BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah berbicara satu sama lain (Fiske,2004:7). Penelitian yang menggunakan studi Semiotik merupakan bagian dari ilmu komunikasi secara luas. Hendaknya kita mengenal apa itu komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, baik secara langsung maupun melalui perantara (media). Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh
kedua
belah
pihak.
Komunikasi
adalah
proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (Effendy,1990:10). Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jadi bagaimana simbol dan pesan dalam selebrasi kontroversi pemain bola dilihat dari kajian analisis semiotik, serta pesan apa yang terkandung di dalam selebrasi yang dilakukan oleh pemain tersebut. Komunikasi adalah salah satu aktivitas manusia yang diakui setiap orang, namun hanya sedikit yang bisa mendifinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi. (Fiske,2012:1)
1
2.1.1 Komunikasi Nonverbal Komunikasi
nonverbal
adalah
setiap
informasi
atau
emosi
dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata nonlinguistik. Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa yang kita katakan. Ucapan atau ungkapan klise seperti “sebuah gambar sama nilainya dengan seribu kata” menunjukkan bahwa alat-alat indra yang kita gunakan untuk menangkap isyarat-isyarat nonverbal sebetulnya berbeda dari hanya kata-kata yang kita gunakan. Salah satu dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh Richard L. Weaver II (1993, dalam buku Teori Komunikasi Antarpribadi) bahwa kata-kata pada umumnya memicu salah satu sekumpulan alat indra seperti pendengaran, sedangkan komunikasi nonverbal dapat memicu sejumlah alat indra seperti penglihatan, penciuman, perasaan, untuk menyebutkan beberapa. Komunikasi nonverbal adalah pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi yang disampaikan melalui lambang selain kata-kata atau bahasa, yaitu dalam bentuk bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian, kontak mata, ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, waktu, ruang, jarak, penampilan seseorang, dan lain-lain. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide atau gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau tindakan. Adapun pesan bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angkaangka, benda, gerak-gerik, atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara
2
beberapa orang atau
banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu,
artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya. 2.1.2
Klasifikasi pesan nonverbal
Jalaludin Rakhmat (2004) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut: Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh. Gerakan tubuh merupakan perilaku nonverbal di mana komunikasi terjadi melalui gerakan tubuh seseorang atau bagian-bagian tubuh. Yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial menggunakan raut muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976), dalam buku Deddy Mulyana, 2005 menyimpulkan penelitianpenelitian tentang wajah sebagai berikut: a.Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk. b.Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan. c.Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d.Wajah mengkomunikasikan tingkat
pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
3
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif. b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah. c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Deddy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
4
Pesan sentuhan dan bau-bauan.
-
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
-
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2.2 Teknik penyiaran pada video : Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga kita menonton suatu film tampak macam-macam sudut pandang pemgambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film maupun iklan. Adapun teknik-teknik yang ada dalam pengambilan gambar antara lain adalah Type of Shot, Camera Angle, dan Pergerakan Kamera ( Moving Camera). Tabel Teknik Pengambilan Gambar dari Kamera Penanda (konotatif)
Definisi
Petanda (makna)
Close Up
Hanya Wajah
Ke-intim-an
Medium Shot
Hampir Seluruh Tubuh
Hubungan Personal
Long Shot
Setting dan Karakter
Konteks, Skope, Jarak, Publik
Full Shot
Seluruh Tubuh
Hubungan Sosial
Sumber : Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, tahun 2000: 34 2.2.1
Type of Shot Ukuran framing lebih merujuk pada seberapa besar ukuran objek yang
mengisi komposisi ruang frame kamera. Ukuran framing dibagi menjadi beberapa ukuran standar berdasarkan jauh dekatnya objek. Beberapa jenis atau tipe 5
pengambilan gambar ini antara lain adalah (Widagdo, M. Bayu & Winastwan Gora S,2007 : 53-57) : 1. Big Close Up (BCU) atau Extreem Close Up (ECU) Ukuran close up dengan framing lebih memusat atau detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi yang mendukung informasi dalam jalinan alur cerita. Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek, misalnya hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsinya untuk menonjolkan ekspresi yang dikeluarkan oleh objek atau untuk kedetailan suatu objek. 2. Close-Up (CU) Framing adalah pengambilan gambar, dimana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan subjek sehingga gambar yang dihasilkan atau gambar subjek memenuhi ruang frame. Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gesture yang mendetil. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas terhadap objek. 3. Medium Close-Up (MCU) Pengambilan gambar dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari Close up, tetapi lebih dekat dari medium shot. Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.
6
4. Medium Shoot (MS) Secara sederhana, medium shot merekam gambar subjek kurang lebih setengah badan. Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas. 5. Medium Full Shoot (Knee Shot) Disebut knee shot karena member batasan framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh. Pengambilan gambar semacam itu memungkinkan penonton untuk mendapatkan informasi sambungan perisriwa dari aksi tokoh tersebut. Misalnya, setelah berdiri sang tokoh membungkuk untuk mengambil suatu benda di bawah kakinya, tanpa dibantu shot lain yang menunjukkan benda dibawah kaki tersebut. 6. Full Shoot (FS) FS memungkinkan pengambilan gambar dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga kakinya. Secara teknis, batasan atas diberi sedikit ruang untuk head room. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya. 7. Medium Long Shot (MLS) Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai keatas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. 8. Long Shoot (LS) Merupakan type of shot dengan ukuran framing diantara MLS dan ELS. Dengan kata lain, luas ruang pandangnya lebih lebar dibandingkan medium shot dan lebih sempit dibandingkan ELS. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya.
7
2.3 Fungsi pesan nonverbal Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 2004), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal: Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita
berkata, kita menunjukkan persetujuan
dengan
mengangguk-anggukkan kepala. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ‟memuji‟ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja. 2.4 Pengertian Simbol Simbol dalam bahasa komunikasi, seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera didepan rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada Negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tertentu.
8
Secara etimologis, simbol (symbol) berasal dari kata Yunani “symballlen” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. (Hartoko&Rahmanto, dalam Sobur 2003: 155). Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi (metonymy) yakni untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya (misanya si kacamata untuk seseorang yang berkacamata) dan metafora (metaphor), yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia). Semua simbol melibatkan tiga unsur; simbol itu sendiri, rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dan rujukan. Ketiga simbol itu merupakan dasar bagi semua makna simbolik (Sobur, 2003: 155-156). Ada pula yang menyebutkan “symbols”, yang berarti tanda atau cirri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto, 2000:10). Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang tertuliskan sebagai bunga, misalnya, mengacu dan mengemban gambaran fakta yang disebut “bunga” sebagai sesuatu yang ada di luar bentuk simbolik itu sendiri. Dalam kaitan ini Peirce mengemukakan bahwa “A symbol is a sign which refers to the objects that is denotes by virtue of a law, usually an association of general ideas, which operates to cause the symbol to be interpreted as referring to that object” (Derrida, 1992). Dengan demikian, dalam konsep Peirce, simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang di tandakan (petanda) sifatnya konvensional. Simbol atau lambang sebenarnya tidak mempunyai arti dan pemahaman sebagai makna. Simbol atau lambang sebenarnya kita yang memaknainya sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan proses interaksi. Makna dalam lambang atau simbol ada di kepala kita. Simbol dapat dipergunakan dalam komunikasi karena ada kesepakatan atau konsepsi bersama mengenai makna 9
sebagai bahasa. Simbol, dalam konteks semiotika, biasanya dipahami sebagai a sign which is determined by its dynamic object only in the sense that it will be so iterpreted (suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benar-benar di interpretasi). Dalam hal ini, interpretasi dalam upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan unsur dari proses belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatankesepakatan dalam masyarakat. (Pawito, 2007: 159). 2.5 Pengertian Pesan Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui proses komunikasi. Ada juga yang mengatakan bahwa pesan adalah serangkaian isyarat/simbol yang diciptakan oleh seseorang untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat/simbol itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu. Selain itu pesan dapat diartikan pernyataan yang dikode dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-simbol yang mempunyai arti, hal tersebut dapat terbentuk melalui beberapa unsur diantaranya: a. Verbal simbol diucapkan/tertulis/tercetak. b. Non verbal simbol (disampaikan dengan tertulis dan diucapkan juga dalam bentuk gerak-gerik/isyarat/gambar lukisan dan warna). (Deddy Mulyana,2005) Pesan juga merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai syarat dalam kegiatan berkomunikasi, karena dengan suatu pesan hubungan komunikasi seseorang dengan lainnya akan berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan1. (dikutip dari skripsi mahasiswa IAIN)
1
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/148/hubptain-gdl-harmajibo1-7393-3bab2.pdf/diaksestanggal 12 Desember 2012 jam 20.05 wib.(dikutip dari skripsi mahasiswa IAIN)
10
2.6 Selebrasi 2.6.1 Pengertian Selebrasi pada umumnya 2
Arti dari selebrasi adalah perayaan atas sebuah pencapaian atau
keberhasilan. Ini salah satu bentuk dari ungkapan perasaan gembira (emosional yang positif). Selain mengungkapkan sebuah perasaan, hal ini juga bertujuan untuk pamer akan apa yang telah dicapai. Selebrasi akan dinilai kurang baik jika selebrasi disajikan dengan porsi yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keberhasilan
yang
dicapai.
Merayakan
keberhasilan-keberhasilan
kecil
(pencapaian target-target antara) untuk menumbuhkan semangat dan keyakinan. 2.6.2
Pengertian Selebrasi gol dalam sepakbola Sepakbola tak bisa dipungkiri begitu memancing emosi para penggilanya.
Dan tak ada yang lebih meledakkan emosi selain terciptanya sebuah gol, dan tentu saja selebrasi pemain setelah melesakkan si kulit bundar ke dalam jala. Gol memang hal yang paling ditunggu dalam 90 menit pertandingan. Namun di balik gol itu ada satu hal lagi yang ditagih oleh fans. Entah itu hanya sekedar mengangkat tangan, sebuah tarian sampai atraksi salto di udara atau segala bentuk aktivitas fisik lainnya yang menjadi bentuk sebuah perayaan. Ya, selebrasi mencetak gol kini seakan menjadi ritual wajib buat setiap pemain. Bukan hanya sebatas perayaan, sebuah selebrasi kini menjadi identitas pribadi bahkan juga disebut bakal memprovokasi lawan. Namun lebih dari itu, ternyata ada banyak makna di balik perayaan sebuah gol. Mencetak gol dalam olahraga sepakbola selalu menjadi salah satu bagian paling penting dalam permainan tersebut, gol tentu saja bisa dicetak dalam banyak cara. Setiap pemain yang mencetak gol menghadapi momen yang terjadi secara langsung setelah gol dicetak. Momen tersebut, yaitu selebrasi (perayaan) ataupun tanpa selebrasi, telah memberi sepakbola beberapa citra paling ikonik, beberapa terbukti lebih ikonik daripada gol itu sendiri. Bagi banyak peneliti di bidang ini, 2
http://dakamartha.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
11
fenomena selebrasi gol, meskipun demikian, perayaan gol telah dan umumnya selalu menjadi bagian budaya sepakbola dan dengan demikian layak mendapatkan pengkajian kritis. Dalam sepakbola, dengan sejumlah gol yang dicapai dengan sangat sulit, kesabaran anda dihargai dengan selebrasi yang membuat setiap orang beranjak dari kursinya, dan kadang-kadang air mata kemenangan, tawa riang, atau bahkan seorang pemain berlari keujung lapangan. Apakah itu adalah perayaan gol menit terakhir yang membawa kemenangan. Pertandingan tersebut mengikat gol dalam menit terakhir, gol demi gol tercipta dari kepentingan dan pengertian yang lebih besar. Pada akhirnya pun, mereka semua menginspirasi. Tanpa gol dan mencetak sebuah gol penting atau seorang pemain yang telah ditarik oleh manajer tetapi kembali mendapatkan posisinya lagi dengan bermain bagus dalam latihan dan mencetak gol. Namun demikian, kita ingin melihat sebuah pertandingan yang paling tidak berujung pada sebuah gol. Sejumlah besar pergerakan kebelakang dan maju ke depan dan kesempatan, posisi, melewati pertahanan, hampir mencetak gol dan penyelamatan yang fantastis. Tidak ada yang basi tetapi sesuatu yang membuat antisipasi dari gol tersebut, dan hal itu menghubungkan, sangat proporsional dan berikutnya adalah selebrasi. Sebuah gol artinya kesempatan bagi penonton untuk bernyanyi dan memegang bendera timnya untuk menghormati kerja keras tim tersebut. Kami semua ingin menerima tepuk tangan dan membalasnya kembali. Hanya berusaha keras dan tercipta gol dan tepukan akan datang dari para penonton. Dalam olahraga sepakbola, melakukan selebrasi usai mencetak gol adalah sebuah hal yang biasa dilakukan pesepakbola, pemain seringkali menunjukkan ekspresi kegembiraan dan luapan kesenangan dapat diungkapkan melalui ekspresi dan gerak badan dalam mencetak gol. Terkadang melakukan selebrasi keberhasilan tim mereka dengan ekspresi dan gaya-gaya yang atraktif, unik, dan lucu.
12
2.7 Pengertian Kontroversi Isu-isu kontroversial merupakan isu-isu dimana berbagai macam kelompok akan menjadi tidak sepakat dan memiliki opini kuat tentang mereka. Mereka adalah isu-isu yang membagi masyarakat dan menimbulkan perasaan kuat atau terkait dengan banyak pertanyaan mendasar mengenai nilai dan keyakinan contohnya, perang, imigrasi, aborsi, hak kaum gay atau Uni Eropa. Meskipun demikian demokrasi pluralis (majemuk) di negara kita memiliki serangkaian nilai yang mendefinisikannya. Nilai-nilai tersebut adalah: keadilan sosial; kesetaraan politik; toleransi; hak asasi manusia; menghormati aturan hukum; dan komitmen terhadap perundingan dan perdebatan sebagai cara ideal menyelesaikan konflik publik/umum. Nilai-nilai tersebut seharusnya tidak boleh kontroversial. Menurut Carrington dan Troyna: sebuah masalah kontroversial adalah sebuah masalah, yang mana setiap individu dan grup menginterpretasikan serta memahami dengan cara yang berbeda beda dan mengenai adanya tindakan yang bertentangan. Hal itu adalah sebuah masalah yang belum ditemukan solusinya oleh masyarakat yang secara umum diterima. Hal itu adalah sebuah masalah dari ketepatan
yang
memadai
bahwa
setiap
cara
yang
ditawarkan
dalam
menghadapinya adalah sangat bersifat objektif bagi beberapa bagian lapisan masyarakat dan menimbulkan perbedaan pendapat, oposisi atau protes. Ketika sebuah masalah diciptakan yang pada hematnya seluruh sektor lapisan masyarakat menerima-masalah tersebut tidak lagi kontroversial. (Carrington dan Troyna). Kontroversi dipilih diantara kata-kata yang lain yang menunjukan makna konflik atau keributan. Tidak ada istilah tertentu, contohnya: ketidaksetujuan, debat, diskusi, argumen, ketidaksepahaman, ketidaknyamanan, kebingungan, kontradiksi. Kontroversi digunakan karena hal tersebut mengandung arti sebuah rasa dari area publik dan masalah dampak sosial sebagaimana juga sebuah pengenalan perbedaan masalah yang belum terselesaikan. Dengan demikian, dimana ada kontroversi grup sekumpulan orang berbagi mengenai nilai tertentu melawan mereka yang berpendapat sebaliknya „sejatinya ambigu‟ (after Gallie, 13
1956) dan, selanjutnya, pendapat bisa saja dipegang dengan sangat agresif atau bersifat defensif. (Polemik kadang-kadang digunakan sebagai sebuah istilah untuk posisi yang argumentatif dipakai dan dianggap sebagai sebuah kontroversi.) 2.8 Semiotika Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Van Zoest, 1996 : vii, dalam Sobur, 2006:16) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1999 : 4, dalam Sobur, 2006:16). Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64, dalam Sobur, 2006:16). Charles Sanders Peirce (Littlejohn, 1996:4, dalam Sobur, 2006:16) mendefinisikan semiosis sebagai “a relationship among a sign, an object, and meaning” (sesuatu hubungan diantara tanda, objek, dan makna). Memahami pengertian semiotika di atas, bahwa semiotika adalah suatu disiplin ilmu dan metode analisis untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut. Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang artinya tanda atau seme yang berarti penafsiran tanda. Semiotika adalah suatu model analisis atau suatu ilmu pengetahuan dimana segala sesuatu yang ada di dunia dapat dipahami melalui tanda. Pada dasarnya semiotika merupakan ilmu yang mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda yang ada pada kehidupan masyarakat yang menjadi bagian dari kehidupan sosialnya. (Danesi,Marcel,2010). Menurut John Fiske (2004), semiotika adalah studi tentang penandaan dan makna dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, ilmu tentang bagaimana makna dibangun dalam teks media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah hubungan antara subjek atau ide dan suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk non-
14
verbal, teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Semiotika merupakan studi yang mengkaji makna dari simbol-simbol dan tanda-tanda produk komunikasi. Hampir semua aktivitas manusia dapat dikategorikan dalam pengertian semiotik secara luas. (Sobur,2003:10-12). Semiotika atau semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal
ini
tidak
dapat
dicampuradukkan
dengan
mengkomunikasikan
(to
communicate). Memaknai berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. (Barthes,1998:179; dalam Sobur,2003:15). Dalam semiotika, penerima atau pembaca, dipandang memainkan peran yang lebih aktif. Pembaca membantu menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap dan emosinya terhadap teks tersebut. (Fiske,2004:61). Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda. (Fiske,2004:61). Semiotika adalah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat dapat dibayangkan ada. Saya akan menyebutnya semiologi (dari bahasa Yunani semeion “tanda”). Semiologi akan menunjukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda3. 2.8.1
Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce (1839-1914) Pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf dan
pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Peirce (1839-1914). Peirce (Berger, 2000 b:14, dalam Sobur, 2006:34-35) menandaskan bahwa tanda-tanda 3
Pernyataan dari Ferdinand de Saussure,dalam buku Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra, hlm 5.
15
berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat, dan simbol untuk asosiasi konvensional. Tabel berikut ini dapat memperjelas hubungan tanda-tanda : TANDA
IKON
INDEKS
Ditandai dengan Persamaan :
Hubungan sebab-akibat
Konvensi
(Kesamaan) Gambar-gambar
Contoh :
Patung-patung besar dilihat
Proses
SIMBOL
Kata-kata
Asap/api,Gejala/penyakit Isyarat
dapat Bercak merah/campak
Harus
Dapat diperkirakan
Dipelajari
Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari AS yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematis terhadap pengetahuan. Bagi Peirce (Patteda, 2001:44), tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. (Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Mewakili sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas) (Matterlart dan Matterlart, 1998:23). Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa bagi Peirce, lambang mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isyarat bahasa, tubuh, musik, dan lukisan. (Pawito, 2007:157). Peirce membedakan lambang/tanda menjadi tiga kategori pokok: ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Disini, yang dimaksud dengan ikon adalah a sign which is determined by its dynamic object by virtue of its own 16
iternal nature (suatu lambang yang di tentukan (cara pemaknaannya) oleh objek yang dinamis karena sifat-sifat internal yang ada atau tanda yang muncul dari perwakilan fisik). Hal-hal, seperti kemiripan, kesesuaian, tiruan, dan kesan-kesan atau citra menjadi kunci untuk memberikan makna-makna terhadap lambanglambang yang bersifat ikonik. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Istilah indeks menunjuk pada lambang/tanda yang cara pemaknaannya lebih ditentukan oleh objek dinamis dengan cara being in a real relation to it (keterkaitan yang nyata dengannya atau). Proses pemaknaan lambang-lambang bersifat indeks tidak dapat bersifat langsung, tetapi dengan cara memikirkan serta mengkait-kaitkannya. (Pawito, 2007:159). Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda (sebab-akibat) yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol, dalam konteks semiotika, biasanya dipahami sebagai a sign which is determined by its dynamic object in the sense that it will be so interpreted (suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benarbenar di interpretasi). Dalam hal ini, interpretasi dalam upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan unsur dari proses belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan-kesepakatan dalam masyarakat.
(Pawito,
2007:159-160).
Jadi,
simbol
adalah
tanda
yang
menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya (tanda yang dari kesepakatan). Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Hubungan antara ikon, indeks dan simbol tersebut memiliki sifat konvensional. Hubungan antara simbol, thought of reference (pikiran atau referensi) dengan referent (acuan) dapat digambarkan melalui bagan semiotic triangle berikut ini :
17
Pikiran/referensi
acuan
Symbol Gambar 3 : Semiotic Triangle
Sumber : Sobur, Alex.2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm.159 Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pikiran merupakan mediasi antara simbol dan acuan. Atas dasar hasil pemikiran itu pula terbuahkan referensi yang merupakan hasil penggambaran maupun konseptualisasi acuan simbolik. Dengan demikian referensi merupakan gambaran hubungan antara tanda kebahasaan berupa kata-kata maupun kalimat dengan dunia acuan yang membuahkan satuan pengertian tertentu. Simbol berbeda dengan tanda. Tanda berkaitan langsung dengan objek, sedangkan simbol memerlukan proses pemaknaan yang lebih intensif setelah menghubungkan dia dengan objek. Dengan kata lain, simbol lebih substansif daripada tanda. Konsep semiotika yang diajarkan Pierce mengemukakan bahwa pikiran itu timbul dari adanya symbol atau tanda yang terhubung dengan acuan yang ada. Misalnya bangku dalam arti yang sebenarnya merupakan tempat duduk, namun jika dipadukan dengan acuan atau norma tertentu dapat menghasilkan pikiran=kekuasaan.
18
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
Gambar 4 : Teori Segitiga Makna atau Triangle Meaning
Dari diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa berbicara tanda adalah sesuatu yang tidak sekedar tentang tanda itu sendiri, berkaitan dengan obyek yang dipahami oleh seseorang, yang mempunyai efek didalam pikiran/benak seseorang tersebut. Interpretant. Gambar mengenai anak panah yang mempunyai dua arah menunjukkan bahwa masing-masing elemen dapat dipahami hanya di dalam hubungan dengan elemen yang lain. Menurut pemikir Amerika, C.S Peirce (Alex Sobur, 2003: 34) bahwa-bahwa tanda berkaitan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dan symbol untuk asosiasi konvensional. Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant : -
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).
19
-
Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
-
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.
2.9 Kerangka Pikir Komunikasi Nonverbal
Selebrasi Gol
Kontroversi kontroversi
Simbol dan Pesan
Analisis Semiotika C.S Pierce ( ikon,indeks,simbol )
- Alasan menggunakan teori Semiotika C.S Pierce Peneliti melakukan penelitian menggunakan studi/pembelajaran semiotika ini adalah tanda. Tanda itu sendiri memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap makna atau artinya. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain, artinya bisa menggantikan, mewakili, dan menyajikan. Tanda dan hubungan-hubungannya
20
adalah kunci dari analisis semiotik. Dimana relasi tersebut memunculkan makna. Memahami teori semiotika Charles Sanders Peirce yang di uraikan di atas, maka penelitian selebrasi gol kontroversi akan lebih memfokuskan pada teori tersebut, karena teori semiotika yang di paparkan oleh Charles Sanders Peirce memiliki makna yang terkandung terhadap sifat objeknya. Dalam teori ini ditemukan bahwa ada keterkaitan atau hubungan antara tanda-tanda yang satu dengan yang lainnya, sehingga banyak mengandung makna dalam tanda-tanda suatu objek yang diteliti. Teori ini dapat menguraikan makna yang terdapat dalam tanda suatu objek, baik itu dari ikon, indeks, maupun simbol. Sebuah analisis tentang tanda megarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotative sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol. Dengan demikian uraian teori di atas sangat membantu peneliti dalam menganalisa, karena dalam video selebrasi gol kontroversi terdapat pesan dan simbol pada selebrasi gol. Dan diteliti dengan teori tersebut sehingga makna yang terkandung dalam video selebrasi gol kontroversi tersebut dapat diketahui.
21