BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Partograf a. Pengertian Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut: 1) Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007). 2) Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008). 3) Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001).
b. Tujuan Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. 2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. 3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang
diberikan,
pemeriksaan
laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008). Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
7
8
1)
Mencatat kemajuan persalinan
2)
Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3)
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4)
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang
sesuai
dan
tepat
waktu
(JNPK-KR, 2008).
c. Penggunaan partograf Partograf harus digunakan: 1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit 2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll) 3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).
d. Pengisian partograf Pengisian partograf antara lain: 1) Pencatatan
selama
Fase
Laten
Kala
I
Persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
9
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu : a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit c) Nadi : setiap 30 menit d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam g) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam h) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan (JNPK-KR,2008).
2) Pencatatan selama fase aktif persalinan Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi: a) Informasi tentang ibu : (1) Nama, umur (2) Gravida, para, abortus (keguguran) (3) Nomor catatan medik nomor Puskesmas (4) Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah : tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu) b) Waktu pecahnya selaput ketuban c) Kondisi janin: (1) DJJ (denyut jantung janin) (2) Warna dan adanya air ketuban) (3) Penyusupan ( moulase) kepala janin. d) Kemajuan persalinan (1) Pembukaan serviks (2) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin
10
(3) Garis waspada dan garis bertindak e) Jam dan waktu (1) Waktu mulainya fase aktif persalinan (2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian. f) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya g) Obat – obatan dan cairan yang diberikan: (1) Oksitisin (2) Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
h) Kondisi ibu : (1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur (2) Urin ( volume , aseton, atau protein) i) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan) (Sarwono, 2009).
e. Mencatat temuan pada partograf Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah : 1) Informasi Tentang Ibu Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis sebagai : „jam atau pukul‟ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban. 2) Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin ( DJJ ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin) a) Denyut jantung janin Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
11
Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. b) Warna dan adanya air ketuban Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini : U : J
Selaput ketuban masih
utuh
( belum pecah )
: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering ) c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD ). Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan
12
yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini : 0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan 3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (JNPK-KR,2008).
f. Kemajuan persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu. 1) Pembukaan servik Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda „X‟ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Perhatikan : a) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam
13
b) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks ( hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda „X‟ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada c) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus) (JNPK-KR,2008). 2) Penurunan bagian terbawah janin Cantumkan
hasil
pemeriksaan
penurunan
kepala
(perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm (JNPK-KR,2008). Berikan tanda „O‟ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda „O‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus. 3) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal
14
ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2008).
g. Jam dan waktu Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu (jam) menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (JNPK-KR,2008).
h. Kontraksi uterus Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,2008).
i. Obat-obatan dan cairan yang diberikan 1) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam tetes per menit. 2) Obat-obatan lain Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (JNPKKR,2008).
15
j. Halaman belakang partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal- hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilau dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan ( yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman (JNPKKR,2008).
k. Kontraindikasi pelaksanaan patograf Berikut ini adalah kontraindikasi dari pelaksanaan patograf. 1) Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. 2) Perdarahan antepartum 3) Preeklampsi berat dan eklampsi 4) Persalinan prematur 5) Persalinan bekas sectio caesaria (SC) 6) Persalinan dengan hamil kembar 7) Kelainan letak 8) Keadaan gawat janin 9) Persalinan dengan induksi 10) Hamil dengan anemia berat 11) Dugaan kesempitan panggul (Ujiningtyas, 2009).
16
l. Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf 1) Keuntungan a) Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan persalinan melewati garis waspada. b) Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan. c) Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas 2) Kerugian Kemungkinan terlalu cepat lakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilakukan di tempat (Ujiningtyas, 2009).
17
m. Gambar partograf
18
19
2. Konsep dasar persalinan a. Pengertian Beberapa pengertian dari persalinan adalah sebagai berikut: 1) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keuluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2008:100). 2) Persalinan adalah rangakian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007:672). 3) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban keluar dari uterus (JNPK-KR, 2208:52). 4) Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar (Jenny, 2013:2). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan proses saat uterus ibu mengeluarkan ketuban, bayi, plasenta (hasil konsepsi) melalui jalan lahir. Proses ini dapat normal (spontan) dan dapat pula berupa tindakan bergantung pada faktor passage, passenger, power. 5) Persalinan menurut proses Menurut Yanti, 2010 proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut: a) Persalinan Spontan bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendri, melalui jalan lahir ibu tersebut. b) Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan tenaga dari dari luar misalnya ekstraksi forsep, atau dilakukan operasi Sectio Caesarea.
20
c) Persalinan anjuran, persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi berlangsug setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. 6) Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin Manuaba (1998) mengemukakan beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut: a) Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan). b) Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu). c) Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu). d) Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42 minggu). e) Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam).
b. Konsep persalinan normal Berdasarkan Manuaba (2009)
teori tentang dimulainya
persalinan setelah janin cukup bulan, masih merupakan teori yang kompleks dan sulit dicari mana sebenarnya paling dominan. Besar kemungkinan adalah semua teori yang dikemukakan para ahli, merupakan satu kesatuan dengan hasil persalinan dapat dimulai. Beberapa teori persalinan adalah: 1) Teori penurunan progesteron 2) Teori oksitosin 3) Teori keregangan otot rahim 4) Teori janin 5) Teori prostaglandin
21
Dikemukakan pula bahwa dalam proses persalinan terdapat upaya kerja sama tiga kekuatan vital, yaitu sebagai berikut: 1) Power: Kekuatan his dan mengejan. 2) Passage:
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan
lahir lunak.. 3) Passenger: Bentuk, besarnya, dan posisinya bayi harus normal sehingga mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir dan kekuatan pendorong sehingga proses persalinan dapat berjaln dengan lancar dan normal. Selain ketiga faktor di atas Jenny (2013) menambahkan pula faktor yang dapat memengaruhi jalannya proses persalinan adalah: 1) Posisi ibu (positioning) 2) Respons psikologi (psychology response)
c. Tahapan persalinan Tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan) (Jenny, 2013:5). 1) Kala I Kala I atau kala pembukaan adalah periode yang dimulai dari his persalinan yang persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif (Yanti, 2009:6). a) Fase laten Menurut Varney (2004) fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik pembukaan dimulai sejak kontraksi muncul hingga pembukaan tiga sampai ke empat sentimeter atau permulaan fase aktif.
22
b) Fase aktif Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet
dan
mencangkup fase transisi (Varney, 2004. Menurut Yanti (2009) fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi: (1) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam. (2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam. (3) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 3 jam. 2) Kala II Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi servix sudah lengkap, dan berakhir saat janin sudah lahir. Kala II disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin (Sarwono, 2009). 3) Kala III Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta (Sarwono, 2009). Kala III atau kala uri adalah persalinan uang dimulai dar lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta (Yanti, 2009). 4) Kala IV Menurut Yanti (2009), kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan. Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan.
d. Tanda dan gejala menjelang persalinan Menurut Varney (2009) ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain:
23
1) Lightening Lightening adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu: a) Ibu jadi sering berkemih b) Perasaan tidak nyaman bahwa ibu perlu defekasi. c) Kram pada tungkai d) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen 2) Perubahan serviks Servik masih melunak, dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Perubahan servik diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks (Varney, 2009:673). 3) Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. (Varney, 2009:673). 4) Ketuban pecah dini Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. 5) Bloody show Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak sawar ini menjadi pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan (Varney, 2009:673). 6) Lonjakan energi Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awal persalinan (Varney, 2009:674). 7) Gangguan saluran cerna Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Varney, 2009:674).
24
e. Mekanisme persalinan Gerakan persalinan pada presentasi kepala adalah: 1) Bagian presentasi masuk pintu atas panggul (engangement)diameter biparetal melewati pintu atas panggul 2) Penuruan lengkap 3) Fleksi 4) Rotasi internal 5) Pelahiran kepala dengan ekstensi 6) Restitusi-rotasi 45° pertama setelah pelahiran kepala, yang mengembalikan kepala ke sudut yang tepat terhadap bahu 7) Rotasi eksternal 8) Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui sumbu Carus (Varney, 2010:349).
f. Asuhan persalinan normal (APN) Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah persalinan yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. APN bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (Depkes, 2008, hal. 3). 1) Lima benang merah APN Dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi ada yang disebut lima benang merah yaitu membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan dan rujukan. 2) Peralatan yang digunakan untuk pertolongan asuhan persalinan normal. Peralatan untuk pertolongan persalinan harus tersedia
25
dalam keadaan baik, bersih dan disinfeksi tingkat tinggi atau steril pada setiap kelahiran, yaitu : a) Partus set (1) Dua klem Kelly atau 2 klem kocher (2) Gunting tali pusat (3) Benang tali pusat atau klem plastik. (4) Kateter nelaton (5) Gunting episiotomi (6) Klem ½ koker (7) Dua pasang sarung tangan DTT atau steril (8) Kasa atau kain steril (untuk membersihkan jalan nafas) (9) Gulungan suntik 21/2 atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai (10) Penghisap lendir bayi (11) Empat kain bersih (bisa disediakan oleh keluarga) (12) Tiga handuk kecil untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi (bisa disediakan oleh keluarga) b) Bahan-bahan (1) Partograf (halaman depan dan belakang) (2) Kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil (3) Formulir rujukan (4) Pena (5) Thermometer (6) Pita pengukur (cm) (7) Doppler/monoral (8) Jam yang mempunyai detik (9) Stetoskop (10)
Tensimeter
(11)
Sarung tangan pemeriksa (5 pasang)
(12)
Sarung tangan rumah tangga (1 pasang)
(13)
Larutan klorin
26
(14)
Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin
dan penatalaksanaan/penanganan penyulit : (a) 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (dengan 4 ampul oksitosin 2 ml U/ml) dan aquadest atau cairan garam fisiologis (Ns) untuk pengenceran. (b) 3 botol Ringer Laktat 500 ml (c) Infus set (d) 2 abokat (e) 2 ampul metil ergometrin maleat (f) 2 vial larutan magnesium sulfat 40% (25 gr) g. 6 tabung suntik 21/2 – 3 ml steril disposable (g) 2 tabung 5 ml steril disposable (h) 1 tabung suntik 10 ml steril disposable (i) 10 kapsul amoxillin/ampisilin 500 mg atau IV 2 gr (j) Vitamin K, 1 ampul (k) Salep tetrasiklin 1 % (l) Satu set hecting (m) Pegangan jarum (n) Pinset (o) Benang kromik disposable ukuran 2,0 – 3,0 (p) Satu pasang sarung tangan (q) Satu kain bersih (Depkes, 2008, hal. 189-190).
g. 58 langkah APN APN dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sesuai standar APN maka dirumuskan 58 langkah APN sebagai berikut : 1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua. 2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set.
27
3) Memakai celemek plastik 4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam 6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set 7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum 8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah 9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit) 11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu 12) untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran 13) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman 14) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran 15) Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit 16) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
28
17) Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu 20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan 22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan bahu belakang 23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas 24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin). 25) Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan / atau apakah bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif? 26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi di atas perut ibu 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
29
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik 29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 30) Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kirakira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama 31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut 32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya 33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi 34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat 36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur 37) Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
30
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan
melingkar
secara
lembut
hingga
uterus
berkontraksi (fundus teraba keras) 40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan 42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam 44) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral 45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral 46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam 47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
31
50) Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik 51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi 52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air bersih. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering. 54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum 55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% 56) 56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung
tangan
dalam
keadaan
terbalik
dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 58) Melengkapi partograf (Depkes, 2008, hal. 37-139).
3. Bidan praktik mandiri BPM (Bidan Praktik Mandiri) adalah bidan yang memiliki surat ijin praktik bidan (SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi ijin secara sah dan legal untuk menjalankan praktik kebidanan mandiri. Selanjutnya diperjelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02 /MENKES/ 149/ 2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 1 disebutkan: Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
32
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. 3. Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan. 4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar operasional prosedur. 5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 6.
Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. 8. Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia
33
B. Kerangka Teori Tabel 2.1 Kerangka Teori
Bidan praktik mandiri
Asuhan persalinan normal
Partograf
-
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses perrsaliann
2.1 Kerangka Teori Sumber: JNPK-KR, 2008).