BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Penelitian Terdahulu Lisjiyanti, Arlena Dini (2011), melakukan penelitian dengan judul Analisis Peramalan Penjualan Tahu Kita Pada PT Kitagama, Jakarta. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pola data penjualan Tahu Kita PT. Kitagama di lima (5) outlet penjualan, (2) Mengkaji dan memperoleh metode peramalan kuantitatif yang paling sesuai untuk melakukan peramalan penjualan Tahu Kita PT. Kitagama di lima (5) outlet penjualan, serta (3) Mengkaji dan memperoleh hasil peramalan produk Tahu Kita PT. Kitagama di lima (5) outlet penjualan untuk 15 bulan mendatang dengan menggunakan metode kuantitatif terbaik. Informasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen dan pengamatan langsung di tempat penelitian. Data sekunder berupa studi literatur dan data lain yang diperoleh dari perpustakaan dan data perusahaan. Alat analisis menggunakan beberapa metode time series, yaitu metode trend analysis, metode Single Exponential Smoothing, metode Double Exponential Smoothing Holt, metode Decomposition Additive, metode Decomposition Multiplicative, metode Moving Average dan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dengan bantuan Excel dan Minitab 14. Dari hasil peramalan didapatkan bahwa metode terbaik untuk penjualan Tahu Kita pada outlet Pastellia dan outlet Kemchicks menggunakan Decomposition Additive, penjualan Tahu Kita pada outlet Joyo Swalayan menggunakan Moving Average (4), penjualan Tahu Kita pada outlet Ps. Bintaro Mas menggunakan ARIMA (2,0,2) dan penjualan Tahu Kita pada outlet Market City menggunakan Trend Quadratic. Informasi hasil peramalan penjualan pada penelitian ini digunakan untuk menyusun ramalan pendapatan kotor di lima (5) outlet penjualan. Hasil perhitungan menunjukkan total perkiraan pendapatan kotor produk Tahu Kita selama 15 bulan, yaitu dari bulan Januari 2011 sampai Maret 2012 untuk outlet Pastellia Rp 7.560.000, outlet
5
Kemchicks Rp 5.728.000, outlet Pasar Bintaro Mas Rp 4.288.000, outlet Market City Rp 2.880.000, outlet Joyo Swalayan Rp 2.160.000. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembiayaan/penganggaran dana di masa mendatang dan perencanaan pemasaran bagi peningkatan penjualan Tahu Kita. Sidiq Hanapi (2011), penelitian dengan judul Proyeksi Ekspor Minyak Kelapa Sawit Di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Untuk memperoleh proyeksi kecenderungan ekspor minyak kelapa sawit dilakukan dengan cara mengestimasi volume ekspor minyak kelapa sawit menggunakan metode trend moment. Data yang digunakan adalah data time series ekspor minyak kelapa sawit dari tahun 1986 sampai tahun 2010. Dari hasil proyeksi ekspor minyak kelapa sawit pada masa yang akan datang dengan menggunakan metode trend moment diketahui ekspor minyak minyak kelapa sawit di indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rahmawiliyanti dan Gita Febrita (2003), penelitian dengan judul Analisis Proyeksi Permintaan Gula di Jawa Timur. Penelitian dilakukan untuk proyeksi permintaan gula di Jawa Timur tahun 2003 hingga 2012 dan diteliti pula faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gula di Jawa Timur adalah harga kopi (bersifat komplementer), harga gula merah (bersifat substitusi) dan pendapatan (elastisitasnya positif, yang menunjukkan gula pasir merupakan barang normal). Harga gula, harga teh dan jumlah penduduk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap permintaan gula. Proyeksi permintaan gula di Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan permintaan gula sebesar 73791,88036 ton untuk setiap penambahan waktu satu tahun. Guna mengantisipasi permintaan gula di Jawa Timur, diperlukan kebijakan dari pemerintah yang dapat meningkatkan produksi tebu dengan cara memberikan harga dasar gula yang membuat petani bergairah untuk berusahatani tebu. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Widodo (2008) dengan judul Ramalan Penjualan Sepeda Motor Honda pada CV. Roda Mitra Lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan kenaikan atau penurunan penjualan sepeda motor Honda Supra X 125 pada bulan Oktober 2008. Data yang digunakan dalam
6
penelitian ini merupakan data primer berupa data penjualan sepeda motor Honda Supra X 125 periode Oktober 2005 – September 2008, dimana data ini merupakan data normalitas. Selanjutnya, data diolah dan di analisis menggunakan metode Kuadrat Terkecil (Least Square). Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil penjualan sepeda motor Honda Supra X 125 bulan Oktober 2008 sebesar 26 unit dengan tingkat kesalahan ramalan atau standar error sebesar 0.1. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar dua unit dari bulan sebelumnya.
2.2 Usaha Kecil Menengah (UKM) 2.2.1 Definisi Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, salah satu pengertian UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (www.depkop.go.id). Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha kecil dan menengah memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena dengan UKM ini pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi indonesia. sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Sumbangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%. UKM di Indonesia memiliki peranan penting sebagai penopang perekonomian, karena penggerak utama perekonomian indonesia selama ini adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, terdapat
7
beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakkan ekonomi yakni sektor UKM berparan sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal. Kemudian sektor UKM juga mempunyai kontribusi terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dan sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini (humaspajak.blogspot.com) Meskipun UKM selalu diidentikkan dengan usaha yang dimulai dari keterbatasan modal atau sumber daya, namun perkembangan dan pertumbuhan UKM dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup bagus. Lewat UKM banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain itu, UKM memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini perlu perhatian yang khusus dan didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakkan pada usaha kecil menengah. Banyak upaya dan langkah-langkah pemerintah menyangkut pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam lima tahun terakhir ini. Kebijakan pemerintah kepada UKM merupakan langkah yang sangat tepat guna membangkitkan perekonomian bangsa dan negara. Kebijakan yang dimaksud adalah tidak saja yang berkenaan dengan masalah akses permodalan atau pendanaan, tetapi juga dukungan pada akses pasar, dukungan pendidikan dan pelatihan serta dukungan untuk mendapatkan teknologi yang tepat guna (humaspajak.blogspot.com) Usaha kecil menengah yang cukup berkembang pesat saat ini adalah usaha/industri pangan. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan pangan yang terus meningkat dan bervariatif, baik karena pertambahan penduduk dan tuntutan kebiasaan makan masyarakat. Industri pangan yang dimaksud adalah suatu sistem industri yang melibatkan perusahaan di bidang produksi pangan secara langsung maupun perusahaan-perusahaan lain yang menunjang industri tersebut. Industri pangan di Indonesia telah banyak dan berkembang cukup pesat, baik karena
8
pertambahan penduduk maupun tuntutan kebiasaan makan masyarakat. Dalam menghadapi persaingan, khususnya pemasaran produk-produk hasil pertanian, industri pangan harus bersifat dinamis dan inovatif. Mengalirnya produk-produk pangan dari luar dengan kualitas dan harga bersaing tentu merupakan kompetitor tersendiri, sehingga industri pangan nasional selain berorientasi sebagai pemasok kebutuhan di dalam negeri, juga harus mengantisipasi persaingan di pasaran internasional. Pengembangan industri pangan sangat perlu, mengingat potensi hasil-hasil pertanian yang ada, sekaligus dalam rangka menuju industri yang kuat dan pertanian yang tangguh sesuai tujuan pembangunan nasional. Sesuai iklimnya, tanah air kita mampu menghasilkan produk-produk pertanian khas yang tidak dihasilkan negara-negara empat musim (Djafar, 1999). 2.2.2 Permasalahan Dalam Usaha Kecil Menengah Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil menengah (UKM) antara lain : 1. Faktor Internal, dapat berupa : a) Kurangnya Permodalan Permodalan
merupakan
faktor
utama
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan suatu usaha. Kurangnya permodalan UKM, karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari pemilik usaha yang jumlahnya terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. b) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh pada manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang secara optimal. Disamping itu, dengan keterbatasan SDM-nya unit usaha tersebut relatif sulit untuk
9
mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Usaha Kecil Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik. 2. Faktor Eksternal, berupa : a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusahapengusaha kecil dan pengusaha besar. b) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya
informasi
yang berhubungan
dengan
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan tekhnologi menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usaha. c) Terbatasnya akses pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan Secara kompetitif baik dipasar nasional maupun internasional.
2.3 Produk Pangan Olahan Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain untuk dikonsumsi. Sedangkan pangan olahan adalah makanan
10
atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan (Hasyati, 2011). Produk pangan merupakan komoditas pertanian dan sumber gizi yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable). Hal tersebut menyebabkan berbagai jenis bahan makanan tidak tersedia sepanjang waktu dan hanya mampu bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Untuk memperpanjang daya guna, mempertahankan kandungan gizi, dan meningkatkan nilai ekonomi produk-produk tersebut, perlu adanya upaya pengolahan dan pengawetan. Beberapa cara pengolahan bahan pangan yang banyak dilakukan dewasa ini adalah fermentasi, pengalengan, dan pengeringan (Astawan, 2004). Pengolahan makanan secara sederhana juga dapat membuat produk pertanian bertahan lebih lama. Dengan adanya perkembangan teknologi, industri memberikan sumbangan yang besar kepada sektor pertanian sehingga produk pertanian, melalui produk olahannya dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Sebagai contoh industri pengolahan yang ada di Provinsi Gorontalo yang memproduksi berbagai macam produk makanan olahan diantaranya aneka macam stick dan keripik yang bahan utamanya berasal dari produk pertanian seperti pisang dan jagung. Untuk pengolahan jagung sendiri memiliki prospek yang cukup baik karena banyak sekali pohon industri yang bisa dihasilkan dari tanaman ini. Dalam UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pangan diartikan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lainnyayang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman. Menurut Saparianto dan Hidayati (2006), pangan dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung (bahan baku pengolahan pangan), seperti pisang, jagung, dan mangga.
11
2. Makanan olahan yaitu makanan hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. makanan olahan bisa dibedakan lagi menjadi makanan olahan siap saji dan tidak siap saji. a. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan ditempat usaha atau diluar tempat usaha atas dasar pesanan. b. Makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan dan diminum. 3. Makanan olahan tertentu adalah makanan olahan yang diperuntukan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas. Untuk melindungi masyarakat dari produk makanan olahan yang membahayakan kesehatan konsumen, pemerintah indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satunya adalah peraturan mengenai kewajiban pendaftaran produk pangan olahan seperti yang tercantum dalam PP No.69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap peredaran produk pangan olahan di seluruh Indonesia adalah badan pengawasan obat dan makanan (Badan POM) RI. Pada prinsipnya pengolahan pangan (makanan dan minuman) ditujukan untuk tetap mempertahankan pangan sebagai sumber nutrisi yang sehat dan aman. Selain itu, tujuan pengolahan pangan juga untuk memperpanjang waktu simpan, meningkatkan daya cerna, meningkatkan cita rasa, mempermudah dikonsumsi, dan meningkatkan nilai tambah bahan pangan. Pengolahan pangan umumnya terjadi perubahan penampilan bahan baku, pencampuran beberapa bahan, penggunaan bahan tambahan makanan, dan melibatkan lebih dari satu unit promosi. Dengan demikian, pengolahan pangan merupakan aplikasi teknologi proses untuk terjadinya perubahan dari bahan baku pangan menjadi makanan olahan setengah jadi, siap dikonsumsi, maupun siap saji. Teknologi pengolahan pangan dapat diterapkan dari penanganan bahan baku sampai menjadi produk makanan olahan yang siap dikonsumsi. Dengan Polesan teknologi diharapkan dihasilkan produk makanan olahan yang konsisten
12
baik mutu (nilai dan gizi) maupun variasinya sehingga memberi pengalaman yang khas bagi yang mengkonsumsinya. Kemasan sangat penting diperhatikan untuk berbagai produk makanan olahan, karena selain memperhatikan citra produk juga sebagai alat promosi produk makanan olahan.
1.2 Konsep Estimasi Permintaan 2.4.1 Definisi Estimasi Permintaan Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), Estimasi permintaan merupakan kegiatan memperkirakan jumlah permintaan konsumen terhadap barang atau jasa dimasa yang akan datang berdasarkan data atau keadaan masa lalu dan saat ini. Selanjutnya Sunyoto dan Sarnowo (2009), mengemukakan bahwa estimasi atau perkiraan permintaan secara kuantitatif terhadap suatu produk penting untuk diketahui. Hal ini berhubungan dengan barapa banyak produk yang akan diproduksi oleh suatu perusahaan. Dalam dunia ekonomi, istilah estimasi digunakan dalam berbagai istilah, diantaranya peramalan dan proyeksi. Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan adalah ilmu dan seni untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang. Selanjutnya, Sugiarto dan Harihono (2000), mengemukakan bahwa peramalan adalah studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan, dan pola sistematis. Dalam dunia bisnis, hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis, maupun mengatur pola investasi. Ketepatan hasil peramalan bisnis akan meningkatkan peluang tercapainya investasi yang menguntungkan. Semakin tinggi akurasi yang dicapai peramalan, maka semakin meningkat pula peran peramalan dalam perusahaan, karena hasil dari suatu peramalan dapat memberikan arah bagi perencanaan perusahaan, perencanaan produk dan pasar, perencanaan penjualan, dan perencanaan produksi. Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009), peramalan merupakan seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan. Hal ini dapat dilakukan
13
dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya kemasa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Menurut
Santoso
(2009),
Forecasting
berkaitan
dengan
upaya
memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan, berbasis pada metode ilmiah serta dilakukan secara matematis. Walaupun demikian, kegiatan forecasting tidaklah semata-mata berdasarkan prosedur ilmiah atau terorganisir, karena ada kegiatan forecasting yang menggunakan intuisi (perasaan) atau lewat diskusi informal dalam sebuah grup. Salah satu aspek yang paling sering disalahpahami dalam peramalan adalah ketidakpastian. Umumnya manajer perusahaan percaya bahwa semakin banyak sumber daya dan waktu yang diberikan kepada peramalan, semakin rendah derajat ketidakpastian yang didapat. Proses peramalan masa depan itu sendiri justru membuka kemungkinan-kemungkinan baru dan hal ini sering berarti semakin banyaknya ketidakpastian yang harus dipertimbangkan. Dalam kasus seperti ini, tujuan utama peramalan adalah menjadikan para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan memahami ketidakpastian yang akan terjadi dimasa mendatang, sehingga ketidakpastian dan resiko yang mungkin muncul dapat dipertimbangkan pada waktu membuat perencanaan atau keputusan-keputusan yang berorientasi ke masa depan. Dengan melakukan peramalan, para perencana dan pengambil keputusan akan dapat mempertimbangkan alternatif-alternatif startegi yang lebih luas daripada tanpa peramalan. Dengan demikian, berbagai rencana strategis dapat dikembangkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dimasa mendatang (Sugiarto dan Hariono, 2000). 2.4.2 Jenis-Jenis Peramalan Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), dalam prakteknya ada beberapa jenis peramalan, hal ini tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Jenis-jenis peramalan yang dimaksud antara lain : 1. Dilihat dari segi penyusunannya : a. Peramalan subjektif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar perasaan dari seseorang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan dan
14
pengalaman masa lalu dari orang yang menyusun sangat menentukan hasil ramalan. b. peramalan objektif merupakan peramalan yang didasarkan atas data dan informasi yang ada, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode tertentu. Data yang digunakan biasanya data masa lalu untuk beberapa periode. 2. Dilihat dari segi sifat ramalan : a. peramalan kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kualitatif dan biasanya peramalan ini didasarkan kepada hasil penyelidikan. b. peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu (dalam bentuk angka-angka). 3. dilihat dari segi jangka waktu : a. peramalan jangka pendek merupakan peramalan yang didasarkan pada waktu kurang dari 1 tahun. b. peramalan jangka menengah merupakan peramalan yang didasarkan pada rentang waktu dari 1 tahun sampai 3 tahun. c. peramalan jangka panjang merupakan peramalan yang didasarkan pada kurun waktu lebih dari 3 tahun. Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009), dalam suatu organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan, diantaranya : 1. Peramalan ekonomi, merupakan peramalan yang menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, daa yang dibutuhkan untuk membengun perumahan dan indikator perencanaan lainnya. Peramalan ini merencanakan indikator yang berguna membentu organisasi untuk menyiapkan peramalan jangka menengah hingga jangka panjang. 2. Peramalan teknologi adalah peramalan yang memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. Peramalan ini biasanya memerlukan jangka waktu yang panjang dengan memperhatikan tingkat kemajuan teknologi.
15
3. peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Peramalan ini meramalkan penjualan suatu perusahaan pada setiap periode dalam horizon waktu. 2.4.3 Prosedur Dan Langkah-Langkah Peramalan Permintaan Menurut Baroto (2002), peramalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang berlaku secara umum. Karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai hasil suatu proses peramalan permintaan dan metode peramalan yang digunakan. Karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor penyebab yang berlaku dimasa lalu diasumsikan akan berfungsi juga dimasa yang akan datang. 2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan. 3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya, peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat ketimbang peramalan untuk rentang waktu yang panjang. Secara umum, untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yang dilakukan dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal, beberapa langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Penentuan tujuan, dimana tujuan peramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Manajer mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka dan menentukan : a. Variabel-variabel yang akan diestimasi, b. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan, c. Untuk tujuan apa hasil peramalanakan digunakan, d. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan, e. Derajat ketepatan estimasi yang diinginkan, f. Kapan estimasi dibutuhkan, dan
16
g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli. 2. Pengembangan model, merupakan cara pengolahan dan penyajian data agar lebih sederhana sehingga mudah untuk dianalisis. Model adalah suatu kerangka analitik yang bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan dimasa yang akan datang. 3. Pengujian model, dilakukan untuk melihat tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang diharapkan. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan hasil peramalan dengan kenyataan (actual). Bila model telah memenuhi tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang telah ditetapkan, maka model ini dapat diterima. Perlu dipahami, bahwa model yang dipilih belum tentu merupakan model yang terbaik. 4. Penerapan model, dengan cara memasukkan data historis (data masa lalu) untuk menghasilkan suatu ramalan. 5. Revisi dan evaluasi. Hasil peramalan yang telah dibuat harus senantiasa ditinjau ulang untuk diperbaiki. Perbaikan perlu dilakukan bila terdapat perubahan
berarti
pada
variabel
inputan.
Hasil
peramalan
harus
dibandingkan dengan kondisi nyata untuk menentukan apakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), Agar peramalan dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka haruslah mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam peramalan. Dengan mengikuti setiap langkah yang telah ditetapkan paling tidak dapat menghindari kesalahan yang tidak perlu, sehingga hasil ramalan tidak perlu diragukan. langkah-langkah yang dilakukan dalam peramalan adalah : 1. Mengumpulkan Data Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Data yang dikumpulkan merupakan data masa lalu (lampau). Hendaknya data yang dikumpulkan harus lengkap untuk beberapa periode. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan data primer. Pengumpulan data
17
sekunder maksudnya data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti perpustakaan, majalah, serta laporan lainnya. Sedangkan data primer diperoleh dari lapangan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, atau dengan menyebarkan kuesioner. 2. Mengolah Data Data yang sudah dikumpulkan kemudian dibuat tabulasi data. Dengan demikian akan diketahui pola data yang dimiliki dan memudahkan kita untuk melakukan peramalan melalui metode peramalan yang ada. 3. Menentukan Metode Peramalan Setelah data ditabulasi barulah kita menentukan metode peramalan yang cocok untuk data tersebut. Terdapat banyak metode peramalan. Masing-masing metode akan memberikan hasil yang berbeda. Peramalan yang diinginkan adalah dengan menggunakan metode yang paling tepat. Artinya hasil yang akan diperoleh tidak akan jauh berbeda dengan kenyataannya atau metode yang akan memberikan penyimpangan terkecil. Pemilihan metode peramalan adalah dengan mempertimbangkan faktor horizon waktu, pola data, dan jenis peramalan. 4. Memproyeksikan Data Proyeksi
data
dilakukan
agar
perusahaan
dapat
meminimalkan
penyimpangan terhadap perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang yang dapat mengakibatkan tidak tepatnya hasil peramalan. 5. Mengambil Keputusan Hasil peramalan yang dilakukan digunakan untuk mengambil keputusan untuk membuat berbagai perencanaan seperti perencanaan produksi, penjualan, dan perencanaan lainnya, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang. 2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Nasution (2006), mengemukakan bahwa peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Peramalan permintaan akan menjadi masukan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Permintaan
18
akan suatu produk pada suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya : 1. Siklus bisnis, dimana penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan. 2. Siklus hidup produk yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar. Suatu usaha harus mengetahui siklus hidup suatu produknya dipasar. Siklus hidup produk akan menentukan apakah perusahaan akan mulai mengusulkan dan mendesain suatu produk baru. Siklus hidup suatu produk selalu menggambarkan riwayat penjual dengan kurva yang berbentuk S, dimana dalam kurva tersebut memiliki empat tahapan utama dan biasa disebut dengan tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan kemunduran, seperti terlihat pada gambar 1.
Penjualan
3
2 4 1
Waktu Gambar 1. Siklus hidup produk
Ket : (1) = Perkenalan, (2) = Pertumbuhan, (3) = Kedewasaan, (4) = Kemunduran Menurut Swastha (1998), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
19
1. Tahap perkenalan (introduction). Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. 2. Tahap pertumbuhan (growth). Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya. 3. Tahap kedewasaan (maturity) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. 4. Tahap kemunduran (decline) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan
20
tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. 3. Faktor-Faktor Lain Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan, seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit. 2.4.5 Mengukur Dan Meramal Permintaan Pengukuran dan peramalan permintaan dapat dilakukan dengan cara estimasi yang lebih teliti atas luasnya pasar untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Menurut Umar (1997), apabila perusahaan menemukan suatu pasar yang menarik, maka ia perlu mengestimasi besarnya pasar pada masa sekarang dan masa yang akan datang dengan cermat. Perusahaan akan kehilangan sejumlah laba karena terlalu besar atau terlalu kecil mengestimasi besarnya pasar. 1. Mengukur Permintaan Pasar Saat Ini Dalam
mengukur
permintaan
sekarang,
pihak
manajemen
perlu
mengestimasi tiga aspek, yaitu total permintaan besar, wilayah permintaan besar, dan penjualan aktual dan pangsa pasar. a. Mengestimasi total permintaan pasar Total permintaan pasar suatu produk adalah total volume yang dibeli oleh sekelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu selama jangka waktu tertentu dalam suatu lingkungan pemasaran tertentu. b. Mengestimasi wilayah permintaan pasar Dalam hal ini adalah bagaimana memilih wilayah yang terbaik, serta mengalokasikan anggaran pemasaran yang optimal. c. Mengestimasi penjualan aktual dan pangsa pasar Suatu perusahaan perlu mengetahui penjualan sebenarnya dari industri bersangkutan yang terjadi di pasar, jadi ia harus mengidentifikasi para pesaingnya dan mengestimasi penjualan mereka.
21
2. Meramal Permintaan Mendatang untuk meramalkan permintaan pada masa yang akan datang, terdapat beberapa cara, diantaranya : 1. Survei niat pembeli, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui sikap dan persepsi para pelanggan dengan cara wawancara secara langsung atau memberikan questioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan harapan mereka akan menjawab secara obyektif. Kelemahan dari metode ini, antara lain: biaya relative mahal (besar), dan hasil survey tidak realistic karena konsumen tidak memberkan jawaban yang akurat (ditutupi kekurangan mereka). 2. Pendapat para tenaga penjual, yaitu perusahaan meminta para tenaga penjualnya untuk mengestimasi penjualan tiap produk untuk daerah mereka masing-masing, kemudian semua estimasi individu dijumlahkan untuk mendapat ramalan penjualan secara keseluruhan. 3. Pendapat para ahli, yaitu pendapat yang dihasilkan berdasarkan data dan analisis yang lengkap dan ilmiah. Perusahaan dapat melakukan peramalan dengan berpaling kepada para pakar. Pakar dalam konteks ini ialah perwakilan penjualan, distributor, pemasok, konsultan pemasaran, dan kelompok Menurut Sunyoto dan Sarnowo (2009), untuk mengestimasi permintaan produk dari konsumen dapat dihitung dengan dua cara yaitu : 1. Estimasi Tren Analisis tren merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Estimasi (penaksiran) menggunakan trend sangat berhubungan dengan karakter data yang digunakan, sebab karakter data dapat menentukan metode tren yang akan dipergunakan untuk menghitung estimasi kuantitatif permintaan. Di samping itu estimasi tren berkaitan dengan waktu (time series). Jika data mempunyai karakter perubahan
cenderung
meningkat
atau
menurun
akan
berbeda
cara
penyelesaiannya dengan data yang memiliki karakter naik turun secara drastis
22
(variasi besar). Untuk kedua karakter data tersebut diperlukan cara estimasi tren yang berbeda yaitu tren linier dan tren non linier. A. Tren Linier Estimasi permintaan produk dengan tren linier akan lebih tepat jika datanya memiliki karakter cenderung meningkat atau cenderung menurun. Persamaan estimasi tren linier dapat dirumuskan sebagai berikut.
Y = a + bx Perhitungan estimasi dengan tren linier dapat dibedakan menjadi tiga metode, yaitu : Metode Tangan Bebas Perhitungan estimasi kuantitatif permintaan produk dengan metode ini, pada umumnya dilakukan oleh pengambil keputusan yang memiliki keahlian, pengalaman luas, keterampilan dan intuisi yang tinggi, sehingga tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, karena memiliki resiko kegagalan yang tinggi. Metode Setengah Rata-Rata Estimasi metode setengah rata-rata merupakan metode estimasi kuantitatif yang obyektif menurut data. Berbeda dengan metode tangan bebas, metode tren linier jenis ini dalam mengestimasi suatu nilai menggunakan rumus tertentu, sehingga hasil estimasi sangat dipengaruhi oleh data. Metode Kuadrat Terkecil Metode ini pengembangan dari metode setengah rata-rata, perbedaannya ada pada nilai skala waktu (X) yang mengharuskan jumlah nilai skala waktu semua data adalah nol, dimana data tidak dikelompokkan menjadi dua bagian. Sehingga perhitungan nilai a dan b juga berbeda. Rumus umum metode kuadrat terkecil adalah
Y = a + bx
23
Dimana : ∑X = 0 ∑Y = an + b∑x ∑Y = an + b (0), berarti a = ∑y/n ∑XY = a∑x + b∑x2 ∑XY = a (0) + b∑x2, berarti b = ∑XY / ∑X2 B. Tren Non Linier berbeda dengan estimasi tren linier, tren non linier merupakan estimasi garis lengkung, karena tren non linier menggunakan data yang punya sifat fluktuatif dengan perbedaan cukup signifikan dan perbedaan besar kecil data cenderung acak, yaitu kadang data naik turun tidak teratur dan atau naik turun drastis. Untuk sifat data demikian, estimasi lebih tepat menggunakan tren non linier jenis parabola dan eksponensial (logaritma). Estimasi tren parabola lebih sesuai jika datanya bersifat naik turu tidak teratur, tetapi tidak drastis. Sedangkan estimasi tren eksponensial lebih sesuai untuk data naik turun tidak teratur dan bersifat drastis. 2. Estimasi Analisis Regresi Metode regresi merupakan salah satu metode ramalan yang disusun atas dasar pola data masa lalu. Penggunaan metode ini didasarkan kepada variabel yang ada dan yang akan mempengaruhi hasil peramalan. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel yang akan dicari (dependent variabel) dengan variabel yang menentukan (independent variabel). Dengan metode regresi kita akan melakukan peramalan dengan melihat pola hubungan yang ada antara variabel yang dicari dengan variabel yang menentukan/mempengaruhi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Salvatore (2005), metode estimasi analisis regresi merupakan metode yang paling umum digunakan dalam mengestimasi permintaan. Metode ini biasanya lebih objektif, menyediakan informasi yang lebih lengkap dan lebih murah. Sedangkan Sunyoto dan Sarnowo (2009), mengemukakan analisis regresi menghitung estimasi permintaan yang diharapkan berdasarkan pada variabel bebas (X) yang mempengaruhi variabel terikat (Y). Variabel bebas akan dapat menentukan setiap perubahan nilai variabel terikat baik perubahan berupa
24
peningkatan maupun penurunan. Dimana perubahan nilai tersebut besarnya proporsional dengan koefisien regresi. Semakin besar koefisien regresinya, proporsi perubahan nilai nilai variabel terikat juga semakin besar dan sebaliknya, nilai koefisien regresinya kecil perubahan proporsi nilai variabel terikat juga kecil. Estimasi analisis regresi ada dua, yaitu regresi sederhana dan berganda. A. Estimasi Analisis Regresi Sederhana Estimasi ini hanya melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat, sehingga nilai estimasinya cenderung meningkat atau menurun seperti membentuk garis lurus. Estimasi sebuah produk tidak mengenal naik turun jika menggunakan model regresi sederhana ini, maka para manajer atau pengambil keputusan harus berhati-hati jika menggunakan model ini untuk melakukan estimasi data. Karena satu variabel terikat (Y) mengalami perubahan dari waktu kewaktu bukan hanya dipengaruhi oleh satu variabel saja. Namun kemungkinan masih dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya. Persamaan estimasi analisis regresi sederhana yaitu :
Y = a + bx Nilai a dan b dicari sebagai berikut
B. Estimasi Analisi Regresi Berganda Estimasi analisis regresi berganda melibatkan lebih dari satu variabel bebas, yaitu X1, X2, X3,......Xn, untuk mempengaruhi variabel terikat (Y). Persamaan estimasi analisis regresi barganda yaitu :
Y = a + b1x1 + b2 x2 + b3x3 + .......bnxn
25
1.3 Pola Permintaan Peramalan (forecasting) adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis, yang pada dasarnya adalah kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi dimasa lampau kemasa depan. Ramalan permintaan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Ramalan permintaan mencakup dua kegiatan, yaitu : 1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan. 2. Mengembangkan persamaan-persamaan yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel tersebut dalam bentuk perhitungan matematis. Prakiraan atau peramalan permintaan suatu barang atau jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat berbentuk garis trend linier sesuai dengan perkembangan waktu, dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan. Untuk melihat pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut, maka dibutuhkan informasi tentang permintaan akan barang atau jasa tersebut selama ini (Assauri, 1999). Salah satu hal yang menyulitkan perhitungan peramalan adalah fluktuasinya aktifitas permintaan sepanjang waktu. Sangat jarang dijumpai bahwa permintaan itu bersifat konstan dan merata sepanjang masa. Dari segi fluktuasi ini, pola permintaan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : a. Kecenderungan (trend) Kecenderungan adalah tendensi keseluruhan yang bersifat naik (berkembang) atau turun, atau rata tidak naik dan tidak turun selama jangka waktu yang lama. b. Variasi musiman Adalah pola permintaan yang fluktuasi perubahannya terjadi secara lengkap dalam periode waktu satu tahun, dan fluktuasi ini berulang dari tahun ketahun.
26
c. Variasi siklikal Adalah pola permintaan yang fluktuasi perubahannya terjadi tidak mengikuti jangka waktu yang tetap tetapi bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pola permintaan ini berhubungan dengan siklus bisnis yang terjadi. d. Gerakkan tak teratur Pola permintaan jenis ini dari waktu kewaktu terjadi secara tidak teratur dan sulit dijelaskan penyebabnya. Pola permintaan tersebut dapat digambarkan seperti berikut : Trend
Musiman
Siklikal
Gerakan tak teratur
Gambar 2. Pola permintaan barang dan jasa
2.6 Kerangka Pikir UKM Flamboyan merupakan usaha/industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian. Produk makanan olahan yang dihasilkan berupa stik jagung, keripik pisang keju, dan keripik pisang gula merah. Dari ketiga produk makanan olahan yang diproduksi oleh UKM Flamboyan, ingin dilihat pola data permintaan dan estimasi permintaan produk makanan olahan. Untuk mengetahui
27
pola permintaan produk makanan olahan digunakan analisis deskriptif. Sedangkan untuk mengestimasi permintaan digunakan analisis trend linier menggunakan metode kuadrat terkecil. Dari metode ini, dapat diketahui hasil estimasi permintaan produk makanan olahan. Kegiatan estimasi permintaan ini sangat penting untuk diketahui, karena dengan melakukan estimasi, perusahaan dapat mengetahui berapa banyak produk yang akan diproduksi dan dapat menyusun perencanaan dimasa mendatang sehingga tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dapat tercapai. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3. UKM Flamboyan
Makanan Olahan
Keripik Pisang Keju
Keripik Pisang Gula Merah
Stick Jagung
Pola Permintaan
Estimasi Permintaan produk
Analisis Deskriptif
Pola permintaan Trend Linier
(Metode Kuadrat Terkecil) ()
Hasil Estimasi Permintaan () Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Estimasi Permintaan Produk Makanan Olahan Pada Usaha Kecil Menengah Flamboyan Kota Gorontalo
28
2.7 Hipotesis Hipotesis yang diambil berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Pola permintaan produk makanan olahan memiliki sifat musiman. 2. Jumlah permintaan produk makanan olahan untuk masa yang akan datang akan terus meningkat.
29