalam setiap komunikasi, tetapi menentukan hubungan atau relationship diantara individu. Komunikasi
antar
pribadi
(interpersonal
communication)
adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksiorang lain secaralangsung, baik verbal maupun non verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami–isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan lain sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal dan non verbal. Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain dan memegangperanan penting hingga kapan pun. Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya sehingga komunikasi berjalan lancar dan akrab.
2.3
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi dapat dilihat secara vertikal, yaitu komunikasi keatas dan kebawah, serta komunikasi lateral yang menyamping. Komunikasi keatas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi. Komunikasi keatas sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan organisasi, komunikasi memberikan umpan balik pada manejemen untuk mengetahui semangat kerja para pekerja nya dan berbagai ketidak puasan yang terjadi dan untuk membuat bawahan merasa memiliki dan sebagai bagian dari organisasi. Komunikasi kebawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih tinggi ketingkat yang lebih redah. Dari kedua jenis komunikasi keatas dan kebawah tersebut manejemen mengendalikan system komunikasi. Komunikasi lateral adalah pesan antara sesama yakni manager ke manager, karyawan ke karyawan. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah, hubungan yang baik dan komunikasai yang bermakna diantara para pekerja merupakan sumber utama kepuasan dan membantu mengkoordinasikan berbagai kegiatan di dalam organisasi dan memungkinkan berbagai divisi untuk mengumpulkan pengalaman serta keahlian nya.16
16
Wiryanto, Op.cit
Komunikasi organisasi terjadi kapan pun setidak- tidak nya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian “ yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses ber transaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,
dan
penanganan
kegiatan
anggota
organisasi.
Fungsi-fungsi
komunikasi meliputi pesan- pesan mengenai pekerjaaan, memelihara, motivasi, integrasi, dan inovasi. Komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan pada asas- asas sebagai berikut: manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawan nya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan, tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat. Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu system yang lengkap antara manajemen dan karyawan. Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah dipahami, tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus diserahkan kepada staf hubungan masyarakat.
Komunikasi dengan atasan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengatakan pendapatnya tentang masalah yang berkaitan dengan tugasnya serta manajemen dan kebijakasanaan perusahaan. Metode
yang digunakan karyawan untuk berkomunikasi dengan
manajemen adalah melalui penelitian persepsi karyawan : keluhan karyawan, usulan bebas kepada pengawas, partisipasi karyawan dalam manajeman perusahaan, dan percakapan informal dengan pengawas. Komunikasi organisasi secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu system terbuka yang kompleks yang dipegaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. 2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya, dan keterampilan/ skillnya.17
2.4 Jaringan Komunikasi Informal Komunikasi informal terjadi karena interaksi antara orang-orang yang bekerja bersama dalam suatu organisasi. Jaringan komunikasi informal (grapevine) merupakan analisis jaringan yang menggambarkan hubungan atau koreksi orang-orang serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu sama lain dan tidak memandang jabatan posisi dalam organisasi.
17
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, 2005, hal. 65
Penelitian ini mengacu pada konsep jaringan informal (grapevine) yang mempunyai beberapa karakteristik dan dianggap penting dalam memahami bekerjanya grapevine, sebagaimana dikemukakan oleh Keith Davis dalam penelitiannya : 1.
Speed of Transmisson (Kecepatan Transmisi) Pada saat karyawan tertarik urusan teman sekerja, informasi akan menyebar secara cepat, apabila ada ketertarikan antar karyawan mengenai urusan pribadi mereka maka arus informasi akan menyebar secara cepat.
2.
Dedree of Selectivity (Tingkatan Selektivitas) Mereka yang menggunakan grapevine dengan memperhatikan kehendak dan intelegensi dari organisasi yang akan membawa informasi tersebut.
3.
Locale of Operation Grapevine dilakukan hanya pada areal perusahaan atau organisasi dan topiknya hanya seputar masalah organisasi atau perusahaan.
4.
Relation of Formal Communication Sistem komunikasi formal dan informal bekerja sama atau tidak satu sama sekali, ketika sistem formal tidak aktif, grapevine pun tidak ada kesibukan untuk mengisi kesenjangan informal tersebut, jadi tidak ada komunikasi sama sekali. Ketika komunikasi formal aktif, begitu pula dengan grapevine.18 Apabila ada komunikasi formal maka dengan sendirinya akan terbentuk komunikasi informal begitu pula sebaliknya, karena mereka saling keterkaitan dan berhubungan satu sama lainnya.
18
Davis Keith Human Relation at Work, Ney Work : Mac Grawhill Company, 1976 hal : 371
Penelitian menunjukan, jaringan informal ini sangan berpengaruh terhadap para individu yang ada didalamnya, dimana keterkaitan dan kedekatan emosional antara mereka akan menghasilkan suatu kinerja. Dan satu hal lagi yang menarik dari jaringan informal adalah pola komunikasi yang ada didalamnya, jaringan komunikasi informal inilah yang disebut sebagai grapevine. Grapevine muncul dalam setiap organisasi sebagai konsekuensi logis dari interaksi antar individu-individu yang ada didalam organisasi, yang berlangsung spontan dan alamiah. Davis berpendapat bahwa grapevine adalah ekspresi dari motivasi dasar manusia untuk berkomunikasi, ini adalah ajang bagi kebebasan berbicara mereka dan merupakan aktifitas yang normal. Pada kenyataanya hanya para pegawai yang tidak tertarik secara total dengan pekerjaan yang tidak terkait dengan pembicaraan itu.19 Meskipun tidak terbentuk secara formal namun, grapevine juga mempunyai beberapa kegunaan atau fungsi yaitu : 1.
Grapevine dapat menemukan salah satu kebutuhan karyawan, yaitu dapat memelihara
dan
menikmati
hubungan
persahabatan
dengan
rekan
sekerjanya. 2.
Grapevine dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterprestasikan perintah-perintah yang kurang jelas dari atasan.
19
Ibd hal : 372
3.
Grapevine dapat berfungsi sebagai “Katup Pengamanan”. Pada saat orangorang sedang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka dapat menggunakan grapevine ini, untuk memperbesar rasa keingintahuan mereka atau untuk mengurangi kegelisahan mereka. Setiap individu akan merasa gelisah apabila ada suatu ketidak pastian maka dengan komunikasi informal ketidak pastian itu akan terjawab.
4.
ketika orang-orang menggosipkan seseorang yang tidak ada, mereka saling mengadili. Beberapa orang menghakimi (Judgment) orang lain, untuk menguatkan keberadaanya. Ini merupakan suatu cara dalam menghadapi keraguan, ketidaksamaan, dan kebingungan.20 Dalam hubungan dengan penelitian ini, kebijakan dalam pelaksanaan tugas-
tugas organisasi di lingkungan perusahaan adalah satu hal yang terkait antara atasan dan bawahan atau sesamanya. Masalah yang terjadi didalam suatu perusahaan merupakan hal yang menyangkut kepentingan karyawan perusahaan sehingga menjadi topik pembicaraan yang banyak diminati oleh para karyawan. Masalah-masalah pekerjaan yang sering dijadikan topik pembicaraan diantara karyawan antara lain adalah tentang pembagian tugas, masalah gaji karyawan, kebijakan perusahaan, fasilitas perusahaan, dan lain-lain. Sesuai dengan teori-teori yang telah diberikan, maka jaringan komunikasi informal (grapevine) dikalangan karyawan mengenai masalah-masalah pekerjaan, diasumsikan terjadi di setiap perusahaan. Saluran informasi ini juga dapat
20
Jack Halloran Applied Human Relations an Organizationl, New York USA hal : 77
dijadikan wadah bagi mereka untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dan sekaligus menjadi jalan keluar atau pemecahan dari masalah yang ada. Dalam jaringan komunikasi informal tersebut terdapat individu-individu yang memegang suatu peran dalam jaringan, dimana individu-individu lainnya akan berdiskusi dan mendapatkan informasi dirinya. Dan juga terdapat individu yang menghubungkan kelompok-kelompok tersebut. Mereka akan berkomunikasi secara berkesinambungan dan membentuk pola jaringan komunikasi yang khas dari masing-masing individu dan klik. Ada tiga tinggakatan analisa jaringan yaitu, Pertama : Level individu, level dyad yaitu menyoroti mengenai norma individu tersebut. Level yang Kedua adalah : Level grup atau klik, pada level ini akan terpaparkan hubungan dan komunikasi antar individu dalam organisasi yang membentuk kelompokkelompok kecil atau klik. Pada level ini pula akan dipahami arus komunikasi diantara individu dalam suatu klik (Micronetwork). Dan Level Ketiga adalah : Organizational level analysis atau macronetwork, dimana akan menggambarkan pola arus komunikasi antar klik dalam suatu organisasi yang dalam hal ini terjadi diluar struktur formal, arus komunikasi antar klik inilah yang kemudian membentuk suatu jaringan komunikasi informal.21 Bossenvain dalam bukunya friends of friends menggambarkan jaringan yang dalam level abstrak dapat dilihat sebagai sejumlah kecil titik-titik yang
21
J.A. Suparman, Pengantar Sosiometri, Jakarta Karunika Universitas Terbuka, 1978
dihubungkan melalui garis-garis. Titik-titik ini adalah individu-individu dalam kelompok dan garis-garis yang ditarik adalah interaksi antar mereka.22 Pola jaringan komunikasi informal antar individu dalam organisasi ini membentuk kelompok kecil atau klik yang salah satunya berhubungan melalui perantara yaitu individu yang memegang peran khusus individu dalam jaringan komunikasi informal. Rogers dan agarwala mendefinisikan klik sebagai “Subsistem yang anggotanya berinteraksi lebih banyak dibandingkan anggota lainnya”.23 Rogers juga mengatakan “Kelompok kecil atau klik yang muncul akan membentuk struktur organisasi formal, perekat yang menghubungkan klik dalam suatu struktur jaringan adalah Liaison dan bridge, dimana mereka menjembatani hubungan inter personal dalam suatu klik”.24 Mengenai bentuk atau model klik, Alex Bavelas dalan bukunya membagi tiga yaitu : 1.
Bentuk Wheel (Roda), dimana dalam suatu klik terdapat individu yang menjadi pusat anggota klik lainnya untuk berdiskusi dan bertanya.
2.
Bentuk Circle (Lingkaran), pada model ini tidak terdapat pemusatan lembar informasi pada satu orang saja dalam klik, tetapi lebih merata kepada semua anggota klik.
3.
Bentuk All Chanel, Pada model ini hubungan antar anggota klik berlangsung secara maksimal karena setiap anggota klik saling mengadakan hubungan
22
Bossenvain Jeremi, Friends of Friends, Oxford Basil Blackwill, 1974 hal : 24 Roges and Agrawala, Op.cit. 1976 hal : 113 24 Ibd hal : 124 23
dengan lainnya dengan kata lain semua anggota klik berpartisipasi mengadakan hubungan dengan sesamanya.25 Sedangkan Laumman dan Rogers (1973) menggolonglan pola komunikasi dalam jaringan menjadi tiga yaitu : 1.
Tipe Interlocing, yaitu tipe komunikasi individu yang mengunci dimana satu sama lain saling memilih.
2.
Tipe Mutual Pair, yaitu dimana diantara individu saling memilih dan dipilih sehingga akan terjadi hubungan timbal balik.
3.
Tipe Radial, yaitu membuka keluar dimana anggota klik tidak saling memilih tapi memiliki pilihan lain.26
Dalam
jaringan
komunikasi
informal
(grapevine)
terhadap
peran
sebagaimana dikemukakan oleh Rogers yaitu : Opinion Leader, Gate Keeper, Bridge, Liasion, Isolate, and star.27 Peran-peran inilah yang nantinya menghubungkan individu satu dengan individu lainnya, klik satu dengan klik lainnya dalam menyampaikan beragam isu yang salah satunya adalah isu yang terkait dengan kepentingan mereka, yang dalam hal ini isu mengenai kebijakan pimpinan dalam organisasi. Dalam hubungan antar klik terdapat peran-peran khusus yang dimainkan oleh individu tertentu adalah jaringan komunikasi. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peran-peran individu yang akan diidentifikasikan adalah peran-peran : 25
Ibd hal : 120 J.A. Suparman Pengantar Sosiometri, Jakarta Karunika, Universitas Terbuka, 1978 hal : 321 27 Arni Muhammad, Op.cit 1992 hal : 102
26
1.
Opinion Leader adalah individu yang banyak dipilih sebagai sumber informasi. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang banyak dipilih oleh karyawan lain sebagai informasi mengenai masalah-masalah pekerjaan.
2.
Gate Keeper adalah orang yang berada dalam satu struktur jaringan komunikasi, yang memungkinkan dia melakukan kontrol arus komunikasi.
3.
Kosmopolit adalah orang yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu diluar organisasi.
4.
Bridge adalah orang yang berhubungan klik-klik dan menjadi anggota salah satu
klik.
Secara
operasional
dijabarkan
sebagai
karyawan
yang
menghubungkan kilk-klik yang mengenai seputar masalah yang terjadi. 5.
Liaison adalah seseorang yang menghubungkan dua atau lebih individu dalam suatu sistem tetapi ia tidak menjadi anggota dari klik-klik tersebut. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang menghubungkan dua atau lebih individu mengenai informasi seputar masalah yang sedang terjadi.
6.
Star adalah individu yang banyak dipilih oleh anggota lain dalam suatu sistem. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang dianggap oleh anggota jaringan paling banyak mempunyai informasi mengenai penerapan kebijakan.
7.
Neglectee adalah individu yang memilih tetapi tidak dipilih. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang menunjuk individu lain sebagai sumber informasi, tetapi ia sendiri tidak dipilih individu lain sebagai sumber informasi.
8.
Isolate adalah individu yang berada dalam jaringan komunikasi tersebut, namun tidak melakukan pilihan atau pun terpilih oleh anggota lainnya. Secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang berada dilingkungan perusahaan tetapi tidak melakukan pilihan dan tidak dipilih oleh anggota lain.28 Dari apa yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa jaringan
komunikasi informal (grapevine) terjadi sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk bergaul dan keinginan menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada teman. Grapevine berfungsi menjaga hubungan yang baik antara karyawan, dengan grapevine arus informasi atau pesan berjalan dengan cepat secara informal tanpa dapat dikontrol oleh pihak manajemen atau perusahaan. 2.4.1 Analisa Jaringan Komunikasi Informal Pada hakikatnya prilaku manusia adalah interaksi melalui mana seseorang bertukar informasi dengan seseorang atau lebih. Setiap individu dalam suatu system suka berhubungan dengan individu-individu tertentu, dengan mengabaikan individu-individu lainnya (terutama bila system itu sangat besar). Suatu “struktur jaringan komunikasi” (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan prilaku orang yang dapat diprediksi. Struktur komunikasi adalah susunan dari unsure-unsur yang berlainan yang dapat dikenai melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem. Salah satu tujuan penelitian komunikasi mempergunakan analisis jaringan adalah untuk mengidentifikasi
28
Arni Muhammad, Ibid, hal : 103
struktur komunikasi dan untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi antar manusia dalam sistem.29 Rogers & Kincaid dalam buku Communication Network mengatakan bahwa analisis jaringan komunikasi, adalah sebuah metode riset untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam sebuah sistem, di mana data yang berhubungan dengan arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan tipe-tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisisnya.30 Analisis jaringan (network analysis) pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya, baik secara formal maupun informal.31 Analisis jaringan komunikasi ini bisa digunakan dalam riset difusi – inovasi. Difusi menurut Rogers & Shoemaker, adalah proses dimana penemuan disebarkan kepada masyarakat yang menjadi anggota sistem sosial. Sedangkan inovasi menurut Rogers adalah penyebaran gagasan, cara atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau unit lain. Suatu inovasi ada kemungkinan diterima (diadopsi) atau ditolak, namun tentu tidak langsung. Individu-individu yang diterpa inovasi mengalami keadaan ”ketidakpastian”, ketidakpastian inilah yang mendorong orang untuk mencari informasi tentang inovasi terbaru itu. Informasi tersebut berguna
29
Bambang Setiawan & Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal. 1.2 30 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 315 31 Andre Hardjana, Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo, 2000, hal. 66
untuk mengurangi ketidakpastian, interaksi antar individu ini yang melahirkansuatu jaringan komunikasi.32 Analisis pada suatu jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasi distribusi pesan-pesan yang ada dalam suatu jaringan komunikasi dalamsuatu sistem. Dimana data mengenai peran setiap individu dalam penyebaran pesan dalam suatu jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakan studi sosiometri.33 Dari analisis jaringan komunikasi ini dapat teridentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubunganhubungan interpersonal sebagai unit analisis. Analisis jaringan komunikasi mendeskripsikan hubungan- hubungan antara unsur dan hubungan dengan struktur komunikasi interpersonal. Dan memungkinkan pemahaman struktur sosial sebagai proses komunikasi untuk bertukar informasi. Untuk dapat mengetahui struktur dan peran yang ada dalam jaringan komunikasi
informal
diperlukan
suatu
cara
tertentu
dalam
pengumpulandatanya. Bagi analisis jaringan, sampel penelitian adalah semua orang yang menjadi anggota jaringan sosial, atau secara riil menjadi anggota kelompok-kelompok dalam jaringan komunikasi tersebut.
32 33
Rachmat kriyanto,Ibid, hal. 316 Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Op.cit, hal. 1.11
2.5 Sosiometri Siahaan menyatakan bahwa sosiometri adalah metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan, komunikasi, dan pola interaksi antar individu dalam kelompok.34 Analisis data menggunakan analisis sosiometri, yaitu teknik analisis data dengan jalan dengan melakukan pendekatan teoritis dan metodelogis terhadap kelompok-kelompok. Dalam teknik inji pertama-tama akan disusun suatu tabel matriks sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi
antar
responden.
Selanjutnya
dibuat
suatu
sosiogram
berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi di antara para responden.35 Dalam metode sosiometri, pengumpulan data ditunjukan untuk memperoleh keterangan tentang adanya interaksi diantara anggota kelompok, antara kelompok dengan kelompok, antara pribadi dengan anggota kelompok. Atribut dalam interaksi dapat saja prilaku, keinginan, antisipasi ataupun suatu fantasi. Banyak sekali jenis interaksi yang dapat dikumpulkan, seperti berjenis-jenis perilaku sosial, antara lain: duduk disamping, makan bersama, membeli, meminjamkan, bertamu, berkawan, dan sebagainya. Teknik dalam mengumpulkan data biasanya dengan menggunakan schedule atau quetionnaire, walaupun ada kalanya digunakan
34 35
Rachmat Kriyanto, Ibid, hal. 325 Bambang Setiwan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 2.12
pengamatan partisipatif ataupun dengan memintakan suatu laporan secara verbal.36 Mengumpulkan data dengan metode sosiometri secara relatif lebih mudah dibandingkan dengan teknik yang digunakan dalam menganalisis data sosiometri. Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok kelompok ataupun tingkat kohesi dari kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap perilaku anggota kelompok, ataupun dalam melihat ciri perorangan yang selalu dipilih dan yang jarang- jarang dipilih. Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih banyak melakukan tindakan komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindakan komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, dimana setiap anggotanya ditanyakan untuk memberi jenjang atau rangking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi dan keefektifan tugas. Dengan menganalisis struktur kelompok pola melalui sosiometri ini, seseorang dapat
36
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,2003, hal.218
menentukan bagaimana kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi.37 Dalam teknik analisis sosiometri pertama-tama akan disusun suatu tabel matrik sosiometri untuk mengetahui pilihan hubungan komunikasi antar responden. Selanjutnya dibuat suatu sosiogram berdasarkan matrik sosiometri yang menyatakan arah hubungan komunikasi diantara para responden. Dari sosiogram ini kita dapat juga melihat apakah bentuk jaringan atau bagian jaringan seperti roda, jari-jari, rantai atau cricle. Selain itu, kita dapat juga melihat dan menghitung jumlah klik yang ada dalam suatu jaringan, serta kepadatan atau frekuensi hubungan.38 2.5.1 Variabel – variabel Struktural Adapun beberapa tipe analisis hubungan prilaku komunikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan hubungan komunikasi yang ada. Yaitu : (1) Huabungan komunikasi pada tingkat personal atau pribadi. (2) hubungan komunikasi pada tingkat klik, dan (3) hubungan komunikasi pada tingkat sistem. Intergrasi jaringan komunikasi personal adalah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi ada diantara anggota-anggota jaringan individual atau jaringan komunikasi personal. Makin besar jumlah hubungan ini makin besar derajat intergrasi jaringan komunikasi khusus individual. Jaringan personal radial (jari-jari) tingkat intergrasnya rendah, karena teman seseorang tidaklah menjadi teman lainnya (saling berteman). Jaringan 37 38
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Terbitan Universitas Terbuka, 2004, hal. 3.30 Bambang Setiwan & Ahmad Muntaha, Ibid, hal. 3.9
yang demikian lebih terbuka bagi lingkungan. Kita dapat berharap bahwa seseorang yang mempunyai tipe jaringan yang demikian akan menerima pesan (message) khusus yang dapat menyebar didalam system sendiri, yang secara relative lebih cepat bila dibandingkan dengan jaringan yang saling mengunci. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat integrasi jaringan personal, semakin kurang informasi yang dapat diterima. Pada tingkat klik, dikenal variabel struktural yang dapat diukur yaitu : 1.
Keterhubungan klik, adalah derajat dimana para anggota suatu klik berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi.hal ini dapat dihitung dari jumlah aruis informasi interpersonal yang ada dibandingkan dengan derajat kemungkinan hubungan yang potensial. Indeks Keterhubungan : Kontak-kontak nyata (Actual Contact)
Kemungkinan Hubungan(Possible Contact)
2.
Kedominan klik, adalah derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik tidak memungkinkan kesamaan.
3.
Keterbukan klikadalah de3rajat dimana anggota-anggota siuatu klik saling bertukar informasi dengan klik-klik yang ada diluarnya.
4.
Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih besar dapat diukur dengan ada tidaknya p[enghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas tersebut.
Sedangkan pada tingkat sistem dapat dianalisis dengan melihat di bawah ini : 1. Keterhubungan sistem yaitu derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan satu sama lain melalui arus komunikasi. Pada umumnya ada suatu harapan bahwa derajat hubungan dalam suatu jaringan komunikasi secara positif dengan tingkat difusi inovasi. 2. Kedominan system yaitu derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antara klik dalam suatu system sosial tidak mempunyai kesamaan. Makin besar kontrol dilakukan oleh suatu klik terhadap arus informasi pada sekelompok klik, makin tinggi kedominanan system tersebut. Sistem yang mempunyai kedominan tinggi akan membuat keputusan
yang
cepat
tetapi
keterbukaannya
lingkunganmenjadi
kurang
sehingga
informasi
makin
terhadap sedikit
menyusup kedalam system. 3. Keterbukaan system yaitu di mana suatu system saling bertukar informasi dengan lingkungannya.
Suatu system yang derajat
keterbukaannya besar adalah inovatif.
2.6 Pengertian Kepuasan Kerja Karyawan Bila individu tidak merasa senang dengan situasi kerjanya biasanya mereka mengatakan bahwa tidak puas dengan pekerjaannya. Ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang tidak puas dengan pekerjaannya ini. Hal yang pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan informasi yang
dibutuhkannya. Yang kedua, apabila hubungan sesama teman sekerja kurang baik. Atau dengan kata lain ketidakpuasan kerja ini berhububngan dengan masalah komunikasi. Tidak ada pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa organisasi yang baik komunikasinya akan menjamin kepuasan kerja anggotanya, karena kepuasan kerja ini banyak ditentukan oleh faktor-faktor lain, tidak hanya oleh faktor komunikasi. Tetapi sungguhpun demikian untuk mengatasi rasa ketidakpuasan kerja dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang cukupkepada pegawai sehingga mereka dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan merasa puas dengan hasil yang dilakukannya. Hubungan komunikasi sesama teman yang kurang baik mungkin dapat diatasi dengan jalan mengadakan kesempatan bersilahturahmi secara rutin diantara sesama anggota organisasi sehingga satu sama lain dapat saling kenal dengan baik dsan senang bergaul sesamanya.39 Definisi secara umum mengenai kepuasan kerja mengandung arti sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Dapat dipertegas lagi bahwa kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkannya atau tidaknya pekerjaan mereka. Pekerjaan disini sangat luas artinya tidak hanya sekedar melaksanakan suatu pekerjaan tetapi lebih dari itu yaitu berhubungan dengan interaksi dengan
39
Arni Muhammad, Ibid, hal. 79
rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kerja dan sebagainya.40 Hasil studi Schuler dan Blank mengatakan bahwa ada hubungan yang positif antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, dan komunikasi pembaruan dengan kepuasan kerja dan hasil yang dicapai oleh pekerja.41 Kepuasan kerja adalah semangat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan prilaku. Kepuasan kerja menunjukan kesesuaian antara harapan seseorangyang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Hal-hal yang biasanya ditanyakan kepada pegawai untuk mengukur kepuasan kerja antara lain berhubungan dengan unsur-unsur utama dalam pekerjaan yang meliputi: sifat dasar pekerjaan, penyeliaan, upah sekarang, kesempatan promosi, hubungan dengan rekan sekerja dan kebijakan yang dikeluarkan organisasi. Suatu tinjauan ulang yang ekstensif atas literatur menunjukan bahwa faktor-faktor yang lebih penting dan mendorong kepuasan kerja, yaitu: 1. Kerja yang secara mental menantang atau sifat dasar pekerjaan Pegawai lebih cendrung menyukai pekerjaan-pekerjan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampiolan dan kemampuan 40 41
P. Robbin Stephen, Perilaku Organisasi Jilid 2, Jakarta: Pernhallindo,1998, hal. 148 Arni Muhammad, Ibid, hal. 90
mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. 2. Ganjaran yang pantas Para pegawai menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntunan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Sama halnya pula, pegawai berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yaqng adil. 3. Kondisi kerja yang mendukung Pegawai peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Pegawai lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan. 4. Penyeliaan atau suvervisi Sikap karyawan dalam hal menilai kepemimpinan yang dijalankan oleh atasannya. Menyangkut apakah atasan dapat memimpin dengan baik dan adil, mendengarkan pendapat pegawai, memahami pegawai. Kepuasan pegawai meningkat bila penyelia langsung bersifat ramah, dapat memahami, memberikan pujian, mendengarkan pendapat pegawai dan menunjukan minta pada mereka.
5. Rekan kerja yang mendukung Bagi kebanyakan pegawai, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkatkan. Adsanya keakraban dengan rekan sekerja, rekan sekerja yang ramah dan saling mendukung.42
2.7 Pengertian Public Relation Public relation mempunyai ruang lingkup (scope) kegiatan yang menyangkup banyak manusia (public, masyarakat, khalayak), baik didalam (public intern) dan diluar (public ekstern). Public relation merupakan bagain dari tugas penerangan, eksistensi humas dari setiap perusahaan merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktifitas karyawan, suatu alat untuk memperlancar jalan nya interaksi serta penyebaran informasi kepada karyawan melalui berbagai media internal maupun eksternal.43 Menurut Britis Institute of public Relation, public relation adalah keseluruhan
upaya
yang
dilangsungkan
secara
terencana
dan
berkesinambungan dalam rangka mencipyakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu perusahaan dan segenap karyawan nya. 44
42
P. Robbin Stephen, Perilaku Organisasi Jilid 2, Jakarta: Prenhallindo, 1998, hal. 149 - 150 H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bumi Aksara, 2002, hal 2 44 Frank Jetkins, Public Relations, Edisi ke empat, Erlangga, Jakarta, 1995, hal 8
43
Public relations merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur karyawan atau perusahaan melaksanakan
dalam
kepentingan
program
tindakan
bersama, untuk
dan
merencanakan
mendapatkan
penerimaan public internal maupun eksternal,
pegertian
serta dan
manajemen khusus yang
menbantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pegertian, penerimaan, dan kerja sama antara perusahaan dan karyawannya, yang melibatkan manajemen problem atau masalah, membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum. Jadi public relations merupakan fungsi manajemen, yang membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan karyawan, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan public internal maupun eksternal, membantu manajemen meliputi dan memanfaatkan perubahan dengan efektif. 45 Public Relations merupakan mediator yang berperan membangun kmunikasi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya yang ada diperusahaan tersebut. Public Relations menyangkut seluruh komunikasi yang berlangsung pada suatu perusahaan denganperencanaan yang jelas untuk mencapai tujuan yang sangat spesifik, dalam hal ini adalah pembangunan citra tentang
45
Scoot M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public Relations, PT. Indeks,2005,hal 4
perusahaan kepada public intern atau public ekstern. Fungsi utama Public Relations adalah mambangun citra atau image dari suatu perusahaan.46
2.7.1
Tujuan dan fungsi Public Relations Public Relations dikatakan berfungsi apabila mampu melakukan
tugasdan kewajibannya denganbaik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan kepentingan publiknya. Secara garis besar fungsi public relations adalah : 1. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya (maintain good communication). 2. Melayani kepentingan public dengan baik (serve public’s interest). 3. Memelihara prilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain morals dan manners). Cutlip dan Center, menyebutkan fungsi public relations sebagai berikut : 1. Menunjang
kegiatan
manajemen
dan
mencapai
tujuan
perusahaan. 2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public kepada perusahaan. 3. Melayani public dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum.
46
Riri Darmastti, Etika PR dan E-PR, Gava Media, Yogyakarta, 2007, hal.6
4. Membina hubungan secara harmonis antara perusahaan dan public, baik internal maupun eksternal.
Public Relations mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada public dan ke dalam menyerap reaksi dari public. Perusahaan mempunyai tujuan dan berkehendak untuk mencapai tujuan yang baik bagi perusahaan dan public internal maupun public eksternal. Dapat menangani atau mengantisipasi issu yang ada baik yang sedang ada atau yang belum ada, dengan mengedepankan kepentingan kedua belah pihak, baik internal maupun eksternal untuk mendapatkan keuntungan bersama, menanamkan serta mendapatkan pengertian, goodwill, penghargaan dan kepercayaan dari public perusahaan yang bersagkutan baik internal maupun eksternal untuk akhirnya dapat diciptakannya opini public yang favourable bagi kelanjutan kehidupan perusahaan.47 Dalam pelaksanaanya public relations menggunakan komunkasi untuk memberitahu, mempegaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku public sasarannya. Tujuan yang igin dicapai dalam kengiatan public relations pada intinya adalah good image (citra baik), goodwill (etikad baik), mutual understanding (saling pegertian), mutual confidance (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi). Public relations menyelenggarakan komunikasi timbal balik antara perusahaan dengan publicnya untuk menciptakan saling pegertian (public
47
H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bumi Akdasara, 2002, hal. 4
understanding) dan dukungan (public support) bagi terciptanya tujuan, kebijakan dan langkah serta tindakan perusahaan. Semua itu ditujukan untuk mengembangkan pegertiandan kemauan baik (goodwill) publicnya serta untuk memperoleh opini public yang menguntungkan atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan public. Pada dasarnya setiap perusahaan menganut falsafah dasar shareholder oriented akan menganggap kehadiran fungsi public relations dalam manajemen sebagai hal yang mutlak. Pubblic relations menjadi tanggung jawab dari top manajemen (pimpinan puncak). Fungsi public relations dapat diharapkan sebagai “ mata “, “ telinga “, dan “ tangan kanan “ pimpinan puncak perusahaan48
2.7.2
Internal Public Relations Publik (bisa juga disebut stakeholders) adalah sasaran kegiatan public
relations, public berbeda- beda menurut organisasi nya atau perusahaan. Secara public dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu public internal dan eksternal. Publik internal adalah public yang berada dalm organisasi tempat public relations bekerja, misalnya karyawan dan keluarganya maupun pihak manajemen (CEO, Direksi, Manajer, dan Stakeholders). Sedangkan public eksternal antara lain komunitas, kelompok- kelompok masyarakat (kelompok penekan atau pressure group), pemerintah, media massa.
48
Soleh Soemirat, Elvinardo, Dasar- Dasar Public Relations, PT. remaja Rosda Karya, Bandung, 2007, hal 12
Kegiatan public relations yang sasarannya public internal disebut internal relations, sedangkan untuk public eksternal disebut eksternal relations. John E. Marston ahli komunikasi menyatakan : “Public relations is planned, persuasive communication designed to influence significant public” (public relations adalah kengiatan komunikasi persuasive dan terencana yang didisain untuk mempegaruhi public yang signifikan) Dalam Public relations ke dalam ini, ada komunikasi vertical (atas bawah) dan juga ada komunikasi horizontal (antar karyawan) keduankomunikasi ini harus berjalan harmonis. Seorang public relations harus dapat mengetahui sikap para karyawan terhadap suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan, terhadap situasi lingkingan kerja dalam perusahaan, sehingga akhirnya dapat dicapai keuntungan bagi karyawannya dan juga bagi perusahaan serta adanya kepuasan bersama. Pada public relations ke dalam (internal publics), yang menjadi khalayaknya ialah : karyawan dan stakeholder, dalam kaitan kedua macam khalayak ini dikenal dengan
hubungan dengan
karyawan (employee relations) dan hubungan dengan pemegang saham (stakeholder relations).
Sebagai garis besarnnya internal public meliputi : a. Employee relations Memelihara hubungan khusus antara manajemen dengan karyawan dalam kepegawaian secara formal. b. Human Relations Memelihara hubungan khusus antara sesama warga dalam perusahaan secara informal, sebagai manusia (secara manusiawi). Pergaulan antara manusia, bukan hubungan manusia secara formal. c. Labour Relations Memelihara hubungan antara direksi/manajer dengans serikatserikat buruh dalam perusahaan serta turut menyelesaikan masalahmasalah yang timbul. Mengadakan tindakan-tindakan preventif mencegah kesulitan-kesulitan yang timbul, karenanya turut melancarkan hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak. d. Stakeholder Relations, Industrial relations Sesuai dengan nsifat dan kebutuhan perusahaan yaitu mengadakan hubungan dengan para pemegang saham.49 Apabila tidak diberitakan informasi tentang perusahaan, maka karyawan akan membuar asumsi sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat.
49
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bumi aksara, 2002, hal.71
Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usualan kepada manajemen adalah penting.50
50
H. Frazier Moore, Hubungan Masyarakat : Prinsip, Kasus, dan Masalah, Ke dua, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000,hal.4