BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Perilaku
2.1.1
Defenisi Perilaku Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat, sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010) Setiap manusia akan bertindak dan bertingkah laku untuk berinteraksi dengan makhluk lain, hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Perilaku manusia ditujukan sebagai tanda pengenal dirinya sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Perilaku manusia yang satu dengan yang lainnya tidak bisa disamakan, karena pribadi manusia merupakan hal yang sangat unik dan berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing. Karakteristik perilaku menurut Purwanto (2009) dibedakan menjadi 2 yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup (covert behavior) adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti
dengan
menggunakan alat atau metode tertentu misalnya berpikir, berkhayal, sedih, bermimipi, dan takut. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior) adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat
bantu misalnya
11 Universitas Sumatera Utara
seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anggotanya ke Puskesmas untuk diimunisasi, atau seseorang yang melakukan konsultasi dietnya kepada seora petugas gizi kesehatan, dan sebagainya. Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tandatanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2012), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari pengetahuan dan sikap. 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).
Karena
dan penelitian
oleh
lebih
langgeng
ternyata dari
perilaku yang didasarkan
pada
perilaku
yang
dari pengalaman pengetahuan
akan
tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2012), mengungkapkan bahwa sebelum
12 Universitas Sumatera Utara
13
orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo (2012), menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. 2. Sikap Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Sikap juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu (Notoatmodjo, 2012):
Universitas Sumatera Utara
14
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2012): a. Menerima (receiving); Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding); Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Menghargai
(valuing);
Mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab (responsible); Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. 3. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : 1. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua. 3. Mekanisme (mecanism)
Universitas Sumatera Utara
16
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. 4. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang antara lain: 1. Imitasi Tindakan manusia untuk meniru
tingkah pekerti
orang lain yang berada di
sekitarnya. 2. Sugesti Seseorang menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman
tingkah
laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi sugesti: Hambatan berfikir orang yang memberikan sugesti bersikap over pandangan, pihak penerima tidak diberi pertimbangan-pertimbangan atau berfikir kritis. Keadaan pikiran yang terpecah-pecah seseorang pikirannya mengalami kelelahan/kebingungan karena mengahadapi kesulitan-kesulitan sehingga ia tidak bisa berfikir. Otoritas kecenderungan seseorang atau sekelompok orang untuk menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu dari orang yang dianggap ahli.
Universitas Sumatera Utara
17
Mayoritas seseorang menerima saja suatu sikap atau pandangan karena di dukung atau di sokong oleh orang banyak (mayoritas). Will of Believe sikap menerima pandangan atau sikap orang lain karena sebelumnya di dalam dirinya telah ada sikap atau pandangan yang sama. Faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain : 1. Identifikasi Seseorang ketika ia mulai sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada peraturanperaturan yang harus di penuhi,di pelajari atau di taatinya. 2. Simpati Faktor tertariknya seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau kelompok orang lain. 2.1.2
Determinan Perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan
atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
Universitas Sumatera Utara
18
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012). Bloom (1998) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 karakteristik, ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Perilaku manusia menurut Purwanto (2009) terdapat banyak macamnya yaitu: 1) Perilaku refleks Perilaku refleks merupakan perilaku yang dilakukan manusia secara otomatik. Contohnya : mengecilkan kelopak mata, menaikkan bahu ketika bernafas, menganggukan kepala ketika menandakan persetujuan, dan menggelengkan kepala ketika menunjukkan penolakan. 2) Perilaku refleks bersyarat Merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan tertentu. 3) Perilaku yang mempunyai tujuan Disebut juga perilaku naluri. Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negatif seseorang dapat dilakukan dengan : 1. Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa. 2. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga. 3. Menjaga keutuhan keluarga. 4. Mempertahankan sikap dan kebiasaan sesuai dengan norma yang disepakati.
Universitas Sumatera Utara
19
5. Pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan status anggota keluarga baik itu anggota tunggal, anggota tiri, dan lain-lain. Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 (dua) respon, yaitu: 1. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon. 2.1.3
Domain Perilaku Lawrence Green dalam Mandy (2010) menganalisis bahwa perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak.
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia atau petugas yang tersedia, klinik atau sumber daya
Universitas Sumatera Utara
20
yang hampir sama. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan sebagainya. c. Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factors) Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program atau kegiatan yang dilakukan. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan sebagainya. Apakah penguat itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan. Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, dan pejabat sekolah. Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku penggunaan obat di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh dorongan teman-teman, terutama teman dekat. Begitupun dengan anggota komunitas perilaku yang mudah ditiru ialah perilaku dari orang terdekat, seperti anggota komunitas yang lain, teman sebaya, dan sebagainya. Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu: 1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatankegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). 2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Universitas Sumatera Utara
21
2.1.4 Pembentukan Perilaku Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara, diantaranya: 1. Kebiasaan (Conditioning) Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah perilaku. 2. Pengertian (Insight) Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian. 3. Menggunakan Model Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh Bandura (1977). Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam (Dewi, 2010) yakni: 1. Bentuk Pasif Respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Bentuk Aktif Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior. 2.1.5
Teori Terjadinya Perilaku Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan
lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku (Ircham, 2005). Teori perilaku menurut Ircham, antara lain: 1. Teori Insting Menurut Mc Dougal (2008) perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate atau perilaku bawaan dan akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2. Teori Dorongan (Drive Theory) Teori ini bertitik tolak pada pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. 3. Teori Insentif (Incentive Theory) Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif, dengan insentif akan mendorong organisme berperilaku. Insentif atau reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement yang positif adalah berkaitan dengan hadiah dan akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.
Universitas Sumatera Utara
23
4. Teori Atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal. Banyak
teori-teori
seseorang dalam Muzaham
yang
berkaitan
dengan
perubahan
perilaku
keseharian. Diantaranya menurut teori Anderson dalam
(2005)
yang dikutip oleh
Ari (2009).
yaitu ada tiga faktor yang
mempengaruhi pembentukan perilaku pada seseorang : a) Mudahnya
menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
(karakteristik
predisposisi). b) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada (karakteristik pendukung). c) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan). 5. Theory of Reasoned Action (TRA) Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002). Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat. Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang. Kemudian sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
24
sikap dan tindakan yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang dan tindakan negatif (Glanz, 2002). Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan dimasyarakat. 2.2
Perilaku Kesehatan
2.2.1
Defenisi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan serta lingkungan. Karakteristik perilaku kesehatan dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku perencanaan dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk mendapatkan penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena sebab itu perilaku pemeliharaan kesehataan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit, serta perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, dan perilaku gizi (makanan) dan minuman (Notoatmodjo, 2010). 2.2.2
Klasifikasi Perilaku Kesehatan Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
25
1. Perilaku Kesehatan (Health Behavior) Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan dan sebagainya. 2. Perilaku Sakit (Illness Behavior) Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab sakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut. 3. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior) Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Dewi, 2010), yaitu: 1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar. 2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar. Perilaku-perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa manfaat bagi kesehatan individu dan sebaliknya perilaku yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
26
a.) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijalankan secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang. b.) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau professional, atau secara umum pada masyarakat yang sudah maju. c.) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan Golongan
masalah
ini
paling
banyak
dipelajari,
terutama
karena
penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat. d.) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar pengetahuan seseorang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka. 2.3
Remaja
2.3.1
Defenisi Remaja Remaja adalah fase perkembangan anak menjadi dewasa (Khomsan, 2008).
Menurut Saraswati (2006) yang mengutip data WHO, remaja adalah masa peralihan,
Universitas Sumatera Utara
27
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya perkembangan fisik yang cepat, mental, emosi, dan sosial. Umumnya usia remaja berkisar antara 12-20 tahun. Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahanperubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikologi/tingkah laku. Khusus pada remaja puteri, masa ini juga merupakan masa persiapan menjadi calon ibu. Keadaan gizi pada masa masa remaja puteri dapat berpengaruh terhadap kehamilannya kelak, juga terhadap keadaan bayi yang akan dilahirkannya (Sayogo, 2006). Pada masa remaja terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Ovarium/indung telur menghasilkan hormon estrogen dan progresteron dan sejumlah kecil androgen. Pubertas merupakan satu titik dalam masa remaja yaitu pada saat seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya haid pertama. Pada masa tersebut terjadi perkembangan seks sekunder, dan berlangsung antara 2 sampai 3 tahun. Hormonhormon steroid adrenal, estrogen dan androgen mempunyai peran penting dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa tersebut. Estrogen dan progesteron menyokong tersedianya deposisi lemak. Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot pada anak perempuan cenderung serupa dengan anak laki-laki, yaitu lemak tubuh Universitas Sumatera Utara sekitar 19% dari berat badan total pada anak perempuan dan 15% pada anak laki-laki. Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja puteri, yaitu lemak tubuh kurang lebih 22% dibanding 15% pada laki-laki (Sayogo, 2006).
Universitas Sumatera Utara
28
2.3.2
Karakteristik Perkembangan Remaja
1. Karakteristik Perkembangan Fisik Selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang diakibatkan pengaruh hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan yang tercepat pada masa remaja ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs disebut masa puncak/peak. Pada masa tersebut proporsi dan ukuran tubuh menyerupai dewasa muda serta peningkatan tinggi badan (Sayogo, 2006). Tumbuh kembang remaja dibagi 3 tahap yaitu masa remaja awal, menengah, dan lanjut. Masa remaja awal pada anak perempuan terjadi pada usia 10-11 tahun, berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia 12-14 tahun dan berlangsung antara 2-3 tahun, sedangkan masa remaja lanjut perempuan rata-rata tercapai pada usia antara 15-17 tahun (Sayogo, 2006). 2. Perkembangan Perkembangan Psikososial dan Kognitif Pada masa remaja juga terjadi perubahan psikososial/tingkah laku, terjadi perubahan dalam hubungan dengan ayah dan ibu yaitu timbulnya konflik-konflik, mudah tersinggung, “merasa kurang bahagia”, ketidak tergantungan dalam proses pengambilan keputusan . Perkembangan kognitif juga menunjukkan kemajuan berupa kemampuan berfikir dalam arti dapat memahami akibat dari perbuatan/ tingkah laku, serta dapat melakukan beberapa tindakan secara serentak (Sayogo, 2006).
Universitas Sumatera Utara
29
Tahap remaja awal memiliki karakteristik antara lain kekhawatiran pada body image (suatu konsep mental pribadi yang berhubungan dengan laju pertumbuhan dan perubahan komposisi tubuh), mempercayai dan menghargai orang dewasa, kekhawatiran tentang teman sebaya, dan sebagainya. Tahap remaja menengah memiliki beberapa karakteristik yaitu sangat dipengaruhi oleh teman sebaya, kehilangan kepercayaan pada orang dewasa, mencoba mandiri dan sebagainya. Pada masa ini remaja lebih mendengarkan teman sebayanya daripada orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Keinginan untuk mandiri sering tampak dalam bentuk penolakan terhadap pola makan keluarga. Pada masa remaja lanjut karakteristik yang tampak antara lain merencanakan masa depan dan bersifat lebih mandiri. Selain itu, pada masa ini remaja telah mempunyai persepsi terhadap body image atau berat badan ideal (Sayogo,2006). 2.4
Berat Badan Ideal
2.4.1
Defenisi Berat Badan Ideal Menurut Thomas dkk (2008) Berat badan ideal merupakan dambaan dari
setiap manusia baik tua maupun muda, karena baik dari segi penampilan fisik maupun dari segi kesehatan. Terutama kaum muda yang lebih banyak mendambakan karena dengan berat badan yang ideal penampilan fisik akan menjadi lebih menarik. Ukuran tubuh yang ideal identik dengan langsing, dan jika seseorang memiliki berat badan yang ideal berarti memiliki pula bentuk tubuh yang indah antara lain ditandai dengan perut yang rata, pinggang yang tidak berlipat, paha dan betis yang kencang, dan pergelangan tangan yang berukuran sedang. Bagi sebagian wanita,
Universitas Sumatera Utara
30
tubuh yang ideal adalah impian. Oleh karena itu, untuk mewujudkan impian mereka tersebut mereka berusaha keras untuk menjadikan ukuran tubuh mereka ideal (Insitos dalam Bani, 2002). 2.4.2
Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal Seorang dikatakan mempunyai tubuh ideal apabila bentuk tubuhnya tidak
terlalu kurus atau tidak terlalu gemuk dan kelihatan serasi antara berat badan dan tinggi badannya. Agar bentuk tubuhnya ideal, lemak dalam tubuh harus selalu dalam keadaan normal. Lemak memang harus selalu ada didalam tubuh, tetapi jangan sampai kekurangan atau kelebihan. Untuk menunjang kehidupan setidaknya seseorang harus memiliki lemak minimal 3% dari berat badannya (Wirakusumah, 2011). Sebenarnya berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang (Purwati, 2009). Berat badan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kerangka tubuh, faktor keturunan, pengaruh hormon penyakit yang pernah diderita, kecepatan metabolisme tubuh, daya serap tubuh terhadap zat gizi dari makanan, aktivitas seharihari dan konsumsi makanan (Suharto, 2003). 2.4.3 Mengatur Berat Badan Ideal Pada saat ini sebaiknya kita harus sudah mengalihkan pikiran kita pada pengaturan berat badan dengan berbagai cara yang ditawarkan melalui promosi-
Universitas Sumatera Utara
31
promosi yang disampaikan baik melalui media cetak maupun media elektronik (Suharto, 2003). Pengaturan berat badan bukan hanya sekedar menghitung kalori yang akan kita makan. Bila diumpamakan sebuah mesin maka badan kita merupakan mesin yang sangat rumit dan makanan merupakan bahan bakar (Anonim, 2007). Tentunya kita memerlukan sejumlah makanan tertentu setiap hari untuk menyiapkan energi yang diperlukan. Ketika kita mengkonsumsi makanan secara berlebihan, maka makanan terebut akan menumpuk membentuk lemak didalam tubuh. Alat atau organ yang diperlukan bukan hanya mulut dan perut tetapi juga otot, yang bukan hanya membakar bahan bakar pada saat aktif, tetapi juga memperkuat pembakaran pada saat istirahat. Emosi, sikap dan nilai mempengaruhi apa yang akan kita makan, berapa banyak yang akan dimakan serta kapan dimakan. Perlu antisipasi, mengetahui kapan energi diperlukan meningkat dan kapan menurun, dan dapat direncanakan. Oleh karena itu ada 4 keteraampilan yang diperlukan dalam mengatur perilaku hidup sehat yaitu : - Latihan yang cukup dan teratur - Memilih makanan yang bergizi - Emosi, sikap dan norma - Mengantisipasi apa yang diperlukan Dalam
memutuskan
keinginan
untuk
menambah,
menurunkan
atau
mempertahankan berat badan, harus berdasarkan fakta medis. Obesitas (kegemukan) >20% dari berat badan ideal dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi dan stroke, penyakit jantung, diabetes, ginjal, gangguan pernafasan, kanker, dan masalah-
Universitas Sumatera Utara
32
masalah lain khususnya pada saat operasi. Sekarang banyak para ahli yang mengatakan bahwa menurunkan berat badan dengan berbagai cara yang ada saat ini cukup berbahaya. Jik ingin menurunkan berat badan lakukanlah sebagai program jangka panjang, sekurang-kurangnya ½-1 kg perminggu, dan selalu diupayakan penurunannya tidak drastic (Purwati, 1999). Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, namun untuk mengetahui gambaran umum mengenai kecukupan gizi seseorang, maka kita dapat menggunakan tolak ukur tinggi badan dan berat badan sebagai upaya untuk mengatur berat badan ideal (Suharto, 2003). 2.4.4 Penilaian Berat Badan Ideal Beberapa cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki berat badan ideal antara lain yaitu : 1. Indeks Masa Tubuh (IMT) Salah satu cara penilaian kondisi fisik tubuh yang digunakan adalah Indeks Masa tubuh (IMT). Hal ini disebabkan penilaian menggunakan IMT telah memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena tu, IMT sangat cocok diterapkan bagi orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi kesehatan (Purwati, 1999). Untuk menentukan Indeks Masa Tubuh dapat digunakan rumus sebagi berikut : IMT = BB / (TBxTB) Keterangan : BB = Berat badan (kg)
Universitas Sumatera Utara
33
TB = Tinggi Badan (m) Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut: Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal Nilai IMT 23 – 24,9 = Normal Tinggi Nilai IMT 25,0 – 29,9 = Gemuk Nilai IMT > = 30,0 = Sangat Gemuk Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO 2. Tabel Metropolitan Life Insurance Cara menentukan besar kecilnya perawakan atau postur tubuh adalah dengan rumus :
3. Pengukuran Jaringan Lemak Bawah Kulit Metoda ini dilakukan dengan alat khusu yang disebut “skinfold capiler”, yang mengukur ketebalan jaringan lemak dibawah kulit. Pada wanita pengukuran dilakukan di lengan atas bagian belakang (triceps). Bila ketebalan lemak mencapai lebih dari 2,5 cm, maka wanita itu kegemukan (obesitas). Pada pria pengukuran dilakukan di bawah tulang belikat (subscapula). Ketebalan lemak yang mencapai lebih dari 1,5 cm termaksud kegemukan (obesitas). Metode ini memerlukan keterampilan khusus dan biasanya dilakukan waktu pemeriksaan pasien oleh dokter atau dalam penelitian – penelitian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
34
4. Rumus Broca Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan Broca adalah dengan cara menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badannya (TB). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
2.5 Upaya Untuk Mendapatkan Berat Badan Ideal 2.5.1 Diet Pada dasarnya diet adalah pengaturan pola makan dengan sasarannya adalah mengurangi lemak badan diikuti dengan hilangnya berat badan. Hal ini meliputi diet gizi seimbang rendah kalori dengan menambah aktivitas fisik dan modifikasi kebiasaan untuk mengubah kebiasaan makan seseorang. Sedangkan dalam nutrisi, diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu (Anonim, 2008). Dalam perkembangannya, diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Menurunkan berat (massa) badan misalnya bagi model atau aktris yang ingin menjaga penampilannya.
Universitas Sumatera Utara
35
2. Meningkatkan berat (massa) badan misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga yang ingin meningkatkan massa otot. 3. Pantang terhadap makanan tertentu misalnya bagi penderita diabetes (rendah karbohidrat dan gula). Diet sembarang merupakan diet yang sering dijanjikan tetapi tidak realistis. Diet sembarang adalah diet yang rendah kalori karbohidrat, dapat menyebabkan hilangnya/berkurangnya cairan tubuh yang mengindikasikan hilangnya berat badan. Meskipun cairan tubuh berkurang tetapi berat badan akan kembali naik (Purwati, 2009). Dalam diet ada suatu patokan, dimana zat gizi yang dikonsumsi harus cukup, kecuali dalam hal energi. Zat sumber energi makanan terbesar berasal dan diperoleh dari konsumsi lemak dan hidrat arang seperti gula, nasi, roti, dan sejenisnya. Kecuali lemak dan hidrat arang, zat gizi lain harus tercukupi kebutuhannya (Purwati, 2009). Program penurunan berat badan perlu dikombinasikan dengan olahraga, sebab dengan diet makan saja ternyata berkurangnya bobot badan tidak semuanya akibat menyusutnya lemak (63%) tetapi juga otot alias daging kita (37%). Kalau jaringan otot makin berkurang, kebutuhan kalori jadi lebih sedikit dan kecepatan metabolisme menjadi lebih rendah sehingga mudah menjadi gemuk kembali. (Anonim, 2008). Ada beberapa jenis diet yang sering kita dengar, antara lain (Anonim, 2008) yaitu : 1. Zig Zag Diet Zig zag diet merupakan pola siklus zig zag (berseling) antara makanan rendah kalori dan tinggi kalori. Zig zag diet tidak menerapkan pola makan tiga kali makan
Universitas Sumatera Utara
36
sehari,, tetapi menggantinya dengan makan 6-7 kali sehari porsi lebih kecil dalam jangka waktu yang sama. Makan dalam jangka waktu pendek, 2-3 jam sesudah makan utama, jumlah karbohidrat harus lebih banyak daripada lemak sihingga membuat tubuh terus bermetabolisme daripada lemak sehingga membuat tubuh terus bermetabolisme daripada menyimpan sebagai lemak. Tubuh juga cenderung lebih membakar timbunan lemak daripada otot. Ketidaksabaran bisa menjadikan diet ini gagal, sebab membutuhkan jangka waktu relatif lama. Penurunan berat badan yang terjadi mungkin tidak signifikan seperti diet konvensional, karena diet ini mempunyai fokus selain membuang lemak yaitu menghidarkan penurunan massa otot. 2. Shangri-La Diet Shangri-La diet berprinsip menyelipkan makanan berkalori rendah yang berasa ekstrim disela-sela sebelum makan utama, sehingga nafsu makan menjadi berkurang dan tubuh mendapat asupan kalori dalam jumlah tak berlebih. Diet ini sangat signifikan dalam menurunkan berat badan, tetapi dikhawatirkan penurunan berat badan tersebut adalah kemungkinan penurunan massa otot selain penurunan lemak tubuh. 3. Zone Diet Diet yang paling populer saat ini. Konsumsi sekitar 40% karbohidrat, 30% protein, dan 30% lemak tak jenuh dalam setiap saji. Kurangi jumlah karbohidrat dalam setiap menu makanan.
Universitas Sumatera Utara
37
4. Diet Rendah Kalori Karbohidrat Hanya boleh mengkonsumsi 800 kalori/hari. Diet seperti ini hanya dapat dilakukan orang yang obesitas, dalam waktu pendek (3-6 bulan) dan harus dibawah pengawasan dokter. Anak-anak, wanita hamil dan menyusui tidak diperbolehkan melakukannya. 5. Diet Golongan Darah Darah tidak hanya membawa dan menyalurkan makanan ke otak serta seluruh tubuh. Darah juga memerlukan makanan yang tepat agar dapat bekerja lebih baik lagi. Jenis darah yang berbeda mempengaruhi pengeluaran zat-zat tubuh ke pencernaan. Pola diet dibawah ini tidak perlu terlalu kaku/ketat atau harus diikuti 100%. Dengan diikuti 75%-80% saja sebenarnya ssudah cukup untuk memenuhi gizi darah. Pemiilik satu golongan darah tetap bisa makan makanan dari diet golongan darah lain, hanya saja tidak akan memiliki manfaat yang lebih tinggi ketimbang mengkonsumsi makanan yang dianjurkan sesuai golongan darahnya. Selain itu, pola makan juga didasarkan pada makanan yang baik, alami, segar, dan berkualitas. 6. Diet Atkins Diet atkins diperkenalkan oleh seorang ahli nutrisi Amerika Serikat Dr. Robert Coleman Atkins pada tahun 1970. Pantangannya adalah segala macam karbohidrat dalam bentuk apapun, baik itu roti, keju, beras merah, kentang maupun nasi. Energi penggantinya didapat dari makanan yang kaya protein dan lemak, seperti daging, ikan, telur dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
38
Diet yang tinggi protein membuat ginjal bekerja ekstra untuk menyaring zat sisa makanan. Diet yang minim karbohidrat juga menyebabkan sesorang lesu dan kurang konsentrasi. Penelitia yang diterbitkan New England Journal Of Medicine dua tahun lalu sudah menyebutkna, jika diet atkins dilakukan dalam jangka panjang bisa mengakibatkan gagal ginjal dan dapat memicu gangguan pada usus. 7. Diet Rendah Lemak (Low Fat Diet) Komposisi dari diet ini adalah banyak sayur, buah dan nasi. Tidak perlu berhenti makan makanan dengan kandungan lemak tinggi, tetapi hanya dikurangi jumlahnya atau diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang kandungan lemaknya rendah. 8. Food Combining Food combining adalah salah satu pola diet koreksi yang banyak digunakan oleh para dokter naturopati untuk penyembuhan. Namun, sekarang maih terjadi perdebatan mengenai manfaat diet ini. Diet ini dikenalkan oleh Dr. William Howard Hay, yang mempunyai prinsip dasar sebagai berikut : a) Makanan yang mengandung protein tinggi, misal daging, ikan, telur dan keju. b) Makanan pembentuk basa, misal buah-buahan dan sayuran. c) Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, misal gandum, beras, roti, pasta dan gula. Penggabungan makanan dari daftar 1 dengan daftar 3 akan membuat tingkat keasaman tubuh menjadi semakin tinggi, karena itu Dr. Hay menyarankan pemisahan makanan dengan cara kombinasi. Diet ini menimbulkan kontrovesi karena ada
Universitas Sumatera Utara
39
beberapa pihak yang menganggap diet ini adalah diet yang tidak berguna atau omong kosong belaka, sedangkan ada beberapa pihak yang benar-benar mengakui manfaat dari diet ini. Melakukan diet, bukan tidak menimbulkan dampak bagi seseorang. Beberapa dampak diet antara lain (Wirakususmah, 2011) : Jika diet yang dilakukan tergesa-gesa atau ingin menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu yang singkat, ini dapat menimbulkan dampak pusing, anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan tekanan darah rendah. Jika diet yang dilakukan adalah diet rendah protein dan tinggi lemak, ini dapat menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, mual, asidosis, bisa menyebabkan koma bahkan meninggal dunia. Selain itu dampak yang diakibatkan oleh diet ini yaitu sering kencing, sehingga dapat merusak kerja ginjal serta meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida serta terjadi kekurangan vitamin dan mineral. Pola diet yang salah akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh, termasuk diet yang dilakukan oleh remaja puteri. Diet yang salh tersebut yaitu : 1. Diet Tinggi Karbohidrat Diet jenis ini mensyaratkan mengurangi asupan lemak, terutama daging, tetapi memperbolehkan mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Asumsinya , lemak lebih cepat membuat orang gemuk karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat menghasilkan 3.75 kkal. Program diet ini memang ada nilai lebihnya bagi orang dewasa usia lanjut, terutama untuk kesehatan jantung. Namun, dengan membatasi lemak, tubuh beresiko kekurangan vitamin yang larut
Universitas Sumatera Utara
40
dalam lemak. Selain itu rendahnya asupan lemak akan menyebabkan gangguan saraf dan psikis (Saraswati, 2006). Diet tinggi karbohidrat bisa menurunkan berat badan, tetapi dengan syarat tidak berlebihan mengkonsumsinya. Sebab, kemampuan tubuh dalam menyimpan karbohidrat sangat terbatas, sehingga kelebihannya akan diubah dan disimpan dalam bentuk lemak (Saraswati, 2006). Departemen kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energi perhari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Pada hakekatnya cukup makan makanan yang digoreng atau biasa yang disebut gorengan 1 potong setiap kali makan (Ronal, 2006). Namun, perlu diperhatikan asupan lemak yang terlalu rendah pada remaja puteri juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah, dikarenakan bahan makanan hewani merupakan sumber Fe dan Zn. Fe berfungsi untuk pertumbuhan remaja, Fe digunakan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonveksi menjadi hemoglobin, beredar keseluruh jaringan tubuh yang berfungsi sebagai pembawa oksigen. Kebutuhan Fe pada remaja puteri harus tinggi disebabkan remaja puteri kehilangan Fe selama menstruasi, apabila kebutuhan Fe remaja puteri kurang akan mengakibatkan anemia gizi besi. Sedangkan Zn berfungsi untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, kekurangan Zn dapat menyebabkan timbulnya kelambatan pertumbuhan, gangguan penyembuhan luka, kulit kering, dan gangguan selera makan. Untuk itu, diet tinggi karbohidrat ini sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).
Universitas Sumatera Utara
41
2. Diet tinggi protein Jenis diet ini dapat menghilangkan berat badan secara drastis dalam sekejap, yaitu dengan mengurangi asupan karbohidrat dan membebaskan asupan protein dan lemak (Saraswati, 2006). Asumsi yang mendasari diet ini adalah dengan menekan asupan karbohidrat, gula darah menurun dan insulin yang dihasilkan pankreas akan berkurang. Dengan begitu, tubuh tidak dapat memproses dan mengubah lemak atau protein dari makanan menjadi gula. Tubuh pun akan memaksa membakar persediaan lemak tubuh (Saraswati, 2006). Berat badan bisa hilang dalam sekejap, karena saat mengkonsumsi lemak, tubuh akan cepat merasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan dan asupan kalori berkurang. Namun, berkurangnya asupan kalori bukan satu-satunya alasan turunnya berat badan. Alasan utamanya, tingginya asupan protein akan meningkatkan frekuensi urine yang menyebabkan tubuh banyak kehilangan air. Biasanya bisa sampai 70% air hilang selama satu minggu pertama berdiet tinggi protein (Saraswati, 2006). Konsumsi lemak yang berlebihan, kurang menguntungkan bagi remaja karena dapat mengakibatkan timbunan lemak yang mengakibatkan kegemukan ataupun dapat terjadi sumbatan pada saluran pembuluh darah jantung. Kondisi ini sangat mengganggu kesehatan jantung. Untuk itu, diet tinggi protein ini sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006). 3. Diet Anti Karbohidrat Saat ini banyak orang yang berpuasa atau pantang makan nasi atau pantang makan makanan yang berkarbohidrat. Dengan mengurangi asupan makanan
Universitas Sumatera Utara
42
berkarbohidrat, produksi insulin akan berkurang dan tubuh bakal menggunakan cadangan lemak. Dengan minimnya asupan karbohidrat, jumlah kalori akan turun dan otomatis berat badan akan berkurang (Saraswati, 2006). Program diet ini membuat orang cepat kurus, mengingat asupan karbohidrat dibatasi. Biasanya hanya dianjurkan hanya mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga asupan kalori sangat minim dan tubuh pun banyak kehilangan air dan sudah tentu berat badan ikut turun (Saraswati, 2006). Sebaiknya karbohidrat jangan dipantangkan secara berlebihan. Karena sumber energi kita untuk bisa beraktivitas sehari-hari dan berkonsentrasi dalam belajar ada didalam karbohidrat. Jika ingin melakukan diet anti karbohidrat ini, pilihlah karbohidrat kompleks, misalnya yang berasal dari beras tumbuk, beras merah,sereal, dan sebagainya. Kelebihan dari nasi tumbuk yaitu terdapat pada kulit arinya yang mengandung vitamin B, besi, seng, kalsium, selenium, magnesium, dan kromium (baik untuk keseimbangan gula darah) juga mengandung serat (Saraswati, 2006). Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan komponen zat gizi / nutrien terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam diet seimbang di Indonesia, dianjurkan 5060% kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat. Kegunaan utama dari karbohidrat adalah sebagai sumber utama energi, kegunaan lainnya adalah sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006). Program diet ini sulit sekali dilakukan. Orang pun akan cepat bosan karena tubuh sangat membutuhkan karbohidrat. Tanpa karbohidrat tubuh akan lemas, tidak mampu beraktivitas, dan sulit berkonsentrasi. Akibatnya, berat badan akan rentan
Universitas Sumatera Utara
43
kembali naik, melebihi sebelum melakukan diet / yoyo syndrome(turun naiknya berat badan). Untuk itu diet anti karbohidrat sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006). 2.5.2
Olahraga Menurut Sadoso Sumosardjuno, pakar kesehatan olahraga dan pimpinan
Manggala Health Screening Center, Jakarta, cara menurunkan berat badan secara sehat yang terbaik adalah dengan mengatur makanan disertai olahraga. Selain itu olahraga juga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani (Anonim, 2008). Menurut Ginanjar dalam akbar (2014), olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dan tujuan apa yang hendak dicapai oleh pelakunya. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan olahraga secara teratur menunjang kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai manfaat olahraga bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu meningkatkan kesehatan, meningkatkan kebugaran serta daya tahan otot, dapat mengatur berat badan, dan lain-lain. Olahraga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Karena diet tanpa olahraga tidak akan menghasilkan bentuk tubuh yang ideal seperti yang didambakan, dengan berolahraga kita dapat membakar lemak-lemak yang berlebihan yang terdapat di dalam tubuh. Dalam berolahraga, yang perlu diperhatikan adalah intensitas latihan, lamanya latihan, serta frekuensi latihan. Takaran intensitas latihan untuk berolahraga aerobic, seperti lari, lari ditempat, berenang, bersepeda, bersepeda stasioner, jala kaki
Universitas Sumatera Utara
44
dan lain-lain dapat diketahui dari denyut nadi. Dengan menghitung denyut nadi, dapat diketahui apakah intensitas latihan sudah cukup atau masih kurang (Azwar, 2004). Denyut nadi dapat dihitung dengan meraba pergelangan tangan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapat adalah 220 minus umur (dalam tahun). Sebaiknya kita berlatih sampai denyut nadi antara 7085% dari denyut nadi maksimal (idealnya 72-87%). Bilangan antara 70-85% denyut nadi ini disebut target zone atau zona latihan. Kalau berlatih dengan intensitas dibawah 70% dari denyut nadi maksimal, akan kurang tampak manfaatnya. Biasanya kita malah akan menjadi gemuk karena rangsangan nafsu makan akan besar. Berlatih melampaui 85% denyut nadi maksimal tidak dibolehkan (Azwar, 2004). Agar latihan ada pengaruhnya terhadap jantung dan peredaran darah, sebaiknya latihan dilakukan hingga mencapai zona latihan dan terus diusahakan berada dalam zona itu paling sedikit 20-45 menit. Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari seminggu. Bagi yang kegemukan bisa 5-6 hari seminggu. Menurut Sadoso, jalan kaki merupakan salah satu olahraga yang teraman, membakar cukup banyak kalori, mudah dan murah (Anonim, 2008). 2.5.3 Obat Pelangsing Ketika berat badan sudah jauh dari kata normal, tidak jarang jalan pintas pun ditempuh, seperti mengkonsumsi obat-obatan untuk melangsingkan tubuh.
Obat
pelangsing merupakan obat yang berfungsi untuk menurunkan berat badan agar berat badan dapat menyusut. Obat pelangsing kerap menjadi cara alternatif yang dianggap jitu. Padahal, mengkonsumsi obat pelangsing secara sembarangan bisa menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan. Cara kerja obat pelangsing adalah
Universitas Sumatera Utara
45
membuang lemak di dalam tubuh dan menekan selera makan. Dalam dunia kedokteran, ada beberapa macam obat pelangsing yang memiliki sifat dan cara kerjanya bermacam-macam. Ada yang menekan nafsu makan, mempercepat rasa kenyang, meningkatkan absorpsi lemak, dan bulk fillers (pengganjal perut) (Wirakusumah, 2001). Sebenarnya mengkonsumsi obat pelangsing tidak dilarang, asalkan kita mau mengikuti segala pengarahan dan petunjuk dokter. Namun sebelum memutuskan untuk menggunakan obat pelangsing, ada hal yang perlu dipahami, yaitu bahwa obat pelangsing tidak akan pernah bisa menurunkan berat badan apabila tidak disertai dengan pola makan yang benar dan olahraga yang rutin (Anonim, 2008). Ada banyak jenis obat pelangsing yang ditawarkan dipasaran, antara lain : 1. Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut kerap digunakan untuk menurunkan berat badan. Padahal, jika digunakan tidak tepat akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi pencernaan hingga dehidrasi. 2. Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan keinginan seseorang untuk sering berkemih. Berat badan anda memang turun sesuai keinginan. Namun cairan tubuh yang keluar berlebih. Ancamannya, tidak hanya dehidrasi, elektrolit tubuh juga akan hilang sehingga mengakibatkan kerja ginjal dan jantung terganggu. 3. Obat digitalis. Ini sebetulnya obat jantung, tetapi memang bisa menurunkan berat badan, sehingga sering disalahgunakan. Lama kelamaan pemakai bisa menderita anoreksia.
Universitas Sumatera Utara
46
4. Obat antispasmodik, membuat perut kembung seakan kenyang dan malas makan. Membuat tubuh lemas dan tidak berernegi sehingga membuat anda malas beraktivitas. Perlu diperhatikan penggunaan semua obat pelangsing harus berdasarkan resep dokter karena penggunaannya untuk setiap individu berbeda-beda. Dipasaran, sangat banyak tersedia berbagai merek obat pelangsing. Obat-obatan tersebut umunya telah melalui uji klinis sehingga aman untuk dikonsumsi sesuai dengan aturan pemakaian dan anjuran dokter. Namun, diantara obat-obatan tersebut ada pula yang kandungannya berbahaya bagi tubuh (Wirakuumah, 2001). Untuk mengetahui apakah obat diet yang dikonsumsi dapat dianggap relatif aman (ginjal normal) atau tidak dapat dilihat pada efek pengurangan berat badan yang timbul. Efek pengurangan berat badan yang normal setelah mengkonsumsi obat diet adalah 3-4 kg per bulan. Namun juka penurunan berat badan lebih dari 4 kg dari sebulan, obat yang digunakan umumnya tidak baik bagi tubuh dan perlu diwaspadai. Namun
jika
sudah
tertarik
dan
terburu-buru,
konsumen
biasanya
lupa
mempertimbangkan kepentingan kesehatan. Obat yang ditawarkan pun dipakai secara berlebihan, tanpa memperhatikan efek sampingnya yang dapat membahayakan tubuh (Sumanto, 2009). Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak yang negatif, seperti : gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung atau perih, keletihan terus menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah, dan tubuh gemetar. Ada juga yang mengganggu kesuburan dan sirkulasi menstruasi. Menggunakan obat pelangsing yang bersifat pencahar atau laksatif dapat menyebabkan usus bereaksi
Universitas Sumatera Utara
47
lebih aktif menyerap makanan. Sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap. Akibatnya, bila konsumsi obat itu dihentikan, tubuh makin bertambah gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan. Obat yang bersifat diuretik menyebabkan tubuh mengalami kekurangan cairan. Bila berlangsung lama, akan menyebabkan gangguan ginjal. Obat-obatan yang bersifat memacu pembakaran kalori dapat merangsang jantung. Detak jantung terpacu cepat sehingga menimbulkan gangguan pada jantung (Anonim 2008). 2.6
Permasalahan Kesehatan Karena Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal yang Salah Remaja puteri sering mempraktekkan diet dengan cara yang salah akan
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti anemia gizi besi, bulimia (memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), dan kekurangan gizi (Ronal, 2006). Akibat dari diet yang salah juga akan berdampak pada naik turunnya berat badan yang akan mengakibatkan kegemukan (obesitas). Penurunan berat badan secara cepat justru akan berdampak naik turunnya berat badan tubuh yang biasa disebut dengan fenomena yoyo syndrom. Menurut Sayogo (2006), potensi terjadinya yoyo syndrom itu karena tubuh belum beradaptasi terhadap pola diet atau pola makan baru yang dijalani, yang mengakibatkan berat badan turun dalam waktu yang singkat tetapi akan naik kembali beberapa kilogram berat badan tubuhnya lebih dari berat badan sebelum melakukan diet (kegemukan). Beberapa permasalahan kesehatan yang beresiko terjadi kepada remaja puteri yang melakukan upaya yang salah untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu :
Universitas Sumatera Utara
48
2.6.1
Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah (Ronal, 2006). Remaja puteri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang, kurang asupan gizi karena pola makan yang salah, dan pengaruh dari lingkungan (ingin langsing). Remaja puteri yang sedang melakukan diet cenderung tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewani sehingga banyak remaja putri yang mengalami anemia gizi besi (Khomsan, 2008). Bahan makanan yang mengandung Fe yaitu : daging, ikan, unggas, kacangkacangan, sayuran berwarna hijau (Sayogo, 2006). Gejala-gejala yang timbul karena anemia gizi besi yaitu : lemah, letih, lesu, lunglai, lalai (5L), sering pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat, dada cenderung berdebar-debar karena Hb dibawah normal sehingga jantung dipaksa bekerja ekstra, sesak nafas dan telinga terasa berdengung (Ronal, 2006). Akibat yang ditimbulkan dari anemia gizi besi yaitu : mengganggu pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik, menurunkan kemampuan bekerja dan konsentrasi belajar, menurunkan ketahanan tubuh dalam menghadapi penyakit infeksi, menurunkan kebugaran, dan mengakibatkan muka pucat (Sayogo, 2006). Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
49
2.6.2 Bulimia dan Anoreksia Nervosa Bulimia dan anoreksia nervosa merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Penderita bulimia dan anoreksia lebih banyak diderita oleh remaja puteri. Karena mereka lebih mementingkan body image yang langsing dan cantik daripada kebutuhan makan meeka (Khomsan, 2008). Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan mengkonsumsi makanan yang banyak dalam waktu yang singkat dan kehilangan kendali terhadap makanan disertai tingkah laku unuk menurunkan berat badan seperti merangsang muntah, gerak berlebih, dan puasa berkepanjangan. Penderita bulimia dapat mengkonsumsi makanan sekitar 3000-7000 kkal. Gangguan makan pada penderita bulimia timbul akibat rangsangan emosional seperti depresi, gelisah, marah dan kemudian diikuti oleh puasa yang berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004) Penderita bulimia mempunyai nafsu makan seperti penderita obesitas yaitu ingin makan berlebihan karena pengaruh faktor eksternal (bau, rasa, dan bentuknya) lebih dominan daripada faktor internal (rasa lapar). Karena penderita bulimia tidak ingin memiliki berat badan yang berlebih, maka mereka memuntahkan kembali makanan yang telah di makannya. Penderita bulimia kadang-kadang memilih makanan tertentu yang harus dimuntahkan (biasanya snacks). Jadi makanan utama (pagi, siang, malam) selalu dikonsumsi secara normal. Dampak negatif dari bulimia yaitu kerusakan gigi dan iritasi pada kerongkongan (Khomsan, 2008). Anoreksia nervosa adalah bentuk penyimpangan perilaku makan yang hampir mirip dengan bulimia. Penderita anoreksia melakukan pembatasan makan secara
Universitas Sumatera Utara
50
tidak wajar. Penderita anoreksia makan seperti halnya individu normal tetapi dikeluarkan lagi dengan cara muntah disengaja, dan sering melakukan olah raga berlebihan. Dampak negatif bagi penderita anoreksia nervosa yaitu kehilangan bobot tubuh yang berlebihan sehingga kekurangan gizi, terjadi amenorrhea (menstruasi tidak lancar/terhambat). Anoreksia nervosa dan bulimia keduanya merupakan keadaan buruk karena ingin langsing dan cara yang salah untuk mendapatkan berat badan ideal (Khomsan, 2008). 2.6.3
Kurang Gizi Remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Yaitu karbohidrat, protein, kalsium, besi, seng (zinc) dan vitamin (Saraswati, 2006). Diet tinggi karbohidrat, diet tinggi protein dan diet anti karbohidrat adalah diet yang berbahaya dilakukan pada masa remaja, karena remaja masih membutuhkan zat gizi yang besar untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan. Diet anti karbohidrat mengakibatkan tubuh menjadi lemas, tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar, dehidrasi, nafas menjadi pendek terutama saat melakukan aktivitas, keseimbangan biokimia tubuh terganggu dan ritme jantung tidak normal sehingga berpotensi mengganggu fungsi pembuluh jantung. Diet tinggi karbohidrat mengakibatkan gangguan syaraf , psikis, dan beresiko kekurangan vitamin yang larut dalam lemak. Diet tinggi protein akan menyebabkan dehidrasi, mempercepat penuaan, selain itu diet tinggi protein biasanya sangat minim serat, sehingga
orang yang menjalani diet ini akan mudah terserang sembelit yang
menaikkan resiko kanker kolon(usus besar) (Saraswati, 2006).
Universitas Sumatera Utara
51
2.7
Kerangka Konseptual Penelitian
Karakteristik Responden Umur Berat Badan dan Tinggi Badan Pola Makan Intensitas Berolahraga Aktivitas Diet Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Pengetahuan (Knowledge) Sikap (Attitude) Tindakan (Action)
Perilaku Siswi SMA Dalam Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan
Theory of Reasoned Action (TRA) Keyakinan pada Kelompok Acuan (Conviction) Niat (Intention) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual diatas diketahui bahwa karakteristik siswi SMA yang menjadi responden yang akan digambarkan dalam hasil penelitian ini yaitu dilihat dari aspek umur, berat badan dan tinggi badan yang akan dihitung untuk mengetahui ideal atau tidakkah body image yang dimiliki oleh siswi tersebut, serta pola makan, intensitas berolahraga dan aktivitas diet. Aspek lain yang akan digambarkan yaitu mengetahui pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (action), keyakinan pada kelompok acuan (conviction) dan niat (intention) untuk mengetahui gambaran perilaku siswi SMA dalam upaya mendapatkan berat badan ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara