BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ukuran Perusahaan 2.1.1 Pengertian Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005) Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000). Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Karena total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentranformasikan ke dalam logaritma natural (Ghozali, 2006); sehingga ukuran perusahaaan juga dapat dihitung dengan : Size = Ln Total Assets Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).
12
13
Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama adalah ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawarmenawar (bargaining power) dalam kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004). Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001). Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri (Lisa dan jogi, 2013). Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula Sartono (2010:249)
14
Menurut Setiyadi (2007) Ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah : 1. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu. 2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu. 4. Total asset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu. 2.2 Modal Kerja 2.2.1 Pengertian Modal Ada beberapa pengertian modal menurut beberapa ahli akuntansi dan pemeriksaan, diantaranya: “Modal yaitu hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal, surplus, dan laba yang ditahan” (Munawir, 2007). “ Modal adalah baik yang berupa barang-barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat dineraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat dineraca sebelah kredit” ( Riyanto, 2008). Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasional sehari-hari. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dihitung sejak suatu kas diinvestasikan dalam
15
komponen–komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas (Ahmad ,2002). 2.2.2 Pengertian Modal Kerja Modal kerja adalah asset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam asset tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar (Sofyan Syafri Harahap, 2007:288). Definisi modal kerja yaitu: “ Keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari” (Sawir Agnes,2005) “Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya” (Sutrisno, 2007:39). Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha (Brigham, 2001:30). Modal kerja selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari dan menjaga kontinuitas perusahaan selama masih beroperasi (Wild, 2005:186). Menurut Munawir (2007) modal kerja dapat dibagi dalam konsep sebagai berikut: a. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
16
bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). b. Konsep Kualitatif Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. c. Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka yang menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan dalam periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Menurut Munawir (2002:125) Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
17
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang obligasi maupun bentuk utang jangka panjang lainnya. f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Menurut Munawir (2002:129) Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri. Menurut Djarwanto (2004) pemakaian atau penggunaan modal kerja / aktiva lancar yang hanya menyebabkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya: a. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. b. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes
18
receivable). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam suatu perusahaan. Menurut Jumingan (2009) Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Rumus untuk mencari modal kerja dapat digunakan sebagai berikut : Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar 2.2.3 Sumber Modal Kerja Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual serta karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas jangka panjang naik (Sofyan Syafri Harahap, 2001:288). Menurut Munawir (2002:120) sumber-sumber modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Hasil operasi perusahaan yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukan jumlah mdal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. dengan adanya keuntungan dan laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan
19
yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. 3. Penjualan aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dan aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. 4. Penjualan saham atau obligasi untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat pula mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainya gunanya memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Menurut Munawir (2002:123) Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut maka menyimpulkan modal kerja akan bertambah apabila : 1. Adanya kenaikan setor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham / tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Adanya pengurangan / penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva tetap.
20
2.2.4 Fungsi Modal Kerja Menurut Tunggal (1995) Fungsi modal kerja antara lain sebagai berikut : 1. Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai jika menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang. 3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk mengadapi situasi darurat seperti : pemogokan, banjir. Fungsi Modal kerja adalah menutupi jarak antara saat dikeluarkan utang tunai (kas) untuk membayar / membeli persediaan bahan baku dan biaya lainya dengan sat diterimanya hasil penjualan. Jarak yang dimaksud disebut perputaran modal kerja (working capital turnover period) atau suatu kegiatan operasi suatu kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran (turnover) atau makin tinggi tingkat perputaran (Ahmad, 2002) Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
21
WTCO (𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑁𝑒𝑡 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
2.2.5 Jenis-jenis modal kerja Menurut Riyanto (2001) Jenis-jenis modal kerja dapat digolongkan kedalam: 1. Modal kerja permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha, yang dibedakan sebagai berikut: a) Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal kerja variabel, yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, yang dapat dibedakan dalam : a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi musim. b) Modal kerja siklus, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
22
2.2.6 Komponen Modal Kerja Unsur-unsur modal kerja dalam suatu perusahaan yang berasal dari aktiva lancer dan utang lancar: 1. Aktiva Lancar Pengertian aktiva lancar menurut para ahli yaitu : “Aktiva lancar adalah Aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputaranya adalah dalam jangka waktu yang pendek yaitu kurang dari satu tahun” (Riyanto, 2008). Sedangkan pengertian aktiva lancar menurut Munawir (2004) adalah: “Aktiva lancar adalah uang kas atau aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan normal)”. kelompok aktiva lancar menurut Munawir (2004) adalah “Kas, Investasi jangka pendek, Piutang wesel, Piutang dagang, Persediaan, Piutang penghasilan yang masih harus diterima, Persekot atau biaya yang dibayar dimuka”. 2. Hutang Lancar Unsur modal modal kerja adalah hutang lancar diantarnya yaitu hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah hutang-hutang yang pelunasanya akan memerlukan penggunan sumber-sumber yang digolongkan dalam aktiva lancar (Badriwan, 2000). Selain itu hutang jangka pendek adalah : “Kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasanya atau pembayaranya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan” (Munawir, 2004).
23
2.3 Arus Kas 2.3.1 Analisis Laporan Arus Kas Analisis Arus kas adalah suatu metode analisa ekonomi yang memasukan pergerakan kas yang positif (aliran kas masuk) dan pergerakan kas yang negatif (aliran kas keluar) yang disebabkan oleh aktivitas untuk menentukan kebutuhan relatif dari aktivitas tersebut. Termasuk di dalamnya metode aliran kas yang dikontrol (Joel dan Jae, 2000:148). 2.3.2 Pengertian Kas Pengertian kas yaitu sebagai berikut: “Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya” (Riyanto, 2001:94). Sedangkan pengertian kas menurut (Martono dan Harjito, 2002:116) adalah : “Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah kerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen, dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan”
2.3.3 Pengertian Arus Kas Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) Pengertian arus Kas yaitu : “Arus masuk dan arus keluar atau setara kas” Pengertian arus kas masuk dan arus kas keluar adalah Aliran kas masuk (cash flow) merupakan aliran sumber-sumber darimana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash outflow) merupakan kebutuhan kas untuk pembayaranpembayaran (Martono dan Harjito, 2002:116).
24
2.3.4 Pengertian Laporan Arus Kas Pengertian laporan arus kas adalah sebagai berikut: “Laporan arus kas adalah laporan yang bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam satu periode akuntansi” (Abdul Halim, 2004:142). “Laporan aliran kas (Cash flow statement) adalah suatu laporan keuangan yang menunjukkan sumber-sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis” (Ardiyos, 2004:172). Menurut Harahap (2008 : 257) Kegunaan laporan arus kas untuk mengetahui: a. Kemampuan suatu perusahaan menghasilkan kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu. b. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang. c. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dan sumber kekayaan perusahaan. d. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. e. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. f. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
25
2.3.5 Manfaat dan Tujuan Laporan Arus Kas Menurut Prastowo dan Juliaty (2005 : 29) Laporan arus kas mempunyai manfaat memberikan informasi untuk : 1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan mempengaruhi kas. 2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. 3. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. 4. Dapat menggunakan arus kas historis sebagai indikator jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan. 5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Menurut Harahap (2008 : 257) analisis arus kas memiliki kegunaan dengan melakukan analisis arus kas dapat mengetahui : 1. Kemampuan perusahaan menghasilkan kas, merencanakan, mengontrol jumlah kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu. 2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen dimasa yang akan datang. 3. Informasi bagi investor, kreditor memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukan kas keperusahaan dimasa yang akan datang.
26
5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. 6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. 2.3.6 Klasifikasi Laporan Arus Kas Arus kas masuk dan kas keluar perusahaan selama suatu periode dalam laporan arus kas diklasifikasikan menjadi tiga aktivitas yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Klasifikasi ini di definisikan sebagai berikut: 1. Aktivitas Operasi (Operating Activities) Definisi aktivitas operasi adalah: ”Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007). Arus kas dari aktivitas operasi Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK 2004 No.2, paragraf 13) menyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi menurut (PSAK 2004 No.2, paragraf 13) adalah: a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa. b) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain.
27
c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d) Pembayaran kas kepada karyawan. e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya. f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. 2. Aktivitas Investasi (Investing Activities) Definisi Aktivitas Investasi adalah : “Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 2004 No.2, paragraf 15) menyatakan bahwa pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi menurut PSAK 2004 No.2, paragraf 15 adalah:
28
a) Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasikan, dan aktiva tetap yang dibangun sendiri. b) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tidak berwujud dan aktiva jangka panjang lain. c) Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain. d) Uang muka pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). e) Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts dan swap contracts. Kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.Arus kas investasi pada penelitian ini diproksi menggunakan selisih antara arus kas investasi masuk dengan arus kas investasi keluar. 3. Aktivitas Pendanaan ( Financing Activities) Definisi Aktivitas Pendanaan adalah: “Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam sejumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007). Menurut Munawir (2002:159) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :
29
1) Hasil penjualan investasi jangka panjang tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets) atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3) Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotetik atau jangka panjang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4) Kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, misalnya ada penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan dan sebagainya. 5) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun dana pengembalian. Arus kas operasi pada penelitian ini diproksi menggunakan selisih antara arus kas pendanaan masuk dengan arus kas pendanaan keluar. Cara menghitung Cash Flow menurut IAI (2007) yaitu : CF = Arus Kas Keluar – Arus Kas Masuk 2.3.7 Prosedur Penyusunan Laporan Arus Kas Penyusunan laporan arus kas memerlukan empat langkah utama menurut Kieso dan Weygant (2005:159) yaitu:
30
1) Menetukan arus kas bersih dari kegiatan operasi. 2) Menentukan arus kas bersih dari kegiatan investasi dan pendanaan. 3) Menentukan perubahan (kenaikan atau penurunan) arus kas bersih selama satu periode. 4) Lakukan rekonsiliasi perubahan kas antara kas awal dan kas akhir. 2.3.8 Metode Penyajian Laporan Arus Kas Metode penyajian laporan arus kas menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) yaitu : a. Metode Langsung (direct method) Metode langsung yaitu perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode langsung dapat menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan menggunakan metode langsung informasi mengenai penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh. Hal ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan karena dapat menjelaskan aliran kas masuk dan kas keluar secara jelas. b. Metode Tidak Langusng (indirect method) Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyajian laporan arus kas dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva dan utang lancar.
31
2.4 Likuiditas 2.4.1 Pengertian Likuiditas Pengertian Likuiditas adalah sebagai berikut31 : “Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya” (Munawir, 2004) Selain itu definisikan likuiditas sebagai berikut : “Likuiditas adalah rasio untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan)” (Kasmir, 2012:129). Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Jangka pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan periode waktu yang mencakup siklus pembelian, produksi, penjualan, dan penagihan (Wild Jhon, 2005:185). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, artinya perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancar. Tetapi jika terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan “ilikuid” (Riyanto, 2001:25). Likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya adalah Rasio Lancar (Current Ratio). “Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo” (Kasmir, 2012:133).
32
2.4.2 Cara Meningkatkan Likuiditas Menurut Riyanto (2001:28) cara mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan sebagai berikut: 1. Dengan utang lancar (current liabilities) tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar (current asset). 2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dngan mengurangi aktiva lancar. 2.4.3 Rasio Likuiditas Rasio
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Sofyan Syafri Harahap, 2001:301). Menurut Sutrisno (2009) ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu : 1. Current Ratio Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aset lancar yang dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek. Aset lancar disini meliputi kas, piutang dagang, persediaan, dan aktiva lancar lainya. Sedangkan utang jangka pendek meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank, utang gaji, dan utang lainnya yang segera harus dibayar. Rumus untuk menghitung current ratio yaitu :
33
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
2. Quick Ratio Quick Ratio merupakan rasio antara aset lancar sesudah dikurangi persediaan dengan utang lancar. Rasio ini menunjukan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunkan untuk melunasi utang lancar. Formulasi untuk menghitung Quick Ratio adalah: 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Aktiva Lancar − Persediaan Hutang Lancar
3. Cash Ratio Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aset lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan utang lancar. Rasio ini akurat dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek karena hanya memperhitungkan komponen aset lancar yang paling likuid. Dengan demikian rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut : 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Kas + Efek Aktiva Lancar
Likuiditas lebih baik diukur dengan menggunakan rumus current ratio (CR) dibandingkan dengan rumus rasio lainya, current ratio dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa rasio ini melibatkan inventory di dalamnya (Lisa dan Jogi, 2013). Menurut Kasmir (2012) likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya adalah current ratio. Rumus untuk menghitung likuiditas adalah sebagai berikut : 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
34
2.5 Matrik Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Matrik Hasil Penelitian Terdahulu No 1.
2
3
4
Nama Peneliti Listi Aldiyanti (2006)
Lisa dan Jogi (2013)
Judul Faktor-faktor Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Inonesia tahun 2000-2004
Analisa Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Pada Industri Ritel yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 20072012 Yoyon Pengaruh Supriyadi Modal Kerja dan Fani terhadap Fazriani Likuiditas dan (2011) Profitabilitas studi kasus pada PT Timah,Tbk & PT Antam,Tbk Kim et Faktor-Faktor al. (1998) yang Mempengaruhi Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur di AS periode tahun 19751994
Metode Persamaan Perbedaan Penelitian Regresi Pengunaan Peneliti Linier variabel X sebelumnya Berganda yaitu Ukuran menggunakan Perusahaan variabel X dan yaitu Penggunaan Kesempatan variabel Y Bertumbuh, Likuiditas Return Spread, Debt Ratio Regresi Penggunaanv Peneliti Linier ariabel X sebelumnya Berganda yaitu Modal menggunkan Kerja dan variabel X Ukuran yaitu Perusahaan Kesempatan serta variabel Bertumbuh Y Likuiditas
Regresi Linier Berganda
Penggunaan variabel X yaitu Modal Kerja dan variabel Y likuiditas
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada Tempat berbeda dan variabel Y Profitabilitas
Regresi Linear Berganda
Penggunaan variabel X yaitu , arus kas dan variabel Y likuiditas
Peneliti sebelumnya menggunakan variabel X market to book value, spread, rata-rata siklus kas, rasio utang, arus kas, kesulitan keuangan
35
No 5
Nama Peneliti Nurul dan Christina (2011)
Metode Persamaan Penelitian Pengaruh Arus Regresi Penggunaan Kas terhadap Sederhana variabel X Likuiditas pada yaitu Arus Perusahaan Kas, dan Telekomunikas variabel Y i yang terdaftar Likuiditas di BEI Judul
Perbedaan Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada tempat berbeda dan jumlah variabel yang berbeda
2.6 Kerangka Pemikiran Dalam perkembangan era globalisasi modern saat ini, keberadaan sebuah perusahaan dalam peta persaingan perekonomian tengah mengalami persaingan yang sangat tinggi. Baik menghadapi pesaing perusahaan yang berasal dari dalam negeri maupun perusahaan-perusahaan asing yang memiliki modal yang melimpah. Sehingga akan semakin tinggi kompetisi yang akan dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam melakukan pengembangan dan perluasan pasar mereka, dengan demikian diperlukan suatu kebijakan yang tepat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar tetap eksis dan berkembang di masa mendatang (Bambang Supeno, 2009:93). Karena salah satu indikator suatu negara dapat dikategorikan apakah dalam masa berkembang, apakah sedang berada dalam kondisi maju, atau bahkan dalam masa-masa krisisnya itu dapat dilihat dari kondisi perekonomian mereka. Apabila perekonomiannya dalam keadaan baik maka hal tersebut dapat mencerminkan bahwa negara tersebut dalam keadaan baik, begitu pula sebaliknya apabila perekonomian suatu negara sedang dalam keadaan yang buruk maka dapat dikatakan bahwa negara tersebut sedang mengalami suatu permasalahan (M. Toyib Daulay, 2009 : 190).
36
Laporan keuangan merupakan sumber informasi atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak baik internal maupun eksternal perusahaan (kasmir, 2011:6). Besarnya aktiva lancar memberi pengertian bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang baik, sehingga modal kerja dapat menjaga kelangsungan operasional perusahaan (Weston, 1999). Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001). Berdasarkan bukti empiris bahwa manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan (Bambang Riyanto, 2001). Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat manajemen modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan tersebut tidak akan mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo (Syahyunan, 2004). Salah satu keuntungan dari tercukupinya kebutuhan akan modal kerja akan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu dan menjamin terkendalinya tingkat likuiditas (Bambang Riyanto, 2004). Besarnya aktiva lancar memberi pengertian bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang baik, sehingga modal kerja dapat menjaga kelangsungan operasional perusahaan (Weston, 1999).
37
Laporan arus kas salah satu bagian laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan, selain itu laporan arus kas untuk membantu investor dan kreditur dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perusahaan, laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilasifikasikan menjadi tiga kegiatan yaitu operasi, investasi dan pendanaan (Hayati Nurul, 2011). Perusahaan perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang sangat likuid (Munawir, 2002:114). Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dipenuhi (Riyanto, 2004). Sedangkan likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibanya yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2004). Likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya adalah Rasio Lancar. Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2012:133). Berdasarkan hasil penelitian Listi Aldiyanti (2006), dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perusahaan. Ukuran perusahaan berhubungan positif terhadap likuiditas. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan berukuran besar kemungkinan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak dari
38
pada perusahaan kecil meskipun cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan besar jauh lebih murah. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa dan Jogi (2013), dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas. Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap likuiditas. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh ukuran perusahaan kecil terhadap likuiditas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Supriyadi dan Fazriani (2011) menunjukan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas. Modal kerja dan likuiditas memiliki hubungan yang positif yang kuat terhadap likuiditas dan memiliki keeratan hubungan oleh variabel modal kerja. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kim at all (1998) menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul dan Christina (2011) menunjukan bahwa arus kas berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, pengaruh ukuran perusahaan, modal kerja, arus kas terhadap likuiditas dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :
39
Ukuran Perusahaan (Suwito dan Herawaty,2005)
Modal Kerja (Sawir,2005)
Likuiditas (Munawir,2004)
Arus Kas (IAI,2007)
Gambar 2.1 Bagan Paradigma Konseptual Penelitian
2.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian keterkaitan antara ukuran perusahaan, modal kerja dan arus kas terhadap likuiditas diatas mengacu pada kerangka pemikiran dan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Pengaruh ukuran perusahaan terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. H2 : Pengaruh modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. H3 : Pengaruh arus kas terhadap likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. H4 : Pengaruh
ukuran
perusahaaan,
modal
kerja,
arus
kas
terhadap
likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.