BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a.
Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba.
Laba
merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice, dan Skousen (2004: 230) 1) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 2) Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3) Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. 4) Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
b. Jenis-jenis Laba 1) Laba kotor Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: kotor
merupakan
“pendapatan
dikurangi
120) laba
harga
pokok
penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. 2) Laba operasi Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004: 243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.
Universitas Sumatera Utara
3) Laba sebelum pajak Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:
25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum
cadangan untuk pajak penghasilan”. 4) Laba bersih Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.
2.
Pertumbuhan Laba Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar
memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.
Dengan
demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasionalnya. Laba yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laba operasional. Angka laba operasional adalah selisih laba kotor dengan biayabiaya operasi. Biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Jadi, apa yang diukur oleh laba dan komponen-
Universitas Sumatera Utara
komponennya
adalah
penting
untuk
dapat
memahami
dan
menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan. Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Menurut Warsidi dan Pramuka (2000) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula: Pertumbuhan Laba =
3.
Laba Operasional Tahun t - Laba Operasional Tahun t - 1 Laba Operasional Tahun t - 1
Laporan Keuangan Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama dari analisis laporan
keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan kedepan. Perencanaan kedepan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolehnya selama ini.
Universitas Sumatera Utara
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya.
Semuanya ini harus
dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur.
4.
Rasio Keuangan a.
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi
yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Syamsuddin (2000: 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. 1) Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan, sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan. 2) Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio keuangan perusahaan A pada tahun 19x0 dengan rasio keuangan perusahaan B pada tahun 19x1. 3) Sebaiknya perhitungan rasio keuangan didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4) Rasio keuangan adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama. Hasil perhitungan rasio ini dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut. Terdapat beberapa rasio keuangan yang dianggap penting dalam menganalisis laporan keuangan suatu bank yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio-rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan sangat banyak jenisnya.
Menurut Horne dan
Wachowicz (2005: 204) Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari kondisi keuangan perusahaan untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dari setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio). Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain: 1) Rasio Likuditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Rasio likuiditas
Universitas Sumatera Utara
menurut Horne dan Wachowicz (2005: 206) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Menurut Syamsuddin (2000: 41) “likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi yang berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas”.
Perusahaan harus
mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas. Menurut Tampubolon (2005: 36) ada dua jenis rasio likuiditas yaitu “current ratio dan quick ratio”. Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio lancar (current ratio).
Rumus
untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 4) Rasio lancar (current ratio) =
Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar, perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan.
Maka
untuk
memenuhi
kewajiban
lancarnya,
perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan arus piutang dan menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2) Rasio Leverage Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio leverage atau rasio solvabilitas yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditor perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Menurut Darsono dan Ashari (2005: 54) rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi”. Menurut Horne dan Wachowicz (2005: 209) ada dua jenis rasio leverage yaitu “rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) dan rasio utang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio)”. Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt ratio (DR) atau debt to total assets ratio. Menurut Syamsuddin (2000:
71) debt ratio merupakan “pengukuran jumlah aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur”. Rumus untuk menghitung debt ratio menurut Brigham dan Houston (2006: 103) Debt Ratio =
Total Utang Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan.
Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan
terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover),
rasio
perputaran persediaan (inventory
turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover). Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah total assets turnover (TATO). Menurut Darsono dan Ashari (2005: 60) TATO merupakan “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini”.
Rumus
untuk menghitung total assets turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005: 221) Total Assets Turnover =
Penjualan Bersih Total Aktiva Rata - Rata
Universitas Sumatera Utara
Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. dicarikan upaya perbaikan yang dibutuhkan. mampu
Kemudian
Namun, apabila
mencapai target yang telah ditentukan hendaknya dapat
dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya. Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya. 4) Rasio Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rasio
profitabilitas
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Dari rasio
profitabilitas dapat
diketahui bagaimana tingkat
profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menerima pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.
Rasio
profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara
Universitas Sumatera Utara
lain: margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets, dan return on equity. Rasio profitabilitas yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan operating profit margin (OPM). a) Return On Asset (ROA) Return on asset menurut Syamsuddin (2000: merupakan
“pengukuran
kemampuan
perusahaan
63) secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Rumus untuk menghitung
return on asset menurut Horne dan Wachowicz (2005: 224) ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya.
Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006:
109) “merupakan akibat dari
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah dan biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”.
Universitas Sumatera Utara
b) Return On Equity (ROE) Return on equity menurut Syamsudin (2000:
64)
merupakan “suatu pengukuran dari suatu penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan”. menunjukkan
kesuksesan
manajemen
Rasio ini juga perusahaan
dalam
mengelola investasi untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik posisi manajemen dihadapan para pemegang saham.
Rumus
untuk menghitung ROE menurut Horne dan Wachowicz (2005: 225) ROE =
Laba Bersih Total Ekuitas Pemegang Saham
Pengembalian yang tinggi akan menjadi pertimbangan utama bagi pemegang saham atau investor dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan jumlah investasinya dalam perusahaan
dengan
harapan
akan
memperoleh
tingkat
pengembalian yang lebih tinggi lagi di masa mendatang. Bagi manajemen, dengan ROE yang semakin tinggi mereka akan lebih mendapatkan kepercayaan pendanaan dari investor. c)
Operating Profit Margin (OPM) Operating profit margin (OPM) dapat digunakan untuk
mengetahui keuntungan operasional dari setiap barang yang dijual perusahaan. Operating profit margin adalah rasio yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Operating profit margin (OPM) merupakan rasio yang menunjukan berapa persen keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total penjualan yang dilakukan. Rumus untuk menghitung OPM adalah: Operating profit margin =
Earning Before Interest Tax Penjualan
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan bersangkutan. Hasil perhitungan rasio ini harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk melihat apakah terdapat peningkatan atau penurunan operating profit margin (OPM).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
Peneliti (Tahun) Meilina Sari (2009)
Lasdi Purnama (2010)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian Pengaruh Rasio Current Ratio, Keuangan Debt Ratio, Total terhadap Assets Turnover, Pertumbuhan Return on Asset, Laba pada Return on Equity, Perusahaan Gross Profit Manufaktur Margin, dan Sektor Industri Pertumbuhan Barang Laba. Konsumen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Susilawaty Analisis Rasio (2010) Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber: Data diolah penulis, 2010
Loan to Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Pertumbuhan Laba. Current Ratio, Debt Ratio, Total Assets Turnover Ratio, Return On Asset, Gross Profit Margin, dan Pertumbuhan Laba.
Hasil Penelitian Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh variabel debt ratio terhadap pertumbuhan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional terhadap pertumbuhan laba. Secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
Meilina Sari (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba.
Penelitian ini dilakukan terhadap 33
perusahaan yang bergerak di bidang sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba.
Namun secara parsial, penelitian ini menunjukkan hanya
variabel debt ratio yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Lasdi Purnama (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 21 perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional terhadap pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
Susilawaty (2010) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba.
C. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan operating profit margin.
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
H7 Rasio Keuangan (X) Current Ratio (X1)
H1
Debt Ratio (X2)
H2
Total Assets Turnover (X3)
H3
Return on Asset (X4)
H4
Return on Equity (X5)
H5
Operating Profit Margin
H6
Pertumbuhan Laba (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Data diolah penulis, 2010
Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi debt ratio, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin tinggi total assets
Universitas Sumatera Utara
turnover, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Semakin tinggi return on asset, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi return on equity, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari ekuitas yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi operating profit margin, maka semakin efektif dan efisien perusahaan dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya sehingga dapat mempengaruhi laba bersih yang akan diperoleh perusahaan. Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba dan secara parsial current ratio (CR), debt ratio (DR), total asset turnover (TATO), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan operating profit margin (OPM) berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berpengaruh, baik secara simultan maupun secara parsial, dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis pada penelitian ini adalah: H1: Current ratio berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Debt ratio berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Total assets turnover berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4: Return
on asset
berpengaruh signifikan dalam memprediksi
pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H5: Return on equity berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H6: Operating profit margin berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H7: Current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan operating profit margin bersama-sama berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara