BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan
auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Menurut Tugiman (2006:18) Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan adalah sebagai berikut: 1.
Perencanaan Audit Auditor internal harus merencanakan setiap pemeriksaan, dalam hal ini perencanaan tersebut harus didokumentasikan yang meliputi: 1) Penetapan tujuan, sasaran, dan ruang lingkup perusahaan, 2) Memperoleh informasi dasar (backround information) tentang kegiatan yang akan diperiksa, 3) Penentuan
tenaga
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
pemeriksaan, 4) Pemberitahuan kepada pihak yang dipandang perlu, 5) Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang diperlukan untuk mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk memperoleh berbagai alasan dan
8
9
saran-saran dari pihak yang akan diperiksa (auditee commens and suggestions), 6) Pembuatan program pemeriksaan, 7) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan akan disampaikan, dan 8) Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan. 2.
Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Auditor
internal
harus
mengumpulkan,
menganalisis,
mengintreprestasikan, dan membuktikan kebenaran informasi meliputi halhal sebagai berikut: 1) Mengumpulkan berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan tujuan, sasaran, dan ruang lingkup pemeriksaan, 2) Informasi harus mencukupi, dapat dipercaya, relevan, dan berguna sebagai dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi, 3) Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian , dan penarikan sampel yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan dan diperluas/diubah bila keadaan menghendaki demikian, 4) Proses
pengumpulan,
analisis,
penafsiran
dan
pembuktian
kebenaran informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dipercaya, dan
10
5) Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan (audit working paper). Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat oleh auditor dan ditinjau/direview oleh manajer auditor internal. Kertas kerja pemeriksaan harus mencantumkan berbagai informasi yang diperoleh dan telah dianalisis serta harus mendukung dasar temuan audit dan rekomendasi yang akan dilaporkan. 3.
Penyampaian Hasil Audit Auditor internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang dilakukannya atau yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya. Proses penyampaian hasil pemeriksaan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan, 2) Auditor internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir, 3) Laporan harus objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan tepat waktu, 4) Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil pelaksanaan pemeriksaan, dan bila dipandang perlu, laporan harus pula berisikan pernyataan tentang pendapat pemeriksaan, 5) Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan atau dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif,
11
6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau rekomendasi, dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan, dan 7) Pengujian auditor internal dan staf yang ditunjuk harus mereview dan menyetujui laporan pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut dikeluarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut disampaikan. 4.
Tindak Lanjut Hasil Audit Auditor internal harus terus menerus meninjau atau melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Auditor internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif yang
diusulkan telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang
diharapkan, atau apakah manajemen telah mempertimbangkan masak- masak atas risiko yang mungkin timbul. Bila ternyata ada tindakan yang diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan, dengan perkataan lain apakah manajemen telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan yang dilaporkan. Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan penting yang dilakukan oleh auditor internal dalam menjalankan proses audit untuk menentukan arah, tujuan, dan pendekatan dalam proses audit internal.
12
2.1.2
Kompetensi Auditor Internal Kompetensi menurut Suraida (2005) adalah: “Keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, dan simposium.” Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijazah/ atau sertifikat yang
dimiliki, serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan, seminar dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar dan simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya. Wesbster Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Hexana (2005) mendefenisikan kompetensi sebagai keterampilan dari seorang ahli, dimana ahli didefenisikan sebagai seorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Selanjutnya Bedard (1986) dalam Hexana (2005) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dengan pengalaman audit. Internal auditor dikatakan memiliki kemampuan profesional apabila dapat memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal tersebut telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan, juga haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan dari berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Internal auditor harus mencerminkan keahlian dan
13
ketelitian profesional, seperti yang dikemukakan Tugiman (2006:27) adalah sebagai berikut: “Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap audit internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dari berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas”.
2.1.3
Independensi Auditor Internal Independensi menurut Arens et al. (2008:111) dapat diartikan mengambil
sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Independensi menurut Mulyadi (2002:26) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka internal auditor tidak bertanggung jawab dalam fungsi eksekutif maupun operasi. Bagian ini harus mempunyai wewenang dalam mengkaji dan menilai setiap bagian dalam
14
perusahaan sehingga dalam melakukan kegiatannya, internal auditor dapat bertindak objektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya internal auditor tidak mempunyai wewenang langsung atas setiap bagian yang akan diaudit sehingga dapat mempertahankan independensinya dalam organisasi. Tugiman (2006:20) menyatakan bahwa: “Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sanagat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektivitas para auditor internal”.
2.2
Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian
yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2.2.1
Penelitian Mengenai Independensi Pentingnya aspek independensi bagi berlangsungnya profesi auditor dan
banyaknya keraguan masyarakat mengenai independensi auditor, telah mendorong banyak pakar akuntansi dan pengauditan untuk melakukan penelitian mengenai independensi auditor (Indah, 2010). Harhinto (2004) meneliti pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit dengan populasi auditor Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur. Keahlian diproksikan melalui sub variabel pengalaman dan pengetahuan.
15
Sedangkan independensi diproksikan melalui tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien dan telaah rekan auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan keahlian dan indepedensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Mayangsari (2003) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara independensi dengan pendapat audit menyimpulkan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen.
2.2.2
Penelitian Mengenai Kompetensi Libby (1991) dalam Hernandito (2002) mengatakan bahwa seorang
auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor lebih berpengalaman akan memiliki skema lebih baik dalam mengidentifikasi
kekeliruan-kekeliruan
daripada
auditor
yang
kurang
berpengalaman. Sehingga pengungkapan informasi tidak lazim oleh auditor yang berpengalaman juga lebih baik dibandingkan pengungkapan oleh auditor yang kurang berpengalaman. Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas : 1) Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.
16
2) Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Menurut Gibbins (1984) dalam Hernandito (2002) pengalaman menciptakan standar pengetahuan, terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengetahuan langsung masa lalu. Teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor bisa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki banyak pengetahuan dan struktur memori yang lebih baik dibanding auditor yang belum berpengalaman.
2.2.3
Penelitian Mengenai Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Astuti (2010) menyatakan bahwa independensi dan kompetensi audit
internal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kualitas pelaksanaan audit internal, dengan kata lain sesuai dengan Standards For the Profesional of Internal Audit. Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelaksanaan audit ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan kompetensi. Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor internal. Independen berarti auditor internal tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan auditor internal. Sedangkan kompetensi
17
berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor internal dalam bidang auditing dan akuntansi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan meneliti pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.
2.3
Kerangka Pemikiran Salah satu fungsi dari auditor internal adalah menghasilkan informasi
yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik kepentingan antara pihak internal dan eksternal perusahaan, menuntut auditor internal untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Penjelasan mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal dapat dilihat secara singkat melalui kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran yang dapat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.1 adalah kerangka pemikiran dari penelitian mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.
18
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran Variabel Independen Independensi Auditor Internal
Variabel Dependen
(+/-)
(𝑋1 )
Kualitas Pelaksanaan Audit Internal
Kompetensi Auditor Internal
(𝑌)
(𝑋2 )
(+/-)
Kerangka pemikiran Gambar 2.1 menunjukkan independensi dan kompetensi auditor internal sebagai variabel independen dimana independensi dan kompetensi auditor internal dapat memberikan hubungan positif ataupun negatif terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Independensi menunjukkan auditor tidak membela salah satu pihak. Sedangkan kompetensi menerapkan mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang diperlukan dalam melakukan audit.
19
2.4
Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori, hasil penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran
tentang pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal, maka dapat dikembangkan hipotesis dengan penjelasan sebagai berikut:
2.4.1
Independensi Auditor Internal dan Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor
internal untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Maka dapat dibuat hipotesis bahwa: 𝐻1 : Independensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.
20
2.4.2
Kompetensi Auditor Internal dan Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan penting yang dilakukan oleh auditor internal dalam menjalankan proses audit untuk menentukan arah, tujuan, dan pendekatan dalam proses audit internal. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas pelaksanaan audit internal yang dihasilkannya. Maka dapat dibuat hipotesis bahwa: 𝐻2 : Kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.
21
2.4.3
Independensi dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan mutu personal,
pengetahuan, dan keahlian khusus yang baik menjadikan auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Kemudian dengan sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya. Sehingga berdasarkan logika di atas maka kompetensi dan independensi memiliki pengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas baik dalam proses maupun outputnya. Maka dapat dibuat hipotesis bahwa: 𝐻3 : Independensi dan kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.